• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketuban Pecah Dini Pengertian dan Penyeb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ketuban Pecah Dini Pengertian dan Penyeb"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Ketuban Pecah Dini: Pengertian dan Penyebabnya

Posted by Asha Amelia in Ibu dan Anak On November 25, 2014

Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini harus segera dilakukan penanganan. Karena jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu dan janin yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi sebagian ibu hamil. Karena pastinya semua ibu hamil akan mengharapkan proses kehamilan berlangsung dengan normal hingga melahirkan anaknya kelak.

Ketuban Pecah Dini: Pengertian dan Penyebabnya

Posted by Asha Amelia in Ibu dan Anak On November 25, 2014

Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini harus segera dilakukan penanganan. Karena jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu dan janin yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi sebagian ibu hamil. Karena pastinya semua ibu hamil akan mengharapkan proses kehamilan berlangsung dengan normal hingga melahirkan anaknya kelak.

Kecemasan tersebut sebenarnya cukup wajar terlebih dialami oleh ibu muda yang baru pertama kali mengalami kehamilan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui penanganan dan beberapa hal yang menjadi mitos yang beredar di kalangan masyarakat mengenai ketuban yang pecah yang seharusnya tidak menjadikan mitos tersebut menjadi momok yang menakutkan bagi setiap ibu hamil.

Ketuban pecah dini atau yang biasa disingkat dengan KPD, dalam ilmu medis bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu:

 KPD Prematur Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi sebelum umur kehamilan dari sang ibu mencapai 37 minggu.

 KPD Cukup Bulan Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi pada saat kehamilan yang telah mencapai umur lebih dari 37 minggu.

Penyebab Ketuban Pecah Dini

(2)

 Terjadinya pecah pada selaput dikarenakan kondisi mulut rahim yang lemah. Kondisi membran yang lemah disebabkan adanya infeksi pada rahim atau vagina.

 Adanya kelainan pada otot leher rahim. Otot leher rahim tersebut terlalu lemah dan lunak. Sehingga mengakibatkan terbukanya leher rahim pada saat masa-masa kehamilan dan desakan janin yang membesar.

 Faktor psikologis. Adapun faktor psikologis yang menyebabkan pecahnya ketuban misalnya trauma hubungan seksual. Hubungan intim yang tidak wajar (disertai kekerasan dan posisi yang tidak lazim) mengakibatkan trauma pada ibu hamil. Terlebih lagi jika sampai terjadi pendarahan pada vagina.

 Infeksi selaput ketuban. Adanya infeksi bakteri pada selaput ketuban mengakibatkan ketuban mudah pecah.

 Sebelumnya pernah mengalami kelahiran secara premature

 Kebiasaan merokok ketika hamil dan kurangnya perawatan kandungan saat kehamilan

7 4.

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering 5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain: 1.

Terjadi pembukaan prematur servik 2.

Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a. Devaskularisasi b.

Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c.

Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang d.

Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

(3)

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan: 1.

Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis. 2.

Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak

manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998) Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

8 1.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. 2.

Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.

Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. 2.

Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas. 3.

(4)

kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009). Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

2.2.Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi

obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut: a.

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit

membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi

berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).

b.

Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya: 1.

Trauma: Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis 2.

Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002). 3.

(5)

ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006).

4.

Hidramnion: adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja

c.

Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. d.

Kemungkinan kesempitan panggul

: bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi). e.

Korioamnionitis

: adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

f.

Penyakit Infeksi

: adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi

menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

g.

Faktor keturunan

(ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik). h.

Riwayat KPD sebelumya .

i.

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban .

(6)

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu .

2.3.Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina

yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.4.Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (1999) antara lain: a.

Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

b.

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi . c. Janin mudah diraba. d.

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. e.

Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

2.5.Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut: -Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

-Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,

menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

(7)

Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.

b.

Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.

c.

Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

PATHWAY KETUBAN PECAH DINI Kala 1 Persalinan

His yg berulang

gg. pd kala 1 persalinan

kontraksi & pembukaan serviks Mengiritasi nervus udendalis Stimulus nyeri Rasa mulas & ingin mengejan Px. Melaporkan tdk nyaman

Gg. rasa nyaman

Nyeri akut Kanalis servikalis sllu terbuka akibat kelainan serviks uteri (abortus dan riwayat kuterase Mdhnya pengluarn air ketuban Infeksi genetalia Kelainan letak janin (sungsang) Tdk ada bag. terendah yg menutupi PAP yg menghalangi tekanan trhdp membrane bag.bawah Proses biomekanik bakteri mngluarkn enzim proteolitik Selaput ketuban mudah pecah Serviks inkompeten Gemeli, hidramion Dilatasi berlebih serviks Selaput ketuban menonjol & mudah ecah Ketegang an uterus berlebih Serviks tdk bisa menahan tekanan intrauterus

KETUBAN PECAH DINI

Air ketuban terlalu banyak keluar Klien tdk mengetahui pxbb dan akibat KPD Tdk adanya pelindung dunia luar dg daerah rahim

Defisit pengetahuan Resiko infeksi

Distoksia (partus kering) Laserasi pd jalan lahir Kecemasan ibu trhdp keselamatan janin & dirinya

Ansietas

sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.

2.

Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).

(8)

antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera

dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya

diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm

KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. b.

Penatalaksanaan Keperawatan

Manajemen terapi pada Ketuban Pecah Dini: a.

Konservatif 

Rawat rumah sakit dengan tirah baring. 

(9)

Umur kehamilan kurang 37 minggu. 

Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari. 

Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.

Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan. 

Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin. 

Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

b. Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan. 

Induksi atau akselerasi persalinan. 

Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.

Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah

(10)

ketuban

Yang harus segera dilakukan: 

Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih. 

Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan: 

Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman. 

Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

B A B III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian Fokus 1.

Biodata klien.

Biodata klien berisi tentang; Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

2.

Keluhan utama

Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit/banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,

inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

3.

Riwayat haid

Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus.

4.

Riwayat Perkawinan

(11)

5.

Riwayat Obstetris

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya

mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh. 6.

Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang

– ulang. 7.

Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga. 8.

Kebiasaan sehari –

hari 1)

Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan

ENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM

(12)

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.1

Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.2 Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini

berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%. Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan perawatan yang optimal untuk ibu dan janin.3

Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.2

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.1 Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang berikutnya akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.2

3.1 Definisi

Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm atau preterm premature rupture of the membranes (PPROM). 4

3.2 Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:2

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini 2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase)

3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli

(13)

terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi

5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorhoe. (ANDALAS)

7. Faktor lain yaitu:

a. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu

b. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum c. Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan ketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban.2

3.3 Diagnosis

Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar. Pengeluaran urin dan cairan vagina yang banyak dapat disalahartikan sebagai KPD.2

Pemeriksaan fisik kondisi ibu dan janinnya. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.2

Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. 3 Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, bau dan pH nya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya proses infeksi.1

(14)

normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. 2 Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:2

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Tes lakmus (tes Nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7 – 7,5 sedangkan sekret vagina ibu hamil pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap berwarna kuning. Darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.

b. Mikroskopik (tes pakis): dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 2. Pemeriksaan ultrasonografi USG

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan

anamnesa dan pemeriksaan sedehana.

3.4 Komplikasi

Ada tiga komplikasi utama yang terjadi yaitu peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu risiko resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan makin rendahnya umur kehamilan. Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi dikenal dengan

korioamnionitis. Dari studi pemeriksaan histologis cairan ketuban 50% wanita yang lahir prematur, didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban), akan tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis.

3.5 Penatalaksanaan

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.1 3.5.1 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara lain:1

- Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu

- Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari

(15)

- Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali

- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.

