• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup saat lahir.

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran nafas bagian bawah.

Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi , dan pendidikan ibu (Hidayat, 2008).

(2)

Malnutrisi penjadi penyebab dari 2,6 juta kematian anak setiap tahun diseluruh dunia. Jutaan anak mampu bertahan hidup dengan kurang gizi, tetapi mereka menderita gangguan fisik dan kognitif dalam seumur hidup mereka, karena tidak mendapat nutrisi yang mereka butuhkan di awal kehidupan mereka. Pertumbuhan fisik dan otak merekapun menempati posisi paling rentan. Anak dengan awal kehidupan kekurangan gizi, efek negatif yang mereka derita sebagian besar ireversibel. Sebagian lagi mengalami kekurangan gizi pada masa bayi karena penyakit, kekurangan ASI atau kekurangan makanan bergizi (Priyatna, 2014).

Menurut Riskesdas 2013, persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat makanan prelaktal pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat (21,7%). Berdasarkan data dinas kesehatan Yogyakarta, persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah 46,37 persen pada tahun 2012, sedangkan menurut standar pelayanan minimal kesehatan seharunya ASI eksklusif mencapai 80 persen dari total kehamilan.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga kerap diistilahkan sebagai “periode emas” sekaligus “periode kritis”. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Untuk

(3)

mencapai tumbuh kembang optimal, Global Strategi for Infant and Young Child Feeding WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan, antara lain memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Yuliarti, 2010). ASI mempunyai banyak manfaat salah satunya adalah mencegah terjadinya keadaan gizi yang salah (marasmus, kelebihan makanan, dan obesitas) (Bahiyatun, 2008).

Menurut Al-Akour et all (2010), dalam penelitiannya factor affecting intention to breastfeeding among syrian dan jordanian mother faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain umur, pendidikan, pekerjaan, status merokok, pendapatan keluarga, tinggal bersama orang tua atau tidak, pengalaman menyusui sebelumnya, dukungan suami, dukungan keluarga atau peer support, dan niat menyusui. Hasil yang signifikan mempengaruhi menyusui adalah pendapatan keluarga, dukungan suami dan niat ibu untuk menyusui. Sedangkan menurut Yotebieng (2013), alasan ibu tidak memberi ASI eksklusif adalah kepercayaan atau cultural belief, tidak cukup hanya diberi ASI saja, pengetahuan tenaga kesehatan rendah, tidak ada peraturan tentang ASI, dan dukungan menyusui.

Menyusui merupakan hal yang mudah, tetapi sesungguhnya banyak tantangannya. Tantangan ini terkadang justru muncul dari orang terdekat seperti suami, orangtua dan mertua, maupun lingkungan sekitar (Adiningrum, 2014). Suami dapat berperan dalam menciptakan situasi yang memungkinkan sehingga

(4)

pemberian ASI berjalan lancar, memberikan makanan yang baik untuk istri, selain itu suami dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi tahu ayahnya menjadi jembatan baginya dalam memperoleh makanan. Peran suami yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas istri, misalnya dalam hal mengganti popok, memberikan dukungan kepada istri saat menyusui dengan memijatnya, dan lain lain. sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya (Yuliarti, 2010).

Agar peran suami dalam proses pemberian ASI dapat optimal, ada langkah yang dapat dilakukan, salah satunya adalah belajar atau mencari informasi tentang ASI eksklusif sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya ASI meningkat. Informasi tersebut dapat ditularkan kepada istri sehingga istri lebih maemahami pentingnya pemberian ASI eksklusif. Sebelum kehamilan, bahkan pada saat istri sedang hamil, calon ayah dapat membaca beberapa literatur berkaitan dengan proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk juga literatur tentang pemberian ASI. Suami perlu meningkatkan berbagai kemampuan yang dimiliknya berkaitan dengan perawatan bayi. Pada akhirnya dukungan suami dalam bentuk dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis merupakan bentuk dukungan yang paling berarti bagi istri, sehingga istri tidak akan merasa bahwa bukan dirinya saja yang bertanggung jawab dalam proses menyusui, melainkan seluruh keluarganya. Suami dapat memotivasi istri untuk tetap menyusui dengan cara memberikan kata-kata penyemangat atau pujian, selain itu suami dapat mengetahui masalah-masalah yang dialami istri selama menyusui dan bersama-sama mengatasi masalah tersebut (Yuliarti, 2010).

(5)

Secara teori suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan lebih mudah dalam mengakses informasi mengenai ASI eksklusif daripada suami yang berprofesi bukan sebagai tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam menyukseskan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Menurut Walyani (2014), tenaga kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran yang yang dapat dilakukan antara lain membantu istri untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum menyusui yang terjadi, membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir atau sering disebut inisiasi menyusui dini (early initiation), mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum menyusui yang timbul. Sehingga apabila suami berprofesi sebagai tenaga kesehatan seharusnya lebih mengetahui bagaimana manajemen laktasi dan mampu mendorong istrinya agar berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.

