• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online)ISSN 2548-4311 (cetak)

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling mempublikasikan gagasan konseptual, kajian dan hasil penelitian tentang teori dan aplikasi bimbingan dan konseling serta pendidikan yang terkait dengan bimbingan dan konseling. Terbit teratur empat kali setahun pada Maret, Juni, September, Desember.

Ketua Penyunting IM Hambali Penyunting Pelaksana

Adi Atmoko Arbin Janu Setyowati

Blasius Boli Lasan Diniy Hidayatur Rahman

Ella Faridati Zen Fathur Rahman Harmiyanto Henny Indreswari M. Ramli Muslihati Yuliati Hotifah Pelaksana Tata Usaha

Djoko Budi Santoso Nugraheni Warih Utami Eko Pramudya Laksana

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 654145 Gdg. E1 Telp 588100, 0341-551312 psw. 217. E-mail: jkbk.fip@um.ac.id. Website: journal2.um.ac.id/index.php/jkbk

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling diterbitkan oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang, bekerjasama dengan Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN).

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

Volume 3, Nomor 4, Desember 2018

(3)

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online)ISSN 2548-4311 (cetak)

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

Volume 3, Nomor 4, Desember 2018

DAFTAR ISI

Pengembangan Aplikasi Assessment Menggunakan Media Short Message Service

Guruh Sukma Hanggara, Santy Andrianie, Restu Dwi Ariyanto ...146–153 Keefektifan Biblioterapi untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Yatim Piatu

Penghuni Panti Asuhan

Eem Munawaroh, Afriyadi Sofyan ...154–161 Creative Solution Focused Counseling Models (CSFCM): Strategi Kreatif

untuk Mengembangkan Self-regulated Learning Siswa

Wahyu Nanda Eka Saputra, Augusto Da Costa, Said Alhadi ...162–170 Identitas Sosial Remaja Suku Mandar dalam Pappasang:

Implikasi bagi Penyusunan Bahan Bimbingan

Andy Wahyu Irawan, Andi Mappiare-AT, Muslihati Muslihati ...171–181 Pola Asuh Autoritatif dan Jenis Kelamin sebagai Prediktor Big Five Personality Factors:

Implikasinya Bagi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

(4)

Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling

Naskah artikel yang ditulis untuk Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling meliputi hasil kajian dan diutamakan hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling, pendidikan, dan yang terkait dengan bimbingan dan konseling yang belum pernah diterbitkan sebelumnya.

1. Naskah ditulis menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan disubmit online ke: journal2.um.ac.id/index.php/jkbk, jika anda mengalami kesulitan silakan menghubungi kami di jkbk.fip@um.ac.id atau 08125978272

2. Naskah diketik dengan format esai dalam 1 kolom, menggunakan huruf Times New Roman, ukuran 11 poin, dengan spasi 1,5 pada kertas A4 maksimal 20 halaman, rata kiri-kanan, soft-file naskah dalam format Microsoft Word maksimal versi 2007.

3. Judul: ditulis dengan huruf kapital pada tiap awal kata, ukuran 14 poin, rata tengah, maksimal 20 kata.

4. Nama penulis naskah artikel: dicantumkan tanpa gelar akademik, 11 poin, rata tengah. 5. Alamat korespondensi: berisi alamat email korespondensi, nama dan alamat afiliasi/ lembaga

asal penulis, 10 poin, rata tengah.

6. Abstrak: ditulis dalam Bahasa Inggris dan/ atau Bahasa Indonesia, abstrak ditulis dalam satu paragraf maksimal 250 kata. Abstrak berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian.

7. Kata kunci: berisi kata-kata kunci yang menggambarkan naskah artikel, maksimal 5 kata kunci. 8. Sistematika penulisan naskah artikel hasil penelitian:

a. Pendahuluan: berisi latar belakang, hasil kajian pustaka sebagai dasar rumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian. Bagian ini disajikan tanpa judul bagian dan dipaparkan dalam bentuk paragraf

b. Metode: bagian ini berisi tentang rancangan penelitian, subyek penelitian, instrumen, prosedur pengumpulan dan, dan analisis data

c. Hasil: berisi temuan penelitian yang didapatkan dari data penelitian dan berkaitan dengan hipotesis

d. Pembahasan: berisi diskusi hasil penelitian dan pembandingan dengan teori dan atau penelitian sejenis

e. Simpulan: berisi jawaban atas hipotesis, tujuan penelitian, temuan penelitian serta saran terkait ide lebih lanjut dari penelitian. Bagian simpulan disajikan dalam bentuk paragraf f. Daftar rujukan: bagian ini hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk. Sumber rujukan

sedapat mungkin merupakan sumber primer terbitan 10 tahun terakhir (setidaknya 80% rujukan berupa artikel dari jurnal ilmiah). Setiap artikel minimal memiliki 15 rujukan. 9. Sistematika penulisan artikel hasil telaah: judul; nama penulis; alamat korespondensi;

abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul); bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub bagian); simpulan; daftar rujukan

10. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT I (HURUF KAPITAL SEMUA, TEBAL, RATA KIRI) Peringkat 2 (Huruf Besar di Awal Kata, Tebal, Rata Kiri)

Peringkat 3 (Huruf Besar di Awal Kata, Tebal-Miring, Rata Kiri)

11. Tabel: penulisan tabel harus diberi identitas berupa nomor dan judul yang ditempatkan diatas tabel, ditulis tebal, ukuran huruf 11 poin, rata kiri. Posisi tabel diletakkan rata kiri-kanan, huruf pertama pada setiap kata di judul tabel ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata sambung. Data dalam tabel ditulis dengan spasi tunggal, ukuran huruf 10 poin. Tabel hanya menggunakan garis horisontal. Penulisan tabel harus disebutkan dalam paragraf.

(5)

12. Gambar: penyajian gambar harus menggunakan resolusi memaadi dan diberi identitas berupa nomor dan judul yang ditempatkan diatas tabel, ditulis tebal, ukuran huruf 11 poin, rata kiri. Penyajian gambar harus disebutkan dalam paragraf

13. Penulisan kutipan dan daftar rujukan ditulis menggunakan gaya American Psychological

Association (APA) edisi ke enam, diurutkan secara alfabetis dan kronologis, disarankan

menggunakan aplikasi manajer referensi semacam Mendeley. Berikut contoh penulisan daftar pustaka menggunakan American Psychological Association (APA) edisi ke enam:

Sparrow, D.G. (2010). Motivasi Bekerja dan Berkarya. Jakarta: Citra Cemerlang. →Buku

Winkel, W. S., & Hastuti, M. S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Media Abadi.→Buku

Maher, B. A. (Ed.). (1964–1972). Progress in Experimental Personality Research (6 vols.). New York: Academic Press. →Buku dengan editor

Luria, A. R. (1969). The Mind of A Mnemonist (L. Solotaroff, Trans.). New York: Avon Books. (Original work published 1965) →Buku terjemahan (penulis Luria, A. R., penterjemah L. Solotaroff)

Setyaputri, N., Lasan, B., & Permatasari, D. (2016). Pengembangan Paket Pelatihan “Ground, Understand, Revise, Use (GURU)-Karier” untuk Meningkatkan Efikasi Diri Karier Calon Konselor. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 1(4), 132-141. Diambil dari http://journal.um.ac.id/index.php/bk/article/view/6783 → Jurnal online

Shelly, D. R. (2010). Periodic, Chaotic, and Doubled Earthquake Recurrence Intervals on The Deep San Andreas Fault. Science, 328(5984), 1385-1388.→Jurnal cetak

Wilkinson, R. (1999). Sociology As A Marketing Feast. In M. Collis, L. Munro, & S. Russell (Eds.), Sociology for the New Millennium. Paper presented at The Australian Sociological Association, Monash University, Melbourne, 7-10 December (pp. 281-289). Churchill: Celts.→Proceeding

Makmara. T. (2009). Tuturan Persuasif Wiraniaga dalam Berbahasa Indonesia: Kajian etnografi

komunikasi. (Unpublished master’s thesis) Universitas Negeri Malang, Malang,

Indonesia.→Tesis

United Arab Emirates architecture. (n.d.). Retrieved June 17, 2010, from UAE Interact website: http://www.uaeinteract.com/ →Website

Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (1992). Tiga Undang-Undang: Perkeretaapian, Lalu Lintas, dan Angkutan Jalan Penerbangan Tahun 1992. Jakarta. CV. Eko Jaya. →Dokumen Pemerintah

14. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel.

15. Dewan redaksi berhak menolak naskah berdasarkan masukan dari Mitra Bebestari dan membuat perubahan yang diperlukan atau penyesuaian terkait dengan penulisan tanpa mengubah substansi.

Editing substansi akan dikonsultasikan dengan penulis terlebih dahulu.

16. Setiap artikel yang dikirimkan ke kantor editorial Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling tidak dipungut biaya apapun. Biaya pemrosesan artikel dan biaya publikasi ditanggung penerbit Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling.

(6)
(7)

146 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 146–153

146

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 146–153 Tersedia online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online)

ISSN 2548-4311 (cetak)

Pengembangan Aplikasi Assessment Menggunakan

Media Short Message Service

Guruh Sukma Hanggara, Santy Andrianie, Restu Dwi Ariyanto Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Nusantara PGRI Kediri, Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 76, Kediri, Jawa Timur, Indonesia 64112 E-mail: kangguruh@gmail.com

Artikel diterima: 30 Oktober 2018; direvisi: 2 Januari 2019; disetujui: 5 Januari 2019

Cara mengutip: Hanggara, G. S., Andrianie, S., Ariyanto, R. D. (2018). Pengembangan Aplikasi Assessment Menggunakan

Media Short Message Service. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 146–153. https://doi.org/10.17977/ um001v3i32018p146

Abstract: Assessment of students’ needs is an important activity in guidance and counseling, in which the implementation is inseparable from problems. Problems related to ratio; instrument; and procedures must be solved. The particular study aimed to produce an application of students’ need assessment using short message service (SMS) which fulfill the user and expert acceptability criteria. Research and development design was used to achieve the objectives. The results show that the application has been fulfill the acceptability criteria. Keywords: sms; application; need analysis

Abstrak: Assessment kebutuhan siswa merupakan kegiatan penting dalam Bimbingan dan Konseling (BK), yang dalam pelaksanaannya tidak lepas dari masalah. Masalah terkait rasio; instrumen; dan prosedur haruslah dicari solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan aplikasi analisis kebutuhan siswa menggunakan SMS yang memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan desain penelitian pengembangan. Hasil menunjukkan bahwa aplikasi yang dikembangkan telah memenuhi kriteria akseptabilitas.

Kata kunci: sms; aplikasi; analisis kebutuhan

BK di sekolah ada untuk membantu dan memfasilitasi perkembangan siswa agar lebih optimal (Yusuf, 2009). Dalam memfasilitasi siswa, Konselor Sekolah merancang program layanan BK, yang merupakan tindak lanjut dan perwujudan dari hasil assessment kebutuhan siswa, baik berkaitan dengan dirinya maupun lingkungannya (Gantina, Wahyuni, & Karsih, 2011; Hays, 2014). Assessment merupakan aspek penting yang harus dilakukan Konselor Sekolah dalam merancang program BK secara komprehensif (Thompson, Loesch, & Seraphine, 2003).

Assessment kebutuhan bukanlah suatu kegiatan yang mudah dan cepat untuk dilakukan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa yang menjadi tanggung jawab seorang Konselor Sekolah melebihi rasio ideal. Rasio ideal yang ditetapkan yaitu 1:150–160 (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik, 2015). Selain permasalahan rasio, masalah lain dalam pelancaran assessment adalah keterbatasan instrumen (Thompson dkk., 2003). Keterbatasan tersebut berupa kelayakan dari instrumen yang dimiliki; pemahaman; dan pengetahuan terkait penggunaan instrumen serta keterampilan dalam pengadministrasiannya. Pengadministrasian instrumen sering kali menjadi kendala karena menyita banyak waktu; pikiran; tenaga dan bahkan biaya, hal ini membuat Konselor Sekolah cenderung untuk melaksanakannya dengan sembarangan atau bahkan melewatkan kegiatan tersebut. Mengingat pentingnya kegiatan assessment kebutuhan dan begitu kompleksnya masalah Konselor Sekolah dalam melancarkan kegiatan assessment maka perlu suatu solusi untuk mengatasinya.

(8)

Hanggara, Andrianie, Ariyanto - Pengembangan Aplikasi Assessment... | 147 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan banyak aplikasi komputer yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan BK. Aplikasi tersebut seperti aplikasi Analisis Tugas Perkembangan yang dimanfaatkan untuk mengidentifikasi tingkat perkembangan remaja siswa sekolah menengah atas di Kota Singkawang pada aspek landasan hidup religius (Istirahayu & Mayasari, 2017); aplikasi software daftar cek masalah siswa sekolah dasar (Permatasari, 2010); IKMS dalam perencanaan manajemen BK (Prilintia & Anni, 2016) dan Alat Ungkap Masalah yang telah dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk aplikasi berbasis Microsoft Access dan dilatihkan pada Konselor Sekolah (Ifdil dkk., 2017). Beberapa aplikasi tersebut mengharuskan Konselor Sekolah untuk memasukkan respon dari siswa secara manual (satu persatu) ketika menganalisis, tentu saja hal ini menjadikan kegiatan tersebut membutuhkan waktu dan tenaga lebih. Untuk kegiatan assessment, aplikasi yang membantu hendaknya dapat memasukkan data dan menganalisis hasil assessment siswa secara otomatis dan cepat. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan SMS.

SMS merupakan sebuah layanan dasar yang memungkinkan pertukaran pesan pendek antar pengguna telepon seluler (ponsel) (Le Bodic, 2005). SMS yang sering dikaitkan dengan ponsel (Olaleye, Olaniyan, Eboda, & Awolere, 2013) ada pada setiap ponsel dan mudah untuk dioperasikan, termasuk oleh siswa sekolah menengah dan guru. Keberagaman latar belakang siswa berkolerasi dengan kecanggihan ponsel yang dimiliki, dengan kata lain tidak semua siswa memiliki ponsel dengan berbagai layanan canggih. Dalam keadaan seperti ini SMS dapat diandalkan oleh Konselor Sekolah untuk menyelenggarakan assessment tanpa perlu mengkhawatirkan kecanggihan ponsel yang dimiliki siswa. SMS merupakan salah satu intervensi pendidikan yang murah, mudah diakses dan mudah dilaksanakan (Duys, Duma, & Dyer, 2017). Tidak seperti aplikasi Whatsapp; Blackberry Messenger; Messenger; Line dll, yang mengharuskan penggunaan ponsel pintar, SMS dapat digunakan pada semua ponsel dengan berbagai sistem operasi karena pemanfaatan SMS tidak terkendala oleh batasan kecanggihan HP yang dimiliki (Kert, 2011). Luasnya wilayah Indonesia dengan berbagai macam tekstur geografis serta belum meratanya pembangunan jaringan internet terutama di daerah pelosok, juga menjadi salah satu pertimbangan pemilihan SMS untuk dimanfaatkan dalam assessment. Dengan kata lain, daerah yang terjangkau sinyal operator ponsel masih lebih luas dari daerah yang terjangkau jaringan internet sehingga SMS masih dapat digunakan. Pesan yang dikirimkan melalui SMS dapat diintegrasikan dengan aplikasi komputer. Selain hasilnya akurat, cara ini juga mudah; cepat; dan efektif. Cara ini dapat diaplikasikan untuk analisis kebutuhan siswa. Analisis kebutuhan siswa lewat SMS yang dimaksud yaitu lewat sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk mentabulasi; menganalisis; dan menyediakan data terkait kebutuhan dan masalah siswa, baik secara pribadi maupun kelompok. Aplikasi tersebut dibuat dengan mengkreasikan aplikasi Microsoft Excel dengan format tertentu disertai dengan formula logika atau pengkodean rumus yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti. Hal serupa juga telah dilakukan oleh Triyanto (2008) yang memanfaatkan spreadsheet pada Microsoft Excel dalam mengembangkan berbagai aplikasi instrumen assessment BK, akan tetapi aplikasi tersebut masih menggunakan cara manual untuk memasukkan data siswa.

Dalam bidang lain, Microsoft Excel juga digunakan untuk mengembangkan desain interaktif menggunakan spreadsheet dan sistem animasi yang banyak digunakan dalam memecahkan berbagai masalah dalam dunia teknik (Cheetancheri & Cheng, 2009) serta sebagai alat e-learning dalam pembelajaran statistik sebagai upaya dari program belajar terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi (Chaamwe & Shumba, 2016). Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Microsoft Excel memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang profesi, tidak terkecuali dalam bidang BK terutama dalam kegiatan analisis assessment kebutuhan siswa.

Aplikasi analisis kebutuhan siswa menggunakan SMS diharapkan secara otomatis akan mengolah dan menganalisis data yang dimasukkan menjadi sajian statistik; grafik dan skala prioritas terkait dengan kebutuhan siswa. Sajian tersebut dapat dengan sesegera mungkin ditindaklanjuti Konselor

(9)

148 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 146–153

Sekolah menjadi program layanan BK yang relevan. Untuk itu tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menghasilkan aplikasi analisis kebutuhan siswa menggunakan SMS bagi Konselor Sekolah yang memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli.

METODE

Penelitian pengembangan ini menempuh tiga tahap yaitu: studi pendahuluan, pengembangan media/model dan uji media/model (Sukmadinata, 2012). Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Nusantara PGRI Kediri, Kota Kediri. Dalam uji ahli, aplikasi diujikan pada seorang dosen BK dan seorang dosen teknologi informatika (TI), masing-masing dengan latar pendidikan dan keilmuan yang linier. Uji pengguna dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Trenggalek, Kab. Trenggalek. Uji pengguna dilakukan dengan meminta bantuan dua orang Konselor Sekolah di sekolah tersebut untuk menilai penggunaan produk pengembangan ini. Secara formal penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2018, untuk pelaksanaan uji keberterimaan diselenggarakan dalam rentang 3 bulan, uji ahli di bulan Juni dan uji pengguna di bulan Juli—Agustus 2018 yang kemudian dilakukan revisi produk.

Dalam proses pengumpulan data, skala akseptabilitas digunakan. Skala tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria keberterimaan atau produk yang ditetapkan oleh The Joint Committee On Standards For Educational Evaluation (Stufflebeam, 1994), yang meliputi aspek kegunaan; kelaya-kan; ketepatan dan kemungkinan dikerjakan. Dalam setiap pertanyaan pada skala tersebut mempunyai gradasi berupa skala 1–4, yang memiliki makna berikut: 1 = tidak jelas/ tidak tepat/ tidak praktis/ tidak relevan/ tidak perlu/ tidak berfaedah/ tidak penting; 2 = kurang jelas/ kurang tepat/ kurang praktis/ kurang relevan/ kurang perlu/ kurang berfaedah/ kurang penting; 3 = jelas/ tepat/ praktis/ relevan/ berfaedah/ penting; 4 = sangat jelas/ sangat tepat/ sangat praktis/ sangat relevan/ sangat berfaedah/ sangat penting. Selanjutnya ditetapkan empat kriteria untuk interpretasi hasil penilaian ahli, yaitu: (1) sangat baik dengan rentang 76%–100%; (2) baik dengan rentang 51%–75%; (3) kurang baik dengan rentang 26%–50%; dan (4) tidak baik dengan rentang 0%–25%. Pengujian yang melibatkan dua pengguna, menjadikan peneliti memilih menggunakan tabulasi kesepakatan penilai (inter-rater agreement) dengan format seperti dalam gambar 1. Dari model kesepakatan (inter-rater agreement) pada gambar 1, ditentukan indeks uji ahli dengan menggunakan rumus pada gambar 2.

Pada gambar 1 dan gambar 2, A merupakan relevansi rendah dari ahli 1 dan ahli 2; B merupakan relevansi tinggi dari ahli 1 dan relevansi rendah dari ahli 2; C merupakan Relevansi rendah dari ahli 1 dan relevansi tinggi dari ahli 2; D merupakan relevansi tinggi dari ahli 1 dan ahli 2.

Gambar 1 Inter-rater Agreement Model Sumber: Gregory, (2004)

Gambar 2 Indeks Uji Ahli Sumber: Gregory, (2004) HASIL

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa Aplikasi Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah dan Panduan Pengoperasian Aplikasi Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah. Aplikasi Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS memiliki beberapa menu antara lain: identitas & petunjuk; soal; input data;

(10)

Hanggara, Andrianie, Ariyanto - Pengembangan Aplikasi Assessment... | 149

Penguji Hasil Interpretasi

Ahli BK Hasil penghitungan uji ahli BK menunjukkan hasil sebesar 83%. Aplikasi dan panduan telah direvisi sesuai saran ahli, yaitu dengan menambahkan spesifikasi produk; revisi bagian penutup pada panduan dan pada aplikasi bagian analisis sehingga lebih memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kebutuhan dan karakteristik siswa.

Dari hasil analisis penilaian, aplikasi yang dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik sehingga memenuhi keberterimaan ahli BK setelah melalui proses revisi.

Ahli TI Penghitungan uji ahli TI menunjukkan hasil sebesar 87%. Ahli TI memberi saran terkait dengan desain sampul panduan agar lebih menggambarkan isi; memperjelas keterangan gambar; serta merinci daftar isi pada buku panduan dan menambahkan petunjuk pengoperasian aplikasi.

Dari hasil analisis penilaian, aplikasi yang dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik sehingga memenuhi keberterimaan ahli TI setelah melalui proses revisi.

Pengguna Uji pada pengguna 1 menunjukkan hasil akhir sebesar 86% dan uji pada pengguna 2 sebesar 97% serta hasil analisis inter-rater agreement menunjukan indeks uji ahli sebesar 1 atau 100%. Disamping itu, saran pengguna terkait cakupan analisis telah direvisi dari 50 responden menjadi 500 responden. Saran lain adalah agar dapat menggunakan media komunikasi berbasis teks selain SMS. Peneliti telah memodifikasi input data pada aplikasi sehingga dapat digunakan pada media komunikasi teks lainnya seperti Whatsapp, Blackberry Messenger, Facebook dan lain sebagainya. Dengan modifikasi tersebut, masalah terkait dengan keterbatasan pulsa yang dimiliki siswa dapat teratasi dengan wi-fi sekolah karena dapat menggunakan media komunikasi teks lainnya yang dapat diakses melalui jaringan wi-fi sekolah.

Dari hasil analisis penilaian, aplikasi yang dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik sehingga memenuhi keberterimaan pengguna setelah melalui proses revisi.

Tabel 1 Hasil Uji Keberterimaan Ahli dan Pengguna

analisis individu dan analisis kelompok. Jawaban dari siswa atas soal yang diberikan oleh Konselor Sekolah dikirim dengan format SMS yang telah ditentukan yaitu “Nama/Kelas/Jawaban/Nomor Masalah Berat” kemudian dimasukkan pada menu input data. Selanjutnya aplikasi ini secara otomatis akan menganalisisnya secara tepat dan cepat. Buku panduan pengoperasian aplikasi analisis kebutuhan Siswa Menggunakan SMS terdiri dari beberapa bagian antara lain: pendahuluan; petunjuk penggunaan; prosedur pelaksanaan assessment Menggunakan SMS dan penutup. Kedua produk tersebut diujikan kepada seorang ahli BK dan seorang ahli TI serta dua orang pengguna (Konselor Sekolah). Secara rinci, hasil uji ahli disajikan pada tabel 1.

Hasil uji keberterimaan para ahli dan pengguna menunjukkan persentase rata-rata sebesar 88,25% yang berada pada rentang kategori sangat baik. Dengan demikian, aplikasi dan panduan Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah telah memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli sehingga secara teoritis dan praktis dapat digunakan dalam kegiatan assessment kebutuhan siswa.

(11)

150 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 146–153

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji keberterimaan para ahli dan pengguna, terbukti bahwa Aplikasi Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah berikut panduannya, memiliki keberterimaan yang sangat baik. Aplikasi ini dapat digunakan oleh Konselor Sekolah untuk mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan siswa dengan lebih cepat dan efisien. Data yang dianalisis adalah hasil mengerjakan/ menjawab instrumen assessment kebutuhan siswa yang diketik dengan format tertentu pada ponsel dan dikirim melalui SMS kepada Konselor Sekolah.

Dalam dunia helping, SMS telah banyak diteliti dan digunakan. SMS telah digunakan sebagai media intervensi untuk menurunkan berat badan (Shaw & Bosworth, 2012); media pengirim informasi, mempromosikan dan meningkatkan komunikasi (Lamont dkk., 2016); meningkatkan motivasi (Adikusuma & Qiyaam, 2018); serta mengubah efikasi dan perilaku/ aktivitas fisik pasien diabetes (Lari, Noroozi, & Tahmasebi, 2018). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa SMS memiliki efek pengobatan dan terapis yang tentunya berpotensi untuk dikembangkan dan digunakan sebagai salah satu komponen dalam kegiatan BK. Dari angka tahun penelitian yang tergolong mutakhir membuktikan bahwa SMS masih relevan untuk terus digali potensinya.

Bidang pendidikan juga telah banyak membuktikan keefektifan dari penggunaan SMS seperti: sebagai mobile learning (Moura & Carvalho, 2010); untuk meningkatan pengalaman dan keterlibatan mahasiswa di pendidikan tinggi (Brett, 2011); untuk mendukung pelaksanaan administrasi; pengajaran; dan proses belajar (Naughton, 2014); dan sebagai alat pelatihan bagi perawat (Duys dkk., 2017). Untuk itu, Konselor Sekolah dapat memanfaatkan SMS pada kegiatan assessment kebutuhan siswa.

Di tengah perkembangan peradaban ini, ponsel telah menjelma menjadi barang primer yang dimiliki oleh berbagai kalangan, termasuk siswa. SMS yang merupakan sarana komunikasi terbanyak digunakan oleh pengguna ponsel (Brown, Shipman, & Vetter, 2007), harus dikelola dengan baik oleh para pendidik khususnya Konselor Sekolah agar memberikan faedah. Faedah tersebut seperti penggunaan SMS dalam kegiatan konseling sebagai media untuk mereduksi perilaku agresif remaja (Rajabi, Ghasemzadeh, Ashrafpouri, & Saadat, 2012). Lebih khusus adalah dalam kegiatan analisis kebutuhan, karena menurut Markett, dkk. (2006) salah satu fungsi SMS adalah sebagai area untuk ajang investigasi atau penggalian data (Markett, Sánchez, Weber, & Tangney, 2006). Dengan dimanfaatkannya SMS dalam assessment kebutuhan, maka kegiatan assessment akan menjadi sederhana, efisien dan efektif dalam mengidentifikasi berbagai kebutuhan siswa.

SMS dalam kegiatan assessment siswa dapat dimanfaatkan sebagai media pengganti lembar jawaban cetak yang hasilnya langsung dapat dikirimkan kepada Konselor Sekolah dengan mudah. Lewat penggunaan SMS, kegiatan assessment kebutuhan dapat diselenggarakan tanpa menggunakan kertas, sehingga lebih praktis dan ramah lingkungan. SMS merupakan layanan khas dasar yang ada disemua ponsel dan tidak membutuhkan jaringan internet, selama ada sinyal operator maka assessment Menggunakan SMS ini dapat diselenggarakan.

Penggunaan SMS dalam kegiatan assessment kebutuhan akan lebih optimal untuk menggali kebutuhan dan karakteristik siswa jika dikolaborasikan dengan program komputer. Untuk itulah dikembangkan aplikasi analisis kebutuhan yang dapat menganalisis jawaban siswa yang dikirim melalui SMS dengan format tertentu. Hal tersebut tentunya menambah variasi pengkolaborasian SMS dengan program komputer sebagaimana penggunakan SMS dikolaborasikan dengan Web. 2.0 dalam pembelajaran di kelas (Graham, Anchors, & Doore, 2012). Pengembangan dan penelitian tersebut membuktikan bahwa SMS memiliki fleksibilitas tinggi untuk dikolaborasikan dengan program komputer.

Dalam aplikasi analisis kebutuhan ini, peneliti menggunakan program Microsoft Excel. Kemampuan Microsoft Excel dalam menganalisis data dapat dioptimalkan karena memiliki ketelitian dan fleksibilitas yang tinggi. Ketelitian program Microsoft Excel ini telah banyak dibuktikan (Knüsel, 2005; McCullough & Wilson, 2005; Raguin, Gruaz-Guyon, & Barbet, 2002; Yalta, 2008). Pengembangan dan penggunaan Microsoft Excel yang telah banyak digunakan pada bidang lain, juga dapat digali potensinya untuk dimanfaatkan dalam ilmu BK, seperti menjadi aplikasi analisis kebutuhan siswa Menggunakan SMS.

(12)

Hanggara, Andrianie, Ariyanto - Pengembangan Aplikasi Assessment... | 151 Aplikasi analisis kebutuhan Menggunakan SMS yang merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan ini semakin fleksibel dengan revisi yang dilakukan berdasarkan masukan para ahli dan pengguna. Aplikasi ini telah mengalami banyak revisi dibandingkan dengan rancangan awal. Produk pengembangan ini juga dapat mengakomodasi pesan yang dikirim melalui Whatsapp, Blackberry Messenger, surat elektronik dan media komunikasi berbasis teks lainnya sehingga dapat saling melengkapi dan mengatasi keterbatasan masing-masing media. Inti dari pesan yang dikirim melalui berbagai media dan aplikasi tersebut terletak pada format penulisan pesan yang telah ditentukan. Ketika format jawaban atau respon yang dikirimkan sesuai dengan yang telah ditentukan, maka aplikasi ini dapat menganalisisnya dengan tepat. Penggunaan SMS sangat disarankan karena lebih cepat dan dapat langsung diekspor ke aplikasi secara kelompok atau klasikal. Sedangkan penggunaan melalui media lainnya masih membutuhkan proses memasukkan data siswa satu persatu walaupun hal tersebut sebenarnya telah lebih cepat dan efisien daripada proses memasukkan data yang selama ini dilakukan secara manual satu persatu, yaitu perbutir jawaban. Maka dapat dikatakan bahwa aplikasi hasil pengembangan ini relevan untuk assessment Menggunakan SMS dan media komunikasi berbasis teks lainnya.

Aplikasi analisis kebutuhan ini dapat dioperasikan dengan mudah dan analisis data dapat dilakukan secara otomatis, sehingga membuat assessment menjadi lebih efisien. Lebih penting lagi, hasil analisis dari aplikasi ini dapat menampilkan profil kebutuhan siswa baik secara individual maupun kelompok. Dengan diidentifikasinya berbagai kebutuhan siswa dengan cepat dan efisien, maka Konselor Sekolah dapat menindaklanjutinya dengan layanan yang efektif dengan lebih cepat, serta membuat layanan BK lainnya tidak terbengkalai. Dengan kata lain aplikasi menggunakan SMS ini akan meningkatkan kualitas layanan Konselor Sekolah dalam mendukung program pendidikan di sekolah untuk membantu siswa berkembang secara optimal.

SIMPULAN

Dari hasil pengembangan yang dilakukan, dan dilanjutkan dengan berbagai pengujian baik pada ahli BK; ahli TI; maupun pengguna terkait dengan keberterimaan dari aplikasi, dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dikembangkan telah memenuhi kriteria akseptabilitas. Aplikasi berikut panduannya dianggap layak, berguna, tepat dan mungkin untuk dikerjakan/ dioperasikan baik secara teoritis maupun praktis. Saran terkait penelitian ini: (1) aplikasi analisis kebutuhan siswa menggunakan SMS ini dapat dikembangkan untuk membantu mengungkap masalah siswa berdasarkan instrumen Alat Ungkap Masalah; (2) peneliti selanjutnya perlu melakukan uji efektifitas dan mengembangkan aplikasi ini, khususnya dalam meningkatkan efisiensi pengadministrasian assessment kebutuhan siswa; (3) peneliti selanjutnya perlu mengembangkan aplikasi ini dalam bentuk aplikasi android ataupun situs web.

DAFTAR RUJUKAN

Adikusuma, W., & Qiyaam, N. (2018). Adherence Level and Blood Sugar Control of Type 2 Diabetes Mellitus Patients Who Gets Counseling and Short Messages Service as Reminder and Motivation. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 11(2), 219–222. https:// doi.org/10.22159/ajpcr.2018.v11i2.22988

Brett, P. (2011). Students’ Experiences and Engagement with SMS for Learning in Higher Education. Innovations in Education and Teaching International, 48(2), 137–147.

Brown, J., Shipman, B., & Vetter, R. (2007). SMS: The Short Message Service. Computer, 40(12), 106–110.

Chaamwe, N., & Shumba, L. (2016). ICT Integrated Learning: Using Spreadsheets as Tools for e-Learning, A Case of Statistics in Microsoft Excel. International Journal of Information and Education Technology, 6(6), 435–440. https://doi.org/10.7763/IJIET.2016.V6.728

Cheetancheri, K. G., & Cheng, H. H. (2009). Spreadsheet-based Interactive Design and Analysis of Mechanisms using Excel and Ch. Advances in Engineering Software, 40(4), 274–280.

(13)

152 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 146–153

Duys, R., Duma, S., & Dyer, R. (2017). A Pilot of The Use of Short Message Service (SMS) as A Training Tool for Anaesthesia Nurses. Southern African Journal of Anaesthesia and Analgesia, 23(3), 69–71.

Gantina, K., Wahyuni, E., & Karsih. (2011). Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: Indeks.

Graham, C. M., Anchors, S., & Doore, B. E. (2012). Student Learning Preferences and SMS Text Messaging: A Web 2.0 Large Classroom Engagement System. International Journal of Information and Communication Technology Research, 2(8), 638–645.

Gregory, R. J. (2004). Psychological Testing: History, Principles, and Applications. Allyn & Bacon. Hays, D. G. (2014). Assessment in Counseling: A guide to The Use of Psychological Assessment

Procedures. John Wiley & Sons.

Ifdil, I., Ilyas, A., Churnia, E., Erwinda, L., Zola, N., Fadli, R. P., … Refnadi, R. (2017). Pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM) dengan Menggunakan Komputer Bagi Konselor. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia, 1(1), 17–24.

Istirahayu, I., & Mayasari, D. (2017). Identifikasi Tingkat Perkembangan Remaja Siswa SMA di Kota Singkawang pada Aspek Landasan Hidup Religius. Dalam Seminar dan Workshop Nasional Bimbingan dan Konseling. Pontianak: IKI ABKIN.

Kert, S. B. (2011). The Use of SMS Support in Programming Education. Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 10(2), 268–273.

Knüsel, L. (2005). On The Accuracy of Statistical Distributions in Microsoft Excel 2003. Computational Statistics & Data Analysis, 48(3), 445–449.

Lamont, K., Sliwa, K., Stewart, S., Carrington, M., Pretorius, S., Libhaber, E., … Klipstein-Grobusch, K. (2016). Short Message Service (SMS) as An Educational Tool During Pregnancy: A Literature Review. Health Education Journal, 75(5), 540–552.

Lari, H., Noroozi, A., & Tahmasebi, R. (2018). Impact of Short Message Service (SMS) Education Based on A Health Promotion Model on the Physical Activity of Patients with Type II Diabetes. Malaysian Journal of Medical Sciences, 25(3), 67–77. https://doi.org/10.21315/ mjms2018.25.3.7

Le Bodic, G. (2005). Mobile Messaging Technologies and Services: SMS, EMS and MMS. John Wiley & Sons.

Markett, C., Sánchez, I. A., Weber, S., & Tangney, B. (2006). Using Short Message Service to Encourage Interactivity in The Classroom. Computers & Education, 46(3), 280–293.

McCullough, B. D., & Wilson, B. (2005). On The Accuracy of Statistical Procedures in Microsoft Excel 2003. Computational Statistics & Data Analysis, 49(4), 1244–1252.

Moura, A., & Carvalho, A. A. (2010). Mobile Learning: Using SMS in Educational Contexts. Dalam Key Competencies in The Knowledge Society (hal. 281–291). Springer.

Naughton, D. (2014). A Review of Text Messaging (SMS) as A Communication Tool for Higher Education. International Journal of Advancd Computer Science and Applications (IJACSA), 5(5), 129–131.

Olaleye, O., Olaniyan, A., Eboda, O., & Awolere, A. (2013). SMS-Based Event Notification System. Journal of Information Engineering and Applications, 3(10), 55–62.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2015). Peraturan No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Permatasari, A. D. A. (2010). Pengembangan Aplikasi Software Daftar Cek Masalah (DCM) Siswa Sekolah Dasar. (Skripsi tidak diterbitkan) Universitas Negeri Malang.

(14)

Hanggara, Andrianie, Ariyanto - Pengembangan Aplikasi Assessment... | 153 Prilintia, U., & Anni, C. T. (2016). Studi Deskriptif Penggunaan Software IKMS® dalam Perencanaan

Program Bimbingan dan Konseling. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application, 5(2), 1–7.

Raguin, O., Gruaz-Guyon, A., & Barbet, J. (2002). Equilibrium Expert: An Add-in to Microsoft Excel for Multiple Binding Equilibrium Simulations and Parameter Estimations. Analytical Biochemistry, 310(1), 1–14.

Rajabi, A., Ghasemzadeh, A., Ashrafpouri, Z., & Saadat, M. (2012). Effects of Counseling by Mobile Phone Short Message Service (SMS) on Reducing Aggressive Behavior in Adolescence. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 46, 1138–1142.

Shaw, R., & Bosworth, H. (2012). Short Message Service (SMS) Text Messaging as an Intervention Medium for Weight Loss: A Literature Review. Health Informatics Journal, 18(4), 235–250. https://doi.org/10.1177/1460458212442422

Stufflebeam, D. L. (1994). Introduction: Recommendations for Improving Evaluations in US Public Schools. Studies in Educational Evaluation, 20(1), 3–21.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Thompson, D. W., Loesch, L. C., & Seraphine, A. E. (2003). Development of An Instrument to Assess The Counseling Needs of Elementary School Students. Professional School Counseling, 7(1), 35–39.

Triyanto, A. (2008). Pengembangan Aplikasi Instrumen Asesmen Bimbingan dan Konseling dengan Spreadsheet. Dalam Konvensi Nasional III Ikatan Instrumentasi Bimbingan dan Konseling (IIBKIN). Jakarta.

Yalta, A. T. (2008). The Accuracy of Statistical Distributions in Microsoft® Excel 2007. Computational

Statistics & Data Analysis, 52(10), 4579–4586.

(15)

154 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 154–161

154

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 154–161 Tersedia online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online)

ISSN 2548-4311 (cetak)

Keefektifan Biblioterapi untuk Meningkatkan Resiliensi

Siswa Yatim Piatu Penghuni Panti Asuhan

Eem Munawaroh, Afriyadi Sofyan

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Jl. Sekaran, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229

E-mail: eemmunawaroh@mail.unnes.ac.id

Artikel diterima: 5 Agustus 2018; direvisi: 24 Januari 2019; disetujui: 29 Januari 2019

Cara mengutip: Munawaroh, E., Sofyan, A. (2018). Keefektifan Biblioterapi untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa

Yatim Piatu Penghuni Panti Asuhan. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 154–161. https://doi.org/10.17977/ um001v3i42018p154

Abstract: This study aimed to examine the effectiveness of bibliotherapy to improve three factors of resilience, namely: aspects of I Have; I Am; and I Can, for orphaned students who live in orphanages. The research subjects were 21 orphaned students selected using purposive sampling technique. The quantitative research used the latin square method and statistical analysis paired t-test to analyze the data. The analysis technique of the instrument validity use Spearman. Meanwhile, the analysis technique of instrument reliability used Alpha Cronbach. The results showed that bibliotherapy can significantly improve the three factors of resilience.

Keywords: resilience; bibliotherapy; orphan; orphanage

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan biblioterapi untuk meningkatkan tiga faktor resiliensi, yakni: faktor I Have; I Am; dan I Can pada siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Subjek penelitian adalah 21 siswa yatim piatu yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode latin square serta analisis statistik paired t test untuk menganalisis data. Teknik analisis validitas instrumen menggunakan Spearman dan analisis reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach. Hasil menunjukkan bahwa biblioterapi mampu meningkatkan ketiga faktor resiliensi. Kata kunci: resiliensi; biblioterapi; yatim piatu; panti asuhan

Siswa panti asuhan adalah anak dibawah 18 tahun yang diambil hak pengasuhannya dari orangtua karena kematian orangtua atau penelantaran (Katyal, 2015). Anak yang berpisah dengan orangtuanya kerap memiliki konsep diri yang rendah (Ahad, Ara, & Shah, 2016; Gürsoy dkk., 2012); sulit menginternalisasi masalah (Makame, Ani, & Grantham-McGregor, 2007); serta depresi (Fawzy & Fouad, 2010). Pada beberapa keadaan, anak yatim piatu tinggal di panti asuhan. Kegiatan di panti asuhan berfokus pada pemenuhan kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari, sementara kebutuhan emosional dan perkembangan kurang diperhatian (Mazaya & Supradewi, 2019). Kurangnya interaksi dengan keluarga dekat; terbatasnya akses interaksi dengan lingkungan sekitar; dan rendahnya perhatian terhadap kebutuhan emosional serta perkembangan, menyebabkan siswa panti asuhan mudah mengalami stress; kecemasan; dan kesepian (Katyal, 2015). Anak panti asuhan memiliki deskripsi atau gambaran diri sebagai kepribadian yang tertekan; cemas (Zayas, 2018); tidak diakui; tidak lengkap (Taylor, 2010); inferior; pasif; apatis; menarik diri; mudah putus asa; dan penuh ketakutan sehingga sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain (Mazaya & Supradewi, 2019). Fakta tersebut menjadikan siswa panti asuhan sebagai anak yang rentan mengalami adversitas (Joseph & Linley, 2004).

(16)

Munawaroh, Sofyan - Keefektifan Biblioterapi untuk... | 155 Adversitas mengacu pada pengalaman negatif yang berpotensi mengganggu fungsi adaptif atau perkembangan. Pengalaman terhadap adversitas berdampak pada menurunnya sistem adaptif perkembangan individu dengan konsekuensi yang permanen. Adversitas terbagi ke dalam beberapa jenis: (1) adversitas akut, contohnya bencana alam; (2) adversitas kronis, contohnya dikucilkan dalam pergaulan sehari-hari; (3) adversitas yang muncul dalam lingkungan, contohnya konflik orangtua; kemiskinan; kekerasan; dan (4) adversitas yang berasal dari dalam diri individu seperti penyakit. Pada beberapa level, adversitas berpotensi mengganggu perkembangan dan adaptasi positif individu (Joseph & Linley, 2004), bahkan pada beberapa kasus, individu yang memiliki adversitas rendah dapat mengalami kondisi medis yang buruk (Santoro, Shear, & Haber, 2018).

Sebagai salah satu populasi yang hidup dalam keterbatasan dan memiliki trauma emosional, anak panti asuhan cenderung terlibat dalam perilaku anti sosial; kenakalan; dan kriminal (Pharoah, 2016). Anak panti asuhan terutama yang berusia sangat muda memiliki risiko memiliki masalah psikiatrik seperti: gangguan depresi; perilaku; dan emosional di kemudian hari. Sebuah penelitian cross sectional mengenai prevalensi depresi pada 180 anak panti asuhan usia 12—18 tahun menunjukkan bahwa depresi adalah gangguan psikiatrik yang umum terjadi pada anak panti asuhan, khususnya perempuan. Identifikasi dan intervensi awal sangat diperlukan untuk mencegah munculnya konsekuensi lebih lanjut (Ramagopal, Narasimhan, & Devi, 2016).

Anak panti asuhan memiliki kapasitas yang berbeda dalam menghadapi kemalangan hidupnya. Ada anak yang mampu bertahan dan pulih dari adversitas yang pernah dialaminya, ada pula anak yang gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan. Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau bertahan di tengah lingkungan dengan tekanan bukanlah kemampuan yang datang secara otomatis. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kemampuan tertentu dalam diri individu yang dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Fredrickson, 2004). Secara umum, resiliensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu komunitas yang meningkatkan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan (Prihastuti, 2013).

Faktor-faktor resiliensi yang diidentifikasi berdasarkan sumber-sumber yang berbeda adalah: I Have; I Am; dan I Can (Grotberg, 1999). I Have merupakan faktor pembentuk resiliensi yang menggambarkan dukungan eksternal dalam meningkatkan resiliensi. I Am merupakan faktor resiliensi yang menunjukkan kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. I Can adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Salah satu strategi intervensi yang telah banyak digunakan untuk mengembangkan resiliensi adalah terapi kognitif. Mengacu berbagai hasil penelitian, terapi kognitif telah terbukti dapat mengembangkan resiliensi. Interpersonal Cognitive Problem Solving (ICPS) telah terbukti dapat digunakan untuk membantu individu mengatasi tekanan; frustasi; dan kegagalan dalam hidup (Goldstein & Brooks, 2005). ICPS mampu mengembangkan resiliensi anak yang memiliki adversitas melalui simulasi ilustrasi kesulitan sehari-hari. Penelitian lain terkait pendekatan kognitif yang mampu meningkatkan resiliensi adalah teknik restrukturisasi kognitif (Antara, Antari, & Dantes, 2014).

Biblioterapi yang merupakan terapi dengan penggunaan buku sebagai media adalah bagian penting dalam terapi kognitif, yakni sebagai self help tool (Purwanto, 2015). Buku dapat membantu individu dalam mempelajari fakta baru, cara pandang yang berbeda dalam menghadapi masalah, dan alternatif pemecahan masalah (Herlina, 2013). Berbagai hasil penelitian menunjukkan efek positif biblioterapi, yakni: menurunkan gangguan kecemasan (Campbell, 2007); mencegah gangguan kesehatan mental; membantu proses adaptasi individu; mengembangkan kemampuan bangkit dari keterpurukan (Rutten dkk., 2013); serta meningkatkan kesehatan mental (Bilich, Deane, Phipps, Barisic, & Gould, 2008).

Penelitian terdahulu lebih fokus menjelaskan keefektifan teknik biblioterapi dalam berbagai konteks klinis (Popa & Porumbu, 2017). Perkembangan terbaru mengenai adversitas yang terjadi di lingkungan sosial, terdapat populasi khusus yang rentan dan memerlukan resiliensi sebagai salah

(17)

156 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 154–161

satu kompetensi dalam menjalani hidup. Siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan merupakan populasi khusus tersebut dan mereka memerlukan life skills untuk menghadapi adversitas serta berkembang secara optimal (Hamid, Tolla, Jufri, & Jokebet, 2018). Artikel ini akan membahas tentang keefektifan teknik biblioterapi sebagai salah satu teknik intervensi untuk mengembangkan resiliensi sebagai kecakapan hidup siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen desain latin square jenis within-subject (Heppner, Kivlighan Jr, & Wampold, 2008). Desain ini dipilih untuk menjamin bahwa biblioterapi untuk meningkatkan resiliensi siswa yatim piatu penghuni panti asuhan disajikan secara seimbang dengan frekuensi yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah 60 orang siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan Wisma Putra. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif. Sampel adalah semua siswa yang memiliki tingkat resiliensi rendah. Untuk mengetahui siswa yang memiliki resiliensi rendah, peneliti menggunakan instrumen resiliensi. Berdasarkan pengukuran instrumen resiliensi, diketahui ada 21 siswa yang masuk pada kategori resiliensi rendah.

Penelitian ini menggunakan tiga instrumen resiliensi yakni instrumen I Have, I Am, dan I Can. Ketiga instrumen tersebut menggunakan Skala Likert dengan pilihan jawaban partisipan dimulai dari Sangat Setuju (SS) dengan bobot 4; Setuju (S) dengan bobot 3; Tidak Setuju (TS) dengan bobot 2; dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot 1. Alasan penggunaan instrumen dengan Skala Likert adalah karena Skala Likert mampu mengungkap tingkat resiliensi secara lebih terperinci dan jelas.

Uji validitas instrumen menggunakan Pearson Product Moment dan uji reliabilitas instrumen rumus Alpha Cronbach. Berdasarkan uji validitas instrumen, terdapat beberapa butir dari ketiga instrumen yang tidak valid, butir tersebut diperbaiki sehingga menjadi butir yang valid. Berdasarkan uji reliabilitas instrumen, skor reliabilitas masing-masing instrumen adalah I Have (0,79); I Am (0,81); dan I Can (0,75). Berdasarkan kategori koefisien reliabilitas dari Guilford (1950) maka reliabilitas instrumen I Have berada pada kategori tinggi, I Am berada pada kategori sangat tinggi, dan I Can berada pada kategori tinggi. Teknik analisis Uji t berpasangan (paired t-test) digunakan sebagai teknik analisis data karena mampu menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan.

Intervensi biblioterapi untuk meningkatkan resiliensi dilaksanakan dalam empat tahapan yakni: identifikasi, seleksi, presentasi dan follow up. Pada tahap identifikasi, dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan subjek terkait faktor resiliensi yang dikembangkan. Pada tahap seleksi peneliti memilih tiga jenis novel yakni: Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara; Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar; dan Ibuk karya Iwan Setiawan. Novel-novel tersebut menggambarkan perjuangan para tokoh dalam menghadapi penderitaan hidup dan proses kebangkitan dari kemalangan yang dideritanya. Pemilihan buku tersebut sesuai dengan variabel resiliensi yang akan dikembangkan. Pada tahap presentasi, subjek diminta membaca buku dalam kurun waktu seminggu sesuai kesepakatan dengan konselor. Selama membaca buku, subjek mengisi form identifikasi cerita yang mengungkap isi novel seperti karakteristik tokoh; emosi yang muncul ketika tokoh mengalami kemalangan; dan bagaimana tokoh bangkit dari tekanan yang dialaminya. Pada tahap follow up, subjek mengikuti konseling kelompok dengan materi form identifikasi cerita buku sebagai bahan konseling kelompok. Subjek dibagi menjadi tiga kelompok, yang tiap kelompok terdiri dari tujuh subjek. Kelompok tersebut adalah kelompok A; B; dan C. Setiap kelompok subjek mendapatkan intervensi biblioterapi sebanyak 3 kali menggunakan buku Surat Kecil untuk Tuhan, Ibuk, dan Sepatu Dahlan dengan jeda 1 minggu. Urutan dan jenis intervensi biblioterapi secara rinci untuk masing-masing kelompok subjek disajikan dalam tabel 1.

Tahapan konseling kelompok yang dilaksanakan meliputi tahap awal, tahap transisi, dan tahap akhir. Pada tahap awal, kegiatan inti yang dilaksanakan yaitu setiap anggota kelompok menceritakan adversitas dan kesulitan yang dialaminya. Pada tahap transisi, setiap anggota kelompok memberikan

(18)

Munawaroh, Sofyan - Keefektifan Biblioterapi untuk... | 157

masukan dalam menghadapi adversitas yang dialami berdasarkan pengalaman masing-masing anggota. Pada tahap akhir, setiap anggota kelompok mengidentifikasi dan menginternalisasi berbagai alternatif masukan yang sesuai dengan adversitas yang dialami.

HASIL

Setelah subjek diberi intervensi biblioterapi, tahap selanjutnya adalah menguji keefektifan biblioterapi terhadap resiliensi melalui uji paired t test yang hasilnya disajikan dalam tabel 2. Hasil uji paired t test keefektifan teknik biblioterapi terhadap resiliensi menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05. Karena nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat diketahui bahwa teknik biblioterapi dapat meningkatkan faktor resiliensi I Have; I Am; dan I Can secara signifikan. Pada Faktor I Have, faktor yang ditingkatkan adalah kepercayaan terhadap hubungan dan kepercayaan terhadap role model. Pada faktor I Am, faktor yang ditingkatkan adalah: perasaan dicintai; mencintai; empati; altruis; kebanggaan pada diri sendiri; kemandirian; tanggung jawab; harapan; dan keyakinan. Pada Faktor I Can, kemampuan yang ditingkatkan adalah: kemampuan komunikasi; pemecahan masalah; pengelolaan emosi dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain.

Keefektifan biblioterapi dalam mengembangkan resiliensi subjek didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemilihan materi biblioterapi yang sesuai dengan adversitas subjek. Ketiga buku yang digunakan sebagai materi biblioterapi menggambarkan kondisi tokoh yang menghadapi kemalangan yakni kemiskinan dan penyakit. Persamaan latar belakang cerita dan kondisi yang dihadapi subjek menjadi salah satu faktor ketertarikan subjek terhadap materi biblioterapi. Selanjutnya, subjek diberikan keleluasaan waktu untuk membaca buku, sehingga subjek dengan leluasa dapat menghayati dan memahami isi buku serta menginternalisasi nilai-nilai yang ada dalam buku tersebut.

Kelompok Subjek Faktor Resiliensi

I Have I Am I Can

A Surat kecil untuk Tuhan Ibuk Sepatu Dahlan

B Ibuk Sepatu Dahlan Surat kecil untuk Tuhan

C Sepatu Dahlan Surat kecil untuk Tuhan Ibuk Tabel 1 Rancangan Penelitian Latin Square

Resiliensi Mean Standar Deviasi T Hitung T Tabel Sig Keterangan I Have 15,00 3,91 10,135 1, 943 0,000 Signifikan

I Am 18,43 4,65 10, 486 1, 943 0,000 Signifikan

I Can 34,14 13,04 6,925 1, 943 0,000 Signifikan Tabel 2 Hasil Uji Paired T Test Biblioterapi Terhadap Resiliensi

PEMBAHASAN

Terdapat beberapa kelebihan buku dalam membantu subjek meningkatkan resiliensi. Cerita dalam buku menampilkan nilai-nilai universal, yakni kemampuan buku untuk menampilkan kisah yang memiliki kesamaan dengan kisah yang dialami subjek. Nilai-nilai tersebut dapat menimbulkan pemahaman bahwa subjek bukanlah satu-satunya orang yang memiliki atau mengalami kemalangan. Rasa universal dapat memberikan kekuatan kepada pembaca buku untuk menghadapi kesulitan yang dihadapi. Kelebihan lain yang terdapat dalam buku adalah coping yang ditunjukkan oleh tokoh dalam cerita memberikan pembaca alternatif coping. Cerita dalam buku dapat menjadi media dalam mengungkapkan tekanan emosi dan mental; mengembangkan konsep diri individu; dan mengkomunikasikan nilai serta sikap baru. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan resiliensi siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan (Tukhareli, 2011).

(19)

158 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 154–161

Dalam proses biblioterapi, konselor dan subjek mengidentifikasi berbagai alternatif solusi atau tindakan yang ditunjukkan oleh tokoh dalam cerita novel dan menginternalisasinya ke dalam masalah yang dialami subjek. Selanjutnya, konselor dan subjek mendiskusikan masalah yang dialami subjek dengan penuh keterbukaan. Topik lain yang didiskusikan dalam konseling kelompok adalah keterampilan menyelesaikan masalah sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh dalam cerita. Sesi terakhir merupakan sesi mengembangkan konsep diri partisipan dengan mendiskusikan bagaimana tokoh dalam novel mengembangkan diri setelah kemalangan yang dialaminya (Maich & Kean, 2004).

Intervensi biblioterapi mampu meningkatkan resiliensi pada faktor I Have melalui peningkatan kepercayaan terhadap hubungan dan kepercayaan terhadap role model. Ketiga novel yang digunakan sebagai media biblioterapi menggambarkan kuatnya hubungan tokoh dengan orang-orang di sekitarnya, seperti orangtua dan teman-teman. Selain itu, digambarkan bagaimana tokoh dalam novel meneladani karakteristik positif orang-orang di sekitarnya. Hubungan yang erat dan keteladanan dengan significant other tersebut memberikan kekuatan kepada tokoh untuk menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Dalam konseling kelompok, keteladanan significant other tersebut diinternalisasi melalui identifikasi terhadap significant other subjek dan identifikasi sikap-sikap positif yang dapat dicontoh dari significant other. Significant other berkorelasi dengan self-direct dan self-regulation dan memiliki implikasi terhadap perkembangan resiliensi (Andersen, Chen, & Miranda, 2002).

Pada faktor I Am, biblioterapi dapat meningkatkan perasaan dicintai; mencintai; empati; altruis; kemandirian; tanggung jawab; harapan; keyakinan; dan kepercayaan. Nilai-nilai tersebut diinternalisasi oleh subjek melalui identifikasi terhadap dinamika cerita dalam novel yang diungkapkan kembali saat sesi konseling kelompok. Bacaan fiksi memiliki pengaruh pada rasa empati, alur cerita dalam buku fiksi dapat mengubah empati pembacanya (Bal & Veltkamp, 2013). Selain bacaan fiksi, salah satu hasil penelitian lain menunjukkan bahwa literatur anak efektif membantu mahasiswa untuk mengetahui pandangan pribadi dalam meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain (Bouley & Godfrey, 2008).

Pada faktor I Can, biblioterapi mampu mengembangkan kemampuan komunikasi; pemecahan masalah; pengelolaan emosi dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain. Alur cerita dalam novel Ibuk; Surat Kecil untuk Tuhan; dan Sepatu Dahlan menyajikan cerita tentang bagaimana tokoh utama membuat berbagai alternatif pemecahan masalah dan menunjukkan pengelolaan emosi saat berada dalam kesulitan. Subjek mengidentifikasi keterampilan tersebut dan menginternalisasinya selama proses membaca dan pada saat konseling kelompok.

Salah satu keuntungan biblioterapi adalah dapat mereduksi emosi negatif dan menggantinya dengan perilaku dan perasaan yang lebih positif (Pehrsson, Allen, Folger, McMillen, & Lowe, 2007). Membaca buku, efektif dalam: meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; meningkatkan perasaan terharu; mengembangkan empati; dan meningkatkan kesadaran diri. Biblioterapi memiliki efek sangat signifikan terhadap faktor I Can yang berisi kemampuan komunikasi; penyelesaian masalah; kontrol emosi; dan kemampuan membangun hubungan yang terpercaya dengan orang-orang sekitar.

Faktor I Solve dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah (Forgan, 2002). I Solve dapat digunakan Konselor dalam membimbing siswa untuk menguasai keterampilan pemecahan masalah melalui biblioterapi. I dalam I Solve adalah identifiy the problem (mengidentifikasi masalah) yang ada dalam sebuah buku. S adalah solution (solusi), yakni individu mengidentifikasi berbagai alternatif solusi yang dilakukan oleh tokoh dalam buku yang dibaca. O adalah obstacle (hambatan), yakni individu mengidentifikasi berbagai hambatan dalam proses penyelesaian masalah. L adalah looking, yakni individu melihat kembali alternatif pemecahan masalah dan memilih salah satunya sebagai pemecahan masalah yang terbaik. V adalah very good, yakni individu mengatakan terhadap diri sendiri keberhasilan dan yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah. Yang terakhir adalah E yakni evaluation, individu dibantu oleh konselor mengevaluasi keefektifan solusi terhadap masalah.

(20)

Munawaroh, Sofyan - Keefektifan Biblioterapi untuk... | 159 Pendekatan I Solve dalam membaca buku mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, karena membaca buku dengan metode I Solve dapat menunjukkan dan meningkatkan hal-hal: (1) menunjukkan terhadap siswa bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang mengalami masalah tersebut; (2) membantu siswa mendiskusikan masalahnya secara bebas; (3) membantu individu merencanakan solusi yang konstruktif terhadap masalahnya; (4) mengembangkan konsep diri individu; (5) melepaskan tekanan emosi dan mental; (6) meningkatkan pemahaman individu terhadap orang lain

Pemecahan masalah yang ada dalam cerita dapat mengubah cara siswa berinteraksi dan memperlakukan orang lain. Dengan mengidentifikasi karakter dalam novel, siswa memahami bahwa mereka tidaklah sendirian dalam menghadapi masalah. Dalam sesi konseling, konseli mengembangkan pemahaman terhadap masalah yang dialami oleh tokoh dalam cerita, mengidentifikasi berbagai akar permasalahan yang muncul dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan dampak yang akan muncul dari masalah tersebut.

Buku “Feeling Good” menjelaskan teori dasar kognitif untuk penderita depresi (Moldovan, Cobeanu, & David, 2013). Buku ini memiliki enam bab, di antaranya adalah bab yang berjudul “pahami suasana hati, perasaan, dan cara berpikirmu”; “mengalahkan rasa bersalah”; dan “cara-cara untuk mengatasi prokrastinasi”. Treatment dilaksanakan selama satu bulan, dan setiap satu minggu selama lima menit, konselor menelepon partisipan untuk mendiskusikan berbagai pertanyaan mengenai bacaan. Perubahan yang terjadi pada partisipan di antaranya adalah partisipan memiliki perasaan yang lebih baik. Biblioterapi memang efektif untuk membantu anak yang memiliki gangguan emosi dan perilaku (Akinola, 2014).

Keefektifan biblioterapi dalam meningkatkan resiliensi siswa yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya oleh minat baca dan motivasi subjek untuk berubah. Subjek yang memiliki minat baca tinggi akan dengan seksama memahami setiap bagian bacaan dan melibatkan faktor emosi dan kognisi ketika membacanya. Sebagai contoh, pembaca membayangkan dirinya menjadi tokoh dalam cerita tersebut dalam menghadapi situasi sulit. Subjek juga dapat membayangkan alternatif solusi yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Individu yang rasional dan reflektif akan mengalami proses biblioterapi yang efektif (Purwanto, 2015).

SIMPULAN

Teknik biblioterapi mampu meningkatkan faktor resiliensi I Am, I Have, dan I Can secara signifikan. Biblioterapi mampu mengembangkan: kemampuan berkomunikasi; menyelesaikan masalah; pengelolaan emosi; altruis; kebanggaan pada diri sendiri; tanggung jawab; dan kemandirian. Implikasi penelitian ini terhadap bimbingan dan konseling adalah biblioterapi dapat dijadikan salah satu alternatif strategi intervensi oleh konselor untuk membantu konseli bangkit dari kemalangan yang dihadapinya. Biblioterapi juga dapat dijadikan alternatif strategi intervensi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi; menyelesaikan masalah; pengelolaan emosi; mengembangkan altruis; dan tanggung jawab.

DAFTAR RUJUKAN

Ahad, R., Ara, S., & Shah, S. A. (2016). Self-Concept and Aggression among Institutionalised Orphans of Kashmir. The International Journal of Indian Psychology, 3(2), 104–116.

Akinola, A. N. (2014). Bibliotherapy as An Alternative Approach to Children’s Emotional Disorders. Creative Education, 5(14), 1281–1285. https://doi.org/10.4236/ce.2014.514146

Andersen, S. M., Chen, S., & Miranda, R. (2002). Significant Others and The Self. Self and Identity, 1(2), 159–168.

Antara, I. N. K. T., Antari, N. N. M., & Dantes, N. (2014). Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Singaraja. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 2(1).

(21)

160 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 154–161

Bal, P. M., & Veltkamp, M. (2013). How Does Fiction Reading Influence Empathy? An Experimental Investigation on the Role of Emotional Transportation. PLoS ONE, 8(1), e55341. https://doi. org/10.1371/journal.pone.0055341

Bilich, L. L., Deane, F. P., Phipps, A. B., Barisic, M., & Gould, G. (2008). Effectiveness of Bibliotherapy Self‐help for Depression with Varying Levels of Telephone Helpline Support. Clinical Psychology & Psychotherapy: An International Journal of Theory & Practice, 15(2), 61–74.

Bouley, T. M., & Godfrey, P. C. (2008). Reading Outside the Boundaries: Children’s Literature as Pedagogy for Building Empathy and Understanding of Social Justice in the College Classroom. Journal of Effective Teaching, 8(1), 33–41.

Campbell, M. A. (2007). Don’t Worry: Promoting Resilience Through The Use of Books in The Classroom. Primary and Middle Years Educator, 5(1), 3–8.

Fawzy, N., & Fouad, A. (2010). Psychosocial and Developmental Status of Orphanage Children: Epidemiological Study. Current Psychiatry, 17(2), 41–48.

Forgan, J. W. (2002). Using Bibliotherapy to Teach Problem Solving. Intervention in School and Clinic, 38(2), 75–82.

Goldstein, S., & Brooks, R. B. (2005). Resilience in Children. Springer.

Grotberg, E. H. (1999). Inner strength: How to Find The Resilience to Deal With Anything. California. New Harbinger Publication Ltd.

Guilford, J. P. (1950). Fundamental Statistics in Psychology and Education.

Gürsoy, F., Biçakçi, M. Y., Orhan, E., Bakırcı, S., Çatak, S., & Yerebakan, Ö. (2012). Study on Self-Concept Levels of Adolescents in the Age Group of 13-18 Who Live in Orphanage and Those Who do not Live in Orphanage. International Journal of Social Sciences & Education, 2(1). Hamid, S., Tolla, I., Jufri, M., & Jokebet, J. (2018). The Development Of Vocaltional and Life Skills

Training for Orphans Competency. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 8(2), 15–21.

Heppner, P. P., Kivlighan Jr, D. M., & Wampold, B. E. (2008). Research Design in Counseling. Belmont, CA, US: Thomson Brooks/Cole Publishing Co.

Herlina. (2013). Bibliotherapy: Mengatasi Masalah Remaja dan Anak Melalui Buku. Bandung: Pustaka Cendekia Press.

Joseph, S., & Linley, P. A. (2004). Positive Therapy: A Positive Psychological Theory of Therapeutic Practice. Positive Psychology in Practice, 354–368.

Katyal, S. (2015). A Study of Resilience in Orphan and Non-orphan Children. International Journal of Multidisciplinary Research and Development, 2(7), 323–327.

Maich, K., & Kean, S. (2004). Read Two Books and Write Me in the Morning! Bibliotherapy for Social Emotional Intervention in the Inclusive Classroom. TEACHING Exceptional Children Plus, 1(2).

Makame, V., Ani, C., & Grantham-McGregor, S. (2007). Psychological Well-being of Orphans in Dar El Salaam, Tanzania. Acta Paediatrica, 91(4), 459–465. https://doi.org/10.1111/j.1651-2227.2002. tb01671.x

Mazaya, K. N., & Supradewi, R. (2019). Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pada Remaja di Panti Asuhan. Proyeksi, 6(2), 103–112.

Moldovan, R., Cobeanu, O., & David, D. (2013). Cognitive Bibliotherapy for Mild Depressive Symptomatology: Randomized Clinical Trial of Efficacy and Mechanisms of Change. Clinical Psychology & Psychotherapy, 20(6), 482–493.

Pehrsson, D.-E., Allen, V. B., Folger, W. A., McMillen, P. S., & Lowe, I. (2007). Bibliotherapy with Preadolescents Experiencing Divorce. The Family Journal, 15(4), 409–414.

(22)

Munawaroh, Sofyan - Keefektifan Biblioterapi untuk... | 161 Pharoah, R. (2016). AIDS, Orphan and Crime: Exploring The Linkages. South African Crime

Quarterly, 13, 7–14. https://doi.org/10.17159/2413-3108/2005/v0i13a1010

Popa, D., & Porumbu, D. (2017). Bibliotherapy in Clinical Context: An Umbrella Review. Transilvania University of Brasov. Series VII, Social Sciences, Law., 10(2), 165–174.

Prihastuti, P. (2013). Profil Resiliensi Pendidik Berdasarkan Resilience Quetient Test. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 15(2), 199–214.

Purwanto, E. (2015). Pengaruh Bibliotherapy terhadap Psychological Well-being Perempuan Lajang. CALYPTRA, 4(1), 1–26.

Ramagopal, G., Narasimhan, S., & Devi, L. U. (2016). Prevalence of Depression among Children Living in Orphanage. International Journal of Contemporary Pediatrics, 3(4), 1326–1328. Rutten, B. P. F., Hammels, C., Geschwind, N., Menne‐Lothmann, C., Pishva, E., Schruers, K., …

Wichers, M. (2013). Resilience in Mental Health: Linking Psychological and Neurobiological Perspectives. Acta Psychiatrica Scandinavica, 128(1), 3–20.

Santoro, A. F., Shear, S. M., & Haber, A. (2018). Childhood Adversity, Health and Quality of Life in Adults with Intellectual and Developmental Disabilities. Journal of Intellectual Disability Research, 62(10), 854–863. https://doi.org/10.1111/jir.12540

Taylor, S. E. (2010). The Childhood Experience of Being a War Orphan: A Study of the Effects of Father Loss on Women Whose Fathers Were Killed in World War II. Journal of Loss and Trauma, 15(3), 228–241. https://doi.org/10.1080/15325020903381709

Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient Individuals Use Positive Emotions to Bounce Back from Negative Emotional Experiences. Journal of Personality and Social Psychology, 86(2), 320–333.

Tukhareli, N. (2011). Bibliotherapy in a Library Setting: Reaching Out to Vulnerable Youth. Partnership: The Canadian Journal of Library and Information Practice and Research, 6(1), 1–18. https://doi.org/10.21083/partnership.v6i1.1402

Zayas, L. H. (2018). Immigration Enforcement Practices Harm Refugee Children and Citizen-Children. Zero To Three, 38(3), 20–25.

(23)

162 | Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 162–170

162

Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(4), 2018, 162–170 Tersedia online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online)

ISSN 2548-4311 (cetak)

Creative Solution Focused Counseling Models (CSFCM):

Strategi Kreatif untuk Mengembangkan Self-regulated

Learning Siswa

Wahyu Nanda Eka Saputra1, Augusto Da Costa2, Said Alhadi1 1Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Pramuka No. 42, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia 55161

2Department of Psychology, Faculty of Teacher Training and Education,

Instituto Superior Cristal, Road Balide, Dili, East Timor, Timor Leste E-mail: said.alhadi@bk.uad.ac.id

Artikel diterima: 27 Desember 2018; direvisi: 17 Januari 2019; disetujui: 21 Januari 2019

Cara mengutip: Saputra, W. N. E., Da Costa, A., Alhadi, S. (2018). Creative Solution Focused Counseling Models

(CSFCM): Strategi Kreatif untuk Mengembangkan Self-Regulated Learning Siswa. Jurnal Kajian Bimbingan dan

Konseling, 3(4), 162–170. https://doi.org/10.17977/um001v3i42018p162

Abstract: The study aimed to develop CSFCM to improve student self-regulated learning. CSFCM is an application of solution-focused counseling integrated with creative arts. The developmental research consisted of three stages: (1) identify the self-regulated learning level; (2) formulating a hypothetical draft of CSFCM to improve student self-regulated learning; and (3) conducting product feasibility testing by experts and practitioners. Data analysis technique used quantitative descriptive analysis. The results showed that the CSFCM which consisting five stages of counseling was categorized as feasible to be implement in the schools.

Keywords: self-regulated learning; creative counseling; solution-focused counseling Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan CSFCM untuk meningkatkan self-regulated learning siswa. CSFCM merupakan aplikasi dari konseling berfokus solusi yang diintegrasikan dengan seni kreatif. Penelitian pengembangan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) identifikasi tingkat self-regulated learning; (2) merumuskan draft hipotetik CSFCM untuk meningkatkan self-regulated learning siswa; dan (3) melakukan pengujian kelayakan produk oleh ahli dan praktisi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan CSFCM yang terdiri dari lima tahap konseling dikategorikan layak untuk diimplementasikan di sekolah.

Kata kunci: self-regulated learning; konseling kreatif; konseling berfokus solusi

Belajar adalah kegiatan wajib siswa yang dapat dilakukan di sekolah dan di rumah. Sejatinya, siswa perlu memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dalam belajar. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa siswa belajar baik di rumah maupun di sekolah tidak sepenuhnya tergantung pada guru, akan tetapi terdapat keinginan dari dalam diri siswa untuk belajar karena kebutuhan, sehingga siswa mencapai hasil belajar yang optimal. Kemampuan siswa untuk dapat mandiri dalam belajar ini seringkali disebut dengan self-regulated learning (B. J. Zimmerman, 2000; B. Zimmerman & Schunk, 1989). Kemampuan untuk mandiri dalam belajar sejatinya dimiliki oleh setiap siswa. Setiap siswa adalah unik, dan yang menjadi pembeda kemampuan belajar mandiri tiap siswa adalah tingkat kesadaran setiap siswa untuk memaksimalkan kemampuan self-regulated learning yang mereka miliki.

Dewasa ini, pentingnya kemampuan self-regulated learning bagi siswa belum sejalan dengan perilaku yang ditunjukkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah tentang rendahnya self-regulated learning masih dialami oleh siswa

Gambar

Gambar 1 Inter-rater Agreement Model Sumber: Gregory, (2004)
Tabel 1 Hasil Uji Keberterimaan Ahli dan Pengguna
Tabel 2 Hasil Uji Paired T Test Biblioterapi Terhadap Resiliensi
Tabel 1 Output Statistik Deskriptif menggunakan SPSS
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

karya Ustad Felix Siauw menggunakan pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua term atau suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh

Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan agama dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pencarian identitas diri para santri gus dur merupakan transformasi identitas diri dari identitas yang terbentuk dalam lingkungan

PPIC bertugas memberikan data released jobs , dan dapat menerima informasi status pengerjaan released jobs yang diberikan, Engineer bertugas memberikan

Pentingnya pengelolaan prasarana dan sarana air limbah yang ada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dilakukan sebagai salah satu pendukung dalam mewujudkan Eco-Airport di

waktu menikah yaitu yang melakukan janji nikah dengan pengantin lakilaki.28 Perwalian dalam perkawinan adalah suatu kekuasaan atau wewenang Syar’i atas segolongan manusia

Maksud dan tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemberian sosial bagi warga miskin , warga yang rentan terdampak Corona

Jawaban yang seharusnya adalah “Hukum I Newton menyatakan koin memiliki sifat kelembaman yaitu sifat diam maka seluruh koin akan tetap diam ketika tidak