• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Lahan Sawah

Menurut Siregar (1981), areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum.

2. Sawah irigasi desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/petani di suatu daerah tertentu.

3. Sawah tadah hujan, atau di luar Pulau Jawa dan Madura disebut “sawah berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan.

Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan tanah menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kondisi inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Rajamuddin, 2009).

Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan penanaman. Mula-mula sawah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari, namun beberapa tempat, tanah dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua atau ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu, bibit hasil semaian ditanam (AAK, 1990).

(2)

Sebelum menanam padi di lahan sawah, maka perlu dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah dipersiapkan dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisonal yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh hewan misalnya, kerbau atau sapi. Cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin, yaitu dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat bekerja sendiri (Sugeng, 1998).

Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman padi dapat ditempuh dengan beberapa cara. Secara manual penyiapan lahan dilakukan menggunakan tangan dan alat sederhana. Sedangkan secara mekanis menggunakan bajak (ploughing) dan garu (harrowing). Cara yang banyak digunakan pula adalah secara kimiawi yaitu dengan herbisida. Namun dapat pula digunakan gabungan dari cara-cara tersebut (Noor, 1996).

Sumberdaya Di Bidang Pertanian

Sumber daya ada lima sumber-sumber daya untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ada lima penggerak utama yang tersedia bagi petani. ini adalah (1) hewan domestik, (2) angin, (3) air yang mengalir, (4) listrik, dan (5) mesin panas. Beberapa di antaranya kembali harus dibatasi penggunaannya, seperti yang akan disebutkan kemudian. Pada kenyataannya, sampai saat ini hanya dua dari lima yang disebutkan, yaitu, hewan domestik dan mesin panas, telah terbukti praktis untuk memasok listrik

(3)

administratif. angin sejauh ini, air, dan listrik terbatas sepenuhnya bekerja stasioner (Jones, 1996).

Salah satu unsur yang dapat membedakan antara teknologi maju (modern) dengan teknologi sederhana (tradisional) adalah terletak pada tenaga yang menjadi penggerak dari teknologi itu sendiri. Teknologi modern lebih menekankan tenaga mesin, sedang teknologi tradisional lebih memerlukan tenaga manusia dan atau tenaga hewan. Sebagai suatu teknologi tradisional maka hubungan antara manusia dengan sistem peralatan yang dipunyai terasa sangat akrab. Ini tentunya disebabkan disamping peralatan tersebut diperoleh dengan amat mudah, bahkan beberapa diantara dibuat sendiri oleh pemiliknya, juga alat tersebut dalam waktu yang relatif lama berdampingan dengan manusianya (Dakung, dkk., 1989).

Tingkatan paling rendah dari mekanisasi yakni penggunaan binatang penarik (terutama kerbau atau sapi) untuk pembajakan dan pelumpuran serta pengangkutan hasil panen dari lahan. Kendala yang ada mungkin seperti pengerjaan secara manual, yaitu trafficability yang buruk pada lahan berlumpur dan tingginya energi yang dibutuhkan pada tanah-tanah berliat halus (terutama Vertisol) sehingga waktu yang tersedia bagi lahan untuk dapat dikerjakan amat terbatas (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Sumberdaya Manusia

Praktek penggemburan tanah sebelum penanaman telah berlangsung sejak lama. Dibeberapa daerah penggemburan sangat sulit dilakukan karena kondisi tanah yang tidak mendukung. Petani telah mengatasi masalah ini dengan menggunakan alat berat. Dibeberapa daerah yang biaya tenaga kerjanya tidak terlalu tinggi, banyak lahan digemburkan dengan menggunakan tenaga manusia.

(4)

Pada saat mesin pengolah tanah belum tersedia, beberapa kuda digunakan untuk mengolah lahan. Namun selama pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga kuda, luas olahan yang diperoleh masih terlalu kecil, mesin pengolahan tanah dapat mengolah lahan dalam ukuran yang lebih luas (Burton, 1997).

Menurut Daywin dkk (2008), daya yang digunakan dalam pengolahan tanah dapat digolongkan ke dalam daya biologis (manusia , kerbau, sapi) dan daya motor bakar (motor bensin, diesel). Daya manusia dan ternak dalam mengolah tanah dan kapasitas kerjanya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Daya tersedia dan kapasitas kerja dalam pengolahan tanah dengan daya biologis

Sumber tenaga Daya tersedia kW/Unit

Kapasitas Kerja Keterangan 1. Manusia 0,040 per orang

pria 0,5 Ha/musim 60-80 (HOK/Ha) - Tanah sawah 2x cangkul, siap tanam 1 orang pria, 2x cangkul, tanah berat, siap tanam 2. Sepasang hewan (Kerbau, Sapi) 1,072 (2 ekor hewan) 1,5-2,5 (Ha/musim) 2-3 (Ha/musim) 14-21(har/Ha) Tanah sawah 2x bajak singkal Tanah kering 2x bajak singkal

Sumberdaya Mesin (Traktor)

Tujuan utama dari penggunaan alat dan mesin pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah pekerjaan berat menjadi lebih ringan dan menarik. Secara historis, kemajuan mekanisasi pertanian selalu disebabkan kurangnya tenaga kerja di pedesaan karena diserap oleh bidang industri. Keberhasilan negara-negara maju dalam aplikasi mesin-mesin pertanian mereka tidaklah terjadi dalam sekejap. Mereka telah melakukan

(5)

pnelitian-penelitian baik di laboratorium maupun di lapangan sebelum suatu mesin diaplikasikan. Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut maka juga telah membuat suatu program pengembangan yang mantap dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, sosial dan ekonomis (Daywin dkk, 2008).

Mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Proses mekanisasi ini telah berlangsung dan mengalami peningkatan signifikan sejak 1950 (Herbs, 1980).

Pemanfaatan traktor dan mesin-mesin lainnya untuk pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan serta pemrosesan bergantung pada, dengan sedikit perkecualian, bahan bakar yang tidak dapat diperbarui lagi. Mekanisasi bisa memperbaiki hasil panen melalui pengolahan lahan yang baik, penanaman, pemupukan, dan pemanenan yang lebih efisien hingga akhirnya memperkuat dampak unsur lain dari paket revolusi hijau (Reijnteis dkk, 1999).

Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan bahan makanan dan serat yang semakin banyak dan kenaikan produksi pertanian yang terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non enjinering seperti bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik. Akan tetapi yang paling utama adalah meningkatnya penggunaan mekanis dan semakin efektifnya penggunaan mesin pertanian (Daywin dkk, 2008).

Banyak koperasi di Zimbabwe yang memandang traktor sebagai salah satu alat untuk mengangkat pertanian dari teknik-teknik primitif ke suatu sistem

(6)

dengan hasil lebih banyak dan karenanya pendapatan lebih baik. Tetapi mekanisasi menggantikan tenaga kerja dengan sumber daya yang langka dan mahal, yaitu modal dan manajemen. Pembenarannya adalah bahwa traktor menyiapkan lahan secara baik dan lebih cepat dan bahwa tanaman yang ditabur awal pada persemaian yang baik diharapkan menghasilkan pemanenan yang lebih baik. Namun, setelah itu kemungkinan besar traktor tersebut tidak digunakan lagi selama musimnya berjalan (Reijnteis dkk, 1999).

Klasifikasi Traktor

Traktor berperanan penting sebagai sumber penggerak peralatan pertanian. Berdasarkan model/tipenya, pembagian traktor dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Klasifikasi traktor (Hardjosentono dkk, 2000)

Menurut Hardjosentono (2000), menurut cara penggandengan peralatannya, maka traktor tangan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a) Integrated mounted tractor (tipe unit); peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu/as) dengan transmisi gigi. Dalam hal ini, penerusan tenaganya positif. Atau dengan kata lain efisiensinya tinggi. Kelemahannya adalah jika peralatan mendapat beban yang berlebihan (over-loaded), motor atau gigi transmisi akan rusak berat. Berbeda dengan Traktor

Traktor Kecil

Traktor Besar

Traktor rantai (crawler)

Traktor roda empat (Wheel tractor) Traktor rantai (crawler)

Traktor roda dua tipe standar (standard type)

Tipe kombinasi (combination type) Tipe gusur (trailing type)

(7)

tipe lain yang penerusan tenaganya menggunakan rantai (chain) atau V-belt. Jika terjadi kelebihan beban, maka bagian yang rusak adalah rantai atau V-beltnya (transmisi tali kipas), yang harganya relatif lebih murah daripada gigi-gigi transmisi atau onderdil lain. Oleh karena itu, sekarang ini traktor kecil tipe unit sudah jarang dijumpai di Indonesia.

b) Trailing type (tipe gusur); peralatannya digandengkan dengan traktor hanya dengan bantuan pen (pasak) saja. Jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.

c) Combination type (tipe kombinasi); dapat digunakan sebagai tipe unit maupun tipe gusur. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotary tiller). Pada rantai itu terdapat sebuah mata rantai yang lemah, sehingga jika traktor kelebihan beban, maka rantai ini yang akan patah/rusak, bukan susunan gigi transmisi atau motornya. Andai kata kita hendak membajak tanah, maka cangkul/garu berputar yang terpasang pada unit tadi dapat dilepas dan traktor bisa dipakai sebagai tipe gusur dengan memasangkan pasak (draw-bar/hitch).

Traktor Tangan

Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain. Pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin. Alat ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga

(8)

penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain-lain (Hardjosentono dkk, 2000).

Dari banyak hasil penelitian dan pengujian traktor roda 2 dalam pengolahan tanah berhasil dikumpulkan lebih kurang 15 jenis traktor roda 2 dan data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi tanah sawah dan tanah kering, baik dengan bajak singkal maupun bajak pisau berputar. Dari data dapat dihasilkan angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja seperti dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja (Ha/kW, jam) dengan faktor koreksi ± 10 %.

Pengolahan tanah Ha/kW.jam

1. Tanah sawah

a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0073 b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0,0093 2. Tanah kering siap tanam

a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0053 b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0,0080 (Daywin dkk, 2008).

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun peralatan yang dihunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu (Daywin dkk, 2008).

Tujuan lain dari pada memecahkan gumpalan tanah sampai butir-butir yang sekecil-kecilnya ialah agar jarak antara dua butir tanah itu sekecil mungkin.

(9)

Jika jarak antara kedua butir tanah itu sekecil mungkin, maka pori dalam tanah dengan sendirinya menjadi kecil pula dan lebih kecil pori dalam tanah lebih baik, oleh karena pori yang lebih kecil itu akan menghambat air menyusup ke bagian bawah tanah (Siregar, 1981).

Mengolah tanah pertanian dapat diartikan merubah tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya ditinjau dari sudut persediaan zat makanan, air, udara, dan suhu panas yang akan memberikan kesempatan sebaik-baiknya guna perkembangan dan peri kehidupan tumbuh-tumbuhan serta mikroorganisme tanah (Dakung, dkk., 1989).

Evaluasi terhadap mudah tidaknya lahan dikerjakan sangat bergantung kepada sistem pengelolaan tanah dan air yang digunakan atau direncanakan. Penyiapan lahan dan pekerjaan lain termasuk penyiangan dan pemanenan dapat dilakukan secara manual tanpa kendala spesifik pada kebanyakan tipe lahan dan tanah. Kesulitan dijumpai pada lahan berbatu dan miring, meskipun hanya sebagian kecil dari daerah lahan sawah aktual dan potensial. Masalah juga dijumpai pada penyiapan lahan berlumpur yang berdrainase buruk, karena kemudahan untuk dilewati amat rendah (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Alat Pengolahan Tanah Pertama

Alat pengolah tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut ada dikenal beberapa macam, yaitu bajak singkal. bajak piring, bajak pisau berputar, bajak chisel, bajak subsoil, dan bajak raksasa (Daywin dkk, 2008).

(10)

Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan tanah sampai suatu kedalaman dari 6 sampai 36 inci (15,2 sampai 91,4 cm) dikenal dengan alat pengolah tanah primer, yang mencakup bajak singkal, bajak piringan, putar, pahat, dan bajak bawah tanah (Smith dan Wilkes, 1990).

Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Telapak bajak secara keseluruhan merupakan hal yang sangat esensial untuk pembajakan yang baik, pemotongan oleh mata bajak dan sedikit pengangkatan irisan alur, pengendalian sisi samping, kemantapan bajak, sementara singkal menyelesaikan pengangkatan, penggemburan, dan pembalikan pemotongan tanah paliran. Terutama pada singkal-lah tergantung pembajakan yang berhasil. Lengkung dan panjang singkal menentukan derajat kegemburan yang diberikan kepada tanah potongan paliran (Smith dan Wilkes, 1990).

Pada saat bergerak maju, maka pisau akan memotong tanah dan mengarahkan potongan/keratin tersebut ke bagian singkal. Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka potongan tanah akan dibalik dan dipecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan tanah yang baik (Daywin dkk, 2008).

Alat Pengolahan Tanah Kedua

Pengolahan tanah kedua diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang komperatif tidak terlalu dalam. Peralatan pengolahan lahan pertama mungkin digunakan untuk pengolahan lahan kedua. Bajak satu arah dan beberapa jenis bajak brujul dapat disesuaikan dengan alat-alat tambahan, sehingga dapat digunakan untuk pengolahan lahan kedua pada jeluk yang lebih dangkal (Smith dan Wilkes, 1990).

(11)

Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman (Daywin dkk, 2008).

Garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan tanah dan memecahkan bongkahan-bongkahan tanah, mengaduk tanah, mencegah dan membinasakan gulma. Di bawah kondisi tertentu, garu dapat digunakan untuk menutup biji. Ada tiga jenis utama garu, yaitu garu piringan, garu gigi paku dan garu gigi pegas (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah

Sebagai diketahui lapisan bunga tanah (top soil) tidaklah sama untuk semua jenis tanah. Ada tanah yang lapisan bunganya tebal dan ada juga tanah yang lapisan bunganya tipis. Lepas dari tebal tipisnya bunga tanah itu, dalamnya pengolahan tanah yaitu: dangkal, sedang, atau dalam, akan mempengaruhi hasil pertanaman. Ini dapat dibuktikan dengan angka-angka sebagai tersebut pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Pengaruh dalam nya pengolahan tanah terhadap hasil

Dalamnya pengolahan tanah (cm) Hasil (gram/rumpun)

8 12.4 12 18.2 16 20.8 20 23.2 24 26.4 28 27.9 32 27.5

Angka-angka yang disajikan menunjukkan bahwa pengolahan tanah yang terbaik ialah di sekitar 30 cm. Bandingkanlah pengolahan sedalam 28 cm dan 32

(12)

cm. Yang ini berarti dalam praktek dengan pencangkulan tanah hampir sama dengan satu kali saja mengayunkan cangkul yang panjangnya kurang lebih 30 cm (Siregar, 1981).

Untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang 15 cm saja. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup untuk tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau top soil. Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata, karena sifat-sifat permukaan air, sehingga petakan sawah yang dibuat kecil akan mempermudah pembuatan lapisan olah datar dan rata (Daywin dkk, 2008).

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (AAK, 1990).

Genangan Air Pengolahan

Adapun kebutuhan tanaman padi akan air itu ditetapkan oleh berbagai macam faktor, seperti: macam tanah, iklim (basah atau kering), umur tanaman, dan sebagainya. Sebagai dimaklumi, tanah yang dipergunakan untuk bercocok tanam padi terdiri dari berbagai macam; ada tanah yang ringan, ada pula yang sedang, atau berat; ada tanah yang banyak mengandung pasir, dimana air secara cepat mengalir ke lapisan bawah dari tanah dan menghilang, sehingga tidak tersedia untuk diserap oleh akar tanaman (Siregar, 1981).

(13)

Sebelum dilakukan pencangkulan, terlebih dahulu sawah harus digenangi air, sambil dilakukan perbaikan pada pematang. Begitu pula bila dilakukan pembajakan, air harus tergenang di sawah. Ketika penggaruan/penyisiran dilakukan, genangan air dikurangi dipetakan sawah , yaitu tinggi air sekitar 2 cm dari permukaan (Rasyid, 1991).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pertanaman padi dimana tanahnya diolah dengan mempergunakan air dalam jumlah yang cukup banyak senantiasa lebih tinggi daripada hasil pertanaman dimana tanahnya diolah secara kering ataupun dengan persediaan air yang serba kurang. Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan angka sebagai dicantumkan di bawah ini.

Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah dengan mempergunakan air yag cukup banyak dan air yang serba kurang terhadap hasil

Cara Pengolahan Tanah Penghasilan (kw/ha)

Varietas Mas Varietas Gajah Raci Tanah Diolah Dengan 26,9 100% 25 100% Genangan Air Yang Cukup

Tanah Diolah Dengan 20,7 77% 13,6 54% Persediaan Air Yang Serba Kurang

(Siregar, 1981).

Untuk wilayah-wilayah dimana sawahnya kekurangan air, air menjadi mahal dan berhubung dengan itu penggunaannya perlu dihemat. Pada saat-saat pengolahan tanah dimulai, yaitu dari sejak hari air dimasukkan ke lapangan sampai tiba saatnya tanah dibajak/diluku untuk pertama kali, kehilangan air oleh perkolasi, yaitu hilangnya air oleh peresapan melewati lobang/pori dari lapisan atas kelapisan bawah dari tanah adalah cukup tinggi. Untuk menghindarkan hilangnya air dengan jalan perkolasi itu, maka perlulah tanah itu, segera sesudah jenuh dengan air, digaru atau disisir dengan maksud agar tanah setelah dilakukan pencangkulan/pembajakan pertama masih merupakan bongkal-bongkal besar

(14)

dipecahkan menjadi bagian yang sekecil-kecilnya sehingga merupakan lumpur yang lunak serta halus sekali, jadi merupakan koloid (Siregar, 1981).

Pola Pengolahan Tanah

Menurut Hardjosentono dkk (2000), dalam melakukan pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah agar lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif.

Membajak dengan sistem berkeliling dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah dengan jarum jam.

2. Pada putaran pertama, pembajakan tanah dilakukan pada tepi petakan dan diusahakan betul-betul rapat dengan pematang. Slice dilemparkan kearah kiri atau kearah tengah petakan.

3. Pada putaran kedua sampai keempat cara berbelok berpusing kearah lebih dalam. Slice dilemparkan kearah kanan atau kearah pematang.

4. Pada putaran kelima dan selanjutnya cara berbelok biasa tidak seperti putaran sebelumnya. Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan open furrow/dead furrow (Sugeng, 1998).

(15)

Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah

Menurut Yunus (2004), Persamaan untuk menentukan kapasitas lapang adalah sebagai berikut :

KLT = W . V ... (1) dimana :

KLT = Kapasitas lapang teoritis (Ha/jam) W = Lebar kerja alat (m)

V = Kecepatan (m/jam)

KLE = L

T ... (2)

dimana :

KLE = Kapasitas lapang efektif (Ha/jam) L = Luas lahan (Ha)

T = Total waktu tempuh (jam)

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinifikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat / mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW.Jam (Daywin, dkk., 2008).

Kapasitas lapangan teoritik suatu alat adalah laju mesin dalam menampilkam fungsi seperti yang dimaksud dari mesin itu jika dioperasikan secara kontinyu pada lebar rata-ratanya. Kapasitas lapangan teoritik ini merupakan luas akre sebenarnya yang dapat dikerjakan setiap jamnya. Kehilangan waktu dan perbaikan tidak diperhitungkan. Kapasitas lapangan efektif suatu alat adalah laju rata-rata mesin itu mengerjakan lahan yang dinyatakan dalam akre per

(16)

jam. Ini mencakup perhitungan kelonggaran untuk kehilangan waktu dalam berbelok dan perbaikan (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun, 1990).

Efisiensi Traktor

Menurut Yunus (2004), Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

Efisiensi = 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾

𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾

𝑥𝑥 100%

... (3) dimana :

KLE = Kapasitas lapang efektif KLT = Kapasitas lapang teoritis

Menurut Daywin dkk. (2008), Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi hendaknya dilakukan:

1. Pemeliharaan traktor dan alat-alatnya dengan seksama 2. Pemilihan operator/driver yang berpengalaman

(17)

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi (Yunus, 2004).

Bahan Bakar

Biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah lt per jam, sedangkan harga per liter yang dugunakan adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/peralatan yang tepat (lt/jam), adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam pada kondisi kerja yang diberikan. Dari laporan-laporan praktek lapang masalah mekanisasi pertanian dan dari beberapa hasil pengujian, dapat diperkirakan rata-rata pemakaian bahan bakar (solar) lt per-HP perjam seperti pada tabel 3.

Tabel 5. Rata-rata pemakaian bahan bakar solar menurut jenis traktor dan mesin diesel (lt/Hp-jam)

Jenis traktor dan mesin Pemakaian b.b solar (lt solar/Hp-jam)

1. Traktor roda 2 0,17

2. Traktor roda 4 0,18

3. Mesin diesel stationer 0,16

4. Traktor rantai 0,10 (light duty)

0,13 (medium duty) 0,18 (heavy duty) (Daywin dkk, 2008).

Menurut Wartawan (1997), Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar minyak yang disingkat BBM, yang pertama diingat bahwa kinerja

(18)

optimal yang diperoleh seorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah bergantung kepada dua sifat utama BBM, yaitu:

1. Dapat memberikan campuran bahan bakar-udara dalam perbandingan yang benar (yang biasanya diatur oleh karburator atau injektor).

2. Dapat memberikan pembakaran secara “normal” pada saat yang tepat di dalam siklusnya.

Analisis Ekonomi

Investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi. Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya tidak tetap (variable cost/operating cost) (Daywin dkk, 2008).

Menurut Darun (2002), Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pengoperasian traktor. Dengan begitu, maka dapat dihitung besarnya keuntungan ataupun kerugian finansial jika menggunakan traktor.

Biaya pokok =

𝐵𝐵𝐾𝐾

𝑥𝑥

+ 𝐵𝐵𝐾𝐾𝐾𝐾� 𝑥𝑥 𝐶𝐶

... (4) dimana:

BT = Total biaya tetap (Rp/thn) BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = Total jam kerja per tahun (jam) C = Kapasitas kerja alat (jam/ha)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terdapat Nota Hasil Intelejen (NHI) atau Nota Informasi (NI), maka dilakukan prosedur penetapan jalur merah, pemeriksaan fisik barang, penelitian dan

(2) di MTs N kendal dalam proses pelaksanaan supervisi masih belum optimal mengacu pada permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah lebih

Pada pengamatan berat segar dari panen pertama sampai panen kedua diperoleh bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik terhadap berat segar yaitu perlakuan (A 3 P 3

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya terhadap sifat fisik cooling gel ekstrak daun petai cina,

berdasar urutan nukleotida terhadap spesies mamalia air pembanding selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk filogram menggunakan metode Neighbor joining dengan

Pada rajungan di India, IKG cenderung tinggi pada bulan Februari-Maret dan Oktober- Januari untuk betina, sedangkan Juni-Juli dan Oktober-November untuk jantan

Biaya-biaya tersebut dikatagorikan sebagai biaya investasi yang dibutuhkan untuk peralihan usaha dari usaha penangkapan ikan menjadi usaha yang bergerak di

Parameter yang diamati ialah tinggi tanaman, saat muncul tunas cabang, panjang cabang, diameter batang, jumlah daun, luas daun, saat muncul bunga, saat bunga