• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. K. B Jurnal Kependidikan Betara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J. K. B Jurnal Kependidikan Betara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

https://e-journal.sdn195pinangmerah.com/index.php/jkb

e-ISSN : 2722-0052

p-ISSN : 2722-029X

J . K . B

Jurnal Kependidikan Betara

Sitasi: Millenia, R., & Purwanti, P. F. (2021). Kajian Pengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Elastisitas. Jurnal Kependidikan Betara, 2(1), 36-42.

Kajian Pengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil

Belajar Elastisitas

Ramadhanti Millenia*, Putri Festiana Purwanti

Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5, Malang, 65145, Indonesia

*E-mail: ramadhanti.millenia.1803216@students.um.ac.id

1. Pendahuluan

Fisika sebagai suatu cabang ilmu yang mengkaji fenomena alam melalui serangkaian proses ilmiah untuk mendapatkan fakta dari fenomena alam tersebut. Dalam mempelajari teori fisika seorang harus mampu memahami hubungan antara konsep fisis dan matematisnya. “Seorang” yang belajar di suatu instansi pendidikan, pada jenjang pertama ataupun jenjang atas, untuk memperoleh pemahaman mengenai apa yang dipelajarinya disebut sebagai siswa. Kompetensi siswa dalam memahami konsep fisika di sekolah sangat menentukan prestasi belajarnya (Mundilarto & Ismoyo, 2012). Selain itu pemahaman yang baik pada konsep fisika akan membantu mereka mengatasi masalah yang terkait konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Tetapi kebanyakan dari siswa hanya “tahu” persamaan matematisnya, tidak dengan konsep yang mendasarinya. Sehingga apabila mereka dihadapkan pada suatu permasalahan atau soal yang membutuhkan penyelesaian yang kompleks dan melibatkan berbagai konsep fisika, mereka akan mencari solusi terkait masalah yang mereka hadapi. Ketidakpahaman siswa dalam menghubungan konsep fisis dengan konsep matematis membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar fisika (Hidayatulloh, 2020).

Menurut penelitian (Şahin & Yaǧbasan, 2012), kesulitan yang dialami siswa terjadi hampir pada semua pembahasan, seperti mekanika 1, mekanika 2, listrik, dan magnet. Salah satu materi ajar fisika,

Received

November 2020

Revised

Januari 2021

Accepted for Publication

Januari 2021

Published

Januari 2021

Abstract

This study aims to examine some researches about the success in implementing problem based learning model and overcome the students's difficulty in Elasticity chapter. Most of them found it difficult to understand the concept of elasticity. Thus, problem based learning model was one of the best alternative to enhance the students's concept about elasticity. This article reviews some researches which discuss the implementation of PBL model in Elasticity. In addition, it also examines how effective PBL is implemented to solve the students' difficulties in learning elasticity. The result shows that PBL can help the students in learning elasticity..

Keywords: Elasticity, problem based learning, learning outcome

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa penelitian mengenai keberhasilan model pembelajaran problem based learning dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi elastisitas. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi elastisitas cenderung pada pemahaman konseptualnya. Maka dari itu model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai konsep elastisitas. Artikel ini mengulas beberapa penelitian mengenai penerapan model PBL pada materi elastisitas. Dan juga seberapa berpengaruh model PBL dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi elastisitas. Hasilnya model pembelajaran PBL dapat mengatasi kesalahpahaman siswa pada materi elastisitas.

(2)

37 pada pembahasan mekanika 2 di tingkat SMA, yaitu materi elastisitas. Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk semula segera, setelah hilangnya gaya yang diberikan kepada benda tersebut (Fitriah & Jannah, M., 2018). Berdasarkan sebuah studi yang dirancang oleh (Puspitasari et al., 2017) bahwa pemahaman konsep paling rendah pada materi elastisitas terdapat pada indikator menghitung konstanta masing-masing pegas dengan disajikan 3 buah pegas identik dengan nilai translasi 87,70%, interpretasi 88,5% dan ekstrapolasi sebesar 57,95%. Rendahnya persentase nilai ekstrapolasi ini disebabkan oleh ketidakpahaman siswa dalam menghubungkan konsep fisika dan konsep matematisnya. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi elastisitas, diperlukan suatu model pembelajaran tertentu. Menurut (Serevina et al., 2018), PBL merupakan sebuah strategi pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dapat menjawab permasalahan hasil belajar siswa.

