• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERLAKUAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PENGUASAAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERLAKUAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PENGUASAAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERLAKUAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

TERHADAP PENGUASAAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA

Ahmad Yasluh*)

Dosen Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Abstract

Various studies have been conducted to explore student’s skill in reading problems. Several studies describe the condition was caused by the low ability of teacher to implement learning strategies, but there is also research that states that teachers are implementing learning strategies is better. This study aims to review the issue from the other side, namely to describe the treatment effect of teachers in learning process toward reading abilities 5th grade Elementary School students in Kecamatan Pahandut, Palangka Raya. The aim is to call further elaboration in a few specific goals that can be formulated to as to (1) describe the ability to read (2) describe the treatment patterns of teacher in learning process of reading, and (3) describe the treatment influences of teacher in learning process toward mastery of students reading ability. For the purposes of this study used a quantitative approach with descriptive research methods. The research population is the entire fifth grade Elementary School students as many as 1394 people, spread across five villages in Kecamatan Pahandut, Palangka Raya. The sample totaled 188 people 5th grade students from eight Elementary School in five villages in Kecamatan Pahandut. In general it can be concluded that the treatment effect of teacher on the success of the forming ability to read students' fifth grade Elementary School in Kecamatan Pahandut is significantly less. Its influence only ranged from 47.05% to 58.36%.

Keywords: treatment of teachers, student reading ability

PENDAHULUAN

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan praktis untuk berkomunikasi, yang meliputi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1991:41) yang menyatakan bahwa “Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis”. Seseorang yang terampil berbahasa adalah seseorang yang terampil berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Untuk melakukan komunikasi secara lisan, seseorang harus menguasai dua jenis keterampilan bahasa lisan, yaitu keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Untuk berkomunikasi secara tertulis, seseorang harus menguasai dua jenis keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tulis, yaitu terampil membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan membaca, pada dasarnya sama dengan keterampilan menyimak, yaitu keterampilan untuk memahami pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dalam bentuk bahasa tulis. Pada saat ini, keterampilan

(2)

membaca merupakan salah satu kemampuan bahasa yang sangat penting untuk dikuasai karena pada masa ini banyak informasi yang harus kita peroleh melalui aktivitas membaca.

Bagi para siswa kemampuan membaca intensif berpengaruh terhadap kemampuan mereka memahami isi buku teks yang dibacanya. Di samping itu, kemampuan membaca juga berpengaruh terhadap kecepatan dan ketepatan menjawab soal-soal tes yang diselenggarakan secara tertulis. Bahkan Wood, dkk. (2005: 73) menyatakan bahwa “Kesulitan membaca mempengaruhi segala aspek kehidupan penderita sejak awal masuk sekolah, yakni ketika ia mulai belajar membaca, hingga bertahun-tahun kemudian tatkala sang anak diharuskan membaca guna mempelajari sesuatu yang lebih spesifik”.

Begitu pentingnya kemampuan membaca, berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada siswa sejak di sekolah dasar agar menjamin ketercapaian penguasaan kemampuan tersebut. Sehubungan dengan hal itu, Azies dan Alwasilah (1996:110) menyatakan “Kita harus terus mendorong siswa untuk membaca cepat, tetapi [kita juga] harus memperhatikan bentuk teks dan tugas yang diberikan”. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa standar kompetensi membaca yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD/MI adalah “memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata per menit, dan membaca puisi.” Pada kolom kompetensi dasar, tuntutan itu dipertegas dalam rumusan kompetensi dasar minimal dapat “menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit”.

Kalau kita cermati, kutipan di atas mengisyaratkan bahwa seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Indonesia harus mampu memahami isi teks yang dibaca dengan kecepatan minimal 75 kpm. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa pada umumnya masih rendah. Hal ini terbukti dengan hasil berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa pakar, sebagaimana ditulis dalam Kompas.com (Senin, 15 Maret 2010) bahwa “Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah. Lemahnya kemampuan membaca siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca”. Dalam rubrik tersebut dijelaskan pula bahwa lemahnya kemampuan membaca “rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia”.

Hasil penelitian Pusat Penelitian Pendidikan Depdiknas (KOMPAS. com, 28 Oktober 2009) menunjukkan bahwa “kemampuan guru dalam mengajarkan kemampuan membaca

(3)

pemahaman relatif rendah”. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa “kemampuan guru-guru tersebut relatif rendah, Hasil penelitian Bejo (2007) menyatakan bahwa (1) pelaksanaan pembelajaran membaca yang berlangsung di SD Negeri 3 Pijiharjo berjalan positif; (2) kesulitan-kesulitan yang dihadapi terletak pada kekurangan fasilitas pendukung pembelajaran; dan (3) strategi pembelajaran membaca yang diterapkan oleh guru sudah baik karena secara konsisten mengarahkan siswa pada keterampilan berbahasa (membaca pemahaman, berbicara, menulis) dengan model silabus tematik.

Beberapa penelitian di atas, menunjukkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa sekolah dasar itu disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam membelajarkan siswanya, Sementara, Bejo menyatakan bahwa strategi pembelajaran membaca yang diterapkan oleh guru sudah baik. Hal ini menunjukkan bahwa kelemahan guru tidak terletak pada penerapan strategi dan metode pembelajaran membaca. Ada kemungkinan, rendahnya kemampuan siswa membaca dipengaruhi oleh perlakuan guru terhadap siswanya selama proses pembelajaran. Asumsi itu bertolak dari pendapat Nunan, dalam Richards (2002:101) yang menyatakan bahwa The effectiveness of language program will be dictated as much by the attitude and expectations of the learner. Efektivitas pelaksanaan program bahasa akan ditentukan oleh sikap dan harapan dari peserta didik.

Hasil penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap siswa di 6 sekolah dasar di wilayah Kecamatan Pahandut menunjukkan bahwa kemampuan membaca mereka rata-rata rendah, dengan kecepatan rata-rata 57 kpm, lebih rendah dari tuntutan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006, yaitu 75 kpm. Data yang berhasil peneliti kumpulkan menunjukkan bahwa kecepatan membaca siswa tertinggi 116 kpm dan yang terendah 7,7 kpm. Di samping itu, dari hasil tes kemampuan membaca tersebut peneliti menemukan fakta bahwa terdapat beberapa siswa yang kecepatan membacanya tinggi, tetapi kemampuan memahami isi bacaannya rendah, dan sebaliknya, ada beberapa siswa yang kecepatan membacanya rendah, tetapi pemahaman isi bacaannya tinggi.

Temuan-temuan penelitian terdahulu dan fakta-fakta yang peneliti temukan dalam penelitian pendahuluan, menimbulkan berbagai pertanyaan, yaitu bagaimana kemampuan membaca siswa sekolah dasar di wilayah Kota Palangka Raya? Apakah kecepatan minimal yang diisyaratkan dalam Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 telah tercapai? Kalau belum tercapai, mengapa hal itu terjadi. Pendekatan apa yang dominan digunakan oleh guru dalam pembelajaran

(4)

membaca? Bagaimana perlakuan guru terhadap siswanya dalam proses pembelajaran membaca yang dilaksanakannya? Bagaimana pula pengaruh perlakuan guru terhadap siswanya dalam pembelajaran membaca yang dilaksanakannya?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong rasa ingin tahu peneliti untuk meneliti kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, khususnya di kelas 5, karena siswa di kelas tersebut seharusnya mendapatkan pembelajaran membaca yang intensif untuk membantu siswa mencapai standar kompetensi sebagaimana tuntutan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Data tentang kemampuan membaca akan dikumpulkan menggunakan tes, data tentang pendidikan dan pengalaman guru dalam mengajar, sebagai data pendukung dikumpulkan menggunakan wawancara, sedangkan data tentang perlakuan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran di kelas dikumpulkan menggunakan observasi tidak berpartisipasi.

Data hasil tes diklasifikasikan menurut kecepatan, pemahaman, dan efektifitas kemampuan membaca.

Klasifikasi kemampuan membaca siswa dipilah menjadi (1) kecepatan ≥ 150 Kpm termasuk kategori tinggi, (2) kecepatan antara 75 Kpm – 149 Kpm termasuk kategori sedang, dan (3). Kecepatan < 75 Kpm termasuk kategori rendah, sedangkan klasifikasi kemampuan siswa memahami isi wacana dipilah menjadi (1) pemahaman ≥ 75 % termasuk kategori tinggi, (2) pemahaman antara 60 % – 74 % termasuk kategori sedang, dan (3) pemahaman < 60 % termasuk kategori rendah. Kategorisasi kemampuan siswa membaca efektif dipilah menjadi (1). Skor ≥ 75 % kategori tinggi, (2). Skor 60 % – 74 % kategori sedang, dan (3). Skor < 60 % kategori rendah.

Untuk keperluan analisis pola perlakuan guru tersebut, data perlakuan guru dipilah menjadi tiga tingkatan, yaitu perlakuan baik, sedang, dan kurang baik. Perlakuan guru yang baik diberi skor tiga, sedang diberi skor dua, dan kurang diberi skor satu.

Untuk menguji kebenaran hipotesis tentang pengaruh perlakuan guru terhadap kemampuan siswa membaca efektif digunakan teknik statistik non parametrik. karena data perlakuan guru merupakan data ordinal dan jumlah sampel yang terlalu sedikit, hanya delapan sekolah dasar, hampir dapat dipastikan berdistribusi tidak normal.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kecepatan Membaca

Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan membaca cepat siswa SD di wilayah Kecamatan Pahandut bervariasi. Perbandingan siswa yang tergolong berkemampuan rendah dan sedang dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram di atas menunjukkan bahwa siswa SD di wilayah Kecamatan Pahandut memiliki kecepatan membaca sedang termasuk kriteria dominan.

b. Kemampuan Siswa Memahami Isi Wacana

Hasil tes kemampuan membaca, sebagaimana dikemukakan di atas, juga digunakan untuk menelusuri kemampuan siswa memahami isi wacana. Hasilnya menunjukkan sebagian siswa telah memiliki kemampuan memahami isi wacana bervariasi, ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Perbandingan siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada diagram berikut.

(6)

c. Kemampuan Siswa Membaca secara Efektif

Hasil penelusuran kemampuan siswa membaca efektif menunjukkan bahwa sebagian siswa telah mampu membaca secara efektif. Perbandingan siswa yang tergolong berkemampuan membaca efektif rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada diagram berikut.

d. Pola Perlakuan Guru terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran membaca

Dari hasil observasi terhadap perlakuan guru dalam proses pembelajaran membaca menunjukkan bahwa rata-rata, dalam membelajarkan siswanya guru Sekolah Dasar di Kecamatan Pahandut cenderung memperlakukan siswanya menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pembelajaran berpusat pada guru. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL XX

KRITERIA PERLAKUAN GURU

No. Sekolah Dasar Sampel Skor Kriteria

1. SDN A 41 Kurang Baik

2. SDN B 60 Baik

3. SDN C 37 Kurang Baik

(7)

5. SDN E 43 Cukup Baik

6. SDN F 38 KurangBaik

7. SDN G 40 Kurang Baik

8. SDN H 30 Kurang Baik

Tabel XIII di atas menjelaskan bahwa terdapat enam guru kelas V dari delapan guru kelas V di SDN sampel (75 %) yang memperlakukan siswanya dalam pembelajaran membaca kurang baik, guru pada sekolah-sekolah tersebut cenderung memperlakukan siswanya menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pendekatan teacher-centered, pembelajaran berpusat pada guru. Hanya satu SDN sampel yang perlakuan gurunya masuk kategori baik, cenderung memper-lakukan siswanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan learner-centered, pembelajaran berpusat pada siswa, dan satu SDN yang perlakuan gurunya masuk kategori cukup baik.

Untuk menentukan pengaruh perlakuan guru terhadap kemampuan siswa membaca efektif, Dari analisis korelasi Spearman’s Rho menunjukkan nilai rs = 0,764 dan korelasi

Kendall’s tau_b menunjukkan nilai rt = 0,681. Secara sederhana kedua rhitung tersebut yang lebih

besar dari 0,05. Karena itu dapat dinyatakan memiliki korelasi yang signifikan. Hasil kedua perhitungan tersebut menunjukkan nilai rhitung lebih besar dari 0,05. R Square dari perhitungan

korelasi Spearman’s Rho menunjukkan angka 58,36% dan dari perhitungan korelasi Kendall’s atau b menunjukkan angka 47,05%. Dari perhitungan di atas dapat dimaknai bahwa berdasarkan perhitungan dengan korelasi Spearman’s Rho pengaruh pelakuan guru terhadap keberhasilan membentuk kemampuan membaca efektif sebesar 58,37%, sedang berdasarkan perhitungan dengan korelasi Kendall’s tau_b pengaruh tersebut sebesar hanya 47,05%. Jadi, pengaruh

(8)

perlakuan guru terhadap keberhasilan membentuk kemampuan siswa dalam membaca efektif dapat dikategorikan kurang signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perlakuan guru yang kurang baik saja memiliki pengaruh yang cukup kuat, meskipun kurang signifikan, apalagi jika perlakuan guru rata-rata baik tentu pengaruhnya akan lebih signifikan. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca secara efektif perlu diupayakan perbaikan perlakuan guru terhadap siswanya dalam proses pembelajaran membaca. Hal ini penting, karena dengan perbaikan perlakuan guru, berarti akan terjadi perbaikan efektifitas pembelajaran membaca. Jika pembelajaran membaca berlangsung secara efektif tentu akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca.

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Bejo. 2007. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar (Studi Kasus di Kelas IV SD Negeri 3 Pijiharjo Manyaran Wonogiri). Tesis Program Studi Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wood, Derek, dkk. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Terjemahan oleh Ivan Taniputera dan Emestina Vena. Yogyakarta: Katahati.

Azies, Furqonul dan Alwasilah, A. Chaedar. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah. Hasil penelitian Pusat Penelitian Pendidikan Depdiknas. (Rabu, 28 Oktober 2009).dalam http//www.KOMPAS.com. Latief, M. (Senin,15 Maret 2010). Kemampuan Anak Indonesia Masih Rendah.

http//www.Kompas.Com.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Richards, Jack C. 2002. Curriculum Development in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.

Gambar

Diagram  di  atas  menunjukkan  bahwa  siswa  SD  di  wilayah  Kecamatan  Pahandut  memiliki  kecepatan membaca sedang termasuk kriteria dominan
TABEL XX
Tabel XIII di atas menjelaskan bahwa terdapat enam guru kelas V dari delapan guru kelas V di  SDN sampel (75 %) yang memperlakukan siswanya dalam pembelajaran membaca kurang baik,  guru  pada  sekolah-sekolah  tersebut  cenderung  memperlakukan  siswanya

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan dari pengkategorian skor yang telah dibuat. Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Bungoro Kab. Pangkep.

Berdasarkan hasil penelitian dengan persamaan regresi yang menggunakan variabel laba akuntansi dan arus kas menunjukkan bahwa variabel laba akuntansi lebih mempunyai

Fokus penelitian ini adalah rancang bangun perangkat lunak SMDE yang bisa digunakan untuk memelihara dan mengelola dokumen standar 1 sampai 7 borang akreditasi

Berpikir dan menyelesaikan masalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena salah satu tujuan berpikir adalah untuk menyelesaikan masalah 54. Kemampuan

17.. Prosjek ocijene logotipa je točno 3,5. Većina ljudi koja poznaje vlasnika su davali visoke ocijene što je vrlo logično te subjektivno ponašanje. Ljudi koji direktno ne

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diantaranya pemeriksaan organoleptik, pH, viskositas, uji homogenitas, uji tipe emulsi dan uji hedonik.Menunjukan

di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama, dengan

Hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh ialah aset usaha,