1 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN, PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD), INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA PADANG
TAHUN 2010-2015
Resti Herdyaningsih1, Ansofino2, Yosi Eka Putri2
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected] ABSTRACT
This study aims to determine 1) the effect of the government expenditure in the education sector on the welfare people. 2) the effect of the government expenditure in the health sector on the welfare people. 3) the effect of the local own revenue on the walfare people. 4) the effect of the inflation on the welfare people. 5) the effect of the unemployment on the welfare people. The type of research used in this study is associative research with the amount of secondary data 24 quarters for 2010-2015 obtained from the Central Bureau of Statistic (BPS) Padang city. The analytical method used in Autoregression-Moving Average (ARMA). Research results show that : 1) government expenditure in the education sector effect 8 period before and 2 next period to welfare people and sector itself. 2) government expenditure in the health sector effect 4 period before and 4 next period to welfare people and sector itself. 3) local own revenue effect 1 period before and 8 next period to welfare people and sector itself. 4) inflation effect 8 period before and 11 next period to welfare people and sector itself. 5) unemployment effect 1 period before and 7 next period to welfare people and sector itself.
Keywords : Government Expenditure In The Education Sector, Government
Expenditure In The Health Sector, Local Own Revenue, Inflation, Unemployment
PENDAHULUAN
Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik.
Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan, menanggulangi
ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut pandangan The
United Nations Development
Programme (UNDP) merumuskan
pembangunan manusia sebagai suatu proses perluasan pilihan manusia
2 dalam meningkatkan kesempatan
mereka untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. Salah satu alat ukur atau indikator yang dapat dipakai untuk melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia yang mampu membawa pada kondisi keberhasilan pembangunan yaitu
Human Development Index (HDI) atau
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Baeti, 2013:87).
Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
No. Tahun IPM
1. 2010 77,81 2. 2011 78,15 3. 2012 79,00 4. 2013 79,23 5. 2014 79,83 6. 2015 80,36
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016.
Meningkatnya IPM di Kota Padang menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini merupakan hal positif bagi Kota Padang dalam membentuk sumber daya yang unggul. Peningkatan IPM dikarenakan Kota Padang merupakan pusat ekonomi dan pendidikan serta akses layanan kesehatan yang terjangkau.
Meningkatnya IPM di Kota Padang menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini merupakan hal positif bagi Kota Padang dalam membentuk sumber daya yang unggul. Peningkatan IPM dikarenakan Kota Padang merupakan pusat ekonomi dan pendidikan serta akses layanan kesehatan yang terjangkau.
Dengan demikian sekurangnya ada dua sektor yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehubungan dengan upaya memperluas kesempatan penduduknya untuk mencapai hidup layak yaitu pendidikan dan kesehatan. Dalam hal ini bisa terwujud melalui alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, dengan meningkatnya alokasi pengeluaran pemerintah di sektor publik tersebut maka akan meningkat pula produktivitas penduduk (Widodo dkk, 2011:26).
3 Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan
dan Kesehatan Kota Padang Tahun 2010 – 2015
No. Tahun IPM
PAD (Milyar Rp) APBD (Milyar Rp) Sektor Pendidikan (Milyar Rp) % Sektor Kesehatan (Milyar Rp) % 1. 2010 77,81 116,69 1.040,02 512,41 49,27 66,01 6,35 2. 2011 78,15 149,87 1.280,23 68,17 5,4 31,27 2,45 3. 2012 79,00 189,45 1.475,99 60,71 4,1 29,36 1,65 4. 2013 79,23 238,87 3.429,48 51,89 1,5 22,47 0,66 5. 2014 79,83 315,68 1.913,52 88,58 4,7 84,57 4,43 6. 2015 80,36 370,41 1.947,36 89,86 4,6 83,18 4,27
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Terlihat pada tabel 2 bahwa pada tahun 2010 persentase pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebanyak 49,27 persen dari total APBD sebesar 1.040,02 milyar rupiah lebih besar dari pada yang ditentukan oleh Undang-Undang. Namun tahun 2011-2015 persentase pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berada di bawah 20 persen. Penelitian Astri dkk (2013:99) menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap IPM, dimana setiap terjadi perubahan pada pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan maka akan diikuti oleh perubahan IPM.
Dalam enam tahun terakhir persentase pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan berada di bawah 10 persen. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (Sanggelorang dkk, 2015:3).
Pemerintah Kota Padang juga berusaha untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang diantaranya dengan
4 menjadikan pajak daerah dan retribusi
daerah sebagai sumber keuangan daerah yang dapat diandalkan. Karena Kota Padang merupakan ibukota Provinsi tentunya fasilitas pelayanan umum, sarana, dan prasarana di Kota ini cukup lengkap dan juga banyak usaha perdagangan, jasa usaha dan industri, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya penerimaan daerah.