Terminasi pada kehamilan 37 minggu

- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam

- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi

- Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin) 3.5.2 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:1

- Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. - Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:

a. bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.

b. bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.

(16)

wanita itu ibarat kapas.. jika salah satu ujungnya terkena air maka semuanya akan basah.. jika salah satu ujungnya terkena api maka semuanya akan terbakar.. Jadi,,simpanlah ia dalam kotak dan tutup rapat-rapat..maka kamu akan terus mendapatkan kelembutannya

Sabtu, 29 Juni 2013

MAKALAH PERDARAHAN POST PARTUM BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.

Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.3Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.

(17)

B. Tujuan

Untuk mengetahui denan pasti seperti apa itu Perdarahan Post Partum. C. Rumusan Masalah

1) Apa itu Perdarahan Post Partum ?

2) Bagaimana Etiologi Perdarahan Post Partum ?

3) Apa saja Faktor Predisposisi Perdarahan Post Partum ? 4) Bagaimana Patofisiologi Perdarahan Post Partum ? 5) Bagaimana gambaran klinik Perdarahan Post Partum ?

D. Manfaat

1) Mengetahui apa itu perdarahan post partum. 2) Mengetahui etiologi perdarahan post partum.

(18)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdarahan Post Partum

Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karaena retensio plasenta. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.

b) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :

1) Menghentikan perdarahan. 2) Mencegah timbulnya syok. 3) Mengganti darah yang hilang.

B. Etiologi Perdarahan Post Partum

Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu : a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :

1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka episiotomi.

2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio uteri.

3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.

b. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

(19)

Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan :

1) Trauma persalinan

Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.

2) Atonia Uterus

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007). Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.

3) Jumlah darah sedikit

Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.

4) Kelainan pembekuan darah

Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

D. Patofisiologi Perdarahan Post Partum

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

(20)

banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.

E. Gambaran klinik Perdarahan Post Partum / Gejala Perdarahan Post Partum

Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut :

Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa penyebab : 1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek.

(21)

4) Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar.

5) Atonia uteri.

6) Darah segar mengalir segera setelah anak lahir. 7) Uterus berkontraksi dan keras.

8) Plasenta lengkap. 9) Pucat.

10) Lemah. 11) Mengigil.

12) Robekan jalan lahir

13) Plasenta belum lahir setelah 30 menit

14) Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras 15) Tali pusat putus

16) Inversio uteri 17) Perdarahan lanjutan 18) Retensio plasenta

19) Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap 20) Perdarahan segera

21) Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang 22) Tertinggalnya sebagian plasenta

23) Uterus tidak teraba

24) Lumen vagina terisi massa

25) Neurogenik syok, pucat dan limbung 26) Inversio uteri

F. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum / Penanganan Perdarahan Post Partum

a. Penatalaksanaan umum

1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal

(22)

4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

5) Atasi syok jika terjadi syok

6) Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).

7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir

8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah. 9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk

10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

b. Penatalaksanaan khusus a) Atonia uteri

1. Kenali dan tegakan kerja atonia uteri

2. Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan pengurutan uterus

3. Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir 4. Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :

5. Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.

6. Kompresi bimanual internal yaituv uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

(23)

daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.

b) Retensio plasenta dengan separasi parsial

1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.

3. Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.

4. Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus.

5. Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia. 6. Lakukan transfusi darah bila diperlukan.

7. Berikan antibivotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/ oral ).

c) Plasenta inkaserata 1. Tentukan diagnosis kerja

2. Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul.

3. Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.

4. Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas. 5. Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum 6. Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas.

(24)

8. Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral

9. Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

d) Ruptur uteri

1. Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi

2. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan

3. Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus

4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi

5. Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen 6. Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.

e) Sisa plasenta

1. Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan 2. Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

3. Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.

4. Hbv 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10 hari.

5. f. Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

6. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan 7. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik

8. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap

(25)

10. Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :

11. Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan 12. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa,

menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0.

13. Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.

14. Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler 15. Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.

f) Robekan serviks

1. Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.

2. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio

3. Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit

4. Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan

5. Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi 6. Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr%

(26)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan mengganti darah yang hilang.

B. Saran

(27)

PENGERTIAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005). Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).

Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).

Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.

Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, Kapita selecta kedokteran Edisi 2 ).

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada lateral atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut tonjolan spence atau ekor payudara.

Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan beberapa arteri Interkostalis.

(28)

kontra lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)

2. ETIOLOGI CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER

PAYUDARA

Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu:

• Mekanisme hormonal

Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).

 Virus

Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.

 Genetik

- Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).

- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).

- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

 Defisiensi imun

Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

a. Tinggi melebihi 170 cm

b. Masa reproduksi yang relatif panjang. c. Faktor Genetik

d. Ca Payudara yang terdahulu e. Keluarga

Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.

f. Kelainan payudara ( benigna )

Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.

(29)

Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche kurang dari 12 tahun

i. Obat anti konseptiva oral

Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker

PATOFISIOLOGI CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:

a. Fase Inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

b. Fase Promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:

 Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel mammae . Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.

 Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.\  Genetik

(30)

o Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.

o mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

 Defisiensi imun

Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.

Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)

Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.

PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA

1. Pembedahan

a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

b. Mastectomy total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.

c. Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

d. Wide excision/mastektomy parsial.

(31)

e. Ouadranectomy.

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.

2. Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.

3. Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

4. Manipulasi hormonal.

(32)

Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern (metode efektif) :

1. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly atau tablet berbusa (vaginal tablet).

1. Cara Kontrasepsi Moderen/Metode Efektif

Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan implant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi

tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Mochtar, 1998).

2.2 Intra Uterine Device (IUD) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1. Pengertian

IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007).

(33)

Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe :

1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring).

2. TCu 380A, berbentuk huruf “T” diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu) tersebar di Indonesia.

3. TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T (ada di Indonesia), mengandung tembaga

4. Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel (Irianto, 2007).

1. Efektifitas IUD sangat efektif,

 Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun.

 Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun.  Cu T 380A dapat untuk 10 tahun, Bentuk ini terbukti sangat efektif,

aman,dan mudah beradaptasi.

Dalam sebuah alat kontrasepsi seperti IUD memiliki kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian (BKKBN, 2002).

Keunggulan Copper T 380A :

 Tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD Copper T 380A (380 mm2)

 Tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian tertinggi fundus uteri.

 Tiap kemasan IUD Copper T 380A mempunyai jangka waktu

penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap kemasan yang masih utuh (tidak robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal

(34)

2.3 Mekanisme kerja IUD

Mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut :

1. Perubahan pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada spermatozoa yang masuk ke dalam rahim.

2. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 3. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002).

5. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

2.4 Keuntungan dan Kerugian KB IUD

Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini menjadi penting untuk kita ketahui karena sebagai tenaga kesehatan dan calon akseptor kita berhak memperoleh informasi yang benar tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan digunakan.

1. Berikut ini merupakan keuntungan dari alat kontrasepsi IUD, yaitu : 1. Efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang

menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). 2. AKDR akan segera efektif begitu terpasang di dalam rahim. 3. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ngingat ataupun

melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik tubuh (KB suntik). 4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan

kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil. 5. Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat

kontrasepsi hormonal.

6. Tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi infeksi.

8. Dapat digunakan hingga masa menopause (1 tahun atau lebih setelah masa haid terakhir).

9. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

10. Membantu mencegah kehamilan di luar kandungan.

11. Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda tidak sedang hamil atau diperkirakan hamil.

12. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen.

(35)

1. Berikut merupakan Kerugian dari alat kontrasepsi IUD, yaitu:

v Efek samping yang umum terjadi : 1) Keputihan

2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

3) Haid lebih lama dan banyak.

4) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.

5) Saat haid lebih sakit.

Penanggulangan efek samping :

1. Kembali memeriksakan diri setelah empat sampai enam minggu pemasangan AKDR.

2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.

3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksakan keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :

ü Kram / kejang diperut bagian bawah.

ü Perdarahan (spotting ) diantara haid atau setelah senggama.

ü Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

1. Kembali ke klinik apabila : ü Tidak dapat meraba benang AKDR.

ü Merasakan bagian yang keras dari AKDR.

ü AKDR terlepas.

ü Siklus terganggu atau meleset.

(36)

ü Adanya infeksi.

v Komplikasi Lain :

1) Akan terasa sakit dan kejang selama 3 -5 hari setelah pemasangan.

2) Mungkin dapat menyebabkan anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak.

3) Jika pemasangan tidak benar, bisa saja terjadi perforasi dinding uterus (sangat jarang terjadi jika pemasangannya benar).

v Tidak bisa mencegah infeksi penyakit menular seksual.

v Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit menular seksual karena sering berganti pasangan.

v Jika perempuan yang terkena IMS (infeksi menular seksual) memakai IUD, dikhawatirkan akan memicu penyakit radang panggul.

Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada saat seorang perempuan memilih untuk ber-KB IUD, maka akan ada alat kontrasepsi yang merupakan benda asing bagi rahim. Karena IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) di antara masa haid. Demikian pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa haid anda. Darah yang keluar bisa dibedakan, biasanya jika spotting yang keluar adalah berwarna merah segar, sedangkan pada saat haid darah akan berwarna kecoklatan.

Jika pada saat haid anda mengalami kondisi yang lebih sakit dari biasanya, itu juga ada kaitannya dengan IUD ini. Biasanya pada saat masa haid ini rahim akan berkontraksi dan dinding rahim akan sedikit berdenyut dikarenakan ada benda asing di dalam tubuh anda. Untuk mengatasi hal ini, anda dapat mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang banyak di jual bebas di apotek atau toko obat.

2.5 Keterbatasan Alat Kontrasepsi IUD

(37)

1. Keterbatasan alat kontrasepsi IUD diantaranya yaitu :

1. Memerlukan prosedur medis, termasuk diantaranya adalah

pemeriksaan pelvik sebelum dipasang IUD, seringkali perempuan takut selama pemasangan.

2. Sedikit nyeri setelah pemasangan, namun biasanya akan hilang dalam jangka waktu 1-2 hari.

3. Tidak dapat dipasang dan dikeluarkan oleh anda sendiri, namun memerlukan bantuan petugas terlatih. Dalam hal ini adalah bidan atau dokter.

4. Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang baru saja melahirkan dan segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu, posisi IUD di dalam rahim juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak. Namun kejadian ini sangat langka. Hanya 1 orang yang gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD.

5. IUD tidak mencegah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan, karena IUD ini hanya mencegah kehamilan normal. 6. Anda harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Untuk

melakukan pemeriksaan ini, anda harus memasukkan jari anda ke dalam vagina. Sebagian perempuan tidak mau melaksanakan ini.

Contoh kasus keluhan dari klien yang menggunakan IUD :

 Beberapa kasus mencatat bahwa para suami mengeluh bahwa terdapat gangguan pada saat berhubungan. Ini dapat dijelaskan bahwa benang IUD itu sebenarnya tidak boleh terlalu panjang dan keluar dari rahim. Pada kasus keluhan tersebut, benang IUD rupanya terlalu panjang dan menggantung pada lubang vagina (liang sanggama), akibatnya benang tersebut akan ‘tersentuh’ oleh suami. Inilah yang menyebabkan gangguan pada saat pasien dan pasangannya sedang melakukan koitus. Pada kasus ini sebaiknya pasien cukup mendatangi bidan atau dokter yang

memasangkan IUD. Ceritakan keluhan yang dirasakan oleh suami. Untuk mengatasi masalah ini petugas medis akan melipat benangnya ke dalam rahim, sehingga benang tidak keluar dari rahim.

2.6 Persyaratan Pemakaian

(38)

 Wanita yang mempunyai infeksi pelvis.

 Wanita yang sedang menderita Penyakit Hubungan Seksual (PHS, AIDS, Gonore,Klamidia).

 Wanita dengan banyak partner selama 3 bulan terakhir.

 Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium).

 Wanita dengan penyakit trofoblast ganas ( Mola, Koriokarsinoma) atau TBC pelvik.

 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).  Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis).

 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic.

 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

 Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.

1. Alat kontrasepsi IUD boleh digunakan oleh wanita yang memiliki kriteria sebagai berikut, yaitu :

ü Usia reproduktif. ü Keadaan nulipara.

ü Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

ü Menyusui mengiginkan menggunakan kontrasepsi. ü Risiko rendah dari IMS.

ü Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal.

ü Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

1. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan misalnya :

 Perokok

o Paska keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak telihat adanya infeksi.

o Sedang memakai antibiotika atau antikejang. o Gemuk ataupun yang kurus.

o Sedang menyusui.

(39)

 Penderita tumor jinak payudara.  Penderita kanker payudara.  Pusing-pusing, sakit kepala.  Tekanan darah tinggi.

 Varises ditungkai atau di vulva.

 Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR).

 Pernah menderita stroke, Penderita diabetes.  Penderita penyakit hati atau empedu.

 Penyakit tiroid.  Epilepsi.

 Nonpelvik TBC.

 Setelah kehamilan ektopik.  Setelah pembedahan pelvik.

Catatan : semua keadaan tersebut sesuai dengan kriteria WHO.

2.7 Waktu Penggunaan IUD

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 2. Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu di ingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan.

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.

5. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

2.8 Cara penggunaan dan instruksi pemakaian kontrasepsi IUD

1. Memberi salam sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri. 2. Anamnesa.

3. Konseling pra pemasangan AKDR/IUD.

4. Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan beri dukungan mental agar ibu tidak cemas.

5. Mengisi formulir informed consent.

6. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah, sonde uterus 1 buah, gunting benang 1 buah, 2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja

(40)

7. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya menggunakan sabun.

8. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology lalu pasangkan perlak.

9. Memakai celemek

10. Mencuci tangan dengan sabun desinfektan dan bilas di bawah air mengalir kemudian keringkan dengan handuk.

11. Menyiapkan kembali peralatan, membuka semua peralatan.

12. Memakai sarung tangan steril, memasangkan duk steril di bawah bokong ibu

13. Melakukan inspeksi alat kelamin luar untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar bartholini.

14. Melakukan vulva higine.

15. Memasukkan spekulum untuk memeriksa keadaan portio dan sekitarnya, adanya cairan vagina, servicitis.

16. Mengusap portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem. 17. Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu

rendam di larutan klorin.

18. Lakukan periksa dalam sambil tangan sebelah menekan di atas simphisis untuk mengetahui adanya nyeri goyang atau nyeri tekan.

19. Bersihkan sarung tangan, lalu lepaskan dan masukkan dalam larutan klorin.

20. Mencuci tangan kembali.

21. Membuka kemasan AKDR/IUD. 22. Memakai sarung tangan steril kedua.

23. Memasang spekulum yang kedua, mengusap kembali portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem.

24. Menjepit portio dengan posisi jam 11 atau jam 1.

25. Memasukkan sonde uterus secara perlahan-lahan untuk mengukur

kedalaman uterus. Ada 3 cara, yang pertama dengan melihat lendir serviks yang ada pada sonde uterus, yang kedua dengan menggunakan penster klem, dan yang ketiga dengan menggunakan jari telunjuk yang

(41)

1. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman uterus yang telah diukur dengan sonde uterus.

2. Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR/IUD ke dalam kanalis servikalis sampai ada tahanan.

3. Memegang dan menahan tenakulum dengan satu tangan dan tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong.

4. Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter setelah pendorong keluar.

5. Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis, potong benang saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4 cm.

6. Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jeputan dengan kasa betadine sampai perdarahan berhenti.

7. Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu rendam di larutan klorin.

1. Masukkan peralatan lain ke dalam larutan klorin.

2. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.

3. Catat semua hasil tindakan Dokumentasi.

4. Ajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR/IUD dengan cara memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke dalam vagina untuk meraba benang IUD/AKDR yang terselip di depan portio/leher rahim. Meminta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR/ IUD untuk mengamati bila terjadi rasa sakit pada perut, mual muntah atau ada indikasi lain yang memungkinkan AKDR/IUD dicabut kembali bila dengan analgesic rasa sakit tersebut tidak juga hilang.

2.9 Pencabutan AKDR v Kapan AKDR dapat dikeluarkan

1. Bila ibu menginginkannya. 2. Bila ibu ingin hamil.

3. Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya. 4. Pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus

(42)

5. Untuk mengeluarkan/mencabut AKDR ibu harus kembali keklinik. Kesuburan atau fertilitas normal segera kembali sesudah AKDR dicabut. Jika ibu tidak ingin hamil, maka AKDR yang baru dapat segera dipasang (BKKBN, 2002).

v Cara Pencabutan AKDR

1. Memberi salam, sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri. 2. Anamnesa.

3. Konseling pra pencabutan.

4. Mengisi formulir informed consent.

5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah, 1 buah tang buaya/aligator (Pencabut

AKDR/IUD), 2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja gynekolog.

6. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya menggunakan sabun.

7. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology lalu pasangkan perlak.

8. Mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, pasangkan duk steril di bawah bokong ibu.

9. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan gerakan serviks, memastikan tidak ada infeksi atau tumor.

10. Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks.

11. Mengusap vagina dan serviks dengan kassa betadine menggunakan penster klem.

12. Menarik benang AKDR/IUD yang tampak dengan tang buaya/aligator (pencabut) secara mantap dan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/IUD. 13. Tunjukkan AKDR/IUD tersebut pada ibu kemudian rendam dengan

larutan klorin.

14. Keluarkan spekulum.

15. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin. 16. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dapat dipakai lagi.

17. Lepaskan sarung tangan lalu rendam di larutan klorin. 18. Cuci tangan.

19. Amati klien selama 5 menit sebelum diperbolehkan pulang.

20. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalahMinta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.

21. Jawab semua pertanyaan klien.

Referensi

Dokumen terkait

Wajibnya hakim, mediator dan para pihak untuk menempuh penyelesaian sengketa melalui mediasi telah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun

Program pemuliaan yang dapat dilakukan adalah melalui seleksi dalam 2 tahap, yaitu (a) tahap I berdasarkan sifat kualitatif dengan kriteria muncul tidaknya rontok bulu pada

Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari dari beban maka defleksi yang

Teknologi Penyimpanan Rebung Betung (Dendro calamus asper) Segar Dengan Pengendalian Atmos- fer

1) Perbaikan kurikulum dan sistem pengelolaan kuliah kerja sibermas (KKS) berbasis keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. KKS-Pengabdian Revolusi Mental ini

Unplanned maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan secara mendadak, termasuk penyetelan dan reparasi yang telah di hentikan

Menulis ayat untuk menyatakan maklumat yang diolah daripada pelbagai bahan dan pendapat, membuat ramalan seterusnya menghasilkan penulisan yang lengkap serta menganalisis

Struktur pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang lebih dekat dengan struktur pasar Islami. Bukti kedekatannya adalah: a) Orang-orang harus bebas untuk masuk dan