• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR

PETANI, INFLASI PEDESAAN,

DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Perkembangan Nilai Tukar Petani, Inflasi Pedesaan, Dan Harga

Produsen Gabah

No. 48/11/Th. XX, 1 November 2017

No. 48/11/Th. XX, 1 November 2017

 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Oktober 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,07 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,12 persen. Faktanya indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen, hanya saja indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat lebih besar yaitu 0,33 persen.

 Terjadi penurunan NTP disemua subsektor terkecuali subsektor hortikultura. Kenaikan subsektor hortikultura mencapai angka 0,5 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya mengalami penurunan sebesar 0,03 hingga 0,55 persen.

 Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Oktober 2017 meningkat sebesar 0,22 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan It hanya terjadi di subsektor peternakan sebesar 0,28 peren, dengan kembali normalnya permintaan daging selepas idul adha. Keempat subsektor lainnya mengalami peningkatan nilai It, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada It Hortikultura sebesar 0,79 persen. Diikuti oleh perikanan dan tanaman pangan masing-masing 0,59 dan 0,23 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 0,16 persen.

 Selama Oktober 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Perikanan sebesar 0,61 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,27 hingga 0,37 persen. Kenaikan Ib terendah terjadi pada Subsektor Peternakan.  Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 6 provinsi yang mengalami penurunan NTP dengan penurunan

tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 2,12 dan terendah terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,03 persen. Sedangkan 28 Provinsi lainnya mengalami kenaikan NTP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Jambi sebesar 1,52 persen dan yang terendah terjadi di Bali sebesar 0,03 persen. NTP Nasional sendiri berada pada angka 102,78 dengan kenaikan tercatat sebesar 0,54 persen dibanding periode sebelumnya.

 Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama Oktober 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,36 persen

 Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya Sumatera Selatan yang mengalami deflasi sebesar 0,39 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera barat sebesar 0,79 persen dan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Riau sebesar 0,04 persen.

 Selama Oktober 2017, di tingkat petani terjadi kenaikan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 3,18 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga meningkat sebesar 3,84 persen. Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Oktober 2017 naik sebesar 133,99 rupiah menjadi Rp 4.354,08 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di

NTP Provinsi Aceh ,

Oktober 2017 sebesar

94,07

Inflasi Pedesaan ,

Oktober 2017 sebesar

0,36 persen.

Selama Oktober 2017,

di tingkat petani terjadi

kenaikan rata-rata

harga gabah kualitas

GKP sebesar 3,18

persen.

(2)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor/Rincian Bulan Perubahan

September 2017 Oktober 2017 (%)

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 116.29 116.56 0.23

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 130.35 130.83 0.37

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 89.21 89.09 -0.14

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 97.18 97.21 0.03

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 136.8 137.89 0.79

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.88 128.24 0.29

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106.98 107.52 0.50 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 118.37 119.28 0.76

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 111.77 111.95 0.16

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 128.37 128.77 0.31

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 87.07 86.94 -0.15

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 91.24 91.04 -0.21

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 127.84 127.48 -0.28

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 122.97 123.31 0.27

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 103.96 103.38 -0.55 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 113.4 112.88 -0.46

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 119.07 119.77 0.59

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.64 126.41 0.61

c. Nilai Tukar Petani (NTPN) 94.77 94.75 -0.03 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) 105.46 105.85 0.37

Gabungan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 120.35 120.6 0.22

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.79 128.21 0.33

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 94.18 94.07 -0.12 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 101.73 101.72 -0.01

Gabungan Tanpa Perikanan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 117.94 118.18 0.2

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 123.53 124.42 0.72

(3)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Oktober 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,07 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,12 persen. Faktanya indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen, hanya saja indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat lebih besar yaitu 0,33 persen.

Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa rata-rata NTP tersebut tidak lebih baik dibanding tahun 2012 sebagai tahun dasar perhitungannya dan menurun 0,12 persen dibanding bulan sebelumnya

NTP gabungan diatas sangat dipengaruhi oleh kelima NTP subsektor didalamnya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terjadi penurunan NTP disemua subsektor terkecuali subsektor hortikultura. Kenaikan subsektor hortikultura mencapai angka 0,5 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya mengalami penurunan sebesar 0,03 hingga 0,55 persen.

Gambar 1.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, Oktober 2017(2012=100)

Dari gambar diatas terlihat bahwa sejak Februari 2017 NTP Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Kenaikan NTP pada Juni dan September 2017 tentu sangat membantu kebutuhan hidup para petani menjelang Idul Fitri dan Idul Adha. Sayangnya angka tersebut kembali menurun pada September-Oktober 2017 ini.

Selain NTP, indikator pertanian lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dicermati adalah NTP Usaha Pertanian. NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, dimana Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM saja.Sehingga NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP seperti terlihat pada Gambar 1.

NTP Usaha pertanian biasanya bernilai di atas 100 dan NTP selalu bernilai di bawah 100 menunjukkan bahwa keuntungan petani sejak tahun 2012 semakin tinggi, akan tetapi tingginya kenaikan harga konsumsi rumah tangga membuat daya beli petani semakin menurun.

,88.00 ,90.00 ,92.00 ,94.00 ,96.00 ,98.00 ,100.00 ,102.00 ,104.00 ,106.00

Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17

NTP NTP USAHA

(4)

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Oktober 2017 meningkat sebesar 0,22 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan It hanya terjadi di subsektor peternakan sebesar 0,28 peren, dengan kembali normalnya permintaan daging selepas idul adha. Keempat subsektor lainnya mengalami peningkatan nilai It, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada It Hortikultura sebesar 0,79 persen. Diikuti oleh perikanan dan tanaman pangan masing-masing bertambah senilai 0,59 dan 0,23 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat hanya dapat meningkat sebesar 0,16 persen.

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan yang sebagian besarnya merupakan petani. Hal ini tercermin dari indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT). Selain itu Ib juga menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan petani untuk memproduksi hasil pertanian yang tercermin dari indeks BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal).

Selama Oktober 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Perikanan sebesar 0,61 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,27 hingga 0,37 persen. Kenaikan Ib terendah terjadi pada Subsektor Peternakan.

Angka Ib tersebut dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Indeks KRT di Provinsi Aceh bertambah sebesar 0,36 persen dibanding periode sebelumnya. Kenaikan ini disinyalir akibat naiknya harga gabah dan komoditas ikan. Disisi lain, Indeks BPPBM di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,13 persen dibanding periode sebelumnya.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan

Pada Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 89,09 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani tanaman pangan tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan menurun sebesar 0,14 persen dibanding bulan sebelumnya.

Naiknya harga gabah disejumlah tempat membuat indeks yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,23 persen, akan tetapi disisi lain indeks yang dibayarkan petani (Ib) juga meningkat lebih tinggi mencapai 0,37 persen. Kondisi ini membuat NTPP Aceh periode September tidak dapat meningkat.

Peningkatan It tersebut disebabkan karena naiknya indeks kelompok padi dan palawija masing-masing sebesar 0,03 dan 1,16 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,40 dan 0,20 persen.

b. Subsektor Hortikultura

Periode Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) berada pada angka 107,52 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,50 persen. Angka NTP yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani hortikultura sudah lebih baik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,50 persen dibanding bulan sebelumnya.

Peningkatan NTPH ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen, mengalahkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,29 persen. Peningkatan It tersebut

(5)

disebabkan oleh naiknya indeks kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan masing-masing sebesar 1 dan 0,65 persen. Sehingga penurunan indeks komoditas tanaman obat sebesar 0,33 persen dapat diredam.

Sedangkan Ib mengalami kenaikan indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,33 persen yang diikuti oleh peningkatan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada angka 0,03 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat

Selama Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) adalah sebesar 86,94 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,15 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani perkebunan rakyat tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,15 persen dibanding bulan sebelumnya.

Hal ini disebabkan walaupun indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 0,16 persen, kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) jauh lebih tinggi yaitu 0,38 persen. Pada kondisi ideal diharapkan kenaikan harga yang diterima petani meningkat lebih tinggi dibanding harga yang dibayar sehingga nilai tukar petani tersebut meningkat.

Kenaikan It di atas disebabkan oleh meningkatnya harga produk beberapa komoditi tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit. Sedangkan Ib mengalami kenaikan dengan semakin bertambahnya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,30 dan 0,38 persen.

Pada gambar 2 terlihat bahwa sejak awal tahun 2017 NTPR semakin menurun setiap bulannya, semakin rendahnya harga karet dan tandan buah segar kelapa sawit sebagai komoditas utama pada subsektor ini menjadi penyebabnya. Naiknya harga tandah buah segar kelapa sawit akhir-akhir ini membuat pendapatan petani sejak Bulan September dapat kembali meningkat.

Gambar 2.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh

Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat Oktober 2017 (2012=100) ,80.00 ,85.00 ,90.00 ,95.00 ,100.00 ,105.00 ,110.00

Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17

TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA

(6)

d. Subsektor Peternakan

Pada Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Peternakan (NTPT) mencapai angka 103,38 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,55 persen. NTP subsektor peternakan bernilai di atas 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli peternak lebih baik dibanding tahun 2012.

Penurunan diatas terjadi dikarenakan turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,28 persen. Penurunan It tersebut terjadi pada semua kelompok ternak dengan penurunan tertinggi pada ternak unggas dan kecil masing-masing sebesar 0,99 dan 0,47 persen. Sedangkan indeks ternak besar turun sebesar 0,18 persen. Fenomena ini dinilai wajar dengan berakhirnya Idul Adha sehingga permintaan ternak besar dan ternak kecil merosot. Demikian juga ternak unggas yang semakin berkurang permintaannya oleh masyarakat dengan berakhirnya tradisi Meugang menjelang Idul Adha.

Disisi lain indeks yang dibayar petani (Ib) tetap meningkat sebesar 0,27 persen dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,34 persen dan bertambahnya indeks kelompok BPPBM sebesar 0,18 persen.

e. Subsektor Perikanan

Periode Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) mencapai nilai 94,75 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,03 persen. NTP yang bernilai di bawah 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli nelayan semakin berkurang dibanding tahun 2012 dan menurun 0,03 persen dibanding bulan sebelumnya.

Naiknya harga ikan menyebabkan indeks yang diterima petani (It) bertambah sebesar 0,59 persen. Sayangnya terjadi penambahan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,61 persen. Sehingga terjadilah penurunan nilai tukar petani sebesar 0,03 persen pada periode ini. Peningkatan It tersebut disebabkan karena naiknya indeks kelompok perikanan tangkap dan budidaya sebesar 0,86 dan 0,30 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan semakin bertambahnya Indeks KRT sebesar 0,79 persen dan indeks BPPBM senilai 0,21 persen.

Gambar 3.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, Oktober 2017 (2012=100)

,94.00 ,96.00 ,98.00 ,100.00 ,102.00 ,104.00 ,106.00

Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17

(7)

e.1. Subsektor Perikanan Tangkap

Selama Oktober 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor perikanan (NTPN) tangkap tercatat sebesar 98,24 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,21 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli nelayan perikanan tangkap di bulan Oktober ini menurun dibanding tahun 2012 dan naik sebesar 0,21 persen dibanding bulan sebelumnya. Padahal dua periode sebelumnya NTP Subsektor ini sempat berada pada angka 100.

Peningkatan ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 0,86 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) tumbuh sebesar 0,65 persen. Kenaikan Ib Konsumsi Rumah Tangga (KRT) dan Indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,80 dan 0,33 persen.

e.2. Subsektor Perikanan Budidaya

Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya pada Oktober 2017 hanya sebesar 91,33 atau mengalami penurunan indeks senilai 0,28 persen. Hal ini berarti, daya beli nelayan budidaya justru lebih menurun dibanding tahun 2012, dan menurun lagi sebesar 0,28 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi NTP tersebut dikarenakan indeks yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,30 persen sedangkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) mencapai 0,58 persen.

Peningkatan It tersebut dialami oleh komoditas budidaya air laut dan payau sebesar 0,76 dan 0,89 persen. Sedangkan Ib sendiri meningkat dengan bertambahnya indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,79 dan 0,09 persen.

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan

September 2017 Oktober 2017 (%)

[1] [2] [3] [4]

1. Penangkapan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 122.81 123.86 0.86 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.26 126.07 0.65 c. Nilai Tukar Petani 98.04 98.24 0.21 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 109.19 109.76 0.52 2. Budidaya

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 115.41 115.75 0.30 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 126.01 126.74 0.58 c. Nilai Tukar Petani 91.58 91.33 -0.28 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 101.83 102.04 0.21

(8)

Tabel 3.

Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor di Provinsi Aceh

Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor September 2017 Bulan Oktober 2017 Perubahan (%)

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 116.29 116.56 0.23

- Padi 117.25 117.28 0.03

- Palawija 112.03 113.33 1.16

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 130.35 130.83 0.37

- Indeks KRT 132.27 132.80 0.40

- Indeks BPPBM 119.67 119.90 0.20

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 136.80 137.89 0.79

- Sayur-sayuran 126.24 127.50 1.00

- Buah-Buahan 145.47 146.42 0.65

- Tanaman Obat 155.23 154.72 -0.33

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.88 128.24 0.29

- Indeks KRT 130.39 130.83 0.33

- Indeks BPPBM 115.57 115.6 0.03

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 111.77 111.95 0.16 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 111.77 111.95 0.16 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 128.37 128.77 0.31

- Indeks KRT 129.53 129.92 0.30

- Indeks BPPBM 122.50 122.97 0.38

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 127.84 127.48 -0.28

- Ternak Besar 128.02 127.79 -0.18

- Ternak Kecil 124.53 123.95 -0.47

- Unggas 129.73 128.44 -0.99

- Hasil Ternak 128.98 128.98 0.00

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 122.97 123.31 0.27

- Indeks KRT 131.30 131.74 0.34

- Indeks BPPBM 112.73 112.94 0.18

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 119.07 119.77 0.59

- Penangkapan 122.81 123.86 0.86

- Budidaya 115.41 115.75 0.30

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.64 126.41 0.61

- Indeks KRT 132.51 133.56 0.79

- Indeks BPPBM 112.91 113.15 0.21

5a. Perikanan (Penangkapan)

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 122.81 123.86 0.86

- Penangkapan Laut 122.81 123.86 0.86

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.26 126.07 0.65

- Indeks KRT 132.52 133.58 0.80

- Indeks BPPBM 112.47 112.84 0.33

5b. Perikanan (Budidaya)

a. Indeks yang Diterima Petani (It) 115.41 115.75 0.30

- Budidaya Air Tawar 103.47 102.51 -0.93

- Budidaya Laut 101.04 101.81 0.76

- Budidaya Air Payau 127.32 128.46 0.89

b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 126.01 126.74 0.58

- Indeks KRT 132.50 133.55 0.79

- Indeks BPPBM 113.34 113.44 0.09

Keterengan : KRT = Konsumsi Rumahtangga

(9)

4. Perbandingan antar Provinsi

Tabel 4.

Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] SUMATERA ACEH 120.60 0.22 128.21 0.33 94.07 -0.12 Sumatera Utara 129.68 0.80 130.32 0.14 99.51 0.66 Sumatera Barat 122.41 -0.04 127.89 0.61 95.71 -0.65 Riau 132.01 1.42 128.17 0.14 103.00 1.28 Jambi 128.58 1.65 126.80 0.13 101.41 1.52 Sumatera Selatan 121.03 0.17 125.02 -0.24 96.81 0.41 Bengkulu 122.90 0.93 129.20 0.12 95.12 0.81 Lampung 133.72 0.77 125.41 0.16 106.62 0.61 Bangka Belitung 114.29 -2.00 122.02 0.11 93.67 -2.12 Kepulauan Riau 118.57 0.83 121.95 0.12 97.23 0.71 JAWA DKI Jakarta 118.46 0.02 121.21 -0.02 97.73 0.04 Jawa Barat 141.05 1.32 131.38 0.01 107.36 1.30 Jawa Tengah 131.48 0.43 127.70 0.03 102.97 0.40 Yogyakarta 129.84 -1.08 127.24 -0.12 102.04 -0.96 Jawa Timur 138.15 0.38 129.18 -0.15 106.94 0.54 Banten 131.01 1.15 129.70 0.82 101.01 0.32

BALI & NUSA TENGGARA

Bali 129.86 0.24 124.27 0.20 104.49 0.03

Nusa Tenggara Barat 135.09 0.93 126.02 -0.35 107.20 1.28

Nusa Tenggara Timur 130.55 0.14 126.35 -0.18 103.32 0.32

KALIMANTAN Kalimantan Barat 123.54 0.02 126.74 -0.24 97.47 0.26 Kaimantan Tengah 122.58 -0.40 124.34 -0.45 98.59 0.05 Kalimantan Selatan 117.96 0.09 122.16 -0.40 96.56 0.49 Kalimantan Timur 121.75 0.47 125.83 -0.14 96.75 0.61 SULAWESI Sulawesi Utara 118.97 0.95 126.20 -0.42 94.27 1.38 Sulawesi Tengah 122.00 -0.02 128.25 -0.75 95.13 0.73 Sulawesi Selatan 129.83 0.62 128.85 -0.12 100.76 0.74 Sulawesi Tenggara 120.86 0.70 126.87 -0.62 95.26 1.33 Gorontalo 133.42 -0.61 125.59 -1.32 106.23 0.71 Sulawesi Barat 133.18 0.09 122.12 -1.27 109.05 1.38 MALUKU Maluku 130.56 -0.39 128.88 -0.36 101.30 -0.03 Maluku Utara 129.02 -0.14 126.78 -0.26 101.77 0.12 PAPUA Papua Barat 129.06 0.82 127.65 0.01 101.11 0.81 Papua 119.74 -0.37 127.77 -0.33 93.71 -0.04 NASIONAL 131.59 0.49 128.03 -0.05 102.78 0.54

(10)

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 6 provinsi yang mengalami penurunan NTP dengan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 2,12 dan terendah terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,03 persen. Sedangkan 28 Provinsi lainnya mengalami kenaikan NTP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Jambi sebesar 1,52 persen dan yang terendah terjadi di Bali sebesar 0,03 persen. NTP Nasional sendiri berada pada angka 102,78 dengan kenaikan tercatat sebesar 0,54 persen dibanding periode sebelumnya.

5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan)

Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama Oktober 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,36 persen. Inflasi perdesaan Oktober 2017 ini sedikit menurun dibanding periode sebelumnya.

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Di Provinsi Aceh Oktober 2017 (2012=100)

Kelompok/Sub Kelompok IHK Pedesaan Perubahan (%)

September 2017 Oktober 2017

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 131.00 131.48 0.36

Bahan Makanan 140.38 141.26 0.63

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 127.74 127.84 0.08

Perumahan 120.09 120.36 0.23

Sandang 122.03 122.07 0.03

Kesehatan 123.31 123.57 0.20

Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga 113.69 113.59 (0.09)

Transportasi & Komunikasi 126.47 126.86 0.30

Inflasi di Pedesaan yang terjadi pada wilayah Provinsi Aceh selama Oktober 2017 disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di hampir semua kelompok dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,63 persen seiring meningkatnya harga komoditas ikan. Kelompok transportasi juga mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen. Disisi lain, kenaikan harga tarif dasar listrik ikut mempengaruhi inflasi kelompok perumahan sebesar 0,23 persen. Sedangkan kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok makanan dan minuman serta rokok sebesar 0,08 persen.

Sebaliknya penurunan harga terjadi pada kelompok pendidikan dengan nilai sebesar 0,09 persen. Pada bidang pendidikan, berakhirnya tahun ajaran baru perguruan tinggi pada September kemarin membuat harga barang dan jasa kelompok ini sedikit menurun.

(11)

6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera

Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya Sumatera Selatan yang mengalami deflasi sebesar 0,39 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera barat sebesar 0,79 persen dan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Riau sebesar 0,04 persen.

Tabel 6.

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera Oktober 2017 (2012=100) Provinsi IHK Pedesaan Perubahan (%) September 2017 Oktober 2017 [1] [2] [3] [4] 1. Aceh 131.00 131.48 0.36 2. Sumatera Utara 133.96 134.18 0.17 3. Sumatera Barat 132.01 133.05 0.79 4. Riau 131.29 131.47 0.14 5. Jambi 129.44 129.61 0.13 6. Sumatera Selatan 129.37 128.87 -0.39 7. Bengkulu 132.58 132.75 0.12 8. Lampung 129.67 129.82 0.12 9. Bangka Belitung 124.40 124.54 0.11 10. Kepulauan Riau 127.59 127.64 0.04

(12)

Perkembangan Harga Produsen Gabah

Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara,Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Observasi pemantauan harga selama Oktober 2017 hanya mencakup GKP (Gabah Kering Panen). Pada periode ini tidak ada Kabupaten yang melakukan panen raya.

Tabel 7

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani, Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2017

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Petani (Rp/Kg) Rata-Rata Harga (Rp/Kg) HPP(Rp/Kg)

Terendah Tertinggi Petani Penggilingan Petani Penggilingan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

GKP 49 3.800 4.650 4.354,08 4.455,31 3.700 3.750 (100%) (Aceh Barat

Daya) (Aceh Utara)

GKG - - - - 4.650 GKR - - - - - Total 49 (100%) Keterangan: ◙ GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% ◙ GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) ◙ Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00%

◙ Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tgl. 27 September 2012

Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas

Selama Oktober 2017, di tingkat petani terjadi kenaikan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 3,18 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga meningkat sebesar 3,84 persen.

Gambar 4

Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), Oktober 2017

Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Agst-16 Sept-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 GKP 4,654 4,569 4,848 4,708 4,668 4,722 4,770 5,065 5,111 4,844 5,182 5,134 4,719 4,309 4,409 4,416 4,542 4,412 4,220 4,354 GKG 5,000 5,300 5,100 4,533 4,488 GKR 5,135 5,087 5,137 5,145 5,100 5,100 5,150 4,866 5,006 5,050 3,900.00 4,400.00 4,900.00 5,400.00 5,900.00 % Per 3,18 -

(13)

Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Oktober 2017 naik sebesar 133,99 rupiah menjadi Rp 4.354,08 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan bertambah sebesar Rp.164,68 per kg menjadi Rp 4.455,31 per kg.

Gambar 5

Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), Oktober 2017

Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Agst-16 Sept-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 GKP 4,720 4,643 4,914 4,783 4,746 4,803 4,859 5,136 5,192 4,913 5,260 5,205 4,799 4,388 4,486 4,488 4,631 4,490 4,290 4,455 GKG 5,050 5,393 5,197 4,633 4,700 GKR 5,270 5,222 5,272 5,280 5,235 5,235 5,290 4,966 5,106 5,150 3,900.00 4,400.00 4,900.00 5,400.00 5,900.00 % Per 3,84 - -

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Jln l. Tgk. H. M. Daud Beureueh No. 50 Kuta Alam Banda Aceh,

Telp (62-651) 23005, Mailbox : pst1100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

(2) Ketentuan mengenai pemisahan UUS dan sanksi bagi Perusahaan Penjaminan yang tidak melakukan pemisahan UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas

Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan harga/ inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 0,04 persen; kelompok perumahan,

Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi relevan lainnya mengenai rencana

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Berdasarkan kinerja angkutan umum yang telah ditinjau dengan standar world Bank (1986), maka dapat dikatakan untuk trayek A memiliki kecepatan, waktu perjalanan,

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMK yang masih tergolong rendah untuk meningkatkan kemampuan ini diperlukan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan