• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Sedangkan nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Secara biologis klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :

Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

(2)

Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila termasuk jenis ikan omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Makanan utama stadia larva terdiri dari alga bersel tunggal, udang-udangan kecil dan benthos. Setelah berukuran benih, ikan nila menyukai makanan sejenis zooplankton, diantaranya rotifera sp, moina sp dan daphnia sp. Namun terkadang benih ikan nila pun menyukai alga yang menempel di pinggir kolam. Pakan buatan yang diberikan saat pemeliharaan adalah pellet dengan kandungan protein minimal 25 persen.

Dilihat dari sisi kebiasaan berkembangbiaknya, ikan nila tidak termasuk jenis ikan musiman, karena dapat memijah sepanjang tahun. Pemijahan ikan nila dapat dilakukan di berbagai media selama induk telah matang gonad seperti kolam, bak, akuarium dan jaring apung. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk jantan sebagai tempat memijah dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter tergantung panjang tubuh ikan. Biasanya diameter sarang berkisar antara 1,5-2 kali panjang tubuhnya dengan kedalaman antara 5-10 cm.

Setelah pembuatan sarang, dilanjutkan dengan proses pemijahan. Proses pemijahan berlangsung sangat cepat, yaitu antara 50-60 detik dan telur yang dikeluarkan sebanyak 20-30 butir. Peristiwa pemijahan ini berlangsung selama 20-60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor ikan nila betina dengan berat 600 g dapat menghasilkan telur sebanyak 2.000-3.000 telur dan yang berhasil menetas sebanyak 800-1600 butir. Telur ikan nila berdiameter 2,5-2,8 mm, berwarna kuning dan berseifat tenggelam, tidak menempel.

Ikan nila tergolong ikan yang mengerami telurnya (mouth breeder). Pengeraman telur dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai menetas. Setelah menetas, larva berukuran 4-6 mm diasuh induk betina di pinggir kolam, larva akan diasuh sampai lavra kuat untuk berenang sendiri. Biasanya larva yang kuat berenang berukuran 8-12 mm dan bersifat bergerombol. Induk ikan nila jantan bersifat poligami. Satu induk jantan dapat mengawini tiga ekor nila betina. Induk jantan yang siap untuk memijah warna tubuhnya bercahaya dan lebih agresif.

(3)

2.2 Deskripsi Ikan Nila Gesit

Kepanjangan dari nama “gesit” pada varietas baru ikan nila adalah Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila gesit adalah ikan hasil manipulasi kromosom. Teknik manipulasi kromosom pada budidaya ikan pertama kali digunakan pada tahun 1990 di Taiwan, sedangkan Indonesia melakukannya pada tahun 2006.

Secara fisik ikan nila gesit tidak mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari jenis ikan nila lain, yang membedakannya hanya pertumbuhannya yang lebih cepat. Deskripsi lengkap mengenai anatomi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila

No Deskripsi Nilai

1 Asal

Ikan nila GIFT asal BPBAT Sukabumi

2 Karakter Meristik dan Morfometrik

Jumlah jari-jari sirip dorsal D. XVI – XVII. 12 – 13

Jumlah jari-jari sirip perut V. I.5

Jumlah jari-jari sirip dada P. 13 – 14

Jumlah jari-jari sirip dubur A. III. 9 – 10

Jumlah jari-jari sirip ekor C. 2.16

Jumlah Ll 38

Jumlah Vertebra 28

Panjang Total (PT) (cm) 30 – 31,5 cm

Panjang Standar (PS) (cm) 24 – 25 cm

Panjang kepala relatif (terhadap PS) 32,00 – 33,33%

Tinggi badan relatif (terhadap PS) 42,00 – 44,00 %

Tebal badan relatif (terhadap PS) 11,33 – 13,33 %

Tinggi kepala relatif (terhadap PS) 40,00 – 41.67

Warna hitam

% fillet ikan jantan ukuran > 500 gr 36,20 – 44 %

Bobot tulang relatif (terhadap BB) 17 – 21,20 %

Bobot sisik relatif (terhadap BB) 2,00 – 2,40 %

Bobot kepala relatif (terhadap BB) 22,70 – 25,40 %

Bobot organ dalam relatif (terhadap BB) 13,90 – 18,25 %

3 Karakter Reproduksi Individu Jantan

Umur kematangan gonad 6 bulan

Ukuran kematangan gonad 300 – 350 g

Fertilitas fertil

Sumber : Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 44/MEN/2006

(4)

Ikan nila gesit adalah jenis ikan superjantan dengan kromosom YY Disebut super jantan karena 98 hingga 100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan3. Dengan demikian yang dimaksud nila gesit dalam penelitian ini adalah Induk nila jantan super (YY supermale) kelas induk dasar Grand Parent Stock (GPS) atau induk ikan keturunan pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar.

2.3 Proses Pembenihan

Pembenihan Ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input input bagi kegiatan pendederan dan atau pembesaran. Satuan produksi pembenihan ikan adalah jumlah atau populasi (ekor).

Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dari induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil atau disebut juga putihan (Jawa Barat), Ukurannya 3-5 cm.

Selanjutnya benih kecil dipelihara dalam kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-4 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Gelondongan kecil dipelihara lagi di tempat lain selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 g. Benih ini disebut gelondongan besar. Ukuran benih berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur

Studium Hidup Umur Ukuran

telur baru dibuahi 2,8 mm

telur baru menetas 1 hari 4-6 mm

burayak lepas dari mulut induk 7 hari 1,5-1,8 cm

benih kecil (Kebul) 20 hari 3-5 cm

gelondongan kecil 30 hari 6-8 cm (8-10 g)

gelondongan besar 6 minggu

8 minggu 12 minggu

10-12 cm (12-20 g) 13-14 cm (25-30 g) 15-16 cm (40-50) Sumber : Nila. Suyanto S R (2009)

3

(5)

2.4 Persyaratan Lokasi Pemeliharaan ikan nila

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). 4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan

tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.

5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.

6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.

7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C. 8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil. 2.5 Intensitas Budidaya

Intensitas budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu budidaya ekstensif (sederhana), budidaya semi-intensif dan budidaya intensif. Pada budidaya ekstensif padat penebaran dan hasil masih rendah. Hal ini karena terbatasnya modal dan keterampilan petani. Benih yang ditebarkan sedikit dan biasanya dicampur dengan berbagai jenis ikan. Pakan yang diberikan berupa sisa-sisa bahan pangan, seperti nasi, sayuran dan dedak. Pupuk hanya seadanya, misalnya daun-daunan, jerami atau rumput yang tidak berguna.

(6)

Dalam budidaya semi-intensif, petani sudah mengenal dan melaksanakan pancausaha budidaya. Pancausaha budidaya ikan meliputi hal-hal berikut :

1) Membuat konstruksi kolam yang lebih baik ; Kolam memiliki saluran serta pintu masuk dan pembuangan air yang diberi saringan sehingga dapat mencegah masuknya hama. Kolam-kolam terletak secara pararel sehingga air dari satu kolam tidak masuk ke kolam lain. Posisi ini juga berguna untuk mencegah penularan penyakit antar kolam.

2) Melakukan pemupukan ; Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di setiap daerah.

3) Menggunakan benih atau induk berkualitas ; Ukuran benih seragam dan mutunya terkontrol. Benih tergolong unggul dan tidak mudah terserang penyakit. Benih ikan nila yang baik adalah benih ikan jantan.

4) Menggunakan obat-obatan yang terkendali ; Menggunakan obat secara benar dapat mencegah penyakit dan penyebarannya. Penggunaan ini harus tepat jenis, dosis dan caranya.

5) Mengelola usaha secara benar ; Pengelolaan usaha yang benar berguna untuk efisiensi penggunaan modal.

Dengan penerapan pancausaha, produksi kolam dapat ditingkatkan menjadi 2-5 kali lipat dari produksi kolam ekstensif.

Berikutnya adalah budidaya intensif (maju), kelompok budidaya intensif telah menyempurnakan pancausaha budidaya dengan input yang lebih besar. Penyempurnaan itu meliputi hal-hal berikut : sistem pengairan diperbaiki sehingga air dapat diganti setiap hari dan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di kolam, pengairan lebih lancar sehingga penebaran benih ikan dapat lebih padat. Mekanisasi sudah diterapkan dengan penggunaan sistem pompanisasi, bahkan untuk menyuplai oksigen, kolam dilengkapi dengan kincir. Pakan tambahan diberikan agar pertumbuhan cepat, jenis pakan yang diberikan selalu mengandung nilai gizi yang seimbang. Job description telah dibuat dengan jelas, sehingga tidak ada tumpang tindih antara tugas bagian teknis dengan administrasi.

(7)

2.6 Sistem Budidaya

Sistem budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem budidaya tunggal kelamin, sistem budidaya campur kelamin dan poli kultur. Sistem budidaya tunggal kelamin adalah teknik buddidaya pemeliharaan ikan dengan jenis kelamin sama, misal dalam satu kolam hanya dipelihara ikan nila jantan saja, kelebihan sistem budidaya tunggal kelamin adalah produktivitas ikan dalam menghasilkan daging akan lebih cepat karena energi dari pakan hanya dikonversi menjadi daging dan proses metabolisme saja, tidak digunakan untuk untuk kegiatan kawin.

Sistem budidaya kedua adalah sistem campur kelamin. Dalam sistem campur kelamin produktivitas ikan dalam menghasilkan daging kecil karena pakan yang diberikan tidak dikonversi sepenuhnya untuk produksi daging dan metabolisme, tetapi dikonversi untuk keperluan pemijahan. Selain itu akan ada banyak anak ikan dalam kolam, sehingga menjadi pengganggu dan memakan pakan yang seharusnya dimakan oleh induknya.

Polikultur atau campur jenis adalah sistem budidaya ketiga. Dalam sistem ini ikan nila dipelihara bersamaan dengan jenis ikan nila lain. Ikan nila dapat dijadikan sebagai pengkonsumsi utama pakan yang diberikan atau menjadi pembantu dalam meningkatkan efisiensi pakan. Misalnya pemeliharaan lele dalam kolam pembesaran ikan nila, ikan nila menjadi komoditi utama, sedangkan ikan lele digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan agar pakan habis dan dapat dikonversi secara maksimal menjadi daging, meski tidak sepenuhyna menjadi daging ikan nila. Contoh lain polikultur adalah pembesaran ikan mas dengan ikan nila dalam jaring apung. Ikan mas dipelihara dalam jaring teratas dan ikan nila dipelihara dalam jaring lapis kedua, sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan mas dimakan oleh ikan nila.

2.7 Tinjauan Studi Terdahulu

Dalam tinjauan studi terdahulu akan diulas beberapa penelitian yang membahas ikan nila dan penelitian yang menggunakan analisis kelayak usaha. Penelitian dengan objek ikan Nila dilakukan oleh Iriani pada tahun 2006 dan penelitian yang menganalisis kelayakan usaha adalah Agripa Bukit tahun 2006, dan Surahmat pada tuhun 2009.

(8)

2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila

Penelitian mengenai ikan nila merujuk pada beberapa penelitian terdahulu. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya :

Iriani R (2006) Analisis kelayakan finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila wanayasa yang dilakukan oleh anggota kelompok pembudidaya mekarsari di desa tanjungsari, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor produksi, dalam hal ini adalah pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C dan IRR

Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Kelompok Pembudidaya Mekarsari adalah kelompok pembudidaya ikan nila Wanayasa. Jumlah anggota Pembudidaya Mekarsari adalah 20 orang, dengan 12 orang aktif sebagai pembudidaya. Sedangkan usaha yang diteliti adalah usaha milik empat orang pembudidaya saja. Ikan nila wanayasa menghasilkan telur rata-rata 1000-2000 butir , HR (Hetching Rate) 80 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak 1.500 ekor. SR (Survival Rate) sebesar 90 persen, sehingga menghasilkan benih sebanyak 1.080 ekor. Lama proses pemijahan adalah dua bulan dengan masa istirahat selama 3-6 minggu.

Analisis finansial pembenihan ikan nila wanayasa Kelopmpok Pembudidaya Mekarsari menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV Rp 225.116.401,83, Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sampai 800,91 persen karena NPV=nol, Net B/C=1 dan IRR sama dengan tingkat suku bunga.

Perbandingan kelayakan antara keempat pembudidaya menunjukkan bahwa usaha dengan modal terbesar merupakan usaha pembenihan yang paling layak untuk dijalankan, yaitu dengan nilai NPV Rp 194.477.807,99, Net B/C sebesar 13,57 dan IRR sebesar 487 persen. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran

(9)

serta pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan kepada pembudidaya untuk mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan nila wanayasa untuk meningkatkan usahanya dan memperbaiki manajemen usahanya.

Dari penelitian yang dilakukan Iriani, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan objek varietas baru dalam agribisnis selalu layak untuk diangkat. Meskipun penelitian yang dilakukan Iriani membandingkan antara empat pembenihan dalam satu kelompok pembudidaya dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis membandingkan antara budidaya ikan nila gesit yang menggunakan modal pribadi sepenuhnya dengan menggunakan modal pinjaman sebagian. Tetapi kesamaan dalam memilih objek penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pembaca untuk dapat membandingkan kelayakan usaha dari dua komoditas ikan nila yang berbeda.

2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha

Studi dengan alat analisis kelayakan usaha terdapat pada banyak penelitian, diantaranya :

Bukit A (2007) Analisis Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Dalam penelitian ini diterapkan tiga skenario, yaitu pembenihan ikan patin (skenario I), pembesaran ikan patin (skenario II) dan pembenihan yang disertai pembesaran ikan patin (skenario III). Pada skenario pertama diperoleh NPV sebesar Rp 108.796.492,2, Net B/C sebesar 1,724, IRR sebesar 22,75 persen dan payback period selama 3,91 tahun. Skenario II diperoleh NPV sebesar Rp 60.578.990,7, Net B/C sebesar 1,506, IRR sebesar 16,64 persen dan payback period 4,15 tahun. Skenario III diperoleh NPV sebesar Rp 91.496.976, Net B/C sebesar 1,688, IRR sebesar 16,71 persen dan payback period selama 3,87 tahun. Dari hasil analisis kelayakan pada ketiga skenario diperoleh skenario I merupakan skenario yang paling layak untuk di aplikasikan.

Pola pemasaran Benih ikan patin menggunakan dua pola pemasaran. Pola pertama benih ikan patin dipasarkan ke pedagang pengumpul terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke petani pembesaran. Pada pola pertama harga jual benih

(10)

dari petani ke pedagang pengumpul adalah Rp 60 dan harga dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran adalah Rp 90-Rp 160. Pola ke dua benih ikan langsung dipasarkan ke petani pembesaran, tanpa melalui petani pengumpul. Dengan pola kedua petani pembenihan ikan dapat menjual harga benih ikan lebih tinggi yaitu Rp 80-Rp 90.

Pola pemasaran ikan patin ukuran konsumsi terdiri dari tiga pola. Pola pertama ikan dijual ke pedagang pengumpul sebelum dipasarkan dipasarkan ke konsumen akhir. Harga ikan patin pada pola pemasaran ini adalah Rp 7000 per Kg. Pola ke dua ikan patin langsung dijual ke konsumen akhir (tingkat rumah tangga). Pola ke tiga ikan patin dijual ke pengelola restoran, sebelum dikonsumsi oleh end user. Pada pola kedua dan ketiga harga ikan patin adalah Rp 8000 per Kg.

Secara garis besar aspek teknis budidaya ikan patin terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Apabila benih yang dihasilkan belum mencapai ukuran standar pembesaran maka larva atau benih ikan patin harus melewati tahap pendederan.

Usaha budidaya ikan patin baik kegiatan pembenihan maupun kegiatan pembesaran dilakukan oleh beberapa tenaga kerja yang bertugas sebagai tenaga ahli dan pelaksana harian kegiatan tersebut. Bagi lingkungan usaha budidaya, aktivitas bisnis usaha budidaya ikan patin memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor ekonomi dan sosial dalam lingkungan sekitar.

Surahmat (2009) Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dalam skrpsi ini dijelaskan bahwa usaha yang dijalankan Ben’s Fish Farm layak untuk diteruskan. Melalui dua skenario (penggunaan modal sendiri dan pinjaman) dijelaskan bahwa NPV dari skenario I adalah sebesar Rp 587.596.184,05 artinya manfaat yang diperoleh Ben’s Fish Farm selama umur proyek adalah Rp 587.596.184,05. Net B/C rasio sebesar 4,15 artinya setiap biaya sebesar satu satuan mata uang maka akan menghasilkan manfaat sebesar 4,15 dalam satuan mata uang yang sama. Nilai IRR sebesar 61 persen artinya pendapatan yang diperoleh Ben’s Fish Farm lebih besar dari bunga deposito 7,25 persen sehingga investasi dalam lebih layak dilakukan dalam usaha yang dijalankan Ben’s Fish

(11)

Farm dibandingkan deposito di bank. Dalam skenario II (menggunakan modal pinjaman) diperoleh hasil NPV sebesar Rp 9.501.982,34, net B/C rasio sebesar 3,9 dan IRR sebesar 21 persen dari nilai suku bunga pinjaman 14 persen. Dengan angka yang dihasilkan dapat dinyatakan bahwa dengan skenario II Ben’s Fish Farm masih layak untuk menjalankan usanya.

Kegiatan pembenihan ikan bawal di Ben’s Fish Faram dilakukan dalam skala sedang yaitu menggunakan akuarium sebanyak 50 unit. Daya tampung setiap akuarium adalah 35.000 sampai 50.000 ekor. Melihat daya tampung ruang pembenihan yang dimiliki Ben’s Fish Farm akan sulit untuk melakukan pengembangan produksi, kecuali dengan membuka cabang baru. Pasokan bahan baku (air) untuk semua cabang Ben’s Fish Farm memenuhi standar kualitas untuk menjalankan kegiatan budidaya. Proses produksi yang dijalankan Ben’s Fish Farm secara garis besar mencakup : persiapan wadah, perangsangan ovulasi pemanenan dan inkubasi telur, pemeliharaan larva, Pengepakkan dan transportasi.

Struktur organisasi Ben’s Fish Farm sangat sederhana, terdiri dari kepala perusahaan sebagai pemimpin perusahaan membawahi dua bagian yaitu Produksi dan administrasi. Bagian produksi dipimpin oleh seorang manajer dan membawahi karyawan bagian produksi

Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan usaha di atas, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis kelayakan usaha adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan Surahmat, yaitu dengan membandingkan antara usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pribadi dengan usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pinjaman. Karena itu penulis berinisiatif untuk menggunakan skenario yang sama dengan penelitian yang dilakukan Surahmat dalam penelitian ini.

Gambar

Tabel 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila

Referensi

Dokumen terkait

Merajuk pada hasil analisis penelitian, bahwa penggunaan metode eksperimen dengan panduan kerja terstruktur dapat memotivasi siswa untuk belajar, memusatkan

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan pemasaran adalah suatu kegiatan usaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa

4 Response surface of factors cutting speed (A) and radial rake angle (C) for the 3F1 surface roughness model using TiAlN coated carbide tools. It was found that the most significant

Area yang memisahkan bidang yang dicat dengan bidang yang t idak dilakukan pengecat an disebut border (bat as). Dalam melakukan masking perlu sekali

Namun tampak bahwa pertambahan bobot rata-rata tertinggi dari pakan lengkap A (dengan kadar protein optimal) diikuti kadar protein tubuh, abu tubuh, lemak tubuh, dan

Kemudian suatu batang tegar bermassa

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau

pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan responden, dimana pada kelompok pendidikan tinggi mempunyai proporsi pengetahuan baik yang lebih besar