Menurut Setiawan dan Halim (2013:19) peningkatan pajak pemerintah akan mengurangi
disposible income masyarakat
sehingga akan menurunkan IPM yang
berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Pada umumnya, masyarakat menginginkan biaya kebutuhan hidup yang stabil dari waktu ke waktu, serta menginginkan pendapatan yang meningkat dari waktu ke waktu atau secara makro terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi disertai stabilitas ekonomi yang mantap. Stabilitas ekonomi diperlukan agar dapat menjaga pendapatan masyarakat tersebut tidak tergerus oleh kenaikan harga (inflasi). Dengan begitu masyarakat akan menjadi lebih sejahtera (Boediono, 2010:16).
Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia dan Inflasi Kota Padang Tahun 2010 – 2015
No. Tahun IPM Inflasi (%) Tingkat Pengangguran
Terbuka (%) 1. 2010 77,81 7,84 14,67 2. 2011 78,15 5,37 16,90 3. 2012 79,00 4,16 12,35 4. 2013 79,23 10,87 14,10 5. 2014 79,83 7,65 12,28 6. 2015 80,36 5,02 16,26
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang
Tabel 3. menunjukkan perkembangan tingkat inflasi pada tahun 2010 – 2015 di Kota Padang yang mengalami penurunan. Peningkatan yang tajam terlihat pada tahun 2013 sebesar 10,87. Inflasi di Kota Padang termasuk dalam kategori inflasi ringan, yaitu tingkat inflasi
sampai dengan 10 persen atau 20 persen dalam satu tahun. Pada tahun 2015 inflasi Kota Padang turun menjadi 5,02 persen. Menurut BPS, Kota Padang menduduki posisi ke 18 di Sumatera dan ke 74 dari seluruh kota yang mengalami inflasi secara nasional.
5 Keterkaitan inflasi dengan tingkat
kesejahteraan terjadi karena akan
mempengaruhi kemampuan
masyarakat dalam melakukan transaksi pembelian barang-barang dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Ada dua sisi efek dari inflasi, dimana ada sebagian masyarakat mendapatkan keuntungan dari terjadinya inflasi dan ada juga masyarakat yang menderita karena inflasi tersebut (Zainuddin, 2015:46)
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), indikator kesejahteraan yang juga menunjukkan tingginya kesejahteraan di suatu negara atau daerah adalah indikator ketenagakerjaan yang tercermin pada turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran di Kota Padang berada pada peringkat pertama di Sumatera Barat pada Tahun 2015. Dalam kurun waktu tahun 2010 – 2015 tingkat pengangguran tertinggi terdapat pada tahun 2011 dan 2015, yakni sebesar 16,90 persen dan 16,26 persen. Ada dua kemungkinan penyebab berfluktuasinya tingkat pengangguran di Kota Padang, pertama karena adanya kebiasaan merantau dan kedua karena pertumbuhan ekonomi Kota
Padang itu sendiri. Pengangguran yang semakin besar akan menjadi beban perekonomian daerah dan mengurangi kesejahteraan masyarakat (Sasana, 2009:51).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang Padang dengan jumlah data sebanyak 24 triwulan selama 6 tahun dari 2010-2015.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel kesejahteraan masyarakat sebagai variabel terikat (Y), pengeluaran pemerintah sektor pendidikan (X1), pengeluaran
pemerintah sektor kesehatan (X2),
pendapatan asli daerah (X3), inflasi
(X4), dan pengangguran (X5).
Teknik analisis data yang digunakan adalah Autoregression-Moving Average (ARMA).
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Uji Stationer
Berdasarkan hasil analisis data untuk uji stationer diperoleh bahwa nilai probability untuk semua variabel nilainya lebih kecil dari tingkat
6 signifikan yang digunakan (α = 0,05)
dan nilai DF > test critical values 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa data hasil penelitian ini sudah stationer, sehingga data hasil penelitian dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis
Autoregression-Moving Average
(ARMA).
Uji Autoregression (AR) dan Moving
Average (MA)
1. Hasil Uji pada Variabel Y (Kesejahteraan Masyarakat) Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel Y diperoleh nilai koefisien AR(4) sebesar 0,667935 dengan nilai
probability < 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa variabel Kesejahteraan Masyarakat (Y) dipengaruhi oleh 4 periode sebelumnya terhadap kesejahteraan masyarakat itu sendiri, dan nilai koefisien MA(4) 0,990141 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan IPM berpengaruh pada 4 periode selanjutnya
2. Hasil Uji pada Variabel X1
(Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan)
Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel X1 diperoleh nilai koefisien AR(8)
0,110511 dengan nilai probability <
0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (X1) dipengaruhi oleh 8
periode sebelumnya terhadap sektor itu sendiri, dan nilai koefisien MA(2) 0,900634 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh 2 periode selanjutnya.
3. Hasil Uji pada Variabel X2
(Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan)
Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel X2 diperoleh nilai koefisien AR(4)
0,667935 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan (X1) dipengaruhi oleh 4
periode sebelumnya terhadap sektor itu sendiri, dan nilai koefisien MA(4) 0,990141 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh 4 periode selanjutnya.
4. Hasil Uji pada Variabel X3
(Pendapatan Asli Daerah) Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel X3 diperoleh nilai koefisien AR(1)
0,653784 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
7 Pendapatan Asli Daerah (X3)
dipengaruhi oleh 1 periode sebelumnya terhadap PAD itu sendiri, dan nilai koefisien MA(8) 0,845289 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh pada 8 periode selanjutnya.
5. Hasil Uji pada Variabel X4
(Inflasi)
Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel X4 diperoleh nilai koefisien AR(8)
0,173153 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Inflasi (X4) dipengaruhi oleh 8 periode
sebelumnya terhadap inflasi itu sendiri, dan nilai koefisien MA(11) 0,99983 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh pada 11 periode selanjutnya.
6. Hasil Uji pada Variabel X5
(Pengangguran)
Berdasarkan hasil analisis data untuk uji AR dan MA pada variabel X5 diperoleh nilai koefisien AR(1)
0,529225 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengangguran (X5) dipengaruhi oleh 1
periode sebelumnya terhadap
pengangguran itu sendiri, dan nilai koefisien MA(7) 0,964836 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh pada 7 periode selanjutnya.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (X1) Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa
nilai koefisien sebesar 0,831209, 1,238991 dan 0,841907 dengan nilai
probability < 0,05 pada variabel
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, dan nilai tstatistic sebesar
8,242912, 14,39186 dan 11,9747 >
ttabel sebesar 1,73406, yang
menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa
8 dirasakan setelah 2 periode atau 6
bulan selanjutnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Brata (2002:121) menguji bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dalam konteks regional (antar provinsi) di Indonesia. Variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM dicapai.
Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan mencerminkan komitmen pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan. Semakin besar pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan maka semakin banyak masyarakat yang bisa bersekolah dan menikmati fasilitas yang layak. Dengan adanya pendidikan masyarakat bisa berfikir kreatif dan mampu mengikuti perubahan seperti penerapan teknologi dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan manusia. Pendidikan menjadi hal paling vital dan merupakan kunci bagi
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan (X2) Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa
nilai koefisien sebesar 0,881078 dan 0,999614 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan nilai t-statistic sebesar 19,82457 dan 23,62423 > ttabel sebesar 1,73406, yang
menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri berpengaruh 4 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 12 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 4 periode atau 12 bulan selanjutnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suparno (2014:17) dengan judul pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan,
9 kesehatan, dan infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembanguna ekonomi di provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) akan tetapi hanya pengeluaran pemerintah sektor kesehatan yang memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Kalimantan Timur, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur.
Besarnya pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan merupakan gambaran untuk melihat tingkat kesehatan mayarakat. Tingkat kesehatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik untuk mencapai kesejahteraan.
3. Pengaruh Pengeluaran Pendapatan Asli Daerah (X3)
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa
nilai koefisien sebesar 1,025520 dan 0,951687 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pendapatan asli daerah, dan nilai t-statistic sebesar 54,27632 dan 23,30376 > ttabel sebesar
1,73406 yang menunjukkan pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 8 periode atau 24 bulan selanjutnya. Jadi model yang tepat dalam mencari pengaruh variabel pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan dan PAD itu sendiri adalah model
Autoregressive-Moving Average
10 Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Putra dan Ulupui (2015:875) meneliti bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa PAD secara konsisten mampu meningkatkan IPM, sedangkan DAU dan DAK tidak mampu meningkatkan IPM. Dengan adanya peningkatan PAD suatu daerah, maka IPM akan meningkat.
Pendapatan asli daerah yang selalu meningkat setiap tahunnya berguna untuk melaksanakan pembangunan. Pengelolaan pendapatan asli daerah yang efektif dan efisien perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi daerah. Kontribusi dari yang dicapai daeri pendapatan asli daerah dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Pengaruh Pengeluaran Inflasi (X4) Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa
nilai koefisien 0,988007 dan 0,929780 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel inflasi, dan nilai t-statistic sebesar 10,66085 dan 29,89883 > ttabel
sebesar 1,73406 yang menunjukkan inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 11 periode atau 33 bulan selanjutnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin (2015:46) menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. Tingkat inflasi yang terjadi merupakan suatu indikator untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu daerah, sehingga pemerintah harus menjalankan kebijakan yang tepat dan mengawasi laju inflasi. Terjadinya inflasi akan
11 memberikan efek dua arah, yaitu efek
mempersulit keadaan ekonomi masyarakat, dan disisi yang lain akan memberikan efek memperbaikai keadaan ekonomi sebagian masyarakat.
5. Pengaruh Pengangguran (X5)
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa
nilai koefisien sebesar 1,000105 dan 0,910818 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengangguran, dan nilai t-statistic sebesar 33,76959 dan 18,38176 > ttabel sebesar 1,73406 yang
menunjukkan pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 7 periode atau 21 bulan selanjutnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Baeti (2013:90). Kondisi sosial ekonomi masyarakat ekonomi
masyarakat juga dapat mempengaruhi IPM adalah pengangguran. Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia. Pengangguran menyebabkan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal sedangkan tujuan akhir dari pembangunan yaitu untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jika tingkat pengangguran di suatu daerah tinggi maka akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, bahwa model yang tepat dalam penelitian ini adalah model Autoregression-Moving Average (ARMA) dengan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Dalam 24 bulan
sebelumnya pengaruh
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa
12 dirasakan setelah 2 periode atau 6
bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 1,238991 dan 0,841907 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, dan nilai tstatistic sebesar 14,39186 dan
11,9747 > ttabel sebesar 1,73406
artinya H0 ditolak dan Ha
diterima.
2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan berpengaruh 4 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 12 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 4 periode atau 12 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 0,881078 dan -0,999614 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan nilai t-statistic sebesar 19,82457 dan 23,62423 > ttabel sebesar
1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha
diterima.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 8 periode atau 24 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai nilai koefisien sebesar 1,025520 dan 0,951687 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pendapatan asli daerah, dan nilai t-statistic sebesar 54,27632 dan 23,30376 >
ttabel sebesar 1,73406 artinya H0
ditolak dan Ha diterima.
4. Inflasi berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 11 periode atau
13 33 bulan selanjutnya. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien 0,988007 dan 0,929780 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel inflasi, dan nilai t-statistic sebesar 10,66085 dan 29,89883 > ttabel sebesar 1,73406
artinya H0 ditolak dan Ha
diterima.
5. Pengangguran berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 7 periode atau 21 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 1,000105 dan -0,910818 dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengangguran, dan nilai t-statistic sebesar 33,76959 dan 18,38176 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0
ditolak dan Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ansofino, Jolianis, Yolamalinda, & Arfilindo, H. (2016). Buku Ajar
Ekonometrika. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish.
Astri, M., Nikensari, S. I., & Kuncara, H. (2013). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis, 1(1), 77–102.
Baeti, N. (2013). Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011.
Economics Development Analysis Journal, 2(3), 85–98.
Boediono. (2010). Seri Sinopsis
Pengantar Ekonomi No. 2
Ekonomi Mikro. Yogyakarta:
BPFE.
Brata, A. G. (2002). Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 7(2),
113–122.
Hia, Y. D. (2013). Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Pengangguran.
JURNAL ECONOMICA, 1(2),
208–213.
Ndakularak, E., Setiawina, N. D., & Djayastra, I. K. (2014). Analisis
Faktor-Faktor yang
14 Masyarakat Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali, 140–153.
Putra, P. G. M., & Ulupui, I. G. K. A. (2015). Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, ntuk
Meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udaya, 3,
863–877.
Ramayani, C. (2013). Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Swasta, Inflasi, Eksport, Tenaga Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
ECONOMICA, 1(2), 203–207.
Sanggelorang, S. M. M., Rumate, V. A., & Siwu, F. D. J. (2015). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Utara. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi, 15(02), 1–11.
Sarkoro, H., & Zulfikar. (2016). Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Riset
Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 1(1), 54–63.
Sasana, H. (2009). Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 16(1), 50–72.
Setiawan, M. B., & Halim, A. (2013). Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Jurnal Economia, 9(1), 18–26.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006).
Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Widodo, A., Waridin, & K, J. M. (2011). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1), 1–11. Retrieved from http://www.indonesia.go.id/in/pe merintah-daerah/provinsi-jawa-tengah/profil-daerah
Woryandari, Wijayanti, A., & Chimsatu, Y. (2016). Analisis Efektifitas Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. JURNAL
ECONOMICA, 4(1), 87–101.
Zainuddin. (2015). Analisis Dampak Inflasi, PDRB dan Perkembangan Upah Minimm Regional Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Masyarakat di Provinsi Aceh. Jurnal Manajemen Dan