• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Wireless Sensor Network Dengan Menggunakan Protokol OLSR pada Arduino Pro Mini dan NRF24L01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Wireless Sensor Network Dengan Menggunakan Protokol OLSR pada Arduino Pro Mini dan NRF24L01"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

4750

Implementasi Wireless Sensor Network Dengan Menggunakan Protokol

OLSR pada Arduino Pro Mini dan NRF24L01

Andreas Widyatmoko1, Sabriansyah Rizqika Akbar2, Rakhmadhany Primananda3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: 1andreasmlgsk@gmail.com, 2sabrian@ub.ac.id, 3rakhmadhany@ub.ac.id

Abstrak

Wireless Sensor Network merupakan teknologi jaringan nirkabel yang menghubungkan beberapa node sensor menjadi satu jaringan yang saling bekerja sama untuk melakukan fungsi dan tujuan tertentu. Di dalam sebuah jaringan tidak akan dapat lepas dari kinerja protokol yang mendasari perilaku jaringan itu sendiri. Protokol routing OLSR merupakan salah satu protokol routing proaktif. Berbeda dengan pendahulunya yaitu LSR, protokol OLSR menerapkan mekanisme Multi Point Relay (MPR) untuk mencegah adanya duplikasi penerimaan pesan yang sama. Pada penelitian ini dilakukan implementasi protokol OLSR pada mikrokontroler Arduino Pro Mini dan NRF24L01 untuk melihat bagaimana kinerja protokol OLSR pada perangkat Arduino dan NRF24L01. Implementasi akan dibagi berdasarkan paket untuk kebutuhan protokol OLSR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa protokol OLSR dapat diimplementasikan pada node base station dan node sensing yang terdiri dari perangkat Arduino Pro Mini dan NRF24L01. Paket yang digunakan pada sistem adalah HELLO, paket MPR, paket mpr_info dan paket data sensor. Selain itu di dalam sistem terdapat beberapa proses yaitu update tabel routing, forwarding dan pemilihan node MPR. Pengujian pengiriman paket HELLO, MPR dan data sensor secara keseluruhan memiliki persentase keberhasilan sebesar 100%. Selain itu dilakukan juga pengujian waktu konvergensi protokol dengan hasil rata-rata waktu konvergensi sebesar 46002,9ms.

Kata kunci: WSN, OLSR, Arduino, NRF24L01, Multi Point Relay

Abstract

Wireless Sensor Network is a wireless networking technology that connects multiple sensor nodes into a single network that work together to perform specific functions and objectives. In a network there is a set of rules that underlie the performance of the network itself, the rule is called protocol. OLSR is one of the proactive routing protocols. Unlike the LSR, the OLSR protocol applies the Multi Point Relay (MPR) mechanism to prevent duplicate message reception. In this research the implementation of OLSR protocol on Arduino Pro Mini and NRF24L01 is done to see how OLSR protocol performance in Arduino device and NRF24L01. The implementation will be divided based on the package message according to OLSR protocol. The results of this study indicate that the OLSR protocol can be implemented in Arduino Pro Mini and NRF24L01 devices. The results of this study indicate that the OLSR protocol can be implemented well on base station nodes and node sensing, which consists of Arduino Pro Mini and NRF24L01 devices. The packages used on the system are HELLO, MPR packets, mpr_info packets and sensor data packets. In addition, in the system there are several processes that update the routing table, forwarding and MPR node selection. Tests for HELLO packets, MPR packets and data sensor packets overall have a 100% success percentage. In addition, the authors also tested the convergence time of the protocol with an average value of 46002,9ms.

Keywords: WSN, OLSR, Arduino, NRF24L01, Multi Point Relay

1. PENDAHULUAN

Wireless Sensor Network (WSN)

merupakan teknologi pemantauan yang terdiri atas dua atau lebih node sensor yang tersebar dan dikoordinasikan oleh sebuah sistem

menggunakan jaringan nirkabel (Sutrisno, 2013). Tiap-tiap node minimal terdiri dari transceiver, processor (mikrokontroler), sensor, memori dan sumber tegangan. Wireless Sensor Network biasanya diaplikasikan pada beberapa

(2)

kasus yang mengharuskan pemantauan dan pengambilan data terhadap lingkungan tertentu dengan cakupan area yang sedang sampai area yang sangat luas, sehingga diharapkan dapat menggantikan kinerja manusia.

Protokol routing merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari jaringan, terutama pada wireless sensor network. Terdapat tiga protokol routing yang dikenal saat ini yaitu protokol routing proaktif, reaktif dan hybrid (Attri & Shivani, 2015). Dimana masing-masing jenis protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.

Optimized Link State Routing (OLSR) adalah salah satu protokol routing proaktif. Protokol OLSR memiliki keunggulan dalam hal memperbaiki kekurangan overhead yang besar pada routing proaktif dan juga kekurangan dari protokol Link State Routing (LSR) yang memiliki kelemahan dalam hal pengiriman pesan flooding yang banyak terjadi duplikasi. Untuk mengatasi hal tersebut, protokol OLSR menggunakan flooding Multipath Path Relaying (MPR), dimana hanya node-node tertentu saja yang dipilih menjadi node MPR. MPR adalah status node, dimana hanya node MPR saja yang dapat meneruskan paket control yang diterima (Ainurrachman, et al., 2017). Teknik ini cukup mengurangi overhead yang dihasilkan secara signifikan dengan proses yang relatif mudah.

Jurnal milik Sutrisno merupakan salah satu contoh penelitian mengenai protokol OLSR.

Pada paper tersebut penulis

mengimplementasikan protokol OLSR dengan menggunakan perangkat router wireless 802.11g untuk dapat menghasilkan sebuah jaringan mesh untuk local area network. Dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan berupa performa jaringan seperti throughput, packet loss, latency, ETX (expected transmission count) dan SNR (signal to noise ratio) (Sutrisno, 2013).

Arduino pro mini dan NRF24L01 dipilih karena keduanya memiliki harga yang relatif terjangkau dan fitur yang mencukupi kebutuhan dalam menjalankan sistem yang akan dibuat. Sehingga dengan fitur yang demikian diharapkan sistem dapat berjalan dengan pengeluaran yang minimal.

Dengan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian untuk menerapkan protokol OLSR pada Wireless Sensor Network dengan menggunakan Arduino Pro Mini dan NRF24L01.

2. DASAR TEORI

2.1. Wireless Sensor Network

Wireless Sensor Network (WSN) merupakan teknologi pemantauan yang terdiri atas dua atau lebih node sensor yang tersebar dan dikoordinasikan oleh sebuah sistem menggunakan jaringan nirkabel (Sutrisno, 2013). Infrastruktur pada WSN terdiri dari tiga elemen yaitu pengindraan (sensing), komputasi (process) dan komunikasi. Ketiga elemen tersebut nantinya memberikan informasi tentang area dan proses yang diminati administrator, untuk memastikan pengelolaan dan pemantauan area yang luas secara yang berkelanjutan (Chavan, et al., 2017). Tiap-tiap node minimal terdiri dari transceiver, processor (mikrokontroler), sensor, memori dan sumber tegangan. Wireless Sensor Network biasanya diaplikasikan pada beberapa kasus yang mengharuskan pemantauan dan pengambilan data terhadap lingkungan tertentu dengan cakupan area yang sedang sampai area yang sangat luas, sehingga diharapkan dapat menggantikan kinerja manusia.

2.2. Optimized Link State Routing (OLSR)

OLSR adalah salah satu protokol yang menggunakan teknik routing proaktif, dimana routing jenis ini akan senantiasa melakukan pengecekan pada jalur routing sebelum dibutuhkan. Hal ini akan menyebabkan delay pengiriman data menjadi kecil. Namun routing proaktif juga memiliki kekurangan karena adanya proses flooding untuk mengecek jalur routing yang dilakukan terus menerus. Proses flooding ini membuat sebuah jaringan memiliki overhead yang cukup besar. Oleh karena itu muncullah protokol OLSR ini. OLSR memiliki kelebihan untuk mengurangi overhead pada routing proaktif dengan cara menerapkan flooding Multipath Path Relaying (MPR). OLSR memiliki aturan dimana hanya node-node tertentu saja yang dipilih menjadi node MPR, yang dapat meneruskan paket control yang diterima. Teknik ini cukup mengurangi overhead yang dihasilkan secara signifikan (Sutrisno, 2013).

Pada protokol OLSR terdapat dua tipe paket utama yang digunakan yaitu paket HELLO dan paket MPR, dimana kedua pesan tersebut digunakan untuk mengetahui dan kemudian menyebarkan informasi link state ke seluruh wireless sensor network node. Tiap-tiap node

(3)

menggunakan informasi topologi ini untuk menghitung tujuan hop selanjutnya untuk semua node di dalam jaringan menggunakan jalur forwarding dengan hop terpendek.

Paket pesan HELLO digunakan untuk mengetahui informasi node tetangga dalam jarak maksimal 2 hop dan kemudian dilakukan proses pemilihan beberapa node untuk dijadikan multi point relay node (MPRs). Node dengan jarak 2-hop akan memilih node pada jarak 1 2-hop untuk dijadikan node MPR. Kemudian Paket MPR akan disebarkan ke node yang terpilih. Node-node yang terpilih menjadi MPR akan mengambil alih dan meneruskan pesan kontrol yang berisi MPR yang terpilih dan selanjutnya antar node MPR akan seakan-akan memutus link mereka sehingga terbentuklah node MPR sebagai penghubung antara node yang berjarak 2 hop dan base station nya (Ahn & Lee, 2014).

Protokol OLSR merupakan pengembangan dari protokol Link State Routing (LSR) (Kaur & Grover, 2017), dimana perbedaannya terdapat pada teknis pengiriman datanya. Pada protokol LSR penentuan jalur pengiriman data dipilih berdasarkan cost dari masing-masing link antar node, cost dari tiap link tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan algoritma djikstra untuk mencari jalur dengan cost terendah. Berbeda dengan protokol OLSR, pada protokol ini tidak menggunakan cost untuk tiap

link maupun algorima djikstra, namun

digunakan sistem status node yang dipilih untuk menjembatani node base station dengan node sensingnya. Node dengan fungsi ini dinamakan dengan node Multi Point Relay (MPR).

3. METODOLOGI

Pada penelitian ini dilakukan tahapan penelitian sesuai dengan Gambar 2.

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Pada Gambar 2 ditunjukkan langkah awal penelitian dengan melakukan studi literatur dan analisis kebutuhan sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya dilanjutkan dengan langkah perancangan dan implementasi sistem berdasarkan kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya. Setelah perancangan dan implementasi sistem selesai kemudian dapat dilanjutkan untuk langkah pengujian dan penarikan kesimpulan.

4. IMPLEMENTASI

Gambar 2. Diagram State Machine Proses Kerja Node Base Station

Gambar 3. Diagram State Machine Proses Kerja Node Sensing

Pada Gambar 3 ditunjukkan diagram state machine proses kerja Node Base Station. Kondisi awal sistem node base station dimulai dari state listening dimana pada kondisi ini node

(4)

akan melakukan pembacaan terhadap paket HELLO yang masuk dari node lain. Ketika terdapat paket HELLO yang diterima, state akan berubah ke kondisi mengecek kode paket untuk menentukan proses lanjutan yang harus dilakukan. Ketika proses tertentu selesai dilakukan maka state akan kembali ke kondisi listening. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa proses pengiriman paket HELLO dilakukan 5 detik sekali, kemudian pengecekan waktu hidup alamat pada tabel routing dilakukan 3 detik sekali dan yang terakhir pemilihan node MPR dilakukan 60 detik sekali.

Pada Gambar 4 ditunjukkan diagram state machine proses kerja Node Sensing. Kondisi awal sistem node sensing dimulai dari state listening dimana pada kondisi ini node akan melakukan pembacaan terhadap paket HELLO yang masuk dari node lain. Ketika terdapat paket HELLO yang diterima, state akan berubah ke kondisi mengecek kode paket untuk menentukan proses lanjutan yang harus dilakukan. Ketika proses tertentu selesai dilakukan maka state akan kembali ke kondisi listening. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa proses pengiriman paket HELLO dilakukan 5 detik sekali, kemudian pengecekan waktu hidup alamat pada tabel routing dilakukan 3 detik sekali dan yang terakhir pengiriman paket data sensor dilakukan 30 detik sekali. Pada node sensing terdapat proses khusus yang hanya dapat dilakukan oleh node sensing dengan status MPR. Pada Gambar 4 proses ini ditunjukkan dengan tanda panah warna merah. Proses ini merupakan proses untuk melakukan forwarding atau meneruskan data ke node lain, dimana pada protokol OLSR, proses ini hanya dapat dilakukan oleh node MPR saja.

4.1. Implementasi Proses Listening Paket HELLO

Pada Gambar 5 dan 6 dapat diketahui bahwa terdapat proses listening secara terus menerus baik pada base node maupun sensor node. Ketika terdapat paket HELLO yang diterima, maka kemudian program akan membaca kode paket. Kode paket ini menentukan proses selanjutnya yang harus dilakukan. Pada gambar tersebut tiap kode yang terbaca akan dilanjutkan ke fungsi proses yang lain yaitu kode 0 untuk ke proses A (penyimpanan alamat), kode 1 untuk ke proses B (penerimaan paket MPR), kode 2 untuk ke proses C (penerimaan paket mpr_info), kode 3 untuk ke proses D (pengiriman paket MPR) dan

kode alamat untuk ke proses E (forwarding data sensor).

Gambar 4. Proses listening paket HELLO untuk

base station

Gambar 5. Proses listening paket HELLO untuk sensor node

4.2. Implementasi Proses Penyimpanan Alamat Pengirim Paket HELLO

Proses ini terdapat pada base station node dan sensor node. Fungsi proses ini adalah untuk

(5)

melakukan pengecekan apakah alamat yang diterima telah terdaftar pada tabel routing atau belum. Jika belum maka alamat akan didaftarkan pada index array yang kosong. Jika alamat sudah ada maka akan dilakukan pencarian posisi alamat tersebut kemudian dilakukan update mengenai alamat node tetangga yang diketahui alamat tersebut. Setelah proses ini selesai maka akan dilakukan proses listening kembali.

Gambar 6. Proses penyimpanan alamat node

4.3. Implementasi Proses Penerimaan Data Sensor

Pada Gambar 8 di tunjukkan bagaimana flowchart untuk proses penerimaan paket data sensor. Flowchart dimulai dari D, dimana D merupakan kelanjutan dari proses listening broadcast paket HELLO + TC yang berasal dari node lain. Terdapat tiga sub proses yang terjadi yaitu persiapan komunikasi dengan cara unicast, menunggu paket data sensor dan penerimaan paket data sensor. Setelah proses ini selesai maka akan dilakukan proses listening kembali.

Gambar 7. Proses penerimaan data sensor

4.4. Implementasi Proses Pemilihan Node MPR Dan Pengiriman Paket MPR

Pada Gambar 9 ditunjukkan bagaimana

flowchart untuk proses pemilihan dan

pengiriman paket MPR. Proses ini hanya terdapat pada base station node saja sebagai pusat jaringan. Proses dimulai dengan melakukan seleksi node untuk mendapatkan node dengan jarak 2 hop dan tidak terhubung langsung dengan base station. Selanjutnya dilakukan proses pemilihan node berdasarkan jumlah node 2 hop yang terhubung dengannya, sub proses ini dilakukan sampai seluruh node 2 hop tercakup. Terakhir adalah melakukan pengiriman paket MPR ke node yang terpilih secara unicast.

Gambar 8. Proses pemilihan node dan pengiriman paket MPR

4.5. Implementasi Proses Pengecekan Waktu Hidup Alamat

Pada Gambar 10 di tunjukkan bagaimana flowchart untuk proses pengecekan waktu hidup alamat pada tabel routing. Proses ini terdapat pada base station node maupun sensor node Flowchart dimulai dengan memastikan tabel routing tidak kosong. Kemudian dilakukan pengecekan waktu hidup untuk masing-masing alamat yang ada. Jika waktu hidup alamat kurang atau sama dengan 0 maka alamat tersebut akan dihapus dari tabel routing. Proses ini akan

(6)

berhenti jika seluruh alamat pada tabel routing telah dicek seluruhnya.

Gambar 9. Proses pengecekan waktu hidup alamat

4.6. Implementasi Proses Forwarding Paket MPR

Gambar 10. Proses forwarding paket MPR Pada Gambar 11 ditunjukkan bagaimana flowchart untuk proses penerimaan dan

forwarding paket MPR. Flowchart dimulai dari B, dimana B merupakan kelanjutan dari proses listening broadcast paket HELLO + TC yang berasal dari node lain. Terdapat empat sub proses yaitu persiapan untuk menerima paket MPR secara unicast dari base station, penerimaan paket MPR, pengaktifan fungsi MPR pada node sensing penerima paket MPR dan yang forwarding paket mpr_info ke node tetangga yang telah ditentukan. Setelah proses ini selesai maka akan dilakukan proses listening kembali.

4.7. Implementasi Proses Penerimaan paket mpr_info

Gambar 11. Proses penerimaan paket mpr_info Pada Gambar 12 ditunjukkan bagaimana flowchart untuk proses penerimaan paket mpr_info dari node MPR. Flowchart dimulai dari C, dimana C merupakan kelanjutan dari proses listening broadcast paket HELLO + TC yang berasal dari node lain. Inti dari proses ini adalah untuk melakukan penerimaan paket mpr_info yang berisi informasi alamat node yang bertugas sebagai node MPR. Ketika paket mpr_info diterima, node akan menyimpan alamat pada paket tersebut untuk kebutuhan forwarding data sensor. Setelah proses ini selesai maka akan dilakukan proses listening kembali.

4.8. Implementasi Proses Forwarding Paket Data Sensor Oleh MPR

Pada Gambar 13 ditunjukkan bagaimana flowchart untuk proses forwarding paket data sensor. Flowchart dimulai dari E, dimana E merupakan kelanjutan dari proses listening broadcast paket HELLO + TC yang berasal dari node lain. Inti dari proses ini adalah untuk melakukan penerimaan paket data sensor dari node sensor lain kemudian paket tersebut akan diteruskan ke node base station. Perlu diketahui

(7)

bahwa proses ini hanya dapat dilakukan oleh node yang bertugas sebagai node MPR saja. Setelah proses ini selesai maka akan dilakukan proses listening kembali.

Gambar 12. Proses forwarding data sensor oleh MPR

4.9. Implementasi Proses Pengiriman Paket Data Sensor

Gambar 13. Proses pengiriman paket data sensor Pada Gambar 14 ditunjukkan bagaimana

flowchart untuk proses pengiriman data sensor. Flowchart dimulai dari melakukan generate data secara random, dimana data ini dianggap sebagai data sensor. Setelah data didapatkan kemudian dilakukan pengecekan apakah node terhubung dengan node MPR. Jika iya, maka node akan mengirimkan broadcast HELLO dengan kode alamat MPR untuk memberi peringatan ke node MPR bahwa akan dilakukan pengiriman data sensor. Setelah itu node akan mengirimkan paket data sensor ke node MPR secara unicast. Namun jika node tidak memiliki informasi alamat node MPR maka node akan melakukan pengecekan apakah node terhubung dengan node base station. Jika iya, maka paket akan dikirimkan dengan cara yang sama secara unicast ke node base station secara langsung. Namun jika node tidak terhubung dengan base station maka proses pengiriman paket data sensor akan dibatalkan.

5. PENGUJIAN DAN ANALISIS 5.1. Pengujian Pengiriman Paket HELLO

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keberhasilan beberapa node dalam proses identifikasi antar node dengan cara saling melakukan broadcast paket HELLO.

Gambar 14. Hasil rata-rata persentase keberhasilan pengiriman paket HELLO

Pada tahap ini dilakukan pengujian sebanyak masing-masing 5 kali dengan jumlah node dan kondisi peletakan posisi node yang berbeda-beda. Pada setiap percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil tabel routing yang sesuai dengan peletakan dan jangkauan node yang sesungguhnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase keberhasilan sistem dalam tahap identifikasi antar node dengan menggunakan paket HELLO + TC adalah sebesar 100%. Faktor utama keberhasilan pengujian ini adalah pada pengaturan waktu kapan paket harus dikirimkan, sehingga paket

0% 20% 40% 60% 80% 100%

(8)

tidak mengalami tabrakan dengan paket yang lain.

5.2. Pengujian Pemilihan Dan Pengiriman

Node MPR

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan sistem dalam melakukan tahapan pemilihan node yang akan bertugas sebagai node Multi Point Relay atau MPR.

Pada tahap ini dilakukan pengujian sebanyak masing-masing 10 kali percobaan. Pada pengujian tahapan pemilihan node MPR ini, node base station berhasil untuk melakukan pemilihan node MPR yang sesuai. Setelah melakukan proses pemilihan node MPR, base station juga berhasil melakukan pengiriman paket MPR ke node tujuan secara unicast. Pada sisi node yang terpilih menjadi node MPR, paket MPR juga berhasil diterima dan node MPR dapat melakukan proses aktivasi fungsi MPR serta prose pengiriman paket mpr_info ke tetangga sekitarnya. Pada node tetangga, penerimaan paket mpr_info juga berhasil dilakukan, sehingga node tersebut dapat mengetahui bahwa pengirim paket mpr_info adalah node MPR. Pengujian ini juga menghasilkan persentase keberhasilan sebesar 100%. Faktor keberhasilannya ada pada perintah kontrol yang dikirim secara broadcast agar node yang akan menerima paket secara unicast dapat bersiap terlebih dahulu.

Gambar 15. Persentase keberhasilan pemilihan dan pengiriman paket MPR

5.3. Pengujian Pengiriman Paket Data Sensor

Tujuan dari pengujian pengiriman data sensor ini adalah untuk mendapatkan persentase keberhasilan sensor node dalam melakukan pengiriman data sensor (data acak) ke base station baik secara langsung (tanpa melalui node MPR) maupun secara tidak langsung (dengan melalui node MPR).

Pada pengujian pengiriman data sensor ini dihasilkan 10 data dari 5 kali pengiriman data sensor yang dikirim oleh 2 node sensing untuk masing-masing skenario (dengan melaui MPR dan tanpa melalui MPR). Pada skenario dengan melalui node MPR, tiap sensor node selalu berhasil mengirimkan data sensor ke node MPR, kemudian node MPR juga berhasil meneruskan paket tersebut ke base station. Seluruh paket data sensor yang dikirimkan juga sesuai dengan paket data yang diterima oleh seluruh node yang bersangkutan (node sensing, MPR dan base station). Pada skenario tanpa melalui node MPR, tiap sensor node juga selalu berhasil mengirimkan paket data sensor langsung ke base station. Seluruh paket data sensor yang dikirim juga sesuai dengan paket data sensor yang diterima oleh base station. Dengan hasil pengujian yang demikian, maka dapat disimpulkan bahwa persentase keberhasilan untuk pengujian ini adalah 100%. Sama halnya dengan pengiriman paket MPR, pengiriman data sensor juga dapat berhasil karena adanya perintah kontrol yang dikirim secara broadcast agar node yang akan menerima paket secara unicast dapat bersiap terlebih dahulu.

Gambar 16. Hasil rata-rata persentase keberhasilan pengiriman paket data sensor

5.4. Pengujian Waktu Konvergensi

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar waktu konvergensi protokol OLSR. Waktu konvergensi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seluruh node untuk dapat membentuk topologi yang konsisten dan stabil, menentukan jalur data yang terbaik, dan memperbarui tabel routing.

Pada pengujian waktu konvergensi jaringan ini dihasilkan 10 data dari 10 kali pengujian. Pada setiap percobaan yang dilakukan, dihasilkan waktu konvergensi dengan rata-rata 46002,9ms. Pada pengujian ini dihasilkan waktu konvergensi paling tercepat adalah 2 detik dan

100% K E S E S U A I A N 100% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

(9)

paling lama adalah 107 detik. Hasil waktu konvergensi pada penelitian ini tergantung dari berapa jarak waktu mulai putusnya sebuah node dengan titik waktu untuk sistem melakukan proses pemilihan node MPR. Semakin kecil selisihnya maka waktu konvergensi juga semakin kecil. Faktor lain yang mempengaruhi adalah waktu hidup alamat pada tabel routing, dimana jika waktu hidup sebuah alamat kurang dari sama dengan nol, maka node akan menganggap alamat tersebut masih baik-baik saja atau tidak terputus.

Tabel 1. Hasil pengujian waktu konvergensi No Waktu Konvergensi 1 31470ms 2 107964ms 3 2141ms 4 53492ms 5 42062ms 6 48102ms 7 91162ms 8 44215ms 9 13267ms 10 26154ms Rata-rata 46002,9ms 6. KESIMPULAN

Dari hasil perancangan system, implementasi system, pengujian system dan analisis system, maka penulis menarik kesimpulan yaitu:

1. Sistem terdiri dari perangkat Arduino pro mini dan NRF24L01. Keduanya membentuk node base station sebagai node pusat berkumpul data dan node sensing sebagai node pengambil data.

2. Protokol OLSR pada penelitian ini memiliki beberapa paket yang digunakan, antara lain; paket HELLO, paket MPR, paket mpr_info dan paket data sensor. Pada protokol ini juga terdapat proses kerja yang ditambahkan untuk keperluan kinerja sistem, yaitu antara lain proses update tabel routing, proses forwarding dan proses pemilihan node MPR.

3. Dari hasil pengujian yang dilakukan menandakan bahwa sistem pada tiap node telah mampu untuk mengirimkan informasi

yang telah diketahui ke node lain dengan menggunakan paket HELLO. Kemudian sistem juga berhasil melakukan pemilihan node yang bertugas menjadi node MPR sehingga dapat menjadi jembatan antara node yang tidak terjangkau oleh node base

station secara langsung. Selanjutnya

pengujian pengiriman data sensor juga telah berhasil dilakukan dengan persentase keberhasilan 100%. Terakhir adalah pengujian untuk mengetahui nilai waktu konvergensi protokol OLSR yang dibuat. Pada pengujian tersebut dihasilkan rata-rata waktu konvergensi sebesar 46002,9ms dengan dilakukan pengujian sebanyak 10 kali.

7. SARAN

Berikut merupakan saran penulis agar penelitian ini dapat dikembangkan di masa yang akan datang.

1. Sistem dapat ditambahkan beberapa node lagi untuk aplikasi dan komunikasi yang lebih kompleks

2. Disarankan mengatur ulang sistem waktu untuk eksekusi proses pada protokol sehingga system dapat bekerja lebih cepat, efektif dan stabil.

3. Sistem ini dapat diaplikasikan ke lingkungan uji yang sebenarnya serta untuk sensor dapat digunakan lebih dari satu jenis sensor.

4. Disarankan untuk membuat variabel untuk menampung data sensor sehingga data dapat terkumpul dan dilakukan analisis data sensor.

DAFTAR PUSTAKA

Ahn, J. H. & Lee, T.-J., 2014. A multipoint relay selection method for reliable broadcast in ad hoc networks.

Ainurrachman, S., Bhawiyuga, A. & Ichsan, M. H. H., 2017. Analisis Perbandingan Performansi Protokol Routing OLSR dan SOLSR Pada Wireless Mesh Network. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer .

Attri & Shivani, 2015. Performance Analysis of OLSR and DSR Routing Protocols for Static Wireless Sensor Network (WSN). International Journal of Advanced Research in Computer Engineering and Technology, 4(4).

(10)

Chavan, S. V., Ladgaonkar, B. P. & Tilekar, S. K., 2017. Wireless Sensor Network to Monitor Environmental Parameters of Spinning Unit of Cotton Industry. IJSRSET.

Panaousis, E. A. et al., 2010. A Testbed Implementation for Securing OLSR in Mobile Ad hoc Networks. International Journal of Network Security & Its Applications.

Rahim, A., Ali, Z., Bharti, R. & N.S.P, S. S., 2016. Design and Implementation of a Low Cost Wireless Sensor Network using Arduino and nRF24L01. International Journal of Scientific Research Engineering & Technology .

Singh, S. K., Singh, M. P. & Singh, D. K., 2013. Routing Protocols in Wireless Sensor Networks – A Survey. International Journal of Computer Science & Engineering Survey (IJCSES) , Volume 1.

Sutrisno, 2013. Implementasi Protokol Optimized Link State Routing (OLSR) pada Jaringan Mesh WLAN Standar IEEE 802.11g untuk Akses Broadband Internet. POLBAN.

Gambar

Gambar 1. Metodologi Penelitian
Gambar 4. Proses listening paket HELLO untuk  base station
Gambar 8. Proses pemilihan node dan pengiriman  paket MPR
Gambar 11. Proses penerimaan paket mpr_info
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaannya terletak pada gaya pembangkit pasang surut yang disebabkan oleh matahari hanya separuh kekuatan yang disebabkan oleh bulan (Pariwono, 1989). Hal ini disebabkan

Data yang digunakan adalah klausa kompleks dalam artikel Indonesia naval captain says may have located missing plane tail’s section surat kabar New Straits Times (Teks A)

Bahan : Kad manila, gunting, warna air, pelekat (selotape), lidi atau batang ais krim.. Soalan : Hasilkan topeng mata

Program ini dapat dijalankan menggunakan operating system windows mauPun mac' l^ayaknya program statistik yang lain, untuk dapat menialankannya program pSpp

Otro factor importante que puede favorecer y fortalecer la estrategia de la universidad es la reciente publicación del decreto del Programa de Manejo de la Zona Sujeta a

Taxis and Logico-semantic Relation Consisting in Clause Complexes in Business Articles on The New York Times Newspaper: A Study of Functional Grammar..

Monitoring level pemakaian bahan bakar ini bisa diamati lewat display LCD maupun l monitor laptop dengan menggunakan NI-USB 6008 dan program LabView. Untuk komunikasi

Kuesioner ini ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswi yang telah memahami mengenai kewirausahaan di Universitas Sumatera Utara sehingga termotivasi untuk menjadi young