• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKM UNAIR Usung Budaya Bali dalam Parade Bunga dan Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKM UNAIR Usung Budaya Bali dalam Parade Bunga dan Budaya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UKM UNAIR Usung Budaya Bali

dalam Parade Bunga dan Budaya

UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Airlangga unjuk gigi dalam parade bunga dan budaya Kota Surabaya. Dalam acara yang digelar pada Minggu (7/5), delegasi UKM UNAIR membawakan tema budaya Bali.

Ketua Forum Komunikasi UKM UNAIR, Bisma Brata Atmaja, mengatakan tema budaya Bali terinspirasi dari asal usul Prabu Airlangga yang merupakan keturunan Raja Udayana dari Kerajaan Bali.

“Konsepnya model Bali tapi kita mengkombinasikan dengan musik patrol. Mengapa Bali? Karena Prabu Airlangga merupakan anak dari Raja Udayana di Bali,” tutur Bisma.

Representasi budaya Bali tersebut di antaranya tersampaikan dalam wujud gapura, busana, riasan wajah, hingga para personil UKM yang turut serta dalam rangkaian parade itu.

Bisma mengakui, persiapan rombongan Askara Airlangga Kencana tergolong singkat. Mereka hanya menyiapkan segala keperluan dalam waktu sembilan hari.

“Persiapannya semua dadakan termasuk para penari Merak itu baru berlatih selama dua hari,” terang Bisma.

Meski demikian, delegasi UNAIR dalam acara parade bunga dan budaya tersebut memperoleh sambutan hangat dari para pengunjung. Para warga mencoba mengabadikan momen, bersalaman, dan bahkan mengambil bunga yang terpasang di kereta kencana. Tak kalah menariknya, raja dan ratu beserta pengawal juga melempar senyum dan melambaikan tangan kepada pengunjung.

“Sepanjang perjalanan, panas sekali tetapi rasanya menyenangkan. Kami sangat senang karena jadi pusat perhatian,”

(2)

imbuh Bisma yang juga mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR.

Mahasiswa asing asal Belanda yang mengikuti program praktik di UNAIR, Jeroen Meert, juga tak kalah senang bisa menjadi bagian parade budaya ini. Meert, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ini merupakan pengalaman pertamanya mengikuti parade bunga dan budaya.

“Saya tinggal di Belanda yang jumlah penduduknya sekitar 36ribu jiwa, tapi hari ini, saya melihat lebih dari 36ribu orang tumpah ruah di sepanjang jalan. Sangat ramai dan (cuacanya) panas,” imbuh Meert.

Senada dengan Bisma, Meert mengungkapkan bahwa para pengunjung terlihat gembira saat menyaksikan peserta parade budaya tak terkecuali rombongan UNAIR.

Usai menempuh jarak sepanjang lima kilometer dari kawasan Tugu Pahlawan, rombongan UNAIR disambut oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Bungkul.

Acara parade bunga dan budaya merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Jadi Kota Surabaya. Parade bunga dan budaya itu diikuti oleh 74 peserta dari kalangan dinas pemerintah, swasta, perbankan, perguruan tinggi, dan sekolah. Peserta parade bunga dan budaya yang dilepas oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan yang juga alumnus UNAIR tersebut menempuh rute kawasan Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo, Jalan Panglima Sudirman, dan berakhir di Taman Bungkul.

(3)

Tiga

Band

Papan

Atas

Meriahkan Penutupan Dekan Cup

FK

UNAIR NEWS – Puncak acara Dekan Cup Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berlangsung meriah. Sebanyak tiga band papan atas di tanah air yang hadir dan berhasil mengharu-biru panggung yang