Abstrak - Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Dalam membangun sistem pakar, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah menyelesaikan masalah yang ada. Sebagai contoh, dalam mendiagnosis penyakit kelinci menggunakan sistem pakar, ada beberapa metode yang dapat digunakan, di antaranya adalah metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer. Certainty Factor diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Certainty Factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. Sedangkan Dempster-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster. Dempster-Shafer adalah teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions dan plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Tujuan dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menganalisis perbandingan hasil diagnosis sistem pakar penyakit kelinci dengan menggunakan metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer dengan cara membandingkan kesesuaian hasil diagnosis antara sistem dengan hasil diagnosis seorang pakar sehingga dapat diketahui metode manakah di antara kedua metode tersebut yang lebih baik dalam mendiagnosis penyakit kelinci. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat keakuratan, didapat hasil bahwa nilai keakuratan metode Certainty Factor adalah 80 % sedangkan nilai keakuratan metode Dempster-Shafer adalah 85 % sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Dempster-Shafer lebih baik dibanding metode Certainty Factor dalam mendiagnosis penyakit kelinci di kota Pontianak.
Kata Kunci : Sistem Pakar, Certainty Factor, Dempster-Shafer, Kelinci, Penyakit
I. PENDAHULUAN
Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud di sini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam [1].
Dalam membangun sistem pakar, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah menyelesaikan masalah yang ada. Sebagai contoh, dalam mendiagnosis penyakit kelinci menggunakan sistem pakar, ada
beberapa metode yang dapat digunakan, di antaranya adalah metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer.
Certainty Factor diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan
dalam pembuatan MYCIN. Certainty Factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. Sedangkan Dempster-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster. Dempster-Shafer adalah teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief
functions dan plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan
pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menganalisis perbandingan hasil diagnosis penyakit kelinci dengan menggunakan metode Certainty Factor dan metode
Dempster-Shafer sehingga dapat diketahui metode manakah di antara
kedua metode tersebut yang lebih baik dalam mendiagnosis penyakit kelinci.
II. URAIAN PENELITIAN
A. Sistem Pakar
Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud di sini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam [1].
Ciri-ciri Sistem Pakar [2] :
1. Terbatas pada bidang yang spesifik.
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.
4. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu.
5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap. 6. Outputnya bersifat nasihat atau anjuran.
7. Output tergantung dari dialog dengan user. 8. Knowledge base dan inference engine terpisah.
Keuntungan Sistem Pakar [2] :
1. Membuat seorang awam dapat bekerja seperti layaknya seorang pakar.
2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Meningkatkan output dan produktivitas, karena sistem pakar dapat bekerja lebih cepat dari manusia.
4. Meningkatkan kualitas.
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAKAR DENGAN
METODE CERTAINTY FACTOR DAN METODE
DEMPSTER-SHAFER PADA PENYAKIT KELINCI
Ricky Hamidi1, Hengky Anra2, Helen Sasty Pratiwi3
Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura1,2,3
5. Menyediakan nasihat yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.
6. Membuat peralatan yang kompleks lebih mudah dioperasikan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.
7. Handal (reliability).
8. Sistem pakar tidak dapat lelah atau bosan. Juga konsisten dalam memberi jawaban dan selalu memberikan perhatian penuh.
9. Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dapat diperoleh dan dipakai dimana saja.
B. Certainty Factor
Certainty Factor (Faktor Kepastian) diperkenalkan oleh
Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Certainty
Factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan
MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan [1]. Ada beberapa kombinasi Certainty Factor terhadap premis tertentu [3] :
1. Certainty Factor dengan satu premis. CF[h,e] = CF[e] * CF[rule]
= CF[user] * CF[pakar] ...(1) 2. Certainty Factor dengan lebih dari satu premis.
CF[A^B] = Min(CF[a], CF[b]) * CF[rule] ...(2) CF[AvB] = Max(CF[a], CF[b]) * CF[rule] ...(3) 3. Certainty Factor dengan kesimpulan yang serupa.
CFgabungan[CF1, CF2] = CF1 + CF2 * (1 - CF1) ...(4)
C. Dempster-Shafer
Teori Dempster-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster, yang melakukan percobaan model ketidakpastian dengan range probabilities daripada sebagai probabilitas tunggal. Kemudian pada tahun 1976 Glenn Shafer mempublikasikan teori Dempster tersebut pada sebuah buku yang berjudul Mathematical Theory Of Evident.
