Sumber tikus
Tikus sawah yang dijadikan hewan percobaan dikumpulkan dari sawah yang ada di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur. Pencarian tikus dilakukan pada siang hari dengan melibatkan beberapa orang. Tikus ditemukan dalam lubang persembunyian yang berada pada pematang sawah dan pada tumpukan jerami sisa panen. Tikus ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ke dalam kotaklwadah penampungan sementara. Tikus hasil tangkapan tersebut dikumpulkan dalam wadah dan dipisahkan antara jantan dan betina. Pencarian tikus dilakukan selama bulan Juni s.d Agustus 2005
Gambar 7 Penimbangan tikus
Penentuan tikus uji dilakukan secara acak dengan cara undian sesuai kebutuhan dan dimasukkan ke dalam kandang pengujian sesuai dengan kelompoknya, masing-masing terdiri dari 3 ekor dengan ulangan sebanyak 3 kali. Pembagian kelompok tikus dapat dilihat pada Tabel I.
Tabell Pembagian kelompok tikus uji
Jenis Kelas Dosis Sarcocystis singaporensis
kelamin Umur 0 100.000 200.000 300.000
Anak 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Jantan
Dewasaltua 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Anak 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Betina
Dewasaltua 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Kandang tikus uji yang digunakan adalah kotaklbaki yang terbuat dari plastik dan ditutup dengan menggunakan kawat kassa untuk mencegah tikus keluar dari kandang. Pakan yang diberikan adalah gabah dan minumnya air yang diberikan secara tidak terbatas. Alas kandang berupa sekam padi yang dihamparkan hingga semua permukaan baki tertutupi. Alas kandang diganti setiap 1 minggu sekali atau bila kondisinya sudah terlalu kotor atau basah.
Sporocyst
Sporocyst diperoleh dari hasil pengolahan feses ular python tanggal 24 Maret 2005. Feses tersebut berasal dari ular yang dipelihara oleh Departemen
Gambar 7 Penimbangan tikus
Penentuan tikus uji dilakukan secara acak dengan cara undian sesuai kebutuhan dan dimasukkan ke dalam kandang pengujian sesuai dengan kelompoknya, masing-masing terdiri dari 3 ekor dengan ulangan sebanyak 3 kali. Pembagian kelompok tikus dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel I Pembagian kelompok tikus uji
Jenis Kelas Dosis Sarcocystis singaporensis
kelamin Umur
a
100.000 200.000 300.000Anak 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Jantan
Dewasaltua 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Anak 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Betina
Dewasaltua 3 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor
Kandang tikus uj i yang digunakan adalah kotaklbaki yang terbuat daTi plastik dan ditutup dengan menggunakan kawat kassa untuk mencegah tikus keluar dari kandang. Pakan yang diberikan adalah gabah dan minumnya air yang diberikan secara tidak terbatas. Alas kandang berupa sekam padi yang dihamparkan hingga semua permukaan baki tertutupi. Alas kandang diganti setiap
I minggu sekali atau bila kondisinya sudah terlalu kotor atau basah. Sporocyst
Sporocyst diperoleh dari hasil pengolahan feses ular python tanggal 24 Maret 2005. Feses tersebut berasal dari ular yang dipelihara oleh Departemen
Lingkungan Hidup dan Bio Fanning PPPG Pertanian Cianjur dalam kandang C2. Ular python tersebut dipelihara dalam kandang yang terbuat dari beton dan diberi pagar kawat kassa. Setiap kandang memiliki fasilitas yang sarna dan diberi perlakuan yang sarna, yaitu disediakan air minum, tempat berendam dan diberi pakan berupa tikus dengan jenis yang sarna.
Gambar 8 Ular python dalam kandang
Proses isolasi sporocyst dilakukan dengan cara penyaringan dan sentrifugasi. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan tehlsantan untuk memisahkan kotoran yang berukuran besar. Larutan tersebut didiamkan beberapa saat hingga terpisah antara endapan dan supematan. Supematan selanjutnya dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi bertutup dan disentifugasi dengan menggunakan sentrifuge. Dalam proses sentrifugasi, sporocyst akan mengendap dengan beberapa unsur lain yang terdapat dalam feses. Selanjutnya supematan dibuangldibuang dari endapannya. Proses tersebut dilakukan beberapa kali sampai diperoleh supematan yang jemih. Endapan hasil sentrifugasi dengan sedikit cairan supematan dalam 4 buah tabung reaksi bertutup tersebut dicampur hingga merata. Perlakuan tersebut dimaksudkan agar suspensi menjadi homogen sehinggajumlah sporocyst dalam suspensi tersebut relatifsama.
Gambar 9 Proses isolasi sporocyst dari feses ular python
Suspensi sporocyst hasil isolasi tersebut masih terdapat beberapa unsur lain (kotoran) yang terikut bersama sporocyst, sehingga saat penghitungan jumlah sporocyst harns dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan. Sporocyst dalam larutan feses tersebut dapat dikenali dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x. Bentuk sporocyst dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar ) 0 Sporocyst
Pengujian jumlah sporocyst dalam suspensi dilakukan dengan menggunakan Neubauer Haemocytometer (Gambar II). Penghitungan dilakukan pada bagian kotak besar (kotak yang terdiri dari 9 buah) yang dilakukan pada
beberapa kotak. Hasil rata-rata penghitungan tersebut kemudian dibagi dengan volume kotak untuk tiap cm3 (I x 10""). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan alat tersebut temyata suspensi tersebut mengandung 3.350 sporocyst per 0,1 III (1 III
=
33.500, 10 III= 335.000). Oleh karena itu untuk
mendapatkan suspensi dengan konsentrasi 100.000 sporocyst per 10 III dilakukan pengenceran.Gambar II Neubauer Haemocytometer
Pengenceran dilakukan dengan menggunakan rumus V I x N I = V2 x N2, hingga diperoleh jumlah sporocyst 100.000 per 10 Ill. Hasil pengenceran terse but kemudian diuji kembali untuk memastikan jumlah sporocyst yang akan diberikan dalam perlakuan penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil 95.000/10 Ill. Untuk menjaga kualitas suspensi sporocyst, larutan tersebut disimpan dalam pendingin pada suhu 4-1
O°c.
PeJet
Pelet dibuat berdasarkan komposisi pelet produk Biofarming PPPG Pertanian. Bahan pembuatan pelet tersebut antara lain terdiri dari tepung beras, tepung terigu, gula, tepung ikan dan minyak goreng. Bahan-bahan sesuai komposisi dicampur hingga homogen, kemudian dilakukan pencetakan dalam bentuk pelet. Hasil cetakan berbentuk silinder dengan bagian tengah berlubang untuk suspensi sporocyst, dan dikeringkan dengan menggunakan oven pengering. Pelet yang sudah kering tersebut diinjeksi dengan sporocyst sesuai dosis yang telah ditentukan (100.000, 200.000, dan 300.000 sporocyst) dengan menggunakan mikro pipet.
Gambar 12 Proses pembuatan pelet
Jenis dan metode pengumpuJan data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data-data tersebut diperoleh secara langsung dari percobaan yang dilakukan, maupun dengan cara melakukan studi literatur serta diskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari:
• Tingkat kematian: dilakukan dengan cara menghitung frekuensi jumlah tikus yang mati selama I bulan
• Lama kematian: dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari sampai tikus mati dari hari ke-J sampai hari ke-30.
• Gejala yang terjadi pada tikus: dilakukan dengan cara mengamati berbagai gejala yang tetjadi pada tikus sejak diberi periakuan.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh/respons pemberian dosis S. singaporensis terhadap persen kematian, dan lama kematian tikus sawah. Percobaan ini dilakukan terhadap tikus sawah dengan jenis kelamin jantan dan betina pada kelas umur anak dan dewasa dengan masing-masing 3 kali ulangan.
Penelitian ini dipisahkan antara jantan dan betina dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), karena diduga kelas umur (anak dan dewasa) pada setiap jenis kelamin menimbulkan sumber keragaman. Yang menjadi perlakuan adalah pemberian S. singaporensis dan yang menjadi kelompok adalah kelas umur. Unit percobaan adalah 3 ekor tikus sawah yang ditempatkan pada kandang yang sama sehingga secara keseluruhan akan diperlukan 48 ekor tikus sawah. Percobaan ini dilakukan 3 kali ulangan sehingga total kebutuhan tikus sawah adalah 144 ekor. Bentuk/lay out data dalam percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel2 BentukILay out data Jenis kelamin tikus: Betina
Oosis Sarcocystis singaporensis
KelompokIKelas (x 1000) lumlah Rerata
Umur/ulangan 0 100 200 300 TKj YKj
00 01 D2 D3
Anak BI 1 YOII Y III Y2I1 Y311 TKII YK II 2 Y012 YI12 Y212 Y312 TKI2 YKI2 3 Yo 13 Y113 Y213 Y313 TK13 YKI3
Oewasal B2 I Y021 Y I21 Y221 Y321 TK21 YK21
~ua 2 Y022 Y 122 Ym Y322 TK22 YK22
3 Y023 Y123 Y223 Ym TK23 YK23
lumlah (TPi) TPI TP2 TP3 TP4 Yij Yij
Jenis kelamin tikus: Jantan
Oosis Sarcocystis singaporensis
KelompokIKelas (x 1000) Jumlah Rerata
Umur/ulangan 0 100 200 300 TKj YKj
00 01 D2 D3
Anak JI I YOII Y I11 Y2I1 Y3I1 TKII YKI1
2 Y012 Y I12 Y212 Y312 TK12 YKI2 3 YO 13 Y113 Y213 Y313 TK13 YK13
Oewasal 12 1 Y021 Y I21 Y221 Y321 TK21 YK21
tua 2 Y022 Y122 Ym Ym TK22 YK22
3 Y023 YI23 Ym Ym TK23 YK23 J umlah (TPi) TPI TP2 TP3 TP4 Yij Yij
Keterangan: T = total K =kelompok P = perlakuan Y = respons
Kelompok dengan model matematika sebagai berikut:
Y
ij=
!!+
'tj+
i3j+
Ejjdimana:
Yijk = tingkat respons (masing-masing terhadap: tingkat kematian, dan lama kematian) dari pengaruh pemberian dosis S. singaporensis ke-i serta kelompok kelas umur ke-j
!! rata-rata respons
'tj pengaruh pemberian dosis S. singaporensis ke-i i3j pengaruh kelompok/kelas umur ke-j
Ejj = galat dari pemberian dosis S. singaporensis ke-i serta kelompok kelas umur ke-j
Hipotesis yang Diuji
Pengujian untuk pengaruh per1akuan:
Ho
=
'I
= ,,=
'3
=
'4
=
0 ~ tolak Hojika Fhit""l~ F Tabel (a, dbp, db,)HI = minimal ada satu i dim ana 'ti
*
0i=\,2,3,4
Pengujian untuk pengaruh kelompok:
Ho
=
~I=
~2=
0 ~ tolak Hojika Fhitkdompok> F Tabel (a, dh>, db,)HI = minimal ada satuj dimana ~j
*
0j = 1,2
Analisis sidik ragam dilakukan terhadap masing-masing jenis kelamin dengan menggunakan Tabel Analisis Sidik Ragam (Ansira) sebagai berikut.
Tabel 3 Tabel Analisis Sidik Ragam Sumber Perlakuan Kelompok Galat Total Db dbp = t-I dbk = b-I dbg dbt = tb-J JK JKP JKK JKG JKT Y .. '
(L:rif)'
Faktor koreksi (FK) = rJ rJPerhitungan derajat bebas (db) db"" = t·1
db,,,
=
b-I db ... ~ = t(r-I)db,oml = t. r·1
Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK) JK,oul
=
LLY;/ - FKJK"," = (Iy;'/r) - FK JK.,I
=
(LY,'lt) - FKJ~
=
JK,oul - JK,.,wru.. - JK""ompokPerhitungan Kuadrat Tengah (KT) KT"" = JKp/dbp KT "I = JK./db, KT ... ~= JKg/db. Fh;hmg =KTp1KT. FTabel = F o:(dbp; dbg) Kesimpulan: KT KTP KTK KTG Fhit KTP/KTG KTKlKTG
o Untuk perlakuan pemberian dosis S. singaporensis: Bila Fh;_ > Fa (p, dbg) maka tolak
Ho, artinya perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap fespons
o Untuk kelompok kelas umur tikus: Bila Fh; .. ns > Fa (k. dbs) maka tolak Ho, artinya
Uj i hipotesis (Yi = Xi)
• Ho: '! = '2 = 0
~
I Xi -
Xl
I
•
Ho:'!
= '3 = 0 ~IXi -ii31
•
Ho:'!
='4
= 0 ~IXi -Xii
•
Ho: '2=
'3 = 0 ~IXi-ii31
•
Ho: '2=
'4
=
0 ~IXi -Xii
Kesimpulan:• Apabila pengujian hipotesis tersebut lebih besar dari LSD, maka
Ho
ditolak, artinya teljadi perbedaan yang nyata antara periakuan• Apabila pengujian hipotesis tersebut kurang dari LSD, maka Ho diterima, artinya artinya pada perlakuan terse but tidak ada perbedaan yang iiyata
Analisis Biaya Produksi Bio Rodentisida
Analisis biaya produksi bio rodentisida dilakukan berdasarkan biaya produksi peletJumpan yang dibuat dengan pemberian dosis S. singaporensis yang paling efektif. Komponen biaya produksi terdiri dari:
I. Penyediaan ular 2. Pengolahan sporocyst
3.
Pembuatan pellet4. Pembuatan Bio Rodentisida 5. Pengemasan
6. Biaya Pemasaran 30%
7.
Keuntungan 30%Berdasarkan anal isis biaya produksi pelet tersebut maka akan diketahui jumlah yang dihasilkan dan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi pelet maupun sporocyst pada satuan tertentu. Dengan demikian biaya produksi bio rodentisida dalam bentuk pelet pada dosis yang paling efektif dapat ditentukan baik per butir maupun per satuan berat tertentu.