DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2017
PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
TAHUN 2018
(Kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
Serta Kegiatan Penghitungan Penurunan Emisi Gas
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR LAMPIRAN ... iv I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Sasaran Nasional... 2 C. Tujuan... 2 II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 4
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan... 4
B. Spesifikasi Teknis... 9
III PELAKSANAAN KEGIATAN... 15
A. Ruang Lingkup... 15
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan... 19
C. Lokasi, Jenis dan Volume... 21
D. Simpul Kritis... 22
IV PROSES PENGADAAN BARANG... 23
V PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN... 24
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan ... 24
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan... 25
VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 26
B. Evaluasi... 26
C. Pelaporan... 26
VII PEMBIAYAAN... 29
VIII PENUTUP... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Denah Demplot Mitigasi dan Adaptasi… 32 2. Lokasi dan Volume kegiatan Penanganan
Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun 33 8. Form Laporan Perkembangan Realisasi
Fisik Dan Keuangan Kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun .. 34 9. Out Line Laporan Akhir ... 35
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian karena aktivitas pertanian sangat banyak tergantung pada matahari, udara, tanah dan air. Dampak perubahan iklim berupa peningkatan suhu udara, perubahan pola hujan, dan peningkatan frekuensi terjadinya iklim ekstrim akan berpengaruh langsung pada sistem produksi pertanian.
Perubahan pola hujan dan pergeseran musim yang ekstrim diperkirakan akan menyebabkan lebih tingginya intensitas hujan pada musim penghujan dan semakin panjangnya musim kemarau. Hujan yang berlebihan sangat mungkin akan meningkatkan erosi, pencucian hara dan tanah longsor. Apabila air yang berlebih tidak dapat diserap oleh tanah di hulu akan meningkatkan aliran permukaan yang akhirnya menyebabkan banjir. Sebaliknya musim kemarau yang kering akan menyebabkan cekaman kekeringan dengan jangka waktu lama.
Perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan kejadian iklim ekstrim atau anomali ikllim, akan menimbulkan resiko yang cukup besar bagi produksi dan produktifitas serta mutu hasil sektor pertanian, termasuk sub sektor perkebunan. Oleh karena itu
diperlukan strategi nasional yang terdiri atas antisipasi, mitigasi dan adaptasi di bidang pertanian khususnya pada usaha perkebunan dalam menghadapi perubahan iklim dimaksud. Kegiatan mitigasi pada subsektor perkebunan adalah upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan untuk mengurangi sumber emisi gas rumah kaca, sedangkan adaptasi adalah tindakan penyesuaian untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim.
Emisi karbon pada subsektor perkebunan dapat diminimalisir dengan pemanfaatan limbah perkebunan, mengintegrasikan dengan ternak (kebun-ternak), mengurangi atau menggantikan pemanfaatan pestisida dan pupuk kimia dengan organik, mengurangi penggunaan herbisida dan pemanfaatan pohon pelindung sebagai penyerap karbon. Aplikasi model teknologi mitigasi dan adaptasi pada sub sektor perkebunan perlu dilaksanakan di daerah agar pembangunan perkebunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan produktifitas dapat dipertahankan sehingga mampu mengurangi kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka pada tahun 2018 Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan
kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim.
B.Sasaran Nasional
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim adalah memfasilitasi penanganan dampak perubahan iklim dan pengurangan risiko kekeringan dalam mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan.
C.Tujuan
Tujuan kegiatan adalah:
1. Terbangunnya model adaptasi kekeringan pada tanaman perkebunan melalui demplot adaptasi kekeringan pada sub sektor perkebunan di provinsi rawan kekeringan. 2. Terhitungnya penurunan emisi gas rumah
kaca pada kegiatan penerapan perkebunan rendah emisi karbon atau kegiatan pengembangan desa organik berbasis komoditas perkebunan.
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.
a. SK Tim Pelaksana Kegiatan
1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.
2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
3) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.
b. Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.
c. Juklak, Juknis
Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.
d. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.
Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada petani peserta kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan pihak terkait lainnya.
e. Pelelangan/pengadaan
Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Februari 2018. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat
digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.
g. Laporan
1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.
2) Laporan akhir kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2018.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
a. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1) Demplot dilaksanakan pada komoditas perkebunan yang rawan terdampak terhadap kekeringan (kopi, kakao dan jambu mete) dan berada di lokasi rawan kekeringan.
2) Lokasi demplot pada kelompok tani/pekebun di daerah sentra perkebunan rakyat rawan kekeringan.
3) Kambing diternakkan dengan pola komunal dan kandang kambing berdekatan dengan rumah kompos dan demplot mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
4) Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan.
5) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL.
6) Teknologi yang diterapkan berupa irigasi, pembuatan biopori dan rorak dilaksanakan awal musim kemarau, untuk menghindari cekaman kekeringan.
7) Desain demplot mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim seperti dalam lampiran 1.
b. Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Rakyat.
1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah yang sudah mendapat kegiatan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat di tahun sebelumnya atau daerah yang sudah ada kegiatan pengembangan desa organik berbasis komoditi perkebuan.
2) Penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca bekerjasama dengan Balai Penelitian, perguruan tinggi atau
lembaga penelitian yang mampu melakukan penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada lahan perkebunan
3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Perencanaan kegiatan/Jadual kegiatan. 2) Pembuatan Juklak Juknis setiap kegiatan. 3) Menunjuk penanggung jawab dan
pelaksana kegiatan. 4) Survei lokasi kegiatan.
5) Koordinasi dengan instansi terkait.
6) Menindaklanjuti rekomendasi hasil pembinaan.
b. Tahap Pasca Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun.
1) Diharapkan kelompok tani penerima manfaat dapat menyebarluaskan teknologi kepada kelompok tani disekitarnya.
2) Dinas Kabupaten/kota diharapkan memfasilitasi pembinaan/ pendampingan dan melakukan monev pada petani penerima manfaat secara berkelanjutan agar teknologi dapat diadopsi dengan baik.
B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria
a. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 1) Kriteria daerah rawan kekeringan
Daerah dengan bulan kering selama setahun minimal empat bulan kering. Bulan kering dengan hujan bulanan kurang dari 60 mm (buku kesesuaian lahan-Schmidt-Ferguson).
2) Kriteria petani, tergabung dalam kelompok tani yang aktif.
3) Petani bersedia menyediakan lahan untuk pembangunan embung/ penampung air.
4) Petani bersedia menyediakan lahan untuk pembangunan kandang ternak kambing dan rumah kompos.
5) Petani berkomitmen untuk memelihara kambing secara komunal dan memanfaatkan kotoran kambing serta limbah tanaman untuk pemupukan di lokasi demplot.
b. Penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada perkebunan rakyat.
Kegiatan perhitungan dilaksanakan pada daerah yang sudah melakukan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat di tahun sebelumnya atau di daerah yang sudah
membangun desa organik berbasis komoditas perkebunan.
2. Metode
a)Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
• Pembangunan embung/penampung air dengan kapasitas minimal 250 m3
• Petani melakukan pemangkasan dan sanitasi sesuai dengan budidaya tanaman yang baik.
• Pembuatan rorak dengan ukuran rorak 0,8 m x 0,4 m x 0,4 m, dengan jumlah rorak minimal 25% dari populasi tanaman. Rorak dipergunakan untuk menampung bahan organik yang berasal dari serasah atau sisa-sisa daun kering.
• Pembuatan istana cacing (biopori) Pada setiap tanaman di buat 2 buah lubang dengan diameter 15 cm dan kedalaman 50 cm. Lubang di tempatkan di antara tanaman dengan jarak sesuai lebar kanopi dan diisi bahan organik (kotoran ternak dan serasah tanaman). Jika populasi cacing tanah setempat sangat sedikit agar ditambah (diintrodusir) dari tempat lain.
• Sistem irigasi yang efisien dengan memanfaatkan panen air dari embung/penampung air.
• Embung dimanfaatkan untuk menyimpan air saat musim penghujan dan dimanfaatkan untuk irigasi saat musim kemarau.
• Pemupukan tanaman
Setiap pohon diberi pupuk organik sesuai dengan kebutuhan, pupuk organik berasal dari limbah kotoran ternak dan sisa tanaman yang diolah menjadi pupuk organik.
• Pengamatan hasil demplot dilakukan 3 bulan setelah perlakuan terhadap : a) Kondisi fisik tanaman antara lain :
jumlah flush (daun/pucuk) yang muncul, diameter batang, jumlah/berat buah saat panen. b) Pengamatan kondisi tanah secara
sederhana meliputi struktur tanah (kegemburan) saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. b)Pembinaan serta Sosialisasi Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim, dilaksanakan dengan tahapan, sebagai berikut:
• Sosialisasi kegiatan kepada kelompok tani.
• Kegiatan dilakukan di lokasi sekitar demplot.
• Narasumber berasal dari Dinas Perkebunan/UPTD.
1) Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Rakyat.
Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca:
• Penghitungan penurunan emisi karbon dilaksanakan di lokasi kegiatan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon tahun sebelumnya (2014, 2015 dan 2016) atau di lokasi kegiatan pengembangan desa organik berbasis komoditas perkebunan.
• Melakukan kerjasama dengan Balai Penelitian, perguruan tinggi atau lembaga penelitian yang mampu melakukan penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada lahan perkebunan.
• Pengambilan sampel penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca dilakukan oleh petugas Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota dengan dipandu dan di bimbing oleh Balai
Penelitian, perguruan tinggi atau lembaga penelitian yang mampu melakukan penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada lahan perkebunan.
3. Spesifikasi Komponen Kegiatan
a) Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
• Embung/penampungan air dengan kapasitas > 250 M3.
• Ternak kambing sebanyak 25 ekor dengan perbandingan 22 betina dan 3 jantan, spesifikasi kambing seperti dalam lampiran 2.
• Desain rumah kompos dan kandang ternak kambing seperti dalam lampiran 3.
• Spesifikasi mesin pencacah kompos dengan kapasitas mesin 8,5 Hp.
• Spesifikasi mesin pengayak kompos dengan kapasitas mesin 8,5 Hp.
• Spesifikasi mesin diesel dengan kapasitas mesin 8,5 Hp.
b) Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Rakyat.
Perlengkapan pengambilan sampel untuk penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup
1.Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
a) Kegiatan diprioritaskan pada daerah rawan kekeringan.
b) Kegiatan meliputi sosialiasi dan pembangunan demplot mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
c) Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana - SDM
- peralatan pembuatan demplot mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
2 Output/Keluaran Pembangunan demplot rintisan model adaptasi kekeringan tentang mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim di 7 kelompok tani pada provinsi rawan kekeringan dan mengurangi emisi gas rumah kaca pada sub sektor perkebunan.
3 Outcome/hasil - Masyarakat di sekitar lokasi kegiatan mengaplikasikan
kegiatan mitigasi dan adaptasi di kebun masing-masing;
- Menurunnya kerugian yang timbulkan akibat perubahan iklim pada tanaman perkebunan di sekitar lokasi kegiatan;
- Mempertahankan produktivitas tanaman perkebunan di sekitar lokasi kegiatan. - Memberikan pemahaman/pengetahu an kepada petani sekitar kegiatan.
- Menurunkan emisi gas rumah kaca pada sub sektor perkebunan (kopi, kakao dan jambu mete).
2.Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Rakyat
1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah yang telah melakukan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada
perkebunan kopi rakyat di tahun sebelumnya atau di daerah yang sudah ada kegiatan pengembangan desa organik berbasis komoditi perkebuan.
2) Kegiatan berupa penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada perkebunan rakyat. 3) Indikator Kinerja No Indikator Uraian 1. Input/Masukan - Dana - SDM - Teknologi 2. Output/Keluaran Terhitungnya
penurunan emisi gas rumah kaca pada kegiatan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon dan/atau kegiatan desa organik berbasis komoditi perkebunan di 6 provinsi.