Dempster-Shafer adalah teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions dan plausible reasoning (fungsi kepercayaan
dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini mampu menunjukkan suatu cara memberikan bobot keyakinan sesuai fakta yang dikumpulkan. Pada teori ini dapat membedakan ketidakpastian dan ketidaktahuan. Teori ini memiliki beberapa karakteristik yang secara intuitif sesuai dengan cara berpikir seorang pakar, namun dengan dasar matematika yang kuat [4].
Untuk mengatasi sejumlah evidence digunakan aturan yang lebih dikenal dengan Dempster’s Rule of Combination :
...(5)
D. Penyakit Kelinci
Penyakit kelinci yang didiagnosis di sistem pakar ini adalah penyakit yang secara umum sering terjadi di Indonesia khususnya kota Pontianak berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar, antara lain :
1. Scabies, adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Psoroptes cuniculi. Penyakit ini mengakibatkan rasa gatal pada kelinci sehingga jika tidak segera diobati, dapat terjadi kerusakan pada kulit kelinci bahkan dapat menular ke kelinci lainnya bahkan ke manusia [5].
2. Ringworm, adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur genus Microsporum dan Trichophyton. Penyakit ini mudah ditularkan melalui kontak langsung, bahkan dapat menular ke manusia [6].
3. Coccidia, adalah penyakit pencernaan yang disebabkan oleh infeksi protozoa golongan koksidia melalui pakan, minum, atau peralatan yang terkontaminasi parasit tersebut [6].
4. Kembung, disebabkan oleh serat berlebih yang terdapat di dalam pencernaan kelinci. Kelebihan serat tersebut sulit dicerna sehingga kelinci stres karena tidak bisa buang air besar. Jika dibiarkan, hal yang menakutkan adalah terjadinya kematian karena stres akut yang diderita kelinci [6].
5. Sembelit, adalah penyakit gangguan pencernaan di mana kelinci tidak bisa atau kesulitan mengeluarkan feses, disebabkan oleh diet harian yang kurang mengandung serat kasar dan asupan air minum yang kurang [6].
6. Kecacingan, adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan oleh cacing pita Toxocara canis, cacing tambang atau gelang Ancylostoma caninum dan Uncinaria
stenochepala dan cacing cambuk. Parasit ini kadang
ditemukan bersama feses sehingga bisa menular ke kelinci lain yang sehat [7].
7. Infeksi Pernapasan Atas, adalah penyakit pernapasan yang menyerang selaput lendir pada saluran hidung. Penyebabnya masih sulit dipastikan, kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar ke tenggorokan dan paru-paru sehingga menimbulkan sesak napas [8].
8. Radang Paru (Pneumonia), adalah penyakit pernapasan akibat infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri
Pasteurella multocida. Umumnya penyakit ini menyerang
kelinci dewasa, baik jantan atau betina pada saat kondisi tubuhnya menurun [7].
9. Radang Ambing (Mastitis), adalah penyakit peradangan pada kelenjar susu kelinci betina yang disebabkan oleh bakteri Stapphylorus aereus, Staphylococcus atau
Streptococcus sp [9].
III. PERANCANGAN SISTEM
A. Diagram Konteks
Diagram konteks sistem ditunjukan pada Gambar 1,
Gambar 1. Diagram Konteks Sistem
       Y X Z Y X Y m X m Y m X m Z m ) ( 2 ) ( 1 1 ) ( 2 ) ( 1 ) ( 3B. Diagram Overview
Diagram overview sistem diperlihatkan pada Gambar 2,
Gambar 2. Diagram Overview Sistem
C. Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan dengan tingkat keakuratan. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan hasil diagnosis sistem, baik yang menggunakan metode Certainty
Factor maupun metode Dempster-Shafer dengan hasil
diagnosis seorang pakar, kemudian keakuratan tiap metode akan dihitung persentasenya. Pengujian dilakukan terhadap 20 kasus penyakit kelinci.
D. Hasil Aplikasi
Sistem pakar yang dibangun merupakan sistem pakar yang dibangun untuk membandingkan hasil diagnosis penyakit kelinci dengan menggunakan metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer dengan hasil diagnosis seorang pakar sehingga setelah dianalisis dapat diketahui metode manakah di antara kedua metode tersebut yang lebih baik dalam mendiagnosis penyakit kelinci, yang diperlihatkan pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 7.
Gambar 3. Tampilan Halaman Diagnosis
Gambar 3 merupakan tampilan halaman diagnosis, di mana pengguna dapat memasukkan gejala yang diderita kelinci.
Gambar 4. Tampilan Halaman Hasil Diagnosis
Gambar 4 merupakan tampilan halaman hasil diagnosis, di mana hasil diagnosis ditampilkan berdasarkan gejala kelinci yang telah dimasukkan pengguna.
Gambar 5. Tampilan Halaman Manajemen Penyakit
Gambar 5 merupakan tampilan halaman manajemen penyakit di mana pengguna dapat melihat, menambah, mengubah dan menghapus data penyakit.
Gambar 6. Tampilan Halaman Manajemen Gejala
Gambar 6 merupakan tampilan halaman manajemen gejala di mana pengguna dapat melihat, menambah, mengubah dan menghapus data gejala.
Gambar 7. Tampilan Halaman Manajemen Relasi
Gambar 7 merupakan tampilan halaman manajemen relasi di mana pengguna dapat melihat, menambah, mengubah dan menghapus data relasi.
E. Hasil Pengujian 1. Metode Certainty Factor
Pada Tabel 1, memperlihatkan kesesuaian hasil diagnosis antara sistem pakar yang menerapkan metode Certainty
Factor dengan diagnosis pakar.
Tabel 1
Hasil Pengujian dengan Tingkat Keakuratan Pada Metode Certainty Factor KA SU S GEJALA SISTEM PAKAR PAKAR KEAK URAT AN 1 − Terdapat keropeng, lepuh atau kerak di kulit
− Bulu rusak dan rontok − Sering menggaruk
tubuh
Scabies Scabies Sesuai
2
− Terdapat keropeng, lepuh atau kerak di kulit
− Muncul tanda seperti lingkaran atau cincin dengan batas yang jelas di kulit.
− Kemerahan di kulit
Ringworm Ringworm Sesuai
3
− Mencret bercampur darah
− Nafsu makan berkurang
Coccidia Coccidia,
Kecacingan Sesuai
4
− Lemah
− Kotoran berwarna hijau gelap
− Nafsu makan berkurang
Kembung Coccidia,
Kecacingan
Tidak Sesuai
5
− Feses tampak kecil dan sedikit bahkan tidak ada sama sekali
− Urin sangat sedikit − Nafsu makan berkurang
Sembelit Sembelit Sesuai
6
− Badan kurus − Lemah
− Sering menggaruk anus − Mata sembab, basah
dan berair
Kecacingan Coccidia,
KA SU S GEJALA SISTEM PAKAR PAKAR KEAK URAT AN 7 − Hidung mengeluarkan lendir
− Mata sembab, basah dan berair Infeksi Pernapasan Atas Infeksi Pernapasan Atas, Radang Paru (Pneumonia) Sesuai 8
− Susah bernapas atau sesak napas − Hidung mengeluarkan lendir − Tubuh dingin Radang Paru (Pneumonia) Infeksi Pernapasan Atas, Radang Paru (Pneumonia) Sesuai 9
− Nafsu makan berkurang − Tak mau menyusui
anaknya − Tubuh panas Radang Ambing (Mastitis) Kembung, Radang Ambing (Mastitis) Sesuai 10 − Sering menggaruk tubuh
− Bulu rusak dan rontok − Kemerahan di kulit
Ringworm Scabies,
Ringworm Sesuai
11
− Perut membesar − Berat badan berkurang − Nafsu makan berkurang − Lemah
Coccidia Kembung Tidak Sesuai
12
− Bulu mudah rontok − Sering menggaruk anus − Bulu rusak dan rontok
Kecacingan Coccidia, Sembelit, Kecacingan Sesuai 13 − Kotoran bernanah − Keluar lendir kental
dari hidung − Mata dan telinga
kebiruan Radang Paru (Pneumonia) Coccidia, Kecacingan, Infeksi Pernapasan Atas Tidak Sesuai 14
− Nafsu makan berkurang − Ambing susu panas,
berwarna merah tua atau kebiruan − Ambing susu terasa
sakit Radang Ambing (Mastitis) Radang Ambing (Mastitis) Sesuai 15 − Kemerahan di kulit − Suka menggeleng-gelengkan kepala − Sering menggaruk tubuh Scabies Scabies, Ringworm Sesuai 16 − Lemah
− Bulu tampak kusam − Nafsu makan berkurang − Diare cair sedikit lendir
Kecacingan Coccidia,
Kecacingan Sesuai
17
− Kaki dan bulu terlihat basah
− Kaki depan selalu berusaha menggaruk hidung − Tubuh dingin − Bersin-bersin Infeksi Pernapasan Atas Infeksi Pernapasan Atas Sesuai 18 − Mencret − Kotoran bernanah − Badan kurus − Keluar lendir kental
dari hidung Radang Paru (Pneumonia) Kecacingan, Infeksi Pernapasan Atas Tidak Sesuai 19
− Bulu rusak dan rontok − Diare cair sedikit lendir − Bulu tampak kusam − Nafsu makan berkurang
Kecacingan Kecacingan Sesuai
20
− Feses dengan konsistensi keras, besar dan hitam
− Perut membesar − Nafsu makan berkurang
Sembelit Sembelit Sesuai
Dari contoh kasus 1 sampai 20 terdapat 16 kasus yang sesuai dan 4 kasus yang tidak sesuai yaitu pada kasus ke-4, 11, 13 dan 18.
Nilai keakuratan metode Certainty Factor = Jumlah yang sesuai
Jumlah kasus x 100 % = 16
20x 100 % = 80 %
2. Metode Dempster-Shafer
Pada Tabel 2, memperlihatkan kesesuaian hasil diagnosis antara sistem pakar yang menerapkan metode
Dempster-Shafer dengan diagnosis pakar.
Tabel 2
Hasil Pengujian dengan Tingkat Keakuratan Pada Metode Dempster-Shafer KA SU S GEJALA SISTEM PAKAR PAKAR KEAK URAT AN 1 − Terdapat keropeng, lepuh atau kerak di kulit
− Bulu rusak dan rontok − Sering menggaruk
tubuh
Scabies Scabies Sesuai
2
− Terdapat keropeng, lepuh atau kerak di kulit
− Muncul tanda seperti lingkaran atau cincin dengan batas yang jelas di kulit.
− Kemerahan di kulit
Ringworm Ringworm Sesuai
3
− Mencret bercampur darah
− Nafsu makan berkurang
Coccidia Coccidia,
Kecacingan Sesuai
4
− Lemah
− Kotoran berwarna hijau gelap
− Nafsu makan berkurang
Kecacingan. Kembung
Coccidia,
Kecacingan Sesuai
5
− Feses tampak kecil dan sedikit bahkan tidak ada sama sekali
− Urin sangat sedikit − Nafsu makan berkurang
Sembelit Sembelit Sesuai
6
− Badan kurus − Lemah
− Sering menggaruk anus − Mata sembab, basah
dan berair Kecacingan Coccidia, Kecacingan Sesuai 7 − Hidung mengeluarkan lendir
− Mata sembab, basah dan berair Infeksi Pernapasan Atas Infeksi Pernapasan Atas, Radang Paru (Pneumonia) Sesuai 8
− Susah bernapas atau sesak napas − Hidung mengeluarkan lendir − Tubuh dingin Radang Paru (Pneumonia) Infeksi Pernapasan Atas, Radang Paru (Pneumonia) Sesuai 9
− Nafsu makan berkurang − Tak mau menyusui
anaknya − Tubuh panas Radang Ambing (Mastitis) Kembung, Radang Ambing (Mastitis) Sesuai 10 − Sering menggaruk tubuh
− Bulu rusak dan rontok − Kemerahan di kulit
Scabies Scabies,
Ringworm Sesuai
11
− Perut membesar − Berat badan berkurang − Nafsu makan berkurang − Lemah
Coccidia Kembung Tidak Sesuai
12
− Bulu mudah rontok − Sering menggaruk anus − Bulu rusak dan rontok
Kecacingan
Coccidia, Sembelit, Kecacingan
KA SU S GEJALA SISTEM PAKAR PAKAR KEAK URAT AN 13 − Kotoran bernanah − Keluar lendir kental
dari hidung − Mata dan telinga
kebiruan Radang Paru (Pneumonia) Coccidia, Kecacingan, Infeksi Pernapasan Atas Tidak Sesuai 14
− Nafsu makan berkurang − Ambing susu panas,
berwarna merah tua atau kebiruan − Ambing susu terasa
sakit Radang Ambing (Mastitis) Radang Ambing (Mastitis) Sesuai 15 − Kemerahan di kulit − Suka menggeleng-gelengkan kepala − Sering menggaruk tubuh Scabies Scabies, Ringworm Sesuai 16 − Lemah
− Bulu tampak kusam − Nafsu makan berkurang − Diare cair sedikit lendir
Kecacingan Coccidia,
Kecacingan Sesuai
17
− Kaki dan bulu terlihat basah
− Kaki depan selalu berusaha menggaruk hidung − Tubuh dingin − Bersin-bersin Infeksi Pernapasan Atas Infeksi Pernapasan Atas Sesuai 18 − Mencret − Kotoran bernanah − Badan kurus − Keluar lendir kental
dari hidung Radang Paru (Pneumonia) Kecacingan, Infeksi Pernapasan Atas Tidak Sesuai 19
− Bulu rusak dan rontok − Diare cair sedikit lendir − Bulu tampak kusam − Nafsu makan berkurang
Kecacingan Kecacingan Sesuai
20
− Feses dengan konsistensi keras, besar dan hitam
− Perut membesar − Nafsu makan berkurang
Sembelit Sembelit Sesuai
Dari contoh kasus 1 sampai 20 terdapat 17 kasus yang sesuai dan 3 kasus yang tidak sesuai yaitu pada kasus ke-11, 13 dan 18.
Nilai keakuratan metode Dempster-Shafer = Jumlah yang sesuai
Jumlah kasus x 100 % = 17
20x 100 % = 85 %
F. Analisis Hasil Pengujian
Berikut ini adalah hasil perancangan dan pengujian analisis perbandingan sistem pakar dengan metode Certainty Factor dan metode Dempster-Shafer pada penyakit kelinci :
1. Sistem menampilkan nilai Certainty Factor yang dihasilkan dari metode Certainty Factor dan nilai densitas yang dihasilkan dari metode Dempster-Shafer pada setiap hasil diagnosis yang dihasilkan oleh kedua metode. Hal ini berguna untuk memperkuat keyakinan pengguna akan penyakit yang dialami kelinci.
2. Pada pengujian dengan metode Certainty Factor, didapatkan nilai keakuratan sebesar 80%, sedangkan hasil pengujian dengan metode Dempster-Shafer didapatkan nilai keakuratan sebesar 85%
3. Perbedaan hasil diagnosis antara kedua metode disebabkan oleh perbedaan mendasar dalam perhitungan keduanya, di mana perhitungan dari setiap kemungkinan penyakit pada metode Certainty Factor tidak saling terkait dan dihitung sendiri-sendiri sedangkan perhitungan dari setiap kemungkinan penyakit pada metode Dempster-Shafer selalu saling terkait.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dari hasil diagnosis penyakit kelinci antara metode Certainty Factor dan metode
Dempster-Shafer, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode Dempster-Shafer mendiagnosis penyakit kelinci di kota Pontianak lebih baik dibandingkan dengan metode
Certainty Factor. Tingkat keakuratan hasil diagnosis
sistem pakar dengan metode Certainty Factor adalah 80%, sedangkan hasil diagnosis sistem pakar dengan metode
Dempster-Shafer adalah 85%.
2. Besarnya nilai Certainty Factor (CF) yang dihasilkan dari metode Certainty Factor dan nilai densitas yang dihasilkan dari metode Dempster-Shafer serta hasil diagnosis masing-masing metode ditentukan oleh banyaknya kecocokan antara gejala yang diinputkan dan besarnya nilai belief dari tiap gejala.
3. Besarnya nilai Certainty Factor (CF) yang dihasilkan dari metode Certainty Factor dari setiap kemungkinan penyakit adalah selalu antara 0 dan 1, dengan nilai Certainty Factor tertinggi adalah kemungkinan terkuat diagnosis penyakit. 4. Besarnya jumlah seluruh nilai densitas dari setiap
kemungkinan penyakit yang dihasilkan dari metode
Dempster-Shafer adalah 1, dengan nilai densitas tertinggi
adalah kemungkinan terkuat diagnosis penyakit.
DAFTAR PUSTAKA [1] Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar. Yogyakarta: ANDI. [2] Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI. [3] Halim, Stephanie dan Hansun, Seng. 2015, Desember 10. Penerapan
Metode Certainty Factor dalam Sistem Pakar Pendeteksi Resiko Osteoporosis dan Osteoarthritis. ULTIMA Computing. Vol. VII, No. 2.
Hlm. 59-69.
[4] Wahyuni, Elyza Gustri., dan Prijodiprojo, Widodo. 2013, Juli 15.
Prototype Sistem Pakar untuk Mendeteksi Tingkat Resiko Penyakit Jantung Koroner dengan Metode Dempster Shafer. Vol 7, No. 2. Hlm.
133-144.
[5] Aak, 1975, Pemeliharaan Kelinci. Yogyakarta : Kanisius.
[6] Muhamad, Kanda Y. dan Kusumaningtyas, Pratiwi. 2013. Hewan
Kesayangan. Jakarta : Penebar Swadaya.
[7] Putra, Gusti Merdeka dan Budiana, NS. 2006. Kelinci Hias. Jakarta : Penebar Swadaya.
[8] Sarwono, B. 2001. Kelinci Potong dan Hias. Jakarta : AgroMedia Pustaka
[9] Kartadisastra, H.R. 1994. Beternak Kelinci Unggul. Yogyakarta : Kanisius.