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan tahapan metode saintifik, model ini mengarahkan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan hingga diperoleh suatu pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah (Ward & Lee, 2002). PBL dianggap sebagai suatu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student center) dan melibatkan masalah dunia nyata. PBL pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1960-an di Amerika Serikat. Pada awalnya PBL dikembangkan dalam program fakultas kedokteran, tetapi kemudian model pembelajaran ini terus dikembangkan dan diaplikasikan pada bidang-bidang lain, seperti ilmu sosial, ilmu alam, komputasi, dll. Pada model pembelajaran PBL siswa dituntut aktif, kreatif dan mandiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa. Selain itu, pada pembelajaran PBL siswa dituntut untuk menganalisis masalah dan membuat laporan sebagai tolak ukur kemampuan yang dimiliki siswa (Yew & Goh, 2016). Pembelajaran ini tidak berpusat pada guru, karena dalam PBL guru berperan sebagai fasilitator dengan membimbing dan membantu dalam kegiatan pembelajaran (Dwi & Anitah, 2018). Sehingga dalam pembelajaran yang menerapkan model PBL, siswa bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuannya yang berkesan dan bermakna. Keberhasilan model pembelajaran PBL di berbagai tingkatan pendidikan sudah banyak dibuktikan oleh penelitian dari berbagai negara (Daʇyar & Demirel, 2015).

2. Hasil dan Pembahasan

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran berbasis masalah nyata yang relevan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang realistik (Ningsih, 2014). Dalam praktiknya, siswa dilibatkan secara langsung untuk memecahkan masalah realistik yang dilaksanakan melalui tahapan metode ilmiah. Dengan tahapan metode ilmiah, selain dapat menyusun, siswa juga dapat mencapai tahap mengembangkan kembali, serta membuat perubahan pada pengetahuan awal melalui interaksi antara lingkungan, aktivitas kelas dan pengalaman, serta interaksi yang terjadi selama pembelajaran (Destianingsih & Ismet, 2016). Pada pembelajaran PBL ini siswa dituntut aktif dan kreatif selama proses belajar-mengajar berlangsung karena kegiatan yang dirancang terpusat pada siswa. Model pembelajaran ini menuntut adanya kerjasama atau kolaborasi antar siswa untuk memecahkan permasalahan dengan berbagai macam sudut pandang. Dengan berkolaborasi akan meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam menghadapi tantangan pada kehidupan nyata. Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru memiliki peran seperti memberikan pengarahan siswa untuk menemukan, memverifikasi, dan membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga pengetahuan yang mereka miliki lebih bermakna dan tersimpan pada memori jangka panjangnya (long term memory) (Taqwa, M. & Rivaldo, 2018)

Berdasarkan pernyataan di atas, karakteristik model pembelajaran PBL dapat dijabarkan seperti berikut: (a) Pembelajaran berpusat pada siswa, (b) Pembelajaran berkolaborasi antar siswa, (c) Peran guru adalah sebagai fasilitator dan moderator, (d) Mengasah keterampilan dalam problem solving, (e) Pembelajaran mandiri membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan baru. Menurut Shoimin ( dalam Rerung et al., 2017), penerapan PBL mempunyai kelebihan seperti (1) siswa dilatih untuk mencari solusi permasalahan dalam dunia nyata, (2) melatih kemampuan konstruksi pengetahuan dari aktivitas kolaborasi di dalam kelas, (3) kesulitan belajar siswa yang dialami dapat dipecahkan bersama-sama. Sedangkan kelemahannya seperti : (1) PBL tidak bisa diaplikasikan untuk semua materi dan (2) dalam suatu kelas terdapat beberapa karakter siswa sehingga sulitnya pembagian tugas untuk diterapkannya model pembelajaran PBL.

Menurut (Belt, 2001) model pembelajaran PBL dapat berpotensi menarik perhatian siswa karena (1) Bekerja dengan situasi “kehidupan nyata” yang menghasilkan minat dan mempertahankan

(3)

38 antusiasme, (2) Memperkuat pemahaman mengenai materi pelajaran, (3) Solusi tidak terbatas pada jawaban yang “benar”, (4) masalah yang diangkat adalah masalah yang kontroversial yang membutuhkan penilaian dan pengambilan keputusan, dll. Sehingga model pembelajaran berbasis masalah ini banyak diterapkan diberbagai bidang pendidikan, terutama dalam teknik (Valeria Quevedo et al., 2013), hukum (Moust, 1998), pendidikan kedokteran (Barrows, 1996), pelatihan guru dalam jabatan (Sezgin & Sahin, 2008) dan pendidikan sains (Sungur et al, 2006).

Pendidikan sains yang menerapkan model pembelajaran PBL diterapkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam proses belajar-mengajar sains serta meningkatkan output belajar siswa. (Putra et al., 2019), pemahaman konsep (Taqwa et al., 2019), dan kemampuan pemecahan masalah & minat belajar fisika (Herlinda et al., 2017). Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran PBL pada pendidikan sains, yaitu (1) mengidentifikasi istilah dan konsep tidak langsung dapat dimengerti, (2) mendefinisikan masalah, (3) menganalisis masalah, (4) membuat inventarisasi sistematis dari berdasarkan langkah ke-3, (5) merumuskan tujuan pembelajaran, (6) mengumpulkan informasi tambahan, dan (7) menjabarkan informasi atau data yang baru saja diperoleh (Jamiat, 2018) mengutip dari (Schmidt, 1983).

Batlolona et al. (2019) melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada materi elastisitas dan hukum Hooke dengan membandingkan dua model pembelajaran, yaitu konvensional dan PBL. Dalam penelitiannya, Batlolona menggunakan 58 siswa di salah satu SMA Kota Malang dengan akreditasi sekolah yang rata-rata. Dengan membagi 58 siswa ini menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Kontrol dan eksperimen, (Batlolona et al., 2019) menerapkan model pembelajaran konvensional ke kelompok kontrol dan model PBL ke kelompok eksperimen. Data yang dihasilkan merupakan data dari dua kali uji, yaitu pretest dan posttest, dengan menggunakan tes CTS berupa 15 butir soal uraian. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam beberapa langkah, yaitu (1) melakukan pretest untuk menganalisis pemahaman awal siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol, (2) pelaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis PBL pada siswa dengan kelompok eksperimen, dan berbasis konvensional pada siswa dengan kelompok kontrol, (3) melakukan posttest untuk kedua kelompok ini dengan menggunakan soal-soal yang sama dengan soal pretest, dan (4) pengisian angket respon dan wawancara guna mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran model PBL. Berdasarkan data yang telah didapatkan dan dianalisis, kelompok model pembelajaran PBL menghasilkan peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok model pembelajaran konvensional seperti yang ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1. Hasil CTS dalam penelitian (Batlolona et al., 2019), menunjukkan penggunaan model konvensional pada

pembelajaran memberikan hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan model PBL. Topic 1 membahas keelastisan suatu bahan, topic 2 membahas tegangan dan regangan.

Penelitian lain mengenai model pembelajaran ini juga dilakukan oleh (Muslim et al., 2015) terhadap siswa dari SMA Unggul Harapan Persada yang berada pada kelas XI A. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif pra-eksperimen, pada kelompok eksperimen tanpa adanya

(4)

39 kelompok kontrol. Penelitian (Muslim et al., 2015) pada materi hukum Hooke dan elastisitas terbatas untuk mengetahui tingkat kognitif saja, yaitu pada aspek C5, C4, C3, C2 dan C1. Tetapi karena artikel ini bertujuan untuk membahas keberhasilan pembelajaran materi elastisitas pada siswa dengan menerapkan pembelajaran model PBL, maka untuk menghindari perluasan topik pembahasan, mari analisis hasil penelitian (Muslim et al., 2015) berdasarkan sub materinya. (Muslim et al., 2015) melakukan dua kali pengambilan data yaitu pretest dilakukan sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dan posttest setelah diterapkannya pembelajaran dengan model PBL. Hasil dari penelitian oleh (Muslim et al., 2015) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil penelitian oleh (Muslim et al., 2015) khususnya mengenai penguasaan konsep siswa pada materi

elastisitas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan model PBL, persentase peningkatan hasil belajarnya sebesar 39,17% dibandingkan sebelumnya.

Selanjutnya penelitian oleh (Taqwa et al., 2019), juga menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep elastisitas beserta hukum Hooke dari 34 siswa XI IPA setelah diterapkannya model PBL. Penelitian ini berlokasi di salah satu sekolah menengah atas yang berada di Kota Jambi. Siswa di tes sebanyak dua kali dengan menggunakan 13 soal pilihan ganda beralasan. Waktu pelaksanaan tes dilakukan diawal (pretest), yaitu sebelum diterapkannya model PBL dan akhir (posttest), setelah diterapkan model pembelajaran PBL.Penelitian tersebut dilaksanakan dalam beberapa langkah, yaitu (1) melakukan pretest untuk mengetahui pemahaman awal siswa, (2) pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL pada siswa, (3) melakukan posttest untuk kedua kelompok ini dengan menggunakan soal-soal yang sama dengan soal-soal pretest. Berdasarkan analisis dan pengolahan skor hasil pemahaman yang diperoleh, dijabarkan dalam statistik deskriptif pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif (Taqwa et al., 2019)

No Ukuran Deskriptif Pretest Posttest

1 Minimum 7,69 23,08 2 Maksimum 69,23 100,00 3 Modus 46,15 61,54 4 Median 46,15 61,54 5 Mean 42,31 57,01 6 Simpangan Baku 2,11 3,31 7 Varians 151,51 373,39 8 Skewness -0,707 0,269

Data pada Tabel 1 merupakan hasil statistik dari penelitian (Taqwa et al., 2019) dengan uji beda paired sample t-test, terlihat bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor pemahaman konsep siswa saat posttest dibandingkan dengan saat pretest, artinya pemahaman iswa mengalami peningkatan setelah dilakukan proses pembelajaran dengan modelPBL dibandingkan sebelumnya.

Penelitian lain yang juga berhasil menerapkan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran elastisitas juga dilakukan oleh (Maulidia et al., 2019). Penelitian ini berlokasi di SMA Muhammadiyah 3 Jember dengan sampel penelitian berjumlah 28 siswa dari kelas XI Mipa 3.

(5)

40 Metode pre-eksperimen yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar dalam penelitian (Maulidia et al., 2019) dengan One Group Pretest-Posttest Design, yaitu dengan pemberian pretest-posttest berupa soal uraian. Pemberian pretest dilakukan sebelum penerapan model PBL, bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal siswa. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran setelah penerapan model PBLdilakukan tes yang kedua, tahap posttest. Maulidia et al., (2019) membagi sampel dalam beberapa kelompok kemudian memberikan permasalahan seperti proyek spring bed dan sofa untuk didiskusikan dan dicari hubungan dari permasalahan tersebut dengan materi elastisitas yang akan dipelajari, tahapan sesuai sintaks yang terdapat dalam model PBL. Adapun skor yang diperoleh seperti yang ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pretest dan posttest (Maulidia et al., 2019)

PreTest PostTest

Nilai Rata-Rata 46,7 84,6

Nilai Tertinggi 78 100

Nilai Terendah 5 47

Seperti dalam penelitian (Muslim et al., 2015) yang telah dibahas sebelumya, penelitian (Maulidia et al., 2019) juga bermaksud untuk mengukur hasil belajar kognitif, yaitu pada aspek C5, C4, C3, C2 dan C1. Keberhasilan penelitian mengikuti kriteria skor N-gain, dengan hasil seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis dengan menggunakan skor N-Gain (Maulidia et al., 2019)

Sampel Kelas Eksperimen

N-gain 0,67

Kriteria Sedang

Analisis skor N-gain diperoleh skor N-gain 0,67 dengan kriteria sedang. Kriteria N-gain sedang menunjukkan nilai rata-rata posttest lebih tinggi dibanding nilai rata-rata pretest. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa diterapkannya model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Model PBL menuntut siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses memecahkan masalah hingga diperoleh pemahaman konsep yang lebih baik.

Keberhasilan belajar matei elastisitas dengan menggunakan model PBL juga dibahas dalam penelitian (Ludfianti et al., 2015). Dalam penelitian ini sampel dibagi menjadikelompok eksperimen, yaitu kelompok yang diberlakukan model pembelajaran PBL, dan kelompok kontrol, yaitu kelompok dengan pembelajaran konvensional. Sampel terdiri dari dua Kelas, yaitu XI MIPA 1 (kelas kontrol) dan XI MIPA 3 (kelas eksperimen), seluruh sampel berasal dari satu instansi yang sama, yaitu SMA Negeri 6 Pontianak. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode quasi experimental dengan desain nonequivalent control group. Perbedaan hasil belajar kedua kelas diketahui dari hasil uji statistik, sedangkan besar peningkatannya diketahui dari hasil analisis N-gain. Analisis N-gain pada kelas eksperimen tergolong kategori sedang dengan hasil N-gain 0,59. Sedangkan analisis N-gain kelas kontrol tergolong rendah dengan hasil N-gain 0,22. Artinya peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

(6)

41 Uji signifikansi dari analisis secara statistik memperoleh hasil sebesar 1.40409 x 10−12 kurang dari

0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar.

Analisis hasil penelitian-penelitian di atas membuktikan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah diberlakukan model pembelajaran problem based learning pada materi elastisitas. Hipotesis ini diperkuat dengan menunjukkan jumlah sampel yang terdapat pada wilayah yang berbeda-beda, selain itu sekolah-sekolah tempat penelitian juga memiliki akreditasi yang berbeda-beda, ada yang akreditasinya memang sudah tinggi, dan ada juga yang biasa-biasa. Meskipun demikian hasil penelitiannya sama-sama memuaskan, yaitu terdapat peningkatan hasil belajar. Bahkan, pada satu penelitian yang membandingkan model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran konvensional (Batlolona et al., 2019; Ludfianti et al., 2015), masih diperoleh hasil akhir yang sama, yaitu model pembelajaran PBL lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kesimpulan

Hasil kajian menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari serta menjelaskan materi elastisitas, secara konseptual. Maka dari itu penelitian mengenai suatu model pembelajaran untuk mengatasi permasalah tersebut perlu dilakukan. Model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi permasalah tersebut adalah PBL. Model ini dipilih karena dalam proses pembelajarannya melibatkan siswa secara langsung untuk memecahkan permasalahan-permasalahan realistik, sehingga peluang untuk memperoleh pemahaman konsep menjadi lebih tinggi.

Daftar Rujukan

Barrows, H. S. (1996). Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview. New Directions for Teaching and Learning, 1996(68), 3–12. https://doi.org/10.1002/tl.37219966804 Batlolona, J. R., Diantoro, M., Wartono, & Latifah, E. (2019). Creative thinking skills students in

physics on solid material elasticity. Journal of Turkish Science Education, 16(1), 48–61. https://doi.org/10.12973/tused.10265a

Daʇyar, M., & Demirel, M. (2015). Effects of problem-based learning on academic achievement: A meta-analysis study. Egitim ve Bilim, 40(181), 139–174. https://doi.org/10.15390/EB.2015.4429 Destianingsih, E., & Ismet, I. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Kelas Xi Di Sma Negeri 1 Tanjung Lubuk. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 3(1), 15-21–21. https://doi.org/10.36706/jipf.v3i1.3423 Dwi, I. N., & Anitah, S. W. (2018). The Implementation Off Problem Based Learning Model (PBL) on Teachers and Students Grade Five Elementary Schools in Surakarta City. International Journal of Active Learning, 3(2), 116–123. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijal

Fitriah, N., & Jannah, M., Z. (2018). Elastisitas E-Modul Fisika Berbasis Inkuiri SMA/MA Kelas XI. Banda Aceh. E-Modul, 51(1), 51.

Herlinda, Swistoro, E., & Risdianto, E. (2017). Pengaruh Model Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Hasil Belajar , Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dan Minat Belajar Siswa Pada Materi Fluida Statis Di Sman 1 Lebong Sakti. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(1), 1–10.

Hidayatulloh, A. (2020). Analisis Kesulitan Belajar Fisika Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke Dalam Penyelesaian Soal – Soal Fisika. Kappa Journal, 4(1), 69–75. https://doi.org/10.29408/kpj.v4i1.1636

Jamiat, N. (2018). Designing Problem Based Learning for Teachers in Malaysia: A Study of the Nine-Step Problem Design Process. ProQuest Dissertations and Theses, 118. https://search.proquest.com/docview/2099629631?accountid=8144%0Ahttp://sfx.aub.aau.dk/sfx

aub?url_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:dissertation&genre=dissertations+%26+theses&sid=Pr oQ:ProQuest+Dissertations+%26+Theses+Global&atitle=&title=D

Ludfianti, E., Sitompul, S. S., & Mursyid, S. (2015). Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi elastisitas. 1–8.

Moust, J. (1998). The problem-based education approach at the Maastricht Law School. The Law Teacher, 32(1): 5-36. http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/03069400.1998.9992991 Maulidia, A., Lesmono, A. ., & Suproyadi, B. (2019). Inovasi pembelajaran fisika melalui penerapan

(7)

42 belajar siswa pada materi elastisitas dan hukum hooke di sma Alvi. 4(1), 185–190.

Mundilarto & Ismoyo, H. (2012). Effect of Problem-Based Learning on Improvement Physics Achievement and Critical Thinking of Senior High School Student. Journal of Baltic Science Education, 16(0), 761–779.

Muslim, I., Halim, A., & Safitri, R. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Pbl Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Elastisitas Dan Hukum Hooke Di Sma Negeri Unggul Harapan Persada. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 3(2), 35–50.

Ningsih, S. (2014). Realistic mathematics education: model alternatif pembelajaran matematika sekolah. JPM IAIN Antasari, 01(2), 73–94.

Puspitasari, D., Prastowo, S. H. ., & Prihandono, T. (2017). Seminar Nasional Pendidikan Fisika 2018. Seminar Nasional Pendidikan Fisika 2019, 2(: 2527 – 5917).

Putra, A. G. P., Bektiarso, S., & Handayani, R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Pbl (Problem Based Learning) Terhadap Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Di Sma. Relativitas: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika, 1(1), 29. https://doi.org/10.29103/relativitas.v1i1.1195

Rerung, N., Sinon, I. L. ., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47. https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.597

Şahin, E., & Yaǧbasan, R. (2012). Determining which introductory physics topics pre-service physics teachers have difficulty understanding and what accounts for these difficulties. European Journal of Physics, 33(2), 315–325. https://doi.org/10.1088/0143-0807/33/2/315

Serevina, V., Sunaryo, Raihanati, Astra, I. M., & Sari, I. J. (2018). Development of E-Module Based on Problem Based Learning ( PBL ) on Heat and Temperature to Improve Student ’ s Science Process Skill. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 17(3), 26–36. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1184205.pdf

Sungur, S., Tekkaya, C., & Geban, O. (2006). Improving achievement through problem based learning.

J. Biol. Educ., 40(4): 155-160.

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00219266.2006.9656037

Taqwa, M. & Rivaldo, L. (2018). Kinematics Conceptual Understanding : Interpretation of Position Equations as A Function of Time. Jurnal Pendidikan Sains, 6(4), 120–127. http://journal.um.ac.id/index.php/jps/

Taqwa, M. R. A., Rivaldo, L., & Faizah, R. (2019). Problem Based Learning Implementation to Increase The Students’ Conceptual Understanding of Elasticity. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 9(2), 107–116. https://doi.org/10.30998/formatif.v9i2.3339

Valeria Quevedo, A., Dante, A. G., Martin, P., & Susana, V. (2013). Improving Generic Skills among Engineering Students through Project-Based Learning in a Project Management Course Improving Generic Skills among Engineering Students through Project-Based Learning in a Project Management Course. Improving Generic Skills among Engineering Students through Project-Based Learning in a Project Management Course, 1–17.

Ward, J. D., & Lee, C. L. (2002). A review of problem-based learning. Journal of Family and Consumer Science Education, 20(1), 16–26.

Yew, E. H. J., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An Overview of its Process and Impact on Learning. Health Professions Education, 2(2), 75–79. https://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.01.004

Gambar

Gambar 1. Hasil CTS dalam penelitian (Batlolona et al., 2019), menunjukkan penggunaan model konvensional pada  pembelajaran memberikan hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan model PBL
Gambar 2. Hasil penelitian oleh (Muslim et al., 2015) khususnya mengenai penguasaan konsep siswa pada materi  elastisitas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan model PBL,
Tabel 2. Hasil pretest dan posttest (Maulidia et al., 2019)

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas BCN yang baik dapat diperoleh dari base material dengan kandungan sulfur yang cukup tinggi, yaitu 0,2% atau lebih, baik dengan dan tanpa desulfurisasia. Pernyataan ini

Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda (tes objektif) yang diperluas (disertai alasan). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

Halaman login page merupakan tampilan awal yang akan dilihat oleh user yang belum melalui proses login (user masih dalam status guest). Apabila user ingin masuk ke dalam

a) Validitas dan Reliabilitas budaya mapalus Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas.. 11 validitas suatu questioner, digunakan teknik korelasi

Meskipun demikian, ketika matahari dan bulan berada pada sisi berlawanan dari bumi, kita masih memiliki arus pasang ekstra tinggi sebab kedua matahari dan

Kriteria Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan(1) Mendengarkan Selalu mendengarkan teman yang berbicara Mendengarkan teman yang berbicara, tapi

Kearifan­kearifan  lokal  Bali  yang  menyangkut  hak­hak  atas  bangunan,  tanaman,  ternak  ataupun  barang  yang  ada  di  atas  tanah  merupakan