3. Outcome/hasil - Masyarakat/kelompok tani di sekitar lokasi kegiatan dapat
menerapkan kegiatan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada kebun
masing-masing;
- Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada perkebunan rakyat di lokasi kegiatan penerapan model perkebunan rendah emisi karbon dan/atau kegiatan desa organik berbasis komoditi perkebunan di 6 provinsi.
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab : a. Direktorat Perlindungan Perkebunan
2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.
b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan 1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim di tingkat provinsi;
2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, BBPPTP Medan/Surabaya/ Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;
3) Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;
4) Melakukan verifikasi CP/CL bersama Dinas Kabupaten;
5) Menetapkan CP/CL kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim;
6) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat;
7) Sosialisasi kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;
8) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.
c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan
1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim untuk TP kabupaten;
2) Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;
3) Membuat juknis kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim;
4) Melakukan verifikasi dan penetapan CP/CL;
5) Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim;
6) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.
d.Kelompok Tani/Petani :
1) Mengikuti sosialisasi Penanganan Dampak Perubahan Iklim;
2) Melakukan seluruh tahapan kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim terdapat pada lampiran 4.
D. Simpul Kritis
1. Pelaksanaan kegiatan yang tidak tepat waktu (tidak pada musim kemarau) dan lokasi bukan pada daerah rawan kekeringan sehingga tidak tepat sasaran. Oleh karena itu diharapkan Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dalam menentukan dan menetapkan CP/CL yang tepat sesuai dengan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan.
2. Tahapan pelaksanaan kegiatan tidak mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan (calon lahan, petani dan lokasi), sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksana kegiatan agar mengikuti pedoman teknis pelaksanaan kegiatan.
3. Kurangnya penyebaran informasi sehingga dampak kegiatan tidak dirasakan oleh masyarakat lainnya. Diharapkan agar Dinas
yang membidangi perkebunan di Provinsi lokasi kegiatan dapat memfasilitasi upaya diseminasi kegiatan di lokasi lainnya.
4. Tahapan pelaksanaan kegiatan tidak mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksana kegiatan agar sesuai dengan Pedumtek kegiatan.
IV. PROSES PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No.70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh Satker pada awal tahun kegiatan.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi
kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat provinsi. Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat kabupaten/kota.
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota pada wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline
penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan : a. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
b. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
c. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 5) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya .
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan
kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Out Line Laporan
Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 6.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2018 melalui anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan.
VIII. PENUTUP
Pelaksanaan kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim diharapkan mampu berkontribusi dalam mengurangi kerugian akibat dampak perubahan iklim.
Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.
Lampiran 2. Spesifikasi Ternak Kambing
Kriteria Kambing memenuhi persyaratan umum yaitu: 1. Sehat, bebas cacat fisik dan tidak ada kelainan
genetik dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari Dinas terkait.
2. kambing betina tidak cacat alat reproduksi 3. kambing pejantan tidak cacat alat kelamin.
4. Jenis kambing lokal yang sesuai dengan kondisi geografis di lokasi kegiatan.
5. Berat badan > 25 kg serta kisaran umur 1-2 tahun.
Lampiran 3. Contoh Desain Rumah Kompos dan Kandang Kambing
Rumah Kompos
Lampiran 4. Lokasi dan Volume kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim
Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim No Provinsi Volume 1. Banten 1 KT 2. Jabar 1 KT 3. Jateng 1 KT 4. DIY 1 KT 5. Bali 1 KT 6. NTB 1 KT 7. NTT 1 KT
Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Rakyat No Provinsi Volume 1. Jateng 1 KT 2. Bali 1 KT 3. NTB 1 KT 4. NTT 1 KT 5. Sulut 1 KT 6. Sulsel 1 KT
Lampiran 5. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun) NO URAIAN PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK (%) PERMAS ALAHAN RTL Rp %
Lampiran 6. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut:
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode
D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan
F. Pelaksana G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA