• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial - USD Repository"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI HUMEKTAN PROPILENGLIKOL DAN CMC-Na DALAM SEDIAAN

CINA (Leucaena leucocephala

i

OPTIMASI HUMEKTAN PROPILENGLIKOL DAN GELLING AGENT Na DALAM SEDIAAN COOLING GEL EKSTRAK DAUN PETAI

Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

Skripsi

Diajukan oleh : Otniel Sanjaya NIM : 098114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

GELLING AGENT EKSTRAK DAUN PETAI

) : APLIKASI DESAIN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

ii

(3)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Papi dan Mami

Engkong dan Emak

Kokoh Calvien

Dan Almamaterku, Universitas Sanata Dharma

KARENA MASA DEPAN SUNGGUH ADA

DAN HARAPANMU TIDAK AKAN HILANG

(5)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)
(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Optimasi Humektan Propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam Sediaan

Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) :

Aplikasi Desain Faktorial” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) program studi

Farmasi.

Sepanjang proses perkuliahan semasa studi sampai penyusunan skripsi

selesai, penulis menerima dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan segala yang dimiliki kepada

penulis tanpa mengenal lelah dan sakit.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah memberikan pengarahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku dosen penguji penulis yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

viii

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan masukan kepada

penulis terkait ekstraksi, sekaligus sebagai dosen penguji dan determinator

tanaman yang digunakan penulis.

6. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., yang telah memberikan

masukan kepada penulis terkait statistika.

7. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membimbing penulis semasa perkuliahan.

8. Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Heru, Pak Sigit, Pak Wagiran, serta

laboran-laboran lain yang telah membantu penulis selama penelitian.

9. Maria Larizza Handoyo yang selalu menemani penulis, serta memberikan

dukungan, semangat, dan cinta kepada penulis.

10. Teman-teman skripsi penulis selama penelitian, Evy, Wisnu, atas

kebersamaan dalam suka maupun duka.

11. Teman-teman skripsi lantai 1, Selvia, Lia Susanti, Anta, Lani, Melisa, atas

kebersamaan selama melakukan penelitian.

12. Sahabat-sahabat penulis, Yulio Nur Aji Surya, Hendrika Putra Hastama,

Joseph Singgih Dwilaksono, Vincentia Adelina, Yenny, atas kebersamaan

yang telah diberikan.

13. Melisa Silvia, yang telah membantu penulis mengerjakan statistika.

14. Bapak Stephen Purwanto, Ibu Elizabeth Ong, dan Ibu Irawati yang telah

memberikan dukungan semangat dan finansial kepada penulis, sehingga

(9)

ix

15. Bapak Wawang Gunadi dan Ibu Sie Sioe Tjiauw, selaku kakek dan nenek

penulis yang selalu mendukung penulis dalam menjalani perkuliahan.

16. Teman-teman angkatan 2009 yang telah memberikan warna yang berbeda dan

kebersamaan selama masa perkuliahan.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu karena keterbatasan

penulis, terima kasih untuk segala bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir skripsi masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Semoga laporan akhir skripsi ini dapat berguna

bagi seluruh pihak, terutama dalam bidang kefarmasian.

Yogyakarta, 8 April 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... .. xvii

ABSTRACT ... . xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian Penelitian ... 3

3. Manfaat Penelitian ... 4

B.Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

(11)

xi

F. Inflamasi Akibat Induksi Panas ... 9

G.Flavonoid ... 10

H.Ekstraksi ... 10

I. Desain Faktorial ... 11

J. Landasan Teori ... 13

K.Hipotesis ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN ... 15

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15

B.Variabel dan Definisi Operasional ... 15

1. Variabel Penelitian ... 15

2. Definisi Operasional... 16

C.Bahan Penelitian ... 17

D.Alat Penelitian ... 17

E. Tata Cara Penelitian ... 18

1. Pembuatan Ekstrak Daun Petai Cina... 18

2. Optimasi Formula Gel ... 18

3. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel ... 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

xii

F. Optimasi dan Analisis Data ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A.Determinasi dan Ekstraksi Daun Petai Cina ... 23

B.Pembuatan Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 25

C.Uji pH Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 28

D.Karakterisasi Sifat Fisik Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina... 28

E. Efek Penambahan CMC-Na dan Propilenglikol, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisik Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 34

1. Uji Normalitas Data ... 35

2. Uji Variansi Data... 36

3. Respon Viskositas ... 37

4. Respon Daya Sebar ... 39

F. Stabilitas Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 42

G.Uji Aktivitas Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua Level .... 12

Tabel II. Formula Polyherbal Gel for Wound Healing ... 19

Tabel III. Formula Gel Hasil Modifikasi... 19

Tabel IV. Level Rendah dan Level Tinggi Propilenglikol dan CMC-Na pada Formula Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 20

Tabel V. Uji pH Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 28

Tabel VI. Jumlah Penggunaan CMC-Na dan Propilenglikol dalam Formula Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina ... 32

Tabel VII. Viskositas Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina ( ± SD) ... 34

Tabel VIII. Daya Sebar Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina ( ± SD) ... 34

Tabel IX. Uji Normalitas Data Viskositas dan Daya Sebar ... 36

Tabel X. Hasil Levene’s Test Uji Viskositas dan Daya Sebar ... 36

Tabel XI. Efek CMC-Na dan Propilenglikol Serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Respon Viskositas ... 37

Tabel XII. Efek CMC-Na dan Propilenglikol Serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Respon Daya Sebar ... 39

Tabel XIII. Viskositas Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina Setelah Penyimpanan Selama 1 Bulan... 42

Tabel XIV. Nilai Pergeseran Viskositas Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina ( ± SD) ... 42

Tabel XV. Uji Normalitas Data Pergeseran Viskositas ... 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

xiv

Tabel XVI. Uji Variansi Data Pergeseran Viskositas ... 43

Tabel XVII . Data Penurunan Ketebalan Kulit Tikus ... 45

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur CMC-Na ... 7

Gambar 2. Propilenglikol ... 8

Gambar 3. Orientasi CMC-Na dengan Melihat Respon Viskositas ... 29

Gambar 4. Orientasi CMC-Na dengan Melihat Respon Daya Sebar ... 30

Gambar 5. Orientasi Propilenglikol dengan Melihat Respon Viskositas ... 31

Gambar 6. Orientasi Propilenglikol dengan Melihat Respon Daya Sebar ... 31

Gambar 7. Grafik Hubungan Antara CMC-Na Terhadap Respon Viskositas Setelah 48 Jam Pembuatan ... 38

Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Propilenglikol Terhadap Respon Viskositas Setelah 48 Jam Pembuatan ... 38

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara CMC-Na Terhadap Respon Daya Sebar Setelah 48 Jam Pembuatan ... 40

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Propilenglikol Terhadap Respon Daya Sebar Setelah 48 Jam Pembuatan ... 41

Gambar 11.Grafik Penurunan Ketebalan Kulit Tikus ... 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi ... 52

Lampiran 2. Uji pH Cooling gel Estrak Daun Petai Cina ... 53

Lampiran 3. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina... 54

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Menggunakan Perangkat Lunak R-12.4.1 ... 56

Lampiran 5. Grafik Hasil Orientasi... 63

(17)

xvii

INTISARI

Sifat fisik sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi yang digunakan. CMC-Na digunakan sebagai gelling agent yang dapat membentuk matriks tiga dimensi sehingga terbentuk sistem gel dan dapat meningkatkan viskositas. Propilenglikol digunakan sebagai humektan yang dapat menjaga kelembaban sediaan gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya terhadap sifat fisik cooling gel ekstrak daun petai cina, dan memprediksi formula optimum pada level yang diteliti, serta efektivitas sediaan yang dibuat.

Penelitian ini merupakan eksperimental murni yang bersifat eksploratif menggunakan metode desain faktorial, dengan dua faktor dan dua level. CMC-Na dan propilenglikol digunakan sebagai faktor dengan masing-masing dalam level tinggi dan level rendah. Sifat fisik dan stabilitas sediaan gel diuji dengan melihat daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositasnya. Analisis data menggunakan R-2.14.1 untuk mengetahui signifikansi (p < 0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC-Na memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas dan daya sebar cooling gel ekstrak daun petai cina, sedangkan propilenglikol dan interaksi keduanya tidak memberikan efek. Ketiga factor, yaitu CMC-Na, propilenglikol, dan interaksi keduanya, memberikan efek signifikan terhadap pergeseran viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina, namun memiliki perbedaan yang tidak bermakna secara statistik. Oleh karena itu tidak didapatkan area optimum dalam penelitian ini. Efektivitas sediaan yang dibuat dibandingkan dengan kontrol negatif memiliki perbedaan yang signifikan.

Kata kunci : CMC-Na, gelling agent, propilenglikol, humektan, gel, hidrogel, daun petai cina, dan desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

xviii

ABSTRACT

Physical properties are affected by composition of each ingredient in formula. Sodium-CMC used as gelling agent that can form three dimension matrix so gel system are formed and can increase the viscosity. Propylenglycol used as humectants that can keep the humidity of gel. This study intent to know total variation of sodium-CMC and propylenglycol and interactions both on the physical properties of wound healing gel white leadtree leaves extraction, and predict the optimum formula on the level studied, and the effectivity.

This research was purely experimental research that get character explorative using factorial design method, with two factors and two levels. Sodium-CMC and propylenglycol used as factor with each on the high and low level. Physical properties and stability of gel tested by look to the spreadability, viscosity, and viscosity shift. Data analyzed by R-2.14.1 to know significantion (p

< 0,05) from each factor and interaction in gives effect.

The result showed that sodium-CMC gave significant effect on viscosity and spreadibility of wound healing gel white leadtree leaves extraction, while propylenglycol and interaction both had no effect. Sodium-CMC, propylenglycol, and interaction both had no significant effect on the viscosity shift of wound healing gel white leadtree leaves extraction. So, there is no optimum area in this research. The effectivity of wound healing gel white leadtree leaves extraction compared to negative control had difference significantion.

(19)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Salah satu cara tradisional untuk menyembuhkan bengkak (inflamasi)

pada kulit adalah dengan daun petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de

Wit.). Daun petai cina memiliki kandungan senyawa berupa flavonoid, tannin, dan

saponin (Chew, Chan, Tan, Lim, Stanslas, and Goh, 2011). Senyawa-senyawa

tersebut dapat membantu mempercepat proses penyembuhan inflamasi. Secara

turun temurun daun petai cina digunakan untuk menyembuhkan luka dan bengkak

dengan cara dikunyah lalu ditempelkan pada bagian yang luka atau bengkak

(Thomas, 1992). Namun cara tersebut kurang nyaman untuk digunakan dan tidak

efisien, sehingga perlu dilakukan formulasi menggunakan zat aktif yang

terkandung dalam daun petai cina.

Gel merupakan salah bentuk sediaan modern untuk obat penyembuh

luka. Menurut Dirjen POM (1995), gel merupakan suatu sistem suspensi

semipadat yang terdiri dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik

yang besar dan terpenetrasi pada suatu cairan. Sediaan gel dipilih karena

kenyamanannya saat diaplikasikan pada kulit. Gel merupakan sediaan semipadat

yang transparan dan tembus cahaya, serta tidak memberikan kesan berminyak

setelah diaplikasikan pada kulit. Oleh karena itu, sediaan gel lebih dipilih, dilihat

dari kenyamanannya. Sediaan semipadat yang baik memiliki daya sebar antara 5 –

7 cm (Garg et al., 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

Gelling agent adalah salah satu komponen utama untuk formulasi sediaan

gel. Gelling agent merupakan substansi yang berasal dari hidrokoloid organik atau

bahan-bahan inorganik yang bersifat hidrofilik. Fungsi dari gelling agent sangat

beragam, tergantung dari jumlah yang digunakan. Stabilitas dan sifat fisik dari gel

sangat dipengaruhi oleh komposisi gelling agent yang digunakan dalam formula.

Derivat selulosa, seperti CMC-Na (Sodium Carboxymethylcellulose), banyak

digunakan sebagai gelling agent. CMC-Na merupakan polimer dari alam dan

stabil pada pH 2-10. Pengendapan akan terjadi pada pH di bawah 2 dan viskositas

berkurang pada pH di atas 10. Oleh karena itu, CMC-Na cocok digunakan sebagai

gelling agent dalam ekstrak daun petai cina (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).

CMC-Na dapat membentuk matriks tiga dimensi yang sehingga sediaan gel

menjadi kental. Semakin banyak CMC-Na yang ditambahkan, maka suatu sediaan

gel akan semakin kental. Keadaan yang demikian tidak diharapkan terjadi pada

sediaan yang dibuat karena gel yang kental akan sulit diaplikasikan dan sulit

menyebar pada tempat aplikasi, serta zat aktif yang terkandung di dalamnya juga

akan sulit keluar dari basis.

Komponen lain yang berpengaruh terhadap stabilitas dan sifat fisik suatu

sediaan gel adalah humektan. Dalam penelitian ini propilenglikol digunakan

sebagai humektanatau pelembab. Fungsinya adalah untuk menjaga kandungan air

dalam sediaan gel. Propilenglikol bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap

kandungan air dari luar sistem. Jika jumlah propilenglikol dalam suatu sediaan gel

terlalu banyak, maka sediaan gel kurang kental sehingga penyebaran gel pada

(21)

3

Maka perlu dilakukan optimasi CMC-Na dan propilenglikol untuk

mendapatkan jumlah yang optimal sehingga didapatkan stabilitas dan sifat fisik

gel yang baik, sesuai dengan parameter-parameter yang diharapkan.

1. Permasalahan

a. Apakah bisa diperoleh komposisi optimal gelling agent CMC-Na dan

humektan propilenglikol yang tepat sehingga didapatkan sediaan cooling

gel yang memenuhi persyaratan fisis sediaan gel?

b. Apakah sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina dapat berefek

farmakologis untuk menyembuhkan inflamasi?

2. Keaslian penelitian

Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian tentang optimasi

humektan propilenglikol dan gelling agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel

ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala) : aplikasi desain faktorial.

Penelitian yang terkait dengan penelitian adalah :

1. “Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Leucaena glauca,

Benth) Pada Tikus Putih GalurWistar” yang dilakukan Nurul Fauziyah

pada tahun 2008. Dalam penelitian ini ekstrak daun petai cina digunakan

sebagai antiinflamasi secara infusa.

2. “Perbedaan Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Antara

Perasan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Betadin (Povidon

iodine)” yang dilakukan Erlandha Endry Perdhana pada tahun 2011. Pada

penelitian ini daun petai cina yang digunakan adalah dalam bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

perasan dan membandingkan kecepatan penyembuhannya dengan

Betadin.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan menambah informasi dalam

bidang kefarmasian, khususnya mengenai formulasi cooling gel dengan

bahan alam sebagai zat aktifnya.

b. Manfaat praktis. Memperoleh formula optimum untuk mendapatkan

sediaan cooling gel dari ekstrak daun petai cina sesuai dengan stabilitas

dan sifat fisik yang dikehendaki.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan cooling gel dengan

kombinasi CMC-Na dan propilenglikol yang memenuhi parameter stabilitas dan

sifat fisik yang baik.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui area optimum komposisi CMC-Na dan propilenglikol yang

memberikan parameter stabilitas dan sifat fisik yang dikehendaki dalam

sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina.

b. Mengetahui efek farmakologis dari sediaan cooling gel ekstrak daun

(23)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Gel

Menurut Dirjen POM (1995), gel merupakan suatu sistem suspensi

semisolid yang terdiri dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik

yang besar dan terpenetrasi pada suatu cairan. Gel merupakan sediaan semisolid

yang transparan atau keruh dengan perbandingan pelarut yang lebih tinggi dari

gelling agent. Ketika gelling agent didispersikan pada pelarut yang sesuai, maka

akan terbentuk matriks tiga dimensi (Osborne and Amann, 1990).

Gel dapat diklasifikasikan menjadi hidrogel dan organogel. Hidrogel

meliputi komponen koloid yang larut dalam air dan juga organik hidrogel seperti

gum alam dan sintetis dan juga hidrogel inorganik. Organogel meliputi

hidrokarbon, lemak hewan atau nabati, dan organogel hidrofilik (Allen, 1999).

B. Cooling Gel

Cooling gel merupakan suatu sediaan berbentuk hidrogel yang digunakan

untuk mengurangi rasa panas pada permukaan kulit. Selain itu, sediaan ini juga

dapat mengurangi resiko kerusakan epidermal akibat adanya panas. Untuk

meningkatkan aktivitas dari cooling gel biasanya ditambahkan dengan adanya

komponen lain, seperti herbal sehingga sediaan juga berguna sebagai

antiinflamasi (Keller and Lacombe, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

Cooling gel tergolong dalam jenis sediaan gel (semisolid), dan menurut

Garg et al (2002), sediaan semisolid yang baik memiliki daya sebar antara 5 – 7

cm. Selain itu, parameter yang dapat dilihat adalah viskositas dari sediaan.

Viskositas dapat dikatakan baik tergantung dari basis yang digunakan. Viskositas

sediaan semi solid tidak boleh terlalu tinggi agar mudah saat diaplikasikan.

C. Gelling Agent

Gelling agent merupakan basis dari sediaan gel, dan harus bersifat inert,

aman, dan tidak reaktif terhadap komponen lain dalam suatu formulasi gel. Gel

dari polisakarida alam mudah mengalami degadasi oleh mikroba seihingga

ditambahkan pengawet dalam formula gel untuk mencegah degradasi gel oleh

mikroba. Peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat struktur gel

(matriks gel) sehingga viskositas gel meningkat (Zatz and Kushla, 1996).

Carboxymethylcellulose Sodium (CMC-Na) berbentuk serbuk granul

putih, tidak berbau, tidak berasa, dan bersifat higroskopis. Pada konsentrasi 3-6%

dalam formula biasa digunakan sebagai basis gel. CMC-Na dapat digunakan

dalam terapi pengobatan luka, dermatological patces sebagai pelindung mukosa,

menyerap cairan yang keluar dari luka, dan menyerap keringat. Tidak dapat larut

dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluen, tetapi mudah terdispersi dalam air

pada segala temperatur. Stabil pada pH 2-10, dan dapat pengendapan pada pH di

bawah 2 serta mengalami penurunan viskositas pada pH di atas 10. pH optimal

untuk CMC-Na adalah 7-9. Metode sterilisasi yang dapat dilakukan adalah pada

(25)

7

2009). Karena salah satu keunggulan CMC-Na adalah dapat melindungi mukosa,

maka gelling agent ini dipilih dalam sediaan cooling gel sehingga dapat

melindungi permukaan kulit yang terpapar panas.

Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009)

D. Humektan

Humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang meiliki sifat

mengikat air dari udara yang lembab serta dapat mempertahankan air yang ada di

dalam sediaan (Soeratri, 2004). Propilenglikol biasa digunakan sebagai

antimikrobial preservatif, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen

stabilitas, dan cosolvent. Pemeriannya adalah jernih, tidak berwarna, kental,

biasanya tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit tajam seperti gliserol. Pada

konsentrasi sekitar 15% dari formula, propilenglikol berfungsi sebagai humektan.

Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air,

kelarutannya adalah 1 bagian dalam 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

minyak mineral, tetapi dapat terlarut dalam beberapa minyak esensial. Secara

kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan

larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).

Gambar 2. Propilenglikol (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009)

E. Tanaman Petai Cina

Di daerah Jawa, petai cina memiliki nama lain lamtoro. Klasifikiasi

tanaman petai cina adalah seperti berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Leucaena Benth. (leadtree)

Spesies : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. (white leadtree) (United

(27)

9

Secara turun temurun daun petai cina dapat menyembuhkan luka dan bengkak

dengan cara dikunyah lalu ditempelkan pada bagian yang luka. Menurut Chew et

al (2011), daun petai cina mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. Kandungan

yang berfungsi sebagai antiinflamasi dalam sediaan cooling gel adalah flavonoid

(Garcia-Lafuente et al, 2002).

F. Inflamasi Akibat Induksi Panas

Keadaan yang panas dapat menyebabkan kulit mengalami stres dan

mengakibatkan terjadinya inflamasi. Keaadan ini dapat juga digolongkan dalam

luka bakar derajat 1. Luka bakar derajat 1 ini hanya melibatkan epidermis yang

umumnya diakibatkan salah satunya oleh induksi panas. Luka bakar derajat 1

ditandai dengan adanya war merah pada kulit disertai rasa nyeri (inflamasi). Hal

ini bisa terjadi karena adanya peningkatan liran darah akibat proses inflamasi yang

terjadi (Dzulfikar, 2012).

Inflamasi terjadi sebagai respon terhadap adanya kerusakan jaringan,

sehingga tubuh dapat mengatur derajat perbaikan jaringan. Ketika kulit terpapar

oleh panas, maka terjadi kerusakan sel yang mengakibatkan pelebaran pembuluh

darah sehingga aliran darah di sekitar daerah tersebut semakin besar. Hal inilah

yang menyababkan adanya warna merah pada kulit. Kerusakan sel akibat

peradangan menyebabkan pelepasan enzim lisozim dari leukosit, kemudian asam

arakidonat dilepaskan melalui prekursor fosfolipase. Enzim siklooksigenase

mengubah asam arakidonat menjadi endoperoksida yang bermasa hidup singkat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

dan senyawa ini cepat diubah menjadi prostaglandin yang merupakan mediator

peradangan (Katzung, 1989).

G. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu bentuk dari polifenol yang banyak

ditemukan dalam tanaman. Ciri-ciri dari flavonoid adalah adanya dua atau lebih

cincin aromatis yang masing-masing berikatan dengan satu hidroksil aromatis dan

satu heterosiklik piran. Flavonoid ini banyak ditemukan dalam buah, sayuran,

kacang-kacangan, herbal, rempah-rempah, seperti halnya pada teh dan anggur

merah (Garcia-Lafuente et al,2009).

Salah satu fungsi dari flavonoid adalah dapat digunakan sebagai agen

antiinflamasi. Flavonoid dapat bersifat antioksidatif dan menangkap radikal,

mengatur aktivitas selular yang berhubungan dengan inflamasi, memodulasi

aktivitas dari enzim yang memetabolisme asam arakidonat (agen inflamasi),

seperti fosfolipase A2, siklooksigenase, lipooksigenase, dan nitrit oksida sintase,

serta memodulasi ekspresi gen proinflamasi (Garcia-Lafuente et al, 2009).

H. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan bahan yang terkandung dengan

pelarut cair yang sesuai. Secara umum ekstraksi dapat dilakukan secara infudasi,

maserasi, perkolasi dan destilasi uap. Maserasi merupakan cara penyarian yang

sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

(29)

11

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat

didesak ke luar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Depkes RI, 1986).

I. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi dari sistem regresi yang

membandingkan antara variabel respon dengan variabel bebas. Dalam desain

faktorial dapat dilihat hubungan antara variabel respon dengan dua atau lebih

variabel bebas yang digunakan untuk menentukan efek dari beberapa faktor dan

interaksinya yang berpengaruh secara signifikan. Pada desain faktorial harus

diketahui dan didapatkan faktor dan level faktor yang akan diteliti, serta respon

yang akan diukur (Kurniawan dan Sulaiman, 2009).

Desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari dua atau

lebih factor dalam waktu yang bersamaan. Dengan digunakannya metode ini,

maka kontrol terhadap faktor yang berbeda dalam satu kelompok dapat

ditingkatkan. Keuntungan secara ekonomi dapat didapat dengan menggunakan

metode ini dalam suatu observasi atau penelitian, karena subjek uji yang

dibutuhkan dapat dikurangi ketika dua subjek uji menimbulkan interaksi yang

sama pada observasi yang berbeda (Muth, 1999).

Ada beberapa istilah dalam desain faktorial yang harus dipahami :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

1. Faktor adalah variabel yang telah ditetapkan pada suatu penelitian yang

dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Faktor ini harus bisa dinyatakan

dalam suatu harga atau nilai.

2. Level adalah harga yang ditetapkan untuk faktor.

3. Respon adalah hasil yang terukur yang didapat dari suatu penelitian dan

harus dapat dikuantifikasi. Bervariasinya level pada suatu penelitian dapat

menyebabkan perubahan respon.

4. Interaksi adalah akibat dari penambahan efek-efek faktor yang dapat bersifat

sinergis ataupun antagonis. Bersifat sinergis berarti interaksi memiliki efek

yang menambah besar efek faktor, sedangkan antagonis berarti interaksi

memiliki efek yang mengurangi efek faktor (Kurniawan dan Sulaiman,

2009).

Tabel I. Rancangan Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua Level (Kurniawan dan Sulaiman, 2009)

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

Faktor A dan B = faktor A (CMC-Na) dan Faktor B (propilenglikol) Formula 1 = level rendah CMC-Na dan propilenglikol

(31)

13

Rumus desain faktorial yang berlaku :

Y = bo + b1(A) + b2(B) + b12(A)(B) ………..(1)

Di mana,

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

(A), (B) = level faktor A dan faktor B

B0, b1, b2, b12 = koefisien, dihitung dari hasil percobaan

J. Landasan Teori

Gel (hidrogel) dapat digunakan dalam sediaan obat antiinflamasi karena

tidak meninggalkan kesan berminyak dan lengket. Selain itu hidrogel dapat

memberikan sensasi dingin setelah diaplikasikan. Zat aktif untuk menyembuhkan

inflamasi, yaitu flavonoid, dapat diambil dari ekstrak daun petai cina, karena secara

turun temurun daun petai cina digunakan untuk menyembuhkan bengkak dan luka.

Pada formulasi sediaan gel terkandung gelling agent yang dapat

meningkatkan viskositas gel serta humektan untuk menjaga kelembaban sediaan gel.

Gelling agent yang digunakan adalah CMC-Na dan humektan yang digunakan adalah

propilenglikol. Kombinasi kedua komponen tersebut sangat mempengaruhi stabilitas

fisik sediaan gel.

Oleh karena itu diperlukan optimasi untuk dapat menentukan komposisi

gelling agent dan humektan untuk dapat menghasilkan sifat fisik sediaan gel yang

optimum. Penentuan komposisi optimum ini dilakukan dengan menggunakan metode

desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

K. Hipotesis

Ada pengaruh antara faktor (CMC-Na, propilenglikol, atau interaksinya)

dengan respon yang dihasilkan oleh sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun

petai cina, yang meliputi respon sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan

stabilitas sediaan gel. Selain itu, sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina dapat

(33)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni menggunakan

metode desain faktorial yang bersifat eksploratif, yaitu mencari formula optimum

sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level

CMC-Na dan propilenglikol dalam satuan gram yang digunakan dalam

formula.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat

fisik dari sediaan gel, yang meliputi daya sebar dan viskositas, viskositas

gel setelah penyimpanan selama 1 bulan, serta kemampuan cooling gel

dalam menyembuhkan inflamasi.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam

penelitian ini adalah daun petai cina yang akan digunakan, lama dan

kecepatan pencampuran saat pembuatan gel, lama penyimpanan gel,

wadah yang digunakan untuk menyimpan gel, dan berat badan tikus.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali

dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban udara, adanya interaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

molekular antar bahan selama pembuatan sediaan gel dan

penyimpanannya, serta keadaan fisiologis tikus.

2. Definisi operasional

a. Cooling gel ekstrak daun petai cina adalah sediaan semipadat yang dibuat

dari ekstrak daun petai cina dengan menggunakan gelling agent CMC-Na

dan humektan propilenglikol dengan formula yang telah ditentukan pada

penelitian ini.

b. Simplisia daun petai cina adalah daun petai cina yang telah dikeringkan

selama beberapa hari dan kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk.

c. Ekstrak daun petai cina adalah hasil dari ekstraksi simplisia daun petai

cina menggunakan 500 mL pelarut etanol 96% : air (1:1) selama 3 hari

dalam suhu ruangan, dan remaserasi menggunakan 500 mL etanol selama

24 jam.

d. Gelling agent adalah bahan pembawa dalam sediaan gel yang dapat

mempengaruhi sifat fisik sediaan gel. Dalam penelitian ini digunakan

gelling agent CMC-Na.

e. Humektan adalah bahan yang digunakan dalam sediaan gel untuk

menjaga kandungan air dari sediaan gel dengan mengabsorbsi lembab

dari lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan propilenglikol sebagai

humektan.

f. Sifat fisik dan stabilitas gel adalah parameter yang digunakan untuk

(35)

17

meliputi daya sebar dan viskositas, sedangkan stabilitas gel adalah

viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan.

g. Faktorial desain adalah metode optimasi yang digunakan untuk

mengetahui efek yang dominan dalam sifat fisik dan stabilitas gel dengan

melihat area optimum yang terjadi selama penelitian pada contour plot.

h. Contour plot superimpossed adalah grafik yang merupakan area optimum

dari formula yang menunjukkan parameter sediaan gel yang baik.

i. Area optimum adalah area dari komposisi CMC-Na dan propilenglikol

yang memberikan sifat fisik dan stabilitas gel yang baik, yaitu daya sebar

5-7 cm, viskositas 150-250 dPas, serta perubahan viskositas selama

penyimpanan ≤ 10%.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun

petai cina, etanol 96% (teknis), CMC-Na (farmasetis), propilenglikol (farmasetis),

metil paraben (farmasetis), aquadest.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware

(Pyrex-Germany), mixer (Maspion), viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), blender,

seperangkat alat maserasi, cawan porselin, lampu UV, Laminar Air Flow (LAF),

oven, pompa vakum, kertas indikator universal, alat uji daya sebar, autoklaf,

inkubator, pisau steril, guting bedah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan ekstrak daun petai cina

a. Pengumpulan dan pembuatan serbuk daun petai cina. Daun petai cina

diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Daun dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan

kotoran yang menempel pada daun. Daun yang telah dicuci

diangin-anginkan, kemudian dikeringkan sampai daun benar-benar kering, ditandai

dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Simplisia yang sudah

kering diserbuk menggunakan blender.

b. Pembuatan ekstrak cair daun petai cina

25 gram serbuk daun petai cina diekstrak dengan 500 mL campuran etanol

96% : aquadest (1:1) terus menerus selama 3 hari pada suhu ruangan.

Kemudian ekstrak disaring dengan bantuan pompa vakum dan filtratnya

diekstrak lagi menggunakan 500 mL etanol 96% selama 1 hari pada suhu

ruangan dan disaring. Kedua ekstrak tersebut dicampur dan dievaporasi

hingga menjadi ekstrak cair. Ekstrak disimpan untuk keperluan

selanjutnya.

2. Optimasi formula gel

a. Formula. Formula yang digunakan dalam percobaan ini mengacu pada

(37)

19

Tabel II. Formula Polyherbal Gel for Wound Healing

Ekstrak daun Centela asiatica (% b/b) 2 Ekstrak rimpang Curcuma longa (% b/b) 2 Ekstrak kulit batang Terminalia arjuna (% b/b) 2 carbopol 934 (% b/b) 2 Propilenglikol 2mL

Etanol 5mL

Trietanolamin Secukupnya hingga basis gel netral

Aquadest Secukupnya

Dilakukan modifikasidan optimasi terhadap formula di atas

sehingga dihasilkan formula baru sebagai berikut:

Tabel III. Formula gel hasil modifikasi

Ekstrak daun petai cina 12 gram CMC-Na 5 – 8 gram Propilenglikol 16 – 20 gram Metil paraben 0,2 gram

Aquadest 159,8 gram

Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu propilenglikol dan

CMC-Na dengan 2 level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah

dan level tinggi propilenglikol dan CMC-Na pada formula cooling gel

ekstrak daun petai cina dapat ditentukan sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

Tabel IV. Level Rendah dan Level Tinggi Propilenglikol dan CMC-Na pada Formula Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Formula Propilenglikol (gram) CMC-Na (gram)

1 16 5

jam. Lalu CMC-Na dikembangkan dalam 100 mL aquadest yang sudah

melalui proses pemanasan dan didiamkan hingga dingin, dengan cara

menaburkan CMC-Na di atas aquadest (campuran 1). Pengembangan

dilakukan selama 24 jam. Saat akan dilakukan proses mixing,

propilenglikol disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC

selama 15 menit. Kemudian metil paraben dilarutkan menggunakan

propilenglikol yang sudah disterilisasi (campuran 2). Campuran 1

dicampur dengan campuran 2 dan ditambahkan dengan ekstrak daun petai

cina, lalu dilakukan proses mixing menggunakan mixer. Proses mixing ini

dilakukan selama 1 menit di dalam Laminar Air Flow dengan teknik

aseptis.

3. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel

a. Uji Daya Sebar

Pengukuran daya sebar sediaan gel dilakukan setelah 48 jam pembuatan.

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara : gel ditimbang 1 gram

(39)

21

gel diletakkan kaca bulat lain dan anak timbang dengan beban 125 gram.

Lalu didiamkan selama 1 menit, dan dicatat diameter sebarnya.

b. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dua kali, yaitu setelah 48 jam pembuatan gel dan

setelah gel disimpan selama 1 bulan. Masing-masing formula gel

ditentukan viskositasnya menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04

(Melani, Purwanti, Soeratri, 2005). Ukuran rotor yang digunakan adalah

skala 1 (untuk gel formula 1 dan b) dan skala 2 (untuk gel formula a dan

ab).

c. Uji Aktivitas

Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan menggunakan imduksi panas pada

kulit tikus. Tikus albino galur Sprague Dawley jantan dengan berat

200-300 gram dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok dengan masing-masing

kelompok berisi 1 ekor tikus. Punggung masing-masing tikus dibersihkan

dari bulunya. Area punggung yang telah dicukur tadi diberi induksi panas

pada bagian kana dan kiri punggung selama 45 detik pada suhu 65oC.

sesaat setelah diberi induksi panas, kulit tikus dioleskan dengan cooling

gel ekstrak daun petai cina. Pemberian ini dilakukan setiap 1 jam sekali,

disertai dengan pengukuran tebal kulit tikus hingga jam kedelapan.

F. Optimasi dan Analisis Data

Data sifat fisik dan stabilitas fisik gel yang diperoleh dianalisis sesuai

dengan metode perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari CMC-Na,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

propilenglikol dan interaksinya. Dengan pendekatan desain faktorial untuk

menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1

X1 + b2 X2 + b12 X1X2. Dari persamaan ini kemudian dapat dibuat contour plot

sifat fisik cooling gel ekstrak daun petai cina. Dari masing-masing contour plot

digabungkan menjadi contour plot superimposed untuk mengetahui area

komposisi optimum CMC-Na dan propilenglikol, terbatas pada level yang diteliti.

Data dianalisis menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk melihat normalitas distribusi

data, sedangkan untuk kesamaan varian data dilakukan menggunakan uji Levene’s

Test. Jika hasil kedua analisis tersebut memenuhi kriteria uji statistik parametrik,

maka analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk melihat signifikansi data.

Namun jika sebaliknya, maka dilakukan analisis menggunakan Kruskal-Wallis

dengan post hoc Wilcoxon. Semua analisis data dilakukan menggunakan

(41)

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi dan Ekstraksi Daun Petai Cina

Penelitian ini menggunakan tumbuhan petai cina yang diambil dari

Kebun Obat Universitas Sanata Dharma. Daun diambil dari satu pohon saja untuk

meminimalkan faktor pengacau yang mungkin bisa mengganggu penelitian.

Ekstrak daun petai cina merupakan hasil ekstraksi daun petai cina. Daun petai cina

yang digunakan telah melalui proses determinasi (Lampiran 1).

Pada tahap awal, dipilih tumbuhan petai cina dengan tinggi 5-6 meter

yang memiliki banyak daun pada satu pohon. Daun petai cina diambil pada bulan

Agustus 2012 dan dalam keadaan berbuah. Tumbuhan petai cina memiliki daun

yang kecil dan berwarna hijau. Daun yang telah diambil, dicuci untuk

menghilangkan kotoran yang menempel. Setelah kering daun petai cina

diangin-anginkan hingga tidak basah lagi. Dengan keadaan daun yang tidak basah, maka

akan mempermudah memetik daun dari batangnya sehingga menjadi satuan kecil.

Daun yang sudah dipetik tersebut di angin-anginkan kembali selama 2

hari hingga mengering. Indikasi bahwa daun sudah benar-benar kering adalah

ketika daun diremas akan menjadi serpihan kecil. Daun petai cina yang kering ini

disebut juga simplisia daun petai cina. Untuk mempermudah saat ekstraksi,

simplisia daun petai cina dihaluskan menggunakan blender. Kemudian serbuk

yang dihasilkan tersebut diayak dengan ayakan nomor 40 hingga didapat serbuk

simplisia yang setengah kasar. Dengan didapatkannya serbuk seperti ini, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

hasil maserasi akan lebih optimal karena serbuk yang dimaserasi tidak terlalu

halus dan tidak terlalu kasar sehingga saat maserasi dilakukan serbuk tidak

mengendap dengan rapat. Ketika serbuk simplisia mengendap dengan rapat, maka

tidak ada pori atau celah untuk pelarut sehingga ekstraksi tidak optimal.

Untuk proses ekstraksi, serbuk simplisia sebanyak 25 gram dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer 1000 mL dan ditambahkan 250 mL etanol 96% serta 250

mL aquadest dan dimaserasi selama 3 hari. Setelah 3 hari, campuran tersebut

disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vakum. Filtrat yang

dihasilkan kemudian dimasukkan kembali ke dalam Erlenmeyer 1000 mL dan

dicampur dengan 500 mL etanol 96% dan dilakukan remaserasi selama 24 jam.

Setelah 24 jam remaserasi, campuran disaring kembali dengan bantuan pompa

vakum. Hasil maserasi dan remaserasi dicampur menjadi satu sehingga didapat

ekstrak sebanyak kurang lebih 1000 mL. setelah keduanya dicampur, dilakukan

evaporasi untuk menguapkan etanol yang terkandung di dalam ekstrak, sehingga

pelarut yang tertinggal adalah air saja. Dalam proses ini evaporasi dilakukan

hingga volume ekstrak mencapai 250 mL, dengan asumsi 250 mL merupakan air.

Zat aktif yang digunakan dalam ekstrak daun petai cina adalah flavonoid,

tanin, dan saponin. Menurut Garcia-Lafuente et al (2009), flavonoid yang

terkandung dalam tanaman dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Menurut

Suratman et al (1996), saponin merupakan suatu senyawa yang dapat memicu

pembentukan kolagen, yang merupakan protein struktur yang berperan dalam

proses penyembuhan luka. Selain fungsi tersebut, saponin juga mempunyai

(43)

25

(Robinson, 1991). Menurut Faure (2002), saponin memiliki aktivitas antifungi

yang bekerja dengan cara berinteraksi dengan sterol membran. Tanin memiliki

aktivitas sebagai antibakteri, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada

luka. Toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri karena senyawa

astringen tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan

terhadap enzim atau substrat mikroba (Ajizah, 2004). Menurut Masduki (1996),

tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein pada

bakteri, karena diduga tanin memiliki efek yang sama dengan senyawa fenolik.

Tanin dan saponin merupakan senyawa yang dapat larut dalam air dan

pelarut organik, seperti alkohol. Sedangkan flavonoid tidak larut dalam air, namun

larut dalam sebagian besar pelarut organik. Oleh karena itulah penggunaan pelarut

etanol 96% : aquadest digunakan saat proses ekstraksi.

B. Pembuatan Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Pada penelitian Chew et al. (2011), daun petai cina mengandung

senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Ketiga senyawa ini berfungsi untuk

menyembuhkan bengkak, luka terbuka, serta sebagai antimikroba. Senyawa yang

dapat digunakan sebagai antiinflamasi dalam hal ini adalah flavonoid.

Sediaan gel terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gelling agent,

humektan, dan air. Dari ketiga komponen utama tersebut, air memiliki komposisi

paling besar, khususnya untuk bentuk sediaan hidrogel. Sediaan hidrogel ini

dipilih karena dapat memberi sensasi dingin saat diaplikasikan, serta tidak lengket

di kulit karena larut air sehingga mudah dibersihkan. Dengan pertimbangan itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

maka saat diaplikasikan pada kulit yang inflamasi karena panas akan sedikit

mengurangi rasa sakit akibat panas tersebut. Selain itu, bentuk sediaan hidrogel

lebih mudah diadsorpsi kulit dibandingkan sediaan topikal lain, seperti krim atau

salep.

Pada pembuatan cooling gel ekstrak daun petai cina ini digunakan

CMC-Na sebagai gelling agent dan propilenglikol sebagai humektan. Menurut Rowe,

Sheskey, and Quinn (2009), CMC-Na dapat digunakan dalam terapi

penyembuhan luka, dermatological patces sebagai pelindung mukosa, menyerap

cairan yang keluar dari luka, dan menyerap keringat. Selain itu, pada konsentrasi

3-6%, CMC-Na dapat digunakan sebagai basis gel. Digunakan propilenglikol

karena selain sebagai humektan, dapat juga berfungsi sebagai antimikrobial

preservative, disinfektan, dan agen stabilitas (Rowe, Sheskey, Quinn, 2009).

Formula ini menggunakan pengawet, yaitu metil paraben karena lebih larut di air

dibandingkan dengan propil paraben.

Formula yang digunakan untuk pembuatan cooling gel ekstrak daun petai

cina ini mengacu pada orientasi yang telah dilakukan oleh penulis (Lampiran 4).

Formula yang digunakan merupakan modifikasi dari formula acuan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Patel et al (2011). Modifikasi yang dilakukan

adalah dengan adanya perubahan jenis gelling agent (dari carbopol 934 menjadi

CMC-Na) dan jumlahnya, jumlah propilenglikol, dan zat aktif yang digunakan.

Modifikasi ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan gel yang lebih baik secara

fisik dan stabil, karena sifat carbopol yang cenderung asam sehingga perlu adanya

(45)

27

modifikasi formula ini adalah viskositas antara 150-250 dPas, daya sebar 5-7 cm,

dan pergeseran viskositas kurang dari 10%. Modifikasi yang dilakukan sedikit

merubah konsep sediaan, yaitu yang tadinya sebagai wound healing menjadi

cooling gel. Faktor yang dilihat dalam penelitian ini adalah CMC-Na dan

propilenglikol, karena kedua faktor ini dapat mempengaruhi sifat fisik dan

stabilitas sediaan. Jumlah CMC-Na yang digunakan dalam formula adalah 5 gram

(level rendah) dan 8 gram (level tinggi), sedangkan untuk jumlah propilenglikol

adalah 16 gram (level rendah) dan 20 gram (level tinggi).

Pembuatan cooling gel ekstrak daun petai cina ini dilakukan secara

aseptis di dalam LAF (Laminar Air Flow). Hal ini dilakukan karena sediaan yang

akan dibuat nantinya akan diaplikasikan pada kulit yang terpapar panas sehingga

sediaan tersebut harus steril agar tidak membuat kulit menjadi iritasi. Semua alat

dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu melalui proses sterilisasi. Untuk

serbuk CMC-Na sterilisasi dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam oven

selama 1 jam dengan suhu 160oC. Sedangkan untuk propilenglikol, proses

sterilisasi dilakukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit.

Proses sterilisasi yang dilakukan didasarkan pada studi pustaka yang telah

dilakukan sebelumnya. Setelah serbuk CMC-Na disterilisasi, kemudian

dikembangkan dengan aquadest selama 24 jam. Saat proses pengembangan ini

CMC-Na dimasukkan ke dalam incubator untuk meminimalkan terjadinya

kontaminasi. Saat akan dilakukan mixing, metil paraben yang berfungsi sebagai

pengawet dilarutkan terlebih dahulu ke dalam propilenglikol yang sudah

disterilisasi. Setelah metil paraben larut, campuran tersebut dimasukkan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

CMC-Na yang sudah dikembangkan selama 24 jam. Kemudian aquadest dan

ekstrak daun petai cina ditambahkan ke dalam campuran dan dilakukan proses

mixing menggunakan mixer pada skala 2 selama 1 menit.

C. Uji pH Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Uji pH cooling gel ekstrak daun petai cina dilakukan menggunakan pH

stick atau kertas pH. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pH dari sediaan sehingga

dapat diketahui tingkat akseptabilitas pada saat diaplikasikan di kulit. Hasil dari

uji pH yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel V. Uji pH cooling gel ekstrak daun petai cina Formula pH

1 6,5 a 6,5 b 6,5 ab 6,5

Dari Tabel V dapat dilihat bahwa semua formula dari cooling gel ekstrak

daun petai cina memiliki pH yang sama, yaitu 6,5 (Lampiran 2). Hal ini

menyatakan bahwa sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan sediaan topikal,

sehingga tidak mengiritasi kulit. Syarat pH untuk sediaan topikal adalah memiliki

kesamaan pH dengan kulit normal yang berkisar antara 4-6,5.

D. Karakterisasi Sifat Fisik Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Sediaan obat yang baik adalah sediaan yang memenuhi persyaratan sifat

fisik dan stabil selama penyimpanannya. Untuk sediaan gel, sifat fisik yang dapat

diukur adalah viskositas dan daya sebar. Sedangkan untuk mengetahui stabilitas

(47)

29

daun petai cina akan diuji sifat fisiknya, meliputi viskositas dan daya sebar pada

saat 48 jam setelah pembuatan sediaan gel. Sedangkan untuk melihat

stabilitasnya, cooling gel ekstrak daun petai cina diuji pergeseran viskositas pada

saat satu bulan setelah pembuatan.

Dalam cooling gel ekstrak daun petai cina, CMC-Na dan propilenglikol

memiliki pengaruh dalam sifat fisik sediaan. Keduanya dapat mempengaruhi

viskositas dan daya sebar sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina. Jumlah dari

CMC-Na dan propilenglikol ditentukan berdasarkan orientasi yang sudah

dilakukan sebelumnya. Orientasi dilakukan untuk mengetahui level rendah dan

level tinggi dari CMC-Na dan propilenglikol dengan melihat respon sifat fisisnya,

yaitu viskositas dan daya sebar.

Gambar 3. Orientasi CMC-Na dengan melihat respon viskositas

(48)

Gambar 4. Orientasi CMC-Na dengan melihat respon daya sebar

Pada gambar 3, terlihat bahwa seiring penambahan jumlah CMC-Na, terjadi pula

peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas yang stagnan terjadi pada

konsentrasi 2-4%. Sedangkan pada gambar 4, seiring penambahan jumlah

CMC-Na, terjadi penurunan daya sebar. Penurunan daya sebar yang stagnan terjadi pada

konsentrasi 2-3% dan 4-7%. Oleh karena itu, diambil irisan dari keduanya yaitu

(49)

31

Gambar 5. Orientasi propilenglikol dengan melihat respon viskositas

Gambar 6. Orientasi propilenglikol dengan melihat respon daya sebar

Pada gambar 5, terlihat bahwa seiring peningkatan jumlah propilenglikol, terjadi

pula peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas yang stagnan terjadi pada

konsentrasi 7-11%. Sedangkan pada gambar 6, seiring peningkatan jumlah

propilenglikol, terjadi peningkatan daya sebar. Peningkatan daya sebar yang

(50)

stagnan terjadi pada konsentrasi 6-8%, 12-13%, dan 15-17%. Lalu terjadi

penurunan daya sebar pada konsentrasi 9-11% dan 14-15%. Oleh karena itu,

diambil irisan dari keduanya yaitu konsentrasi 8-10%. Dari hasil orientasi

tersebut, ditentukan bahwa jumlah kedua faktor yang mempengaruhi sifat fisik

sediaan seperti pada tabel VI.

Tabel VI. Jumlah penggunaan CMC-Na dan propilenglikol dalam formula cooling gel ekstrak daun petai cina

Faktor CMC-Na Propilenglikol Level rendah 5 gram 16 gram

Level tinggi 8 gram 20 gram

Untuk sediaan gel, viskositas berpengaruh terhadap penerimaan pasien.

Viskositas berpengaruh pada saat pengaplikasian sediaan. Bila viskositas sediaan

cooling gel ekstrak daun petai cina terlalu besar (kental), maka pasien akan sulit

mengaplikasikan pada kulit dan memerlukan jumlah gel yang cukup banyak agar

bagian yang bengkak dapat tertutupi oleh gel. Hal ini terjadi karena viskositas

yang besar akan mempengaruhi daya sebar gel, sehingga daya sebarnya menjadi

kecil. Pengukuran viskositas bertujuan untuk melihat profil kekentalan dari

cooling gel ekstrak daun petai cina. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 48

jam pembuatan dan satu bulan penyimpanan. Pengukuran viskositas setelah 48

jam pembuatan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari cooling gel ekstrak

daun petai cina, sedangkan pengukuran setelah satu bulan penyimpanan dilakukan

untuk melihat ada tidaknya perubahan viskositas selama penyimpanan sehingga

dapat diketahui adanya ketidakstabilan cooling gel ekstrak daun petai cina selama

(51)

33

adalah 150-250 d.Pa.s. dan pergeseran viskositas yang dikehendaki adalah kurang

dari 10%.

Menurut Garg et al. (2002), daya sebar berpengaruh langsung pada

pasien saat sediaan semisolid diaplikasikan. Daya sebar merupakan kemampuan

suatu sediaan semisolid untuk menyebar di area yang akan diaplikasikan. Pada

sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina, viskositas berperan dalam

menentukan baik atau tidaknya daya sebar, karena ketika viskositas dari suatu

sediaan semisolid tinggi maka akan menurunkan daya sebar. Hal ini nantinya

dapat mempengaruhi dosis pada area target. Karena daya sebar yang kecil, maka

target tidak dapat tertutupi secara optimal oleh sediaan semisolid sehingga dosis

tidak teraplikasikan secara merata pada target. Pengukuran daya sebar ini sendiri

bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan semisolid untuk menyebar

dengan cara melihat diameter penyebaran sediaan semisolid pada tempat aplikasi.

Daya sebar yang diinginkan untuk sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina

adalah 5-7 cm. Hal ini dijadikan standar agar sediaan yang akan dibuat tidak

terlalu encer ataupun kental sehingga dapat diterima oleh pasien. Pengukuran daya

sebar ini dilakukan 48 jam setelah sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina

dibuat. Pengukuran daya sebar ini dilakukan dengan cara menimbang 1 gram

sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina yang diletakkan pada kaca bundar.

Kemudian sediaan tersebut ditindih dengan kaca bundar yang lain dengan adanya

penambahan beban sebesar 125 gram selama 1 menit. Setelah itu diameter

penyebaran diukur pada posisi yang tetap pada arah vertikal, horisontal, dan

diagonal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

Tabel VII. Viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina ( ± )

Tabel VIII. Daya sebar cooling gel ekstrak daun petai cina ( ± )

Replikasi 1 a Formula (cm) b ab

1 7,425 5,25 7,55 5,35 2 7,1 4,95 6,85 5,175 3 7,15 5,475 7,525 5,65

± 7,225 ± 0,143 5,225 ± 0,215 7,308 ± 0,324 5,392 ± 0,196

Dari tabel VII dapat dilihat bahwa untuk viskositas tidak ada yang masuk

dalam range, yaitu 150-250 d.Pa.s. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya

interaksi molekular dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cooling

gel ekstrak daun petai cina. Interaksi molekular tersebut tidak dapat dikendalikan

dari luar sehingga perlakuan yang diberikan pada sediaan tidak berpengaruh.

Untuk daya sebar (tabel VIII), formula a dan ab masuk dalam range sedangkan

formula 1 dan b melebihi range. Hal ini terjadi karena penggunaan gelling agent

yang kecil sehingga viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina turun yang

menyebabkan daya sebar dari sediaan meningkat.

E. Efek Penambahan CMC-Na dan Propilenglikol, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisik Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Efek merupakan perubahan respon akibat adanya variasi level dan faktor.

Efek dari CMC-Na, propilenglikol, dan interaksi keduanya dalam menentukan

(53)

35

menggunakan perangkat lunak R-12.14.1 dengan uji two way ANOVA dengan

taraf kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini juga dicari signifikansi dari tiap

faktor dan interaksi dari kedua faktor dalam menimbulkan efek, sehingga dapat

diketahui faktor mana yang berpengaruh signifikan dalam menimbulkan efek.

Nilai efek bersifat mutlak, tanda positif dan negatif menyatakan bahwa faktor

tersebut menurunkan respon (untuk tanda negatif) atau menaikkan respon (untuk

tanda positif).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah aplikasi desain faktorial

dengan dua faktor dan dua level yang berbeda, yaitu level tinggi dan level rendah.

Tiap formula memiliki komposisi dan jumlah bahan yang sama, kecuali untuk

CMC-Na dan propilenglikol. Jumlah CMC-Na dan propilenglikol untuk tiap

formula dibuat berbeda agar efek yang ditimbulkan hanya berasal dari jumlah

CMC-Na dan propilenglikol yang berbeda pada level yang diteliti. Dalam uji

stastistik ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas data, uji

variansi data, dan uji ANOVA. Untuk dapat mencapai tahap uji ANOVA, data

harus terdistribusi normal dan variansi datanya homogen.

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah distribusi data yang

didapat normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data digunakan uji

Saphiro-Wilk (untuk sampel kurang dari atau sama dengan 50). Hasil yang didapat dari uji

normalitas dapat dilihat pada tabel IX.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

Tabel IX. Uji normalitas data viskositas dan daya sebar

Jenis data Formula p-value

Viskositas

Dari tabel IX dapat dilihat bahwa tiap data memiliki probabilitas p-value > 0,05

(Lampiran 4), sehingga dapat disimpulkan bahwa data untuk viskositas dan daya

sebar memiliki distribusi yang normal (Dahlan, 2011).

2. Uji variansi data

Uji variansi data dilakukan untuk melihat kesamaan varian dari data,

sehingga dapat diketahui apakah data tersebut homogen atau tidak. Untuk itu

dilakukan uji Levene’s test yang nantinya dapat dijadikan dasar apakah data yang

didapat bisa diuji menggunakan ANOVA atau tidak. Hasil uji variansi data dapat

dilihat pada tabel X.

Tabel X. Hasil Levene’s test uji viskositas dan daya sebar Jenis data p-value

Viskositas 0,1151 Daya sebar 0,3586

Dari tabel X dapat dilihat bahwa p-value > 0,05 (Lampiran 4) untuk viskositas dan

daya sebar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data tersebut memiliki

(55)

37

3. Respon Viskositas

Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh kedua faktor, yaitu CMC-Na

dan propilenglikol, serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon

viskositas. Hasil yang didapat dari uji ini dapat dilihat pada tabel XII.

Tabel XI. Efek CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya dalam menentukan respon viskositas

Faktor Efek Standard

error F p-value

CMC-Na 55,7778 42,0453 209,9529 5,038x10-7

Propilenglikol -5,1111 15,4868 0,0757 0,7901 Interaksi 0,6389 2,3216 0,0757 0,7901

Dari data pada tabel XI, dapat diketahui nilai efek dari CMC-Na,

propilenglikol, dan interaksi dari keduanya. Akan tetapi, faktor yang berpengaruh

secara signifikan pada respon viskositas hanya terjadi pada CMC-Na. Hal ini

dapat dilihat dari p-value dari masing-masing faktor. Faktor yang berpengaruh

signifikan memiliki p-value < 0,05, dan itu hanya terjadi pada CMC-Na saja,

sebesar 5,038x10-7 (Lampiran 4). Sedangkan untuk propilenglikol dan interaksi

dari keduanya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon viskositas

karena p-value > 0,05. Model persamaan dari respon viskositas tidak dapat

digunakan karena hanya CMC-Na saja yang berpengaruh signifikan, walaupun

p-value yang didapat dari model persamaan telah memenuhi syarat p-value < 0,05,

yaitu sebesar 4,389x10-6 (Lampiran 4). Oleh karena itu persamaan desain faktorial

yang didapat tidak dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari

masing-masing faktor terhadap respon viskositas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

Gambar 7. Grafik hubungan antara CMC-Na terhadap respon viskositas setelah 48 jam pembuatan

Gambar 8. Grafik hubungan antara propilenglikol terhadap respon viskositas setelah 48 jam pembuatan

Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan CMC-Na

sebagai gelling agent dapat meningkatkan respon viskositas dari cooling gel

ekstrak daun petai cina pada propilenglikol level tinggi dan level rendah. Terdapat

perbedaan yang sedikit terlihat pada CMC-Na level rendah, yaitu untuk

penambahan CMC-Na pada level rendah propilenglikol memiliki respon

(57)

39

viskositas yang lebih besar daripada level tinggi propilenglikol. Akan tetapi

perbedaan tersebut tidak mencolok sehingga tidak nampak jelas pada grafik.

Sedangkan pada gambar 8 dapat dilihat bahwa propilenglikol pada level tinggi

dan level rendah untuk tinggi CMC-Na tidak memberikan respon viskositas. Hal

itu bisa saja terjadi karena jumlah CMC-Na sebagai gelling agent yang cukup

besar sehingga propilenglikol tidak berpengaruh signifikan terhadap respon

viskositas. Sedangkan pada CMC-Na level rendah, seiring bertambahnya

propilenglikol maka terjadi penurunan respon viskositas. Hal ini sesuai dengan

sifat higroskopis propilenglikol sebagai humektan yang dapat menarik kandungan

air dari luar sediaan sehingga kandungan air dalam sediaan semakin bertambah

dan respon viskositas sediaan semakin berkurang.

4. Respon Daya Sebar

Uji ini dilakukan untuk melihat perngaruh CMC-Na dan propilenglikol,

serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon daya sebar. Hasil yang

didapat dari uji ini dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XII. Efek CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya dalam menentukan respon daya sebar

Faktor Efek Standard

error F p-value

CMC-Na -0,777778 0,489370 145,9049 2,039x10-6

Propilenglikol -0,013889 0,180252 0,5945 0,4629 Interaksi 0,006944 0,027021 0,0661 0,8037

Dari data pada tabel XII, dapat diketahui nilai efek dari CMC-Na,

propilenglikol, dan interaksi dari keduanya. Akan tetapi, faktor yang berpengaruh

secara signifikan pada respon daya sebar hanya terjadi pada CMC-Na. Hal ini

dapat dilihat dari p-value dari masing-masing faktor. Faktor yang berpengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(58)

signifikan memiliki p-value < 0,05, dan itu hanya terjadi pada CMC-Na saja,

sebesar 2,039x10-6 (Lampiran 4). Sedangkan untuk propilenglikol dan interaksi

dari keduanya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon daya

sebar karena p-value > 0,05. Model persamaan dari respon daya sebar juga tidak

dapat digunakan karena hanya CMC-Na saja yang berpengaruh signifikan,

walaupun p-value yang didapat dari model persamaan telah memenuhi syarat

p-value < 0,05, yaitu sebesar 1,729x10-5 (Lampiran 4).

(59)

41

Gambar 10. Grafik hubungan antara propilenglikol terhadap respon daya sebar setelah 48 jam pembuatan

Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan CMC-Na

sebagai gelling agent dapat menurunkan respon daya sebar dari cooling gel

ekstrak daun petai cina pada propilenglikol level tinggi dan level rendah. Pada

gambar 3 juga terlihat adanya perbedaan yang sedikit terlihat pada CMC-Na level

rendah, yaitu untuk penambahan CMC-Na pada level rendah propilenglikol

memiliki respon daya sebar yang lebih kecil daripada level tinggi propilenglikol.

Sedangkan pada gambar 10 dapat dilihat bahwa propilenglikol dapat

meningkatkan respon daya sebar, baik pada level tinggi dan level rendah

CMC-Na. Hal ini sesuai dengan sifat higroskopis propilenglikol sebagai humektan yang

dapat menarik kandungan air dari luar sediaan sehingga kandungan air dalam

sediaan semakin bertambah dan respon daya sebar dari sediaan semakin

meningkat.

Pada penelitian ini tidak didapatkan area optimum pada contour plot

superimpossed. Hal ini terjadi karena kedua model persamaan yang didapat tidak

(60)

valid, dilihat dari tidak adanya pengaruh yang signifikan dari salah satu faktor,

yaitu propilenglikol. Pernyataan ini didukung dengan besarnya Standar Deviasi

dari masing-masing formula, dan besarnya pula Standart Error pada model

persamaan desain faktorial yang didapat.

F. Stabilitas Cooling gel Ekstrak Daun Petai Cina

Stabilitas dari suatu sediaan dapat dilihat salah satunya dari nilai

pergeseran viskositas sediaan selama penyimpanan. Stabilitas sediaan menjadi

sangat penting untuk menjadi pertimbangan karena berhubungan dengan

konsistensi dari sediaan dan dosis yang terkandung dalam sediaan. Semakin besar

nilai pergeseran viskositas, maka sediaan tersebut semakin tidak stabil. Hasil yang

didapat dari uji pergeseran viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina dapat

dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina setelah penyimpanan selama satu bulan

Tabel XIV. Nilai pergeseran viskositas cooling gel ekstrak daun petai cina ( ± )

Formula Pergeseran viskositas (%)

Gambar

Tabel XVIII. Uji Normalitas Data Penurunan Ketebalan Kulit Tikus ................ 46
Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe, Sheskey,  and Quinn, 2009)
Gambar 2. Propilenglikol (Rowe, Sheskey,  and Quinn, 2009)
Tabel I. Rancangan Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua Level
+7

Referensi

Dokumen terkait

9 Saya merasa puas karena saat ini saya bekerja sesuai dengan bidang keahlian saya. 10 Saya merasa puas dengan sistem kompensasi yang diterapkan ditempat saya bekerja saat

[r]

Jika, sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 16, entitas mengakui biaya penggantian untuk bagian tertentu dari suatu properti investasi di dalam jumlah tercatat suatu

• Untuk file teks yang memiliki jumlah jenis karakter yang lebih sedikit dengan tingkat pengulangan karakter yang lebih tinggi, algoritma LZ78 memberikan rasio kompresi yang

Sumber pendapatan utama rumah tangga petani contoh di Kabupaten Donggala adalah dari usahatani (On-Farm), yang memberi kontribusi sebesar 65,51 persen dari seluruh

Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus, yang meliputi tahapan sebagai berikut : (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) observasi (4) refleksi.Hasil

[r]

Pada evaluasi ini akan dilakukan perhitungan dari data sampel untuk mencari nilai EOQ dan RoP pada periode juli 2015 untuk dijadikan acuan dalam menentukan berapa jumlah