Dan sekiranya ada srratu bacaarr
(Kitab Suci) yang dengan b m n ifu gunmg-gunung &pat digoncangkon atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang s d a h mati &pat berbicara, leniu A1 Qur'an itulair din (QS Ar Ra'd 31)
uniuk orang-orang tersayang, yang selalu rnemberiku semangat, kasih sayang dan do'a
EVALUASI SUMBERDAYA
DAN OPTIMASI USAHATAM
SMlGRAN
MODEL HEMAT
L
Oleh:
TOMAS KURNM
RINGKASAN
TOMAS KURNIA. Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Optimasi Usahatani Transmigrarl Model Hemat Lahan (di bawah bim- bingan Santun R. P. Sitorus dan R. Sunsun Saefulhakim).
Program Transmigrasi masih perlu terus dilakukan dan
dikembangkan dengan penyempurnaan-penyempu:rnaan sesuai
dengan sasaran dan tujuan Program Transmigrasi yang ingin
dicapai .
Keterbatasan lahan yang sesuai dan tersedia pada sebagian besar daerah tujuan program transmigrasi sedikit banyak akan menghambat perkembangan program ini karena kesulitan dalam memenuhi hamparan luas 1aha.n yang cukup untuk pernukiman-pemukiman transmigrasi, dimana ketentuan untuk jadi satu desa definitif, jumlah minimal Kepala
Keluarga adalah 500 KK/desa.
Sehubungan dengan itu, Departemen Trarlsmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan mengembangkan Program Transmigra- si Model Hemat Lahan dengan pemilikan lahan yang semula
minimal 2 ha per KK dikurangi menjadi kurang dari 2 Ha per
KK. Namun pendapatan transmigran harus memenuhi target
pendapatan transmigran pada Pelita VI, yaitu sebesar
+
Rp3.500.000 (setara dengan US $ 1.750) per KK per tahun. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan usahatani yang dimulai dari evaluasi sumberdaya lahan, analisis kelayakan
finansial dan penentuan usahatani optimal sehingga penda- patan transmigran dapat maksimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal.
Penelitian dilakukan di lokasi Pemukiman Transmigrasi Popayato, Propinsi Sulawesi Utara, berdasarlcan data yang diperoleh dari Laporan Tahap 111-A RTSP dan RTJ
Alur metodologi dalam penelitian j.ni diawali dengan penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kombinasi kriteria
kesesuaian lahan menurut CSR/FAO (19831, Tim Biro Perenca-
naan Deptrans (1984) dan Tim PPTA (1994) pada 9 Satuan
Peta Lahan untuk 10 komoditi atau kelompok komoditi terpi-
lih, yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, sayuran dataran rendah, ubi kayu, coklat dan kopi. Komoditi terpilih hasil evaluasi kesesu- aian lahan tersebut kemudian dianalisis kelayakan finan- sialnya dengan analisis B/C dan NPV. Tahap selanjutnya adalah penentuan lahan yang sesuai dan tersedia melalui proses penyaringan (screening process) untuk Pemukiman
Transmigrasi Model Hemat Lahan. Tahap terakhir adalah
optimasi usahatani Transmigran Model Hemat Lahan dengan menggunakan analisis Program Linier.
Model tabel kornputasi yang digunakan adalah:
Strategi 1 : Petani tanpa ternak dengan target swasembada
beras
.
Strategi 2 : Petani tanpa ternak tanpa target swasembada
Strategi 3 : Petani dengan ternak dengan target swasemba- da beras.
Strategi 4 : Petani dengan ternak tanpa target swasembada
beras
.
Fungsi tujuan memaksimumkan pendapatan keluarga
transmigran. Kendala-kendala yang digunakan adalah
kendala luas lahan, tenaga kerj a, sarana procluksi pertani-
an, kelangsungan aktivitas produksi pertanian dan luas
tanaman obat. Pada strategi 1 dan 3 yang mentargetkan
swasembada beras digunakan kendala target swasembada beras, dimana petani diharuskan memproduksi padi sebesar
1112 Kg padi/KK/tahun untuk memenuhi. kebutuhan beras
keluarga. Pada strategi 2 dan 4 yang mengusahakan ternak
kambing, ke dalam model perencanaan dimasukkan kendala luas penanaman hijauan makanan ternak untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak. Pendapatan keluarga merupakan
pendapatan yang diperoleh dari pengusahaan tanaman yang dianalisis PL dan kopi(pada seluruh strategi), serta tambahan dari ternak kambing dan ayam buras (pada strategi
3 dan strategi 4).
Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian ].ahan, seluruh
komoditi yang dievaluasi tergolong Sesuai (S2 atau S3)
pada SPL 1 sampai dengan SPL 4 kecuali untuk padi sawah
yang tergolong N1 pada SPL 3 dan N2 pada BPL 4 . SPL 5
sampai dengan SPL 9 tergolong Tidak Sesuai (N1 atau N2)
Pembatas utama pada SPL 1 sampai dengan SPL 4 adalah ketersediaan hara N dan P, kemiringan lereng dan tingkat
erosi. Pembatas ketersediaan hara dapat diatasi dengan
pemupukan. Faktor pembatas kedalaman efektif untuk tana- man coklat relatif sulit diatasi sehingga untuk tanaman tahunan yang akan dianalisis kelayakan firlansial lebih
lanjut adalah kopi
.
Faktor pembatas kemiringan lerengyang 2 25% dan tingkat erosi yang tinggi menyebabkan SPL 5
sampai dengan SPL 9 tergolong Tidak Sesuai (NI. dan N2).
dimana untuk mengatasinya perlu upaya konservasi tanah yang berat seperti pembuatan teras-teras.
Hasil analisis finansial terhadap komoditi terpilih
hasil evaluasi lahan menunjukkan nilai 13/C > I dan NPV > O ,
sehingga layak untuk diusahakan.
Luas lahan yang dibutuhkan untuk Pemukiman Trans-
migrasi Model Hemat Lahan dengan pemilikan lahan 1 ha/KK
dan daya tampung minimal 500 KK adalah 500 ha untuk pemu-
kiman dan 75 ha untuk fasilitas umum. Daerah penelitian
Popayato memiliki lahan seluas 580,47 hektar yang sesuai
dan tersedia, sehingga daerah ini layak untuk. Model terse-
but. Alokasi lahan seluas 1 ha tersebut terdiri dari 625
m2 untuk tapak rumah dan LP, 9000 m2 untuk LU dan sisanya
untuk jalan dan rumput teras.
Berdasarkan hasil optimasi usahatani transmigran pada
memiliki NPV yang > 0 sehingga layak untuk dilaksanakan,
namun hanya strategi 2 dan strategi 4 yang memenuhi target
pendapatan transmigran pada Pelita VI. Kedua strategi
tersebut adalah strategi yang tidak mentargetkan swasemba-
da beras keluarga, dimana strategi 2 tidak mengusahakan
ternak sedangkan strategi 4 menqusahakan t.ernak. Pada
strategi 2 dan 4 ini petani dengan bebas mengusahakan
aktivitas yang memiliki keuntungan komparatif yang tinggi, seperti pola tanam berurutan kunyit-palawija.
Adanya target swasembada beras menyebabkan strategi 1
dan 3 belum dapat memenuhi target pendapatan transmigran
pada Pelita VI. Target swasembada beras ini merupakan
pengorbanan bagi petani, dimana petani harus mengutamakan penanaman padi gogo yang memiliki keuntungan komparatif yang relatif lebih rendah (keuntungan bersih yang rendah dan penggunaan sarana produksi pertanian yang tinggi) dari
pada aktivitas lain. Berdasarkan hasil analisis dual,
transmigran kehilangan pendapatan sebesar R p 1 0 0 0 sampai
dengan Rp 3 0 0 0 per Kg padi yang diusahakanriya untuk pe-
menuhan target swasembada beras tersebut. Target swasem- bada beras ini tidak dapat dicapai mulai tahun ke-6 akibat
ketersediaan tenaga kerja yang rendah. Berdasarkan ha1
ini, perlu suatu kebi jakan subsidi silang untuk meringan-
Pengusahaan ternak kambing dan ayam buras menambah
pendapatan transmigran pada strategi 3 dan 4 sebesar
Rp 268.000/KK/tahun. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengusahaan ternak adalah sebagai sumber pupuk kan- dang dan sebagai sumber protein keluarga.
Pola tanam antara strategi 1 dan 3 (yang mentargetkan
swasembada beras) hampir sama. Keduanya mengusahakan
padi gogo pada lahan usaha, baik pada musim tanam ke-1 (Oktober-Nopember) maupun pada musim tanam ke-2 (Maret- April) untuk memenuhi target swasembada beras keluarga. Aktivitas yang tidak dipilih adalah kacan.g hijau dan
sayuran. Akibat kekurangan tenaga kerja, petani tidak
mampu mengolah seluruh lahan yang diberikan. Pada strate- gi 1 transmigran hanya mengolah lahan seluas 0,8 ha se-
dangkan pada strategi 3 seluas 0,7 ha. Pemberian lahan
yang lebih luas menjadi 1.25 ha per KK (bahkan sampai tak
terhingga) tidak dapat meningkatkan pendapatan transmigran
dengan strategi 1 dan 3 karena kegiatan pertaniannya di-
batasi oleh ketersediaan tenaga kerja terutama pada bulan-
bulan sibuk (awal musim tanam).
Pola tanam pada strategi 2 dan 4 yang tidak mentar-
getkan swasembada beras hampir sama. Petani dapat memilih
pola tanam berurutan kunyit
-
palawija dengan memanfaatkanlahan menjadi 1,25 ha per KK dapat meningkatkan pendapatan
transmigran pada strategi 2 dan 4 masing-masing sebesar
33,4% dan 9,6%. Aktivitas yang tidak dipilih pada kedua strategi ini adalah penanaman kacang tanah dan ubi kayu.
Pendapatan transmigran dengan menggunakan strategi 1
dan 3 dengan penyewaan tenaga kerja pada bulan-bulan sibuk
meningkat berturut-turut sebesar 14.7% dan 39,8%, namun
tetap belum memenuhi target pendapatan transmigran pada
Pelita VI. Akan tetapi target swasembada beras dapat
tercapai
.
Hal yang perlu diperhatikan pada strat:egi 1 dan 3
dengan penyewaan tenaga kerja ini adalah biaya penyewaan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga buruh tani di sekitar lokasi pemukiman transmigrasi tersebut, atau perlu difi- kirkan tentang introduksi mekanisasi pertanian untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Agar orientasi Program Transmigrasi pada PJP I1 dapat
mewujudkan pemukiman transmigrasi sebagai cikal bakal agropolitan, maka perlu dikembangkan suatu struktur kegia- tan usahatani yang terpadu dalam suatu kesatuan sistem agribisnis dan pembangunan daerah.