Tenaga kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan dari dokter atau petugas kesehatan sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Penyuluhan, siaran radio, televisi, video, maupun artikel di majalah atau surat kabar dapat meningkatkan pengetahuan ibu, tapi tidak selalu dapat mengubah apa yang dilakukakan oleh ibu. Banyak ibu yang mempunyai masalah yang kadang-kadang tidak dapat diutarakan, atau bahkan tidak dapat diselesaikan oleh dokter atau petugas kesehatan. Karenanya seorang dokter atau petugas kesehatan harus dapat membuat ibu tertarik dan simpati, selain itu juga berusaha mencari seorang yang dekat atau berperan dalam kehidupan ibu, yaitu suami atau anggota keluarga lain (Soetjiningsih, 1997).

(6)

Menurut PP Nomor 33 tahun 2012, Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Dalam PP nomor 33 tahun 2012 Pasal 13 ayat 1, untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/ atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai.

Profesi maupun pendidikan mempengaruhi seseorang dalam hal kemudahan dalam mencari atau memperoleh suatu informasi tertentu. Seseorang yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan seharusnya lebih mudah dan tahu informasi mengenai ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan bagaimana manajemen laktasi. Dengan profesinya tersebut seharusnya tenaga kesehatan dapat berperan lebih baik terhadap keberhasilan ASI eksklusif dikeluarganya daripada seseorang yang bukan berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Pada penelitian sebelumnya sudah banyak membahas atau meneliti mengenai peran suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif, namun profesi sampel yang digunakan umum sehingga belum mengetahui apakah suami yang berpofesi sebagai tenaga kesehatan berperan lebih baik dalam hal pemberian ASI esklusif atau sama saja dengan profesi lain yang bukan tenaga kesehatan.

(7)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran suami (tenaga kesehatan atau bukan tenaga kesehatan) terhadap perilaku pemberian ASI ?

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan dan bukan tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pemahaman suami (tenaga kesehatan atau bukan tenaga kesehatan) terhadap ASI eksklusif.

b. Mengetahui peran suami (tenaga kesehatan atau bukan tenaga kesehatan) dalam memotivasi istri untuk memberikan ASI eksklusif. c. Mengetahui peran suami (tenaga kesehatan atau bukan kesehatan)

dalam mendukung istri untuk memberikan ASI eksklusif.

d. Mengetahui pemahaman suami terhadap masalah yang dialami istri selama menyusui.

e. Mengetahui peran suami dalam membantu mengatasi masalah istri selama proses menyusui.

(8)

g. Mengetahui peran suami dalam mempertahankan agar istri tetap memberikan ASI secara eksklusif

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan teori tentang peran suami terhadap perilaku pemberian ASI.

b. Memberikan sumbangan teori apakah terdapat perbedaan peran suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan dan bukan tenaga kesehatan dalam mendukung istri selama proses menyusui.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk dinas kesehatan DI Yogyakarta agar dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif, selain itu juga dapat meningkatkan peran suami terhadap istri sehingga membantu dalam proses menyusui dan sebagai konfirmasi apakah tenaga kesehatan sudah memberikan sumbangannya secara nyata dalam menyukseskan ASI eksklusif di lingkungan keluarganya sendiri.

(9)

E. KEASLIAN PENELITIAN

Beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian “Peran keluarga terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado” oleh Dompas (2012). Penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peran keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Sampel pada penelitian ini adalah ibu sebanyak 100 orang dari keluarga yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster sampling. Hasil dari penelitian adalah peran keluarga baik memiliki prevalensi pemberian ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan peran keluarga tidak baik, jumlah anggota keluarga bermakna terhadap pemberian ASI eksklusif, jumlah anak tidak bermakna terhadap pemberian ASI eksklusif. Analisis regresi logistic menunjukkan bahwa ada pengaruh peran keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Uji stratifikasi menunjukkan semakin besar anggota keluarga akan mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama mengenai peran keluarga (dalam penelitian ini suami) terhadap pemberian ASI eksklusif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode penelitian yang akan digunakan, yaitu metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif.

(10)

2. Penelitian “Peran suami terhadap istri yang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan” oleh Wulandari (2013). Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran suami terhadap istri selama proses pemberian ASI eksklusif. Penelitian oleh Wulandari ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mlati II Sleman, Provinsi DIY. Sumber data yang terlibat sebanyak 5 orang suami yang mempunyai bayi berusia 6-24 bulan, 6 orang istri, 1 orang orang tua (nenek), dan 2 kader kesehatan. Hasil dari penelitian ini adalah, sebagian besar suami memahami tentang ASI eksklusif, sehingga suami ikut berperan terhadap pemberian ASI eksklusif. Peran yang dilakukan suami diantaranya adalah mendorong istri untuk memberikan ASI eksklusif, mendukung pemberian ASI eksklusif dengan keterlibatannya dalam pekerjaan rumah tangga, perawatan anak, dan pencarian informasi, memperhatikan asupan yang dikonsumsi oleh istri selama menyusui dan perhatian ketika anak bangun tengah malam, keterlibatan suami dalam mengatasi masalah yang terjadi selama menyusui, menyakinkan istri untuk tetap memberikan ASI eksklusif meskipun banyak yang mempengaruhi pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan, dan menyuruh istri berhenti bekerja agar pemberian ASI bisa total serta melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui peran suami terhadap pemberian ASI eksklusif, persamaan pendekatan yang akan digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sumber data yang digunakan, pada

(11)

penelitian ini sumber data utama adalah suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan dan suami yang tidak berprofesi sebagai tenaga kesehatan namun dengan tingkat pendidikan yang sama.

3. Penelitian “Dukungan sosial suami dan perilaku pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul Yogyakarta” oleh Rokhanawati (2009). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan unmatched case control-study, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi dukungan sosial suami dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 190 orang yang terdiri dari 95 orang kasus dan 95 sebagai kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian adalah proporsi dukungan sosial suami rendah 3,02 lebih besar pada kelompok perilaku pemberian ASI tidak eksklusfi dibandingkan dengan kelompok perilaku pemberian ASI eksklusif. Dukungan sosial suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Status pekerjaan, status sosial ekonomi dan dukungan tenaga kesehatan mempunyai hubungan signifikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama mengetahui dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode penelitian yang akan digunakan, yaitu metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif.

(12)

4. Penelitian “Dads make a difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in Pearth, Western Auatralia” oleh Tohotoa (2009). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 76 . Tema utama pada penelitian ini adalah ayah membuat perubahan. Selain itu terdapat tiga subtema yaitu mengantisipasi kebutuhan dan mendapat pekerjaan, dorongan untuk melakukan yang terbaik, serta tekad ayah dan komitmen terkait dengan dukungan pasangan yang efektif. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama untuk mengetahui peran ayah saat menyusui dan menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah lokasi penelitian yang akan dilakukan di Yogyakarta.

5. Peneiltian “Determinan menyusui eksklusif di pedesaan Jawa: hasil program promosi menyusui eksklusif” oleh Susiloretno (2013). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan pretest, posttest, contol group design. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 655 partisipan, terdiri dari 163 ibu hamil, 163 ayah, 163 nenek, 28 kader, 27 kyai, 27 kepala desa, 28 bidan desa, dan 56 staf Puskesmas. Determinan menyusui eksklusif dianalisis pada setiap tingkat dan model akhir untuk semua tingkat. Pada tingkat ibu, tingkat keluarga, tingkat masyarakat dan tingkat organisasi. Model akhir menunjukkan bahwa lebih besar kemungkinan untuk berhenti menyusui eksklusif pada ibu dengan skor pengetahuan rendah (HR 2.36, 95% Cll.10- 5.07), ayah dengan sikap rendah (HR 1.43, 95% CJ 1.02-1.99), dan ibu menerima paket susu formula saat melahirkan (HR 3.17, 95% CI

(13)

1.86-5.42). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama untuk mengetahui peran ayah saat menyusui. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode penelitian yang akan digunakan, yaitu metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif dan lokasi penelitian yaitu Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. OLEH

Pulau ini disebut juga pulau Cipir atau pulau Kuiper yang dapat ditempuh dalam waktu satu jam dari pelabuhan Marina, Jakarta.. Di pulau ini ada tempat memancing, berburu kerang,

Untuk persentuhan dengan kulit dalam waktu yang lama dan berulang, kenakan sarung tangan pelindung yang sesuai..

Perlakuan yang paling berbeda nyata terlihat pada P1 dan P5 yang menunjukkan bahwa P1 atau pemberian ekstrak daun alpukat dengan konsentrasi 10% sangat efektif dalam

Wawancara dilakukan pada Samsat Outlet Bogor Trade Mall Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 30 orang konsumen pada samsat outlet, dapat diduga masih terdapat beberapa

perkembangan guna lahan terhadap kinerja jalan Hangtuah menunjukkan kecenderungan (trend) peningkatan aktivitas pengguna/pemakai jalan yang semakin besar

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart

Hasil peneletian ini menunjukan bahwa akad jual beli murābaḥah yang diterapkan pada pembiayaan KPR di BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ajibarang telah sesuai