10 A. Kajian Teori
1. Konsep Evaluasi Program a. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris), dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Evaluasi menurut Stufflebeam dan Shinkfield, menyatakan bahwa:
“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for accountability, and promote understanding, of the involved, phenomena”.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan manfaat dan nilai dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, pertanggung jawaban, dan meningkatkan pemahaman terhadap suatu fenomena.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas mengenai evaluasi program, maka dapat ditarik kesimpulan evaluasi program merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan, dan menyajikan informasi untuk digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan, maupun menyusun program selanjutnya.
b. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan evaluasi program adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk pengambilan keputusan dalam program itu sendiri, apakah dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan serta dipergunakan untuk penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program. c. Model-Model Evaluasi
Banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi program pembelajaran. Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Kaufman dan Thomas, salah seorang ahli evaluasi program membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:
a) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler
b) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven c) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh
Michael Scriven
d) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
e) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake f) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”
evaluasi dilakukan
g) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam h) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.
Pemilihan model evaluasi yang digunakan tergantung pada tujuan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi program kesetaraan Paket C setara SMA di PKBM Jakarta Utara, model evaluasi yang digunakan adalah CIPP Evaluation Model (Context, Input, Process and Product) dengan tujuan melihat hasil pembelajaran program kesetaraan paket C setara SMA kemudian mengambil keputusan dan perbaikan program.
d. Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
Stufflebeam menggolongkan CIPP dalam empat komponen yaitu Konteks, Masukan, Proses, dan Produk (Context, Input, Process, Product).
1. Komponen Konteks (Context)
Komponen konteks menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan prioritas tujuan. Evaluasi ini menjelaskan kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengindentifikasi
kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi serta peluang-peluang yang belum dimanfaatkan.
Dalam komponen konteks, yang menjadi orientasi utama dalam penelitian ini adalah terkait latar belakang penyelenggaraan dan tujuan dari program Paket C Setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara. Tujuan tersebut dirasakan manfaatnya oleh peserta didik atau tidak, dan benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Komponen Masukan (Input)
Komponen masukan program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Hal ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektifitas yang dikehendaki, alternatif-alternatif yang dianggap unggul, strategi-strategi untuk mencapai tujuan-tujuan program, dan rancangan implementasi strategi yang dipilih.
Orientasi utama dalam komponen masukan adalah mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber daya manusia, bahan, alat, dan biaya untuk melaksanakan program yang telah dipilih. Fokus evaluasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi latar belakang guru, kurikulum, bahan, modal, minat siswa, motivasi, kebutuhan peserta didik, dan
strategi-strategi dalam pelaksanaan pembelajaran program Paket C setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
3. Komponen Proses (Process)
Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau mendokumentasikan setiap kejadian dalam pelaksanaan kegiatan, memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghambat dan menimbulkan kesulitan yang tidak diharapkan, menilai dan menjelaskan proses secara aktual.
Orientasi utama dalam komponen proses adalah meliputi penggunaan media, bahan, aktivitas tutor, tingkat keaktifan warga belajar, tingkat kehadiran warga belajar, dan metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar nyata di kelas program Paket C setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
4. Komponen Produk (Product/Outcome)
Komponen produk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program. Orientasi utama dalam komponen produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan memutuskan hasil yang telah dicapai oleh program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau belum.
Komponen produk dalam penelitian ini yang akan dilakukan evaluasi adalah hasil yang diperoleh selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, yang meliputi hasil afektif, kognitif dan psikomotorik pada peserta didik program Paket C setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
2. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu dari tiga jenis pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai pendidikan luar sekolah apabila diselenggarakan dan dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (life long education). Pernyataan tersebut berbanding lurus dengan apa yang disampaikan oleh Abraham H. Maslow. Ia menegaskan bahwa suatu kegiatan belajar hendaknya didasarkan atas kebutuhan warga belajarnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah melalui pendidikan luar sekolah, warga belajar dibantu dalam perkembangannya untuk memperluas wawasan diri dan pengetahuannya .
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah suatu kegiatan pendidikan yang terarah dan berlangsung diluar sekolah dalam proses memperoleh informasi, pengetahuan, maupun keterampilan tertentu sesuai dengan usia dan kebutuhan hidup dari warga
belajarnya yang memungkinkan baginya agar lebih berdaya dalam kehidupan bermasyarakat.
Di dalam pendidikan luar sekolah memiliki beberapa satuan yang didirikan atas dasar kebutuhan belajar masyarakat. Satuan penyelenggara pendidikan luar sekolah, antara lain:
1. Kelompok Bermain (KB) 2. Taman Penitipan Anak (TPA) 3. Lembaga kursus
4. Sanggar
5. Lembaga Pelatihan 6. Kelompok belajar
7. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 8. Majelis Taklim
Dari beberapa satuan penyelenggaraan di atas, maka yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pada kegiatan belajar di lembaga PKBM, warga belajar yang ada merupakan masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan diri, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) a. Pengertian PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan tindak lanjut dari gagasan Community Learning Center telah dikenal di Indonesia sejak tahun enam puluhan. Secara kelembagaan, perintisannya di Indonesia dengan nama PKBM baru dimulai pada tahun 1998 sejalan dengan upaya untuk
memperluas kesempatan masyarakat memperoleh layanan pendidikan.
Beberapa definisi lain dari PKBM menurut UNESCO (1998), memberikan definisi:
“A CLC is a local educational institution outside of formal education system, for villages or urban areas, usually set up and managed by local people to provide various learning opportunities for community development and improvement of people’s quality of life”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulakan, bahwa PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
b. Tujuan PKBM
PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan luar sekolah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui program-program pendidikan nonformal diharapkan mampu menumbuhkan masyarakat yang gemar belajar (learning society) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian, keberdayaan, dan inovatif dalam mencari berbagai informasi baru dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya.
Menurut Sihombing tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, memanfaatkan, mengembangkan seluruh potensi yang ada di masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pada sisi lain tujuan PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat.
c. Fungsi PKBM
PKBM sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk dan diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat, secara kelembagaan mempunyai fungsi yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
a. Sebagai tempat kegiatan belajar bagi warga masyarakat, artinya tempat bagi warga masyarakat untuk menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara tepat dalam upaya memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan masyarakat secara terus menerus.
b. Sebagai pusat dan sumber informasi, artinya bahwa PKBM merupakan tempat untuk menanyakan berbagai informasi tentang berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan keterampilan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat yang ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, serta nilai-nilai tertentu bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwasanya fungsi dari PKBM dalam masyarakat sebagai proses kegiatan belajar yang bersifat nonformal untuk memudahkan masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam rangka peningkatkan kecakapan hidup.
d. Kegiatan PKBM
Selaras dengan tujuan PKBM, maka bidang kegiatan yang dicakup oleh suatu PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu sendiri. Keragaman bidang kegiatan yang diselenggarakan di PKBM ini dapat saja dikelompokkan dalam beberapa kelompok kegiatan-kegiatan yang tergolong di dalamnya antara lain kegiatan pembelajaran, kegiatan usaha/ekonomi produktif, dan kegiatan pengembangan masyarakat.
4. Konsep Pendidikan Kesetaraan a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Definisi setara adalah sepadan dalam ukuran, pengaruh, fungsi, dan kedudukan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan Pasal 114 Ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C serta pendidikan kejuruan setara SMK/MAK yang berbentuk Paket C Kejuruan. Ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai pelayanan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Ayat (3) menyatakan bahwa peserta didik program Paket A adalah anggota masyarakat yang memenuhi ketentuan wajib belajar setara SD/MI melalui jalur pendidikan nonformal. Ayat (4) menyatakan bahwa peserta didik program Paket B adalah anggota masyarakat yang memenuhi ketentuan wajib belajar setara SMP/MTs melalui jalur pendidikan nonformal. Ayat (5) menyatakan bahwa peserta didik program Paket C adalah anggota masyarakat yang menempuh pendidikan umum melalui jalur pendidikan nonformal.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi kontens, konteks, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih memberikan konsep terapan
yang terkait dengan permasalahan kehidupanan dalam usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup. b. Kurikulum Pendidikan Kesetaraan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 19, menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum Paket A dan Paket B disusun oleh tim pengembang dan ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sedangkan Paket C oleh Dinas Provinsi sebagai lembaga yang bertanggung jawab dibidang pendidikan serta berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan. Penyusunan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi lokal maupun global serta memperhatikan karakteristik daerah, ciri khas, dan peserta didik.
5. Konsep Paket C Setara SMA a. Pengertian Paket C
Paket C merupakan program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal yang dapat diikuti oleh peserta didik yang ingin menyelesaikan pendidikan setara SMA/MA. Program Paket C ditujukan bagi warga masyarakat yang karena keterbatasan sosial, ekonomi, waktu, kesempatan dan geografi tidak dapat mengikuti pendidikan Sekolah Menengah Atas/sederajat.
Tujuan diselenggarakannya program Paket C setara SMA adalah memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi masyakat putus sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan bekal keterampilan sehingga memiliki kemampuan setara SMA dan dapat meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Kurikulum Paket C
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dan silabus program
Paket C setara SMA ditetapakan oleh dinas yang bertanggung jawab dibidangnya, berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan yang disusun oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. Kurikulum pendidikan kesetaraan program Paket C lebih memuat konsep terapan, tematik dan berorientasi kecakapan hidup.
c. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran
Mata pelajaran Paket C setara SMA pada umumnya terdiri dari program pengajaran Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X), dan Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI-XII) adalah sebagai berikut:
1. Materi Pelajaran Kejar Paket C Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X) terdiri dari:
a. Pendidikan Kewarganegaraan b. Geografi
c. Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia
d. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum e. Biologi
f. Ekonomi g. Fisika h. Matematika i. Bahasa Inggris
j. Kimia
k. Keterampilan
2. Materi Pelajaran Kejar Paket C Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI-XII), terdiri dari:
Tabel II.1.
Materi Pelajaran Kejar Paket C Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI-XII)
Mata Pelajaran Jurusan IPS Mata Pelajaran Jurusan IPA a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Bahasa dan Sastra Indonesia c. Bahasa Inggris
d. Matematika
e. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum f. Geografi g. Ekonomi h. Sosiologi i. Keterampilan a. Pendidikan Kewarganegaraan b. Bahasa dan Sastra Indonesia c. Bahasa Inggris
d. Matematika
e. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum
f. Biologi g. Fisika h. Kimia
i. Keterampilan
d. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Profesi pengajar pada jalur pendidikan nonformal disebut tutor, sedangkan pada jalur pendidikan formal profesi pengajar disebut guru mata pelajaran. Tutor program Paket C diutamakan
guru SMA/MA dan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar paket C sesuai dengan bidangnya.
Tutor pada Program Paket C setara SMA harus memiliki kalifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, juga memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan kesetaraan. Kompetensi seorang tutor meliputi kompetensi pedagogi dan andragogi (mengelola pembelajaran nonformal), kompetensi kepribadian (berakhlak mulia dan menjadi tauladan), kompetensi profesional (menguasai materi pembelajaran), dan kompetensi sosial (berkomunikasi dan bergaul secara efektif).
e. Peserta Didik/Warga Belajar
Jika dipendidikan formal seperti sekolah menyebut siswa yang belajar dengan siswa/i SMA, maka pada jalur pendidikan non formal seperti program Paket C mereka disebut sebagai peserta didik atau warga belajar. Warga belajar adalah anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tanpa batas umur yang memerlukan sesuatu atau beberapa jenis pendidikan tertentu, mempunyai hasrat untuk belajar, serta bersedia membiayai sebagian atau segala keperluan belajarnya.
Warga belajar program Paket C setara SMA adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan, antara lain lulusan Paket B setara SMP/MTs, lulus SMP/MTs, putus SMA/MA,
SMK/MAK, tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, dan tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (waktu, geografi, ekonomi, sosial, hukum dan keyakinan).
f. Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program Paket C diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Swadaya masyarakat dan sumber dana lain atau lembaga kemitraan.
g. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan program kesetaraan Paket C setara SMA/MA, antara lain:
1. Tempat Belajar.
Tempat belajar program Paket C setara SMA/MA adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Balai Desa, Pondok Pesantren, dan tempat-tempat lainnya yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Administrasi
Dalam rangka untuk keperluan kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan sarana administrasi sebagai berikut:
b. Papan struktur organisasi penyelenggara
c. Kelengkapan administrasi penyelenggaraan dan pembelajaran yang meliputi: (1) Buku Induk warga belajar, tutor, dan tenaga kependidikan, (2) Buku daftar hadir warga belajar, tutor dan tenaga kependidikan, (3) Buku keuangan/Kas, (4) Buku Inventaris, (5) Buku agenda pembelajaran, (6) Buku laporan bulanan tutor, (7) Buku agenda surat masuk dan keluar, (8) Buku daftar nilai warga belajar, (9) Buku tanda terima Ijazah. h. Proses Belajar
Adapun jadwal pelaksanaan belajar diatur bersama oleh tutor, warga belajar dan penyelenggara sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang lebih induktif, konstruktif, serta belajar mandiri melalui penekanan pada pengenalan permasalahan lingkungan serta pencarian solusi sehingga lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan hal tersebut sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar memiliki kekuatan tersendiri, untuk mengembangkan kecakapan komprehensif dan kompetitif yang berguna dalam meningkatkan kemampuan belajar sepanjang hayat. Penilaian dalam pendidikan kesetaraan dilakukan dengan lebih mengutamakan uji kompetensi.
i. Standar Kompetensi Lulusan Paket C
Mengajar bukanlah menyelesaikan buku, tetapi bagaimana tutor/guru menyelesaikan kompetensi para siswanya. Sehingga sumber belajar tidak saja berpatokan pada satu buku, tetapi bisa berkembang dari berbagai sumber. Karena itu yang menjadi patokan adalah standar kompetensi itu sendiri. Sesuai dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003, setiap peserta didik yang lulus ujian program paket A, Paket B atau Paket C mempunyai kedudukan yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi.
Status kelulusan Paket C mempunyai kedudukan yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja. Proses penyetaraan hasil pendidikan kesetaraan Program Paket C setara SMA dilakukan melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Proses penilaian tersebut melalui Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan, khususnya kelas 3/kelas 12.
j. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh tutor untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta Paket C secara berkesinmabungan sesuai dengan kompetensi
dalam kurikulum. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh tutor berorientasi pada:
1. Acuan/Patokan
Semua kompetensi warga belajar dinilai menggunakan acuan kriteria berdasarkan pada indikator hasil belajar. Keberhasilan hasil belajar dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dengan kriteria pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran tingkat pencapaian kompetensi sebagai syarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.
3. Multi Alat dan Cara Penilaian
Evaluasi belajar dapat menggunakan alat test dan non-tes hal ini untuk memantau dan mendapatkan informasi kemajuan hasil belajar peserta didik secara otentik.
B. Kerangka Berpikir
Pengetasan program pendidikan dasar wajib 12 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini bagi masyarakat yang tidak dapat bersekolah maupun putus sekolah karena berbagai faktor dapat dilaksanakan melalui program Paket C Setara SMA. Masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan untuk kehidupan mereka dimasa depan,
khususnya dalam menghadapi dunia kerja, dan peningkatan status social ekonomi. Usia tidak menjadikan penghalang untuk menyelesaikan pendidikan dasar. Jakarta Utara sebagai wilayah yang terletak di ujung Ibukota memiliki peran wajib dalam menuntaskan program pendidikan dasar 12 tahun tersebut.
Berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, dan geografis ada anggapan masyarakat bahwa wilayah Jakarta Utara adalah wilayah dimana tingkat pendidikannya masih rendah dan banyak masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan maupun putus sekolah. Perlunya peran PKBM yang ada di Jakarta Utara adalah sebagai wadah penggerak bagi masyarakat yang sadar akan pendidikan dan ingin menyelesaikan pendidikan dasar mereka melalui program Paket C Setara SMA.
Ada beberapa model evaluasi yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan, yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan.
Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process, and Product. Penelitian yang berjudul
“Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan Paket C di PKBM Jakarta Utara” terpusat pada komponen-komponen konteks, masukan, proses, dan produk (Context, Input, Process, and Product atau CIPP). Komponen-komponen konteks, masukan, proses, dan produk (Context, Input, Process, and Product atau CIPP) diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Konteks (Context)
Konteks disini diartikan yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan. Komponen konteks menilai kebutuhan, permasalahan, aset, dan peluang untuk membantu pembuat keputusan menetapkan tujuan dan prioritas serta membantu stakeholder menilai tujuan, prioritas, dan hasil.
Orientasi utama dalam penelitian ini adalah terkait latar belakang penyelenggaraan dan tujuan dari program Paket C Setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara. Tujuan tersebut dirasakan manfaatnya oleh peserta didik atau tidak. Selain itu dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang ingin dicapai, yang telah dirumuskan dalam program benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat?”
2. Komponen Masukan (Input)
Komponen input merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang
ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Orientasi utama dalam penelitian ini adalah terkait sarana dan prasarana, modal, bahan, kurikulum, motivasi, dan rencana strategis yang ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan program Paket C Setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
3. Komponen Proses (Process)
Komponen proses menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan pelaksanaan program, termasuk didalamnya pengaruh sistem dan keterlaksanaannya. Tujuan dari komponen proses adalah untuk mengidentifikasi atau memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau implementasi program.
Orientasi utama dalam penelitian ini adalah meliputi media, bahan, aktivitas tutor, tingkat keaktifan warga belajar, tingkat kehadiran, dan metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar nyata di kelas program Paket C setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
4. Komponen Produk (Product)
Komponen produk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program. Orientasi utama dalam penelitian ini adalah mengukur,
menginterpretasikan dan memutuskan hasil yang telah dicapai oleh program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau belum.
Komponen produk dalam penelitian ini yang akan dilakukan evaluasi adalah hasil yang diperoleh selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, yang meliputi hasil afektif, kognitif dan psikomotorik, serta hasil Ujian Nasional Paket Kesetaraan (UNPK) pada peserta didik program Paket C setara SMA yang ada di PKBM Jakarta Utara.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini tergambar sebagai berikut:
Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan Paket
C Di PKBM Jakarta Utara Menemukan permasalah, survei sasaran, dan lokasi
sasaran
Perencanaan Evaluasi: Pertemuan dengan Kasi PNFI
Sudin Dikmen Jakarta Utara, menjelaskan maksud dan tujuan,
dan meminta data penunjang kegiatan evaluasi program Paket
Gambar II.1.
Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Evaluasi Program Pendidikan Kesetaraan Paket C Setara SMA di PKBM Jakarta Utara
Peneliti melakukan wawancara dan memberikan
lembar penilaian berupa angket kepada responden
Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product):
Dengan melihat komponen-komponen konteks, masukan,
proses, dan produk dalam melakukan evaluasi program Paket
C Setara SMA
Hasil Evaluasi:
1. Informasi hasil kegiatan program Paket C Setara SMA dilihat dari komponen konteks, masukan, proses, dan produk
2. Kendala-kendala program Paket C Setara SMA dan perbaikannya atau pengambilan keputusan