• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 14 rumpun hak yang berbeda. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menjadi 14 rumpun hak yang berbeda. 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak asasi manusia merupakan salah satu hak konstitusional yang telah dijamin oleh Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Sebelum dilakukan amandemen, Pasal 28 hanya mengatur terkait kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya. Pasca amandemen, terobosan besar dilakukan khususnya terkait hak asasi manusia yang diatur secara khusus di dalam bab tersendiri. Dimulai dari pasal 28A hingga pasal 28J, terdapat 40 hak asasi manusia yang terbagi menjadi 14 rumpun hak yang berbeda.1

Di dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menentukan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.” Setiap manusia berhak untuk memiliki standar kehidupan yang layak, termasuk hak atas kesehatan, hak atas perumahan, hak atas pendidikan, dan lain-lain. Dalam pemahaman yang luas, hak atas jaminan sosial berbicara tentang perlindungan dan penjaminan ketersediaan kebutuhan hidup demi pemenuhan standar kehidupan yang layak. Karena itulah hak atas jaminan

1 Leimena, “Terobosan HAM di Pasal 28 UUD 45”, Pojok Konstitusi,

http://www.leimena.org/id/page/v/583/pojok-konstitusi-terobosan-ham-di-pasal-28-uud-45, diakses pada 21 November 2016 pk. 13:02

(2)

sosial adalah salah satu bentuk hak asasi manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.2

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

(ICESCR) merupakan salah satu dari tiga pilar perlindungan hak asasi manusia di dalam PBB. Melalui Resolusi Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) pada tanggal 16 Desember 1966, kovenan ini mencerminkan komitmen dari negara-negara setelah Perang Dunia II untuk mempromosikan perkembangan sosial dan standar kehidupan yang lebih baik serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hak asasi manusia. 3 Kovenan ini menegaskan di dalam mukadimahnya bahwa hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan hak yang berasal dari “martabat hakiki manusia” dan “manusia bebas agar dapat menikmati kebebasan dari ketakutan dan kekurangan, hanya dapat dicapai jika tercipta kondisi tempat setiap orang dapat menikmati hak-hak ekonomi, sosial dan budaya maupun hak-hak-hak-hak sipil dan politiknya”.

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dan negara anggota PBB memiliki tanggung jawab untuk menghormati hak asasi manusia yang termaktub di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia maupun instrumen internasional lainnya terkait hak asasi manusia.4 Oleh karena itu, melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tertanggal 28 Oktober 2005 Lembaran Negara No.118 Tambahan Lembaran Negara No.4557 Indonesia

2 Ishviati Joenaini Koenti, “Kajian atas Pemenuhan Hak Jaminan Sosial Melalui BPJS sebagai

Perwujudan Negara Kesejahteraan (Walfare State)“, Supremasi Hukum, Vol. 1 No. 1 Juni 2012, hal. 85

3 ESCR Net, ‘Background Information on ICESCR’,

https://www.escr-net.org/resources/section-5-background-information-icescr, diakses pada 7 November 2016 pk. 21:02

(3)

resmi melakukan aksesi terhadap ICESCR. Sehingga sejak tanggal 23 Februari 2006, Indonesia sudah terikat dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam kovenan tersebut.

Pasal 9 ICESCR menyatakan bahwa negara-negara peserta perjanjian ini mengakui hak setiap orang akan jaminan sosial, termasuk asuransi sosial. Sebagai negara pihak, Indonesia harus mengambil langkah-langkah efektif untuk sepenuhnya memenuhi hak semua orang atas jaminan sosial tanpa adanya diskriminasi. Pemenuhan hak tersebut dilakukan dengan sumber daya yang dimiliki dan dapat pula dilakukan revisi secara berkala apabila diperlukan.5

Dalam pelaksanaannya, jaminan sosial di Indonesia memiliki Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur di dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004. Program-program yang ada antara lain Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian. Pada awal berlakunya UU SJSN tersebut, kewajiban penyelenggaraan jaminan sosial dilimpahkan kepada 4 perseoran dengan status BUMN, di antaranya PT. ASKES (Persero), PT. (Persero) Jamsostek, PT. (Persero) ASABRI, dan PT. TASPEN (PERSERO).6 Lima tahun setelah implementasi UU SJSN berjalan, 120 orang dari elemen serikat pekerja/serikat buruh, organisasi tani dan nelayan, organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan, tokoh masyarakat, asosiasi profesi, serta masyarakat

5 Komentar Umum No. 19 tentang Pasal 9 ICESCR, dibahas dalam 39th Session ECOSOC, 4

Februari 2008

6 Pasal 5 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

(4)

umum mengajukan gugatan perdata kepada Pemerintah dan DPR. Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di tahun 2010 hingga diputus pada tahun 2011. Putusan dari hakim salah satunya menyatakan bahwa Pemerintah dan DPR telah lalai melaksanakan UU SJSN dan memerintahkan Pemerintah dan DPR untuk segera mengundangkan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan melakukan penyesuaian 4 BUMN penyelenggara Jaminan Sosial terhadap UU SJSN.7

Dengan diundangkannya Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS, maka penyelenggaraan Jaminan Sosial diserahkan kepada 2 organ yakni BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan melaksanakan program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Pada prinsipnya, peserta dari BPJS Kesehatan adalah setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.8 Sedangkan peserta dari BPJS Ketenagakerjaan adalah seluruh pekerja di Indonesia, baik yang bekerja di sektor formal maupun sektor non formal.9

Tidak dapat dipungkiri, profesi sebagai olahragawan merupakan salah satu profesi yang rawan akan kecelakaan kerja yang dalam hal ini berupa

7 Jaminan Sosial Indonesia, “Gugatan Warga Negara”,

http://www.jamsosindonesia.com/cetak/print_artikel/99 diakses pada 12 November 2016 pk. 16:12

8 BPJS Kesehatan, “Peserta”,

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11, diakses pada 12 November 2016 pk. 16:15

9 Rizki Abadi, “6 Hal yang Sering Ditanyakan Soal BPJS Ketenagakerjaan”, Cermati,

https://www.cermati.com/artikel/6-hal-yang-sering-ditanyakan-soal-bpjs-ketenagakerjaan, diakses pada 12 November 2016 pk. 16:20

(5)

cedera. Dari cedera ringan seperti terkilir hingga cedera berat seperti Anterior

Cruciate Ligament (ACL) yang dikenal dengan cedera lutut, menjadi momok

besar bagi para olahragawan.10 Cedera-cedera tersebut apabila tidak ditangani dengan baik, tidak hanya menghambat performa saat bertanding, tetapi sangat mungkin mengancam kelangsungan karir olahragawan tersebut. Keadaan tersebut semakin diperburuk dengan minimnya kesadaran klub atau induk olahraga akan pentingnya jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja bagi olahragawan di bawah binaannya. Selama ini, kasus cedera atlet menjadi sepenuhnya tanggung jawab olahragawan. Setidaknya ada dua kasus mengenai buruknya perhatian klub terhadap kesehehatan dan kesejahteraan olahragawaan binaannya. Pada tahun 2012, pesepakbola PSIS Semarang, Bruno Zandonaide, menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan radang selaput otak yang dideritanya.11 Selama masa perawatan di rumah sakit, ia hanya mengandalkan sumbangan dari rekan-rekan sesama pesepakbola karena kesulitan dana. Salah satu kasus meninggalnya pesepakbola di tanah air yang menyita perhatian adalah kasus Diego Mendieta, pemain Persis Solo yang harus keluar masuk rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia dalam keadaan serba kekurangan.

Selain kasus-kasus cedera olahragawan, isu kesejahteraan olahragawan pun menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Ellyas Pical, mantan petinju

10 Citra Listya Rini, “Ini Cedera yang Paling Ditakuti Seorang Atlet”, Arena Olahraga,

http://www.republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/16/02/27/o37m1l299-ini-cedera-yang-paling-ditakuti-seorang-atlet, diakses pada 6 November 2016 pk. 19:05

11Redaksi, “9 Kasus Kematian Memilukan di Sepak Bola Indonesia”,

http://redaksi.co.id/53131/9-kasus-kematian-memilukan-di-sepak-bola-indonesia.html, diakses pada 6 November 2016 pk. 18:35

(6)

Indonesia yang terkenal di era 1980-an dan pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, harus berjuang bertahan hidup dengan bekerja sebagai satpam, bahkan sebagai office boy.12 Suharto, mantan juara SEA Games di tahun 1970-an cabang Sepeda, harus menghabiskan hari tuanya menarik becak untuk menafkahi keluarga dan biaya pengobatannya.13 Masih banyak sederet nama mantan olahragawan yang akhirnya hidup serba kekurangan, tidak sebanding dengan prestasi yang ditorehkan demi mengharumkan nama bangsa.

Maraknya kasus-kasus olahragawan di atas, hal tersebut menjadi tantangan baik bagi pemerintah maupun induk organisasi olahraga untuk segera membentuk peraturan terkait jaminan sosial bagi para olahragawan, khususnya jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan seperti jaminan kecelakaan kerja. Dengan begitu, diperlukan langkah-langkah yang memadai untuk menyelenggarakan jaminan sosial di Indonesia, seperti yang telah diamanatkan oleh Pasal 9 International Covenant on Economic, Social and

Cultural Rights (ICESCR).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam usulan penelitian untuk penulisan hukum ini, adalah sebagai berikut:

12 CNN Indonesia, “Pengamat Tinju: Saya Sedih Lihat Ellyas Pical”, Olahraga,

http://www.cnnindonesia.com/olahraga/20150206221050-178-30295/pengamat-tinju-saya-sedih-lihat-ellyas-pical/

13 Tribunnews, “Atlet Sepeda Peraih Medali Emas Itu Kini Menarik Becak”, Kisah Atlet Indonesia,

http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/16/atlet-sepeda-peraih-medali-emas-itu-kini-menarik-becak

(7)

1. Bagaimana bentuk tanggung jawab dan kewajiban Indonesia berdasarkan International Covenant on Economic, Social and Cultural

Rights (ICESCR) Pasal 9 tentang hak atas jaminan sosial?

2. Bagaimana implementasi Pasal 9 International Covenant on Economic,

Social and Cultural Rights (ICESCR) dalam pelaksanaan jaminan

sosial bagi olahragawan di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk penulisan hukum ini, antaranya sebagai berikut:

1. Tujuan subjektif

Memperoleh data dan informasi dalam rangka penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

2. Tujuan objektif

a. Mengetahui bentuk tanggung jawab dan kewajiban Indonesia setelah melakukan tindakan aksesi terhadap International

Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR)

khususnya terkait Pasal 9 tentang hak atas jaminan sosial.

b. Mengetahui implementasi dari Pasal 9 International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) khususnya terkait

(8)

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah dilaksanakan, sepengetahuan Penulis hingga saat ini belum ada penelitian yang mengkaji mengenai implementasi Pasal 9 ICESCR khususnya bagi kalangan olahragawan di Indonesia. Adapun ditemukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan ICESCR yang mengangkat tema dan aspek lain yakni:

1. Penulisan hukum dengan judul “Pemenuhan Hak atas Pendidikan Masyarakat Perbatasan Republik Indonesia – Republik Demokratik Timor Leste ditinjau dari International Covenant on Economic, Social

and Cultural Rights (ICESCR) 1966 (Studi Kasus: Pemenuhan Hak atas

Pendidikan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur)” yang ditulis oleh Endhi Wirawan Wicaksono sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Dalam penelitiannya beliau menulis mengenai pendidikan di perbatasan Indonesia – Timor Leste dan kaitannya dengan pemenuhan hak atas pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh ICESCR.

Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan aspek Jaminan Sosial di antaranya:

2. Penulisan hukum dengan judul “Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja terhadap Pekerja/Buruh pada PT. Laju Perdana Indah Unit PG Pakis Baru, Pati” yang ditulis oleh Wira Aljauhari Purnama sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada, pada tahun 2014. Dalam penelitiannya beliau menulis mengenai

(9)

pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja/buruh dalam ruang lingkup perusahaan.

Namun, apabila kemudian ditemukan penelitian yang serupa tanpa sepengetahuan Penulis, maka penelitian ini diharapkan dapat memperkuat dan menjadi pelengkap penelitian sebelumnya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Kontribusi pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum umumnya, khususnya hukum hak asasi manusia internasional di bidang perlindungan hak atas jaminan sosial, serta dapat dijadikan referensi yang bermanfaat bagi pembaca. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan penjelasan terkait status olahragawan di dalam hukum Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Sebagai rujukan bagi setiap elemen pembaca agar dapat terlaksananya jaminan sosial bagi olahragawan di Indonesia, sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 9 ICESCR. Mengingat di balik kesuksesan olahraga Indonesia di kancah internasional, kondisi kesejahteraan olahragawan di Indonesia masih cukup memprihatinkan.

Referensi

Dokumen terkait

Diisi dengan jumlah seluruh pegawai di Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional, dan Kantor Cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Nama Aktuaris.. Diisi

Maka dari itu, penelitian ini ingin membuktikan gagasannya bahwa, kesukaan seseorang terhadap konten Instagram sebuah merek akan terciptanya sebuah

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa kaidah mengenai konstruksi verba yang berasal dari onomatope dan pembaca juga disuguhkan pengetahuan mengenai pola

Berdasarkan analisis kesenjangan penerapan teknologi e-log book di Indonesia, maka secara teknologi, e-log book yang dikembangkan sudah siap untuk digunakan dalam

Irama tidur yang paling dikenal adalah siklus 24 jam (siang-malam) yang dikenal dengan irama sirkadian (Potter & Perry, 2006).Irama sirkadian mengacu pada perubahan siklus

Penambahan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) pada kultur sel tulang secara in vitro dapat meningkatkan proliferasi dan menginduksi terjadinya proses

Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 yang

Makalah ini bertujuan untuk mengkaji proses koreksi terrain dan contoh penerapannya pada citra Landsat TM; Kemudian artikel tentang “Perbandingan Teknik Orthorektifikasi Citra