• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN SOSIOEKONOMI PERANGKAT RENOGRAF HASIL LITBANGYASA BAT AN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN SOSIOEKONOMI PERANGKAT RENOGRAF HASIL LITBANGYASA BAT AN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176

TINJAUAN SOSIOEKONOMI PERANGKAT RENOGRAF

HASIL LITBANGYASA

BAT AN

UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

JOKO SUMANTO, WIRANTO BUDI SANTOSO Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong Tangerang 1530 KotakPos 132/JKSMG, Telp.021-7560896, Faks. 7560921

Abstrak

TINJAUAN SOSIOEKONOMI PERANGKAT RENOGRAF HASIL LITBANGYASA BATAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mengembangkan perangkat

renograf untuk diagnosis fungsi ginjal dengan teknik nuklir. Walaupun tidak dapat menampilkan citra organ ginjal, namun kurva renogram yang dihasilkan dapat mengetahui fungsi ginjal pasien. Metode diagnosis fungsi ginjal dengan menggunakan renograf telah dilakukan sejak tahun 1960. Perangkat ini memerlukan biaya operasional yang rendah dibandingkan kamera gamma, baik dari dosis isotop yang diberikan ke pasien, konsumsi daya listrik yang digunakan, serta ruangan untuk pengoperasian alat. Perangkat renograf telah dikembangkan dengan teknologi masa kini sehingga unjuk kerjanya dapat ditingkatkan dan tersedianya suku cadang serta perawatannya dapat terjamin. Perangkat renograf yang dikembangkan BATAN telah

divalidasi dalam worbhop yang diselenggarakan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) di

Yangoon, Myanmar pada tahun 2001. Perangkat tersebut telah diujicoba untuk mendetebi fungsi ginjal

dengan hasil sesuai konsep dasar. BATAN juga melakukan pemasyarakatan teknologi nuklir khususnya

bidang kesehatan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat dengan pemeribaan fungsi ginjal. Hasil litbangyasa tersebut telah digunakan dan ditempatkan di Rumah sakit Bethesda di Yogyakarta, Yangoon General Hospital di Yangoon, Myanmar, rumah sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Dari tinjauan alat diagnosis fungsi ginjal ini menunjukkan bahwa perangkat renograf hasillitbangyasa BATAN lebih ekonomis dari kamera gamma untuk negara berkembang seperti Indonesia yang tingkat pendapatannya masih rendah. Kata-kata kunci: renograf diagnosis, ginjal

Abstract

SOCIOECONOMIC REVIEW OF RENOGRAPH EQUIPMENTS FROM BATAN RESEARCH, DEVELOPMENT AND ENGINEERING FOR KIDNEY FUNCTION DIAGNOSIS. The National Nuclear Energy Agency (BATAN) has developed renographs to diagnose kidney functions using nuclear technology. While the renograph does not show the kidney's image, the renogram curve produced shows the functionality of the patient's kidney. The diagnosis of kidney functions using renograph has been done since 1960. This equipment requires lower operational costs compared with gamma camera, due to lesser requirements of radioisotope dose used, electricity consumption, and space for equipment operation. The renographs have been developed with today's technology so that its peiformance could be improved, and the availability of spare parts and maintenance could be better guaranteed. The renographs developed by

BATAN have been validated in the International Atomic Energy Agency (!AEA) worbhop in Yangoon,

Myanmar, in 2001. The equipments have been tested for detecting kidney functions with results in

accordance with basic theories. BATAN has also disseminated information about nuclear technology, particularly in the field of health in the service of public health through kidney function examination. The result of the research, development and engineering (RD&E) activity has been used and placed in the Bethesda hospital in Yogyakarta, Yangoon General Hospital in Yangoon, Myanmar, and the RSPAD Gatot Subroto in Jakarta. From appliance evaluation of diagnosis this kidney function, indicate that peripheral of renograph research of BATAN more economic than gamma camera for developing countries, like Indonesia. Keywords: renograph, diagnose, renal, kidney

(2)

PENDAHULUAN

Perangkat Renograf dengan menggunakan probe yang terkolimasi mulai digunakan sejak 1960 dan telah diterima secara luas sebagai alat untuk mendiagnosis fungsi ginjal. Walaupun tidak dapat memberikan hasil berupa citra (image) seperti kamera gamma, perangkat renograf yang telah terkomputerisasi dapat merupakan pilihan alternatif karena biaya pengoperasian per pasien sangat ekonomis. Selain itu perangkat renograf ini tidak memerlukan ruang yang luas dan biaya pemakaian listrik jauh lebih hemat. BAT AN telah mengembangkan perangkat renograf IR1.A, renograf IR1.B yang berbasis Add_On

Card dengan komputer PC Pentium II dan III.

Di era komputer PC pentium IV telah dikembangkan perangkat renograf IR2 dengan komunikasi data standar Universal Serial Bus

(USB). Perangkat lunak dengan operating sistem windowsXp yang mudah dioperasikan

(user friendly).

Prinsip Kerja Renogram

Renograf dipergunakan untuk memantau perjalanan radiofannaka yang disuntikkan secara intravenous di dalam ginjal sejak masuk, diserap, hingga keluar. Radiofannaka yang dipergunakan harus mengandung nuklida pemancar sinar gamma (gamma-emitting nuclides) agar dapat dideteksi dari luar. Respon

dari renograf mencenninkan secara tepat baik fungsi masing-masing ginjal secara individual maupun transportasi urine (urodynamic).

Radiofannaka yang biasa digunakan adalah: 1311- OrtholodoHippurate (1311- Om),

atau 99mTc - Diethylene TriaminePentaacetic

Acid ( 99mTc-DTPA ). 1311-

om

merupakan

campuran yang ideal yang mengkombinasikan radionuklida dengan agent yang diserap hanya oleh bagian eksresi tubular (tubular excretion).

131I mempunyai waktu paruh 8 hari dan

memancarkan sinar gamma energi tunggal pada 364 keV. Delapan puluh persen dari jumlah carnpuran ini yang datang di ginjal secara aktif disekresi oleh renal tubules dan hanya sebagian kecil yang difilter oleh glomerulus. Hal ini menghasilkan ekstraksi yang cepat dan efisien dari darah yang melalui ginjal. Radiofannaka ini mencapai konsentrasi maksimal pada ginjal dalam 5 menit setelah penginjeksian. Campuran ini dikeluarkan dari parenchyma dan sistem

pengumpul lainnya dalam ginjal dalam waktu 30 menit. Proses ini dapat mengetahui nilai efektif aliran plasma (effective renal plasma flow - ERPF) individual.

Senyawa 99mTc -DTP A merupakan kombinasi antara radionuklida 99mTc yang mempunyai waktu paruh 6 jam dan memancarkan sinar gamma energi tunggal pada 140 ke V dengan suatu carnpuran yang terfilter dan mengabaikan sekresi tubular atau penyerapan kembali (reabsorbtion) dan dapat menghasilkan nilai laju filtrasi glomerular

(Glomerular Filtration Rate - GFR). Setelah

penginjeksian, konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 5 menit. Pada saat ini sekitar 95 % dosis yang diinjeksikan telah mencapai ginjal. Penanganan renalnya mirip dengan penanganan media kontras dan inulin secara radiografi.

~

?rJ~

Rate Meter & Chart Recorder DETEKTOR

Gambar 1. Prinsip Kelja Perangkat Renograf Konvensional

Pada perangkat renograf konvensional, setiap detektor diposisikan tepat di belakang ginjal. Setelah itu radiofannaka diinjeksikan ke dalam tubuh pasien. Masing-masing kanal detektor dihubungkan ke chart recorder. Hasil keluaran dari masing-masing kanal merepresentasikan kondisi masing-masing ginjal (kiri & kanan) yaitu berupa renogram mentah atau yang belum terkoreksi. Gambar 1 di atas memperlihatkan prinsip kerja perangkat renograf konvensional.

(3)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176

Gambar 2. Prinsip Kerja Perangkat Renograf Berbasis Komputer PC Dengan Komunikasi USB

Pada renograf berbasis komputer PC,

rate-meter dan chart recorder digantikan oleh

komputer personal yang dihubungkan dengan modul e1ektronik me1alui fasilitas komunikasi data standar Universal Serial Bus (USB). Modul elektronik terdiri dari dua buah amplifier, dua buah single channel analyzer

(SCA), dua buah pencacah, dan fasilitas komunikasi data standar Universal Serial Bus (USB). Pencatatan (recording) dilakukan secara digital dan kurva renogram dapat ditampilkan pada layar monitor serta dapat dicetak dengan menggunakan printer. Gambar 2 memper-lihatkan prinsip kerja perangkat renograf ber-basis komputer PC dengan komunikasi USB.

Kurva Renogram

Perangkat renograf memberikan hasil diagnosis berupa kurva renogram. Kurva untuk ginjal yang mempunyai fungsi normal diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Renogram

Kurva renogram yang normal terdiri dari 3 fase. Fase pertama merupakan kenaikan yang sangat cepat segera sete1ah penginjeksian

radiofarmaka secara intravenous. Hal ini merefleksikan kecepatan penyuntikan dan pasokan vascular menuju ginjal.

Setelah beberapa detik kemudian kemiringan (slope) kurva renogram menurun. Tahap ini merupakan fase II yang men-cerminkan penanganan radiofarmaka (OIR) di dalam ginjal dan mengalir melalui sel-sel tubular menuju lumen dari nephons. Bentuk dan panjang kurva pada bagian ini tergantung dari beberapa faktor termasuk laju pasokan, efisiensi ekstraksi, transit intraluminal, dan ekskresi. Bagian kurva yang menanjak melambangkan perioda saat radiofarmaka semakin banyak diekstraksi oleh ginjal dari sirkulasi darah, sementara itu belum ada bagian yang keluar dari ginjal. Jika tidak ada aktivitas yang diekskresi, misalnya karena proses penyum-batan, fase kedua ini akan "terus" menanjak.

Pada ginjal yang normal, kurva mencapai puncak dalam waktu 2 - 5 menit. Pada saat kurva mencapai puncak, isotop mulai ke1uar dari daerah renal. Titik ini menandakan awal fase ketiga. Pada titik ini pula isotop mulai memasuki kandung kemih (bladder).

Pencapaian puncak kurva dapat diperlambat oleh beberapa keadaan seperti proses penyumbatan yang menghalangi ekskresi tracer, renal artery stenoid,

rendah-nya laju alir urine, atau perendah-nyakit parenchymal. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi ke-miringan (slope) fase II dan faseIII.

Pada Fase III sebagian besar terdiri atas proses ekskresi. Hal ini mencerminkan ke-setimbangan yang tercapai antara jumlah tracer yang masuk dan yang keluar dari ginjal. Bentuk kurva renogram mencerminkan fungsi ginjal pasien. Tipikal kurva renogram dan interpretasi masing-masing kurva dapat dilihat pada Gambar 4..

Dosis radioisotop yang diberikan

Dosis radioisotop yang disuntikan ke pasien untuk penggunaan perangkat renograf jauh lebih rendah dibandingkan dengan dosis radioisotop yang diberikan pada pemeriksaan dengan menggunakan kamera gamma. Perbandingan dosis radioisotop untuk renograf dan kamera gamma dapat dilihat pada Tabel 1

(4)

~I""-,"",*n , G'i"""ni!! 1dr'J", __"!IO ~,"" ~~ :~.~ ¥tr".~:tu~h1ln "'~".m~~ '0 ••• ~y: ,Ifttt-n'''t .•. " ,8

j .

hI;» -*"" W.Mw ~;II •••• "~""" .h' .••• :1k"j••~ ~_ ••,

• """"""••~ ••.• oOb---.iIt ••i8•••t~1 I'fHInCl9¥'w_n'I.'"4-*ka •••••••••cMt!I"~!Idiri •••••••..•••.•~t

Tabe] I. Perbandingan Dosis Radioisotop Untuk Orang Dewasa[2]

Reoograf HasH Litbaogyasa Batao

Perangkat renogaf IR2 merupakan perangkat renograf dengan komunikasi

Universal Serial Bus (USB) yang di-kembangkan oleh PRPN-BATAN berdasarkan

Dasis yang dianjurkan Probe Renagraf (MBq) (uCi) 2 50 1 25 6 150

Gambar 4. Tipika] po]a renogram [5,6]

pengembangan perangkat renogaf yang terdahulu seperti perangkat renograf IRI versi

Add-On Card. Perangkat ini menggunakan sistem komputer PC pentium IV yang mudah didapat di pasaran. Perbedaan mendasar dengan perangkat renograf yang terdahulu adalah sistem komunukasi data antara modul elektronik dengan komputer. Komunikasi data yang digunakan adalah Universal Serial Bus (USB) yang merupakan komunikasi standar yang digunakan pada setiap komputer PC saat ini. Pada Gambar 5 dapat dilihat bentuk fisik dari perangkat renograf-IRI. Dan Pada Gambar 7 adalah bentuk fisik perangkat renograf-IR2.

Kamera Gamma (MBq) (uCi) 12 300 3 100 75 2000 1231-01H 1311-01H 99mTc-DTPA Radiafarmaka

Gambar5. Perangkat RenografIRI Perangkat renograf IR2 terdiri dari:

bagian mekanik, sistem detektor, modul elektronik, dan perangkat lunak. Bagian mekanik terdiri dari fasilitas pemeriksaan pasien berupa kursi dan penyangga detektor.

Sistem detektor terdiri dari dua buah detektor NaI(TI) berdiameter 2 inei berikut penguat awal. Modill elektronik terdiri dari eatu daya tegangan rendah, eatu daya tegangan tinggi, dua buah pembentuk pulsa, dua buah penganalisis

(5)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176

tinggi pulsa kanal tunggal (Single Channel

Analyzer - SCA), dua buah pencacah, dan

antannuka USB. Gambar 6 menunjukan blok diagram dari perangkat renografIR2.

Gambar 6. Blok Diagram Perangkat Renogaf IR2[6]

Gambar 7. Perangkat RenografIR2

Perangkat lunak untuk pengoperasian perangkat renograf IR2 ini adalah

RenoXp-USB. Perangkat lunak ini dijalankan dengan menggunakan sistem operasi Windows XP.

PENGUJIAN DAN PENEMPATAN ALAT Prinsip dasar dari sistem elektronik dan perangkat lunak perangkat renograf ini telah dipresentasikan pada refurbishing

uptake system workshop yang

diselenggara-kan oleh International Atomic Energy Agency

(IAEA) di Yangoon, Myanmar pada tahun 2001. Pada workshop ini juga dilakukan pengujian pengukuran yang dilakukan oleh pakar IAEA dan peserta workshop. Setelah se1esai workshop modul elektronik dan perangkat lunaknya tersebut digunakan untuk me-refurbish perangkat renograf yang berada di Yangoon General Hospital.

(6)

Perangkat renograf ini sering di-gunakan untuk demonstrasi pemeriksaan ginjal pada acara-acara tertentu. Hal ini dilakukan dalam rangka pemasyarakatan tek-nologi nuklir di bidang kesehatan. Demon-strasi pemeriksaan ginjal telah dilakukan di berbagai kota, antara lain Padang, Palem-bang, Lampung, Garut, Semarang, Yogya-karta, Jepara, dan lain-lain. Di Jakarta selain di lingkunagan Batan sendiri, demonstrasi pemeriksaan ginjal dengan menggunakan perangkat renograf juga telah dilaksanakan di instansi-instansi lain seperti Dewan Perwa-kilan Rakyat (DPR dan DPRD), Departemen Keuangan, Rumah Sakit Jakarta, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, dan lain-lain. Dalam setiap kegiatan tidak kurang dari 100 pasien hingga 200 pasien yang dilakukan diagnosis fungsi ginjalnya.

Dalam rangka Hari Kebangkitan Tek-nologi Nasional, Batan menghibahkan pe-rangkat renograf kepada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Selain untuk mensosialisasikan pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk meringankan biaya pemeriksaan fungsi ginjal yang harus ditanggung oleh pasien.

Perangkat renograf ini juga telah digunakan di Rumah Sakit Bethesda, Yogya-karta sejak tahun 2004. Menurut data dari Rumah Sakit Bethesda, jumlah pasien yang telah diperiksa menggunakan perangkat renograf dalam perioda Juni 2004 hingga Mei 2006 berjumlah 282 pasien. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh karyawan Rumah Sakit Bethesda sendiri.

Aspek Ekonomi

Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa penggunaan radioisotop I31I-OIH untuk meriksaan fungsi ginjal menggunakan pe-rangkat renograf hanya seperempat dari dosis yang digunakan untuk kamera gamma. Sehingga biaya radioisotop I31I-OIH per pasien lebih rendah bila menggunakan pe-rangkat renograf. Hal ini menunjukan bahwa untuk pemeriksaan fungsi ginjal, meng-gunakan perangkat renograf lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kamera gamma. Paparan radiasi yang diterima oleh pasien pun menjadi lebih rendah.

Daya listrik yang diperlukan untuk peng-operasian perangkat renograf setara dengan pengoperasian komputer PC pada umurnnya. Pada kamera gamma diperlukan daya listrik yang jauh lebih besar.

Data dari RS. Bethesda di Yogyakarta dan RS. Fatmawati di Jakarta menunjukan bahwa rata-rata tiap bulan pasien yang dapat dilayani pemeriksaan fungsi ginjal adalah 12 orang sampai 15 orang. Biaya pengoperasian perangkat renogaf l(satu) juta rupiah per bulan. Setiap pemeriksaan pasien dibebankan biaya Rp. 200.000,-. Rata-rata setiap bulan dari pasien terkumpul dana Rp. 2.400.000,-. Sehingga terdapat sisa dana sebesar Rp. 1.400.000,- per bulan.

Biaya pengoperasian seperti di atas dengan anggapan bahwa pemesanan radioisotop dilaku-kan satu kali perbulan sebesar 5 mCi. Secara teoritis, dengan kadar 5 mCi dapat digunakan untuk 30 pasien untuk pemeriksaan untuk 2 (dua) minggu pertama setelah pembelian isotop. Hal ini telah memperhitungkan berkurangnya dosis radio-isotop akibat waktu peluruhan. Dengan demikian saldo dana yang dikumpulkan dapat bertambah 2,5 kali lipat.

Untuk operasi rutin di rumah sakit, jumlah maksimal ini jarang dapat dicapai. Hal ini disebabkan karena pasien yang akan diperiksa tidak dapat ditentukan waktu pemeriksaannya. Jumlah pengguna maksimal mungkin dapat dicapai bila pasien yang akan diperiksa tersedia pada kurun waktu 2 minggu pertama tersebut. Hal ini dapat terjadi pada saat kegiatan-kegiatan tertentu seperti kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala karyawan suatu instasi.

Peralatan kamera gamma di indonesia pada awalnya adalah hibah dari BATAN. Saat ini kamera gamma yang ada sudah banyak yang rusak karena suku cadangnya sulit didapat dan umur alat yang sudah tua. Kamera gamma yang masih aktif di antaranya berada di RS. Hasan Sadikin Bandung, RS. Ciptomakungkusumo Jakarta, RS. Karyadi Semarang dan RS. Sarjito Yogyakarta. Untuk pengadaan kamera gamma diperlukan biaya miliaran rupiah. Renograf probe kira-kira sepersepuluh dari kamera gamma.

Dari uraian di atas dapat dibuat perban-dingan kelebihan dan kekurangan renograf dual

probe hasil litbangyasa BATAN dengan kamera

(7)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER2006 ISSN 1978-0176

Kelebihanl4,71

1. Biaya investasi peralatan lebih murah yaitu sepersepuluh dari kamera gamma. 2. Biaya operasional per pasien lebih

murah yaitu setengah dari kamera gamma.

3. Perawatan alat lebih mudah, yang berarti hemat biaya.

4. Suku cadang mudah didapat di dalam negeri, yang berarti hemat biaya.

5. Ruangan temp at yang dibutuhkan lebih kecil, berarti hemat biaya.

6. Daya listrik sarna dengan PC, yang berarti biaya listrik lebih murah.

7. Dosis yang digunakan lebih rendah, berarti biaya penggunaan isotop lebih murah.

8. Paparan radiasi yang diterima lebih rendah, yang berarti lebih aman dari kamera gamma.

Kekurangan [7]

1. Hanya digunakan untuk periksa fungsi ginjal saja.

2. Hasil pemeriksaan tidak imaging. 3. Belum dapat menentukan GFR dan RPF

seperti pada kamera gamma.

4. Perlu pengalaman untuk penempatan probe sesuai posisi ginjal pasien. Pelayanan pada masyarakat

Untuk negara berkembang seperti Indonesia yang pendapatan perkapitanya masih rendah, biaya pemeriksaan fungsi ginjal masih dirasa mahal. Apalagi dengan teknologi canggih. Dengan hadirnya per-alatan renograf buatan BATAN, diharapkan dapat meringankan masyarakat. Agar ter-jangkau oleh masyarakat diperlukan

kebijak-an dari pemerintah diantaranya: penggunaan fasilitas ASKES, Jamsostek, kartu Keluarga Miskin-GAKIN dan lain-lain. Hal ini telah dilakukan oleh rumah sakit negeri seperti RS. Fatmawati. Pada acara tertentu seperti gelar teknologi, BA TAN juga mensosialisasikan pemeriksaan fungsi ginjal gratis dalam rangka pemasyarakatan teknologi nuklir. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan perangkat renograf probe

BAT AN untuk diagnosis fungsi ginjal lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kamera gamma yang berarti lebih ekonomis untuk negara berkembang seperti Indonesia. Perangkat renograf hasil litbangyasa BAT AN cocok digunakan untuk rumah sakit yang sarat dengan keterbatasan dana. Pelayanan, perawatan, dan perbaikan alat lebih cepat dan mudah karena buatan dalam negeri. Disamping itu dapat mengurangi ketergantungan pada luar negeri.yang berarti menghemat devisa.

DAFTAR PUST AKA

1. BLAUFOX, M.D., FINE, E., LEE, HB. AND SCARF, S., 1984, The Role of Nuclear Medicine in Clinical Urologi and Nephrology,

NM Vo125 :619-625.

2. O'REILLY, P.H., SHILDS, R.A. AND TESTA, H.J., 1986, Nuclear Medicine in Urology and

Nephrology, 2nd ed, Butterworths, London

Boston: 91-108.

3. RESNICK, M.1. AND BENSON, M.A., 1989,

Manual of Clinical Problems in Urology, 1sted,

Brown and Company, Boston, Toronto, London: 35-44.

4. REPORT ON CLINICAL APLICATION., 2001, RAS/4/0 17-005 IAEA "Regional Training Workshop on Refurbishing of Aged Uptake !Renogram System", Yangoon- Myanmar. 5. RUKMONO PRIBADI, 2002, "Ren02002 version

V1.2.4 Renography software User manual", Pusat Pengembangan Perangkat Nuklir -BATAN, Jakarta.

6. WIRANTO BUm SANTOSO.,2006, "Perangkat Renograf Sebagai Alat Uji Fungsi Ginjal", Prosiding Gelar Teknologi BATAN 2006, PKTN- BATAN, Jakarta.

7. GOGOT SUYITNO M. D., 2001, "Handout IAEA workshop RAS/4/017-005", Yangoon-Myanmar.

TANYAJAWAB

Pertanyaan

1. Bagaimana dampak terhadap pasien dari keadaan alat tersebut? (Sajima)

2. Bagaimana keterkaitan pemeriksaan renograf yang sudah dilakukan di rumah sakit dengan sosioekonomi sekarang?

(8)

Jawaban

1. Dampak biaya yang dikeluarkan pasien lebih kecil menggunakan renograf probe dibandingkan dengan kamera gamma. 2. Renograf yang dulu :

a. Dimensinya besar sehingga butuh ruang besar

b. Teknologinya sudah ketinggalan se-hingga jika rusak komputemya tidak ada penggantinya karena komputer sekarang Pentium IV ke atas tidak ada fasilitas slot ISA Bus

3. Renograf sekarang :

a. Dimensinya kecil sehingga butuh ruang kecil

b. Teknologinya menggunakan fasilitas USB dengan komputer pentium IV

c. Operating System Windows Xp

d. Perangkat lunakuser friendly.

LAMPIRAN

Gambar 8. Perangkat Renograf dengan Posisi Pasien Duduk

Gambar 9. Pemasyarakatan Teknologi Nuklir Bidang Kesehatan

Gambar

Gambar 1. Prinsip Kelja Perangkat Renograf Konvensional
Gambar 2. Prinsip Kerja Perangkat Renograf Berbasis Komputer PC Dengan Komunikasi USB
Gambar 4. Tipika] po]a renogram [5,6]
Gambar 6. Blok Diagram Perangkat Renogaf IR2 [6]
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

10 Dalam waktu satu semester tahun pelajaran 2010/2011 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Wonogiri, kasus-kasus yang masuk ke meja BP/BK menurut Ibu Murniyati masih dalam

Dietetika, UP Fakulteta za vede o zdravju, 2019 Preglednica 2: Priporočen dnevni energijski vnos v kJ kcal/dan pri osebah z normalno telesno maso in višino ter starosti

4 Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) Pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah (LKDRIB) di Kabupaten Sarolangun. 5

Faculty of Letters and Human Sciences Chouaib Doukkali University, El. Jadida,

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa hukum positif berupa peraturan perundang-undangan, pendapat lisan maupun tulisan dari para ahli atau pihak

Pengaruh model pembelajaran PLO terhadap penguasaan konsep calon guru ditinjau dari: 1) Penguasaan konsep pendidikan lingkungan bagi calon guru kelas eksperimen;

Bila hal itu tidak diketahui, akhirnya akan merusak Syareat, bila telah diketahui semuanya, itulah yang disebut, yang dinamakan tahu Kanjeng Nabi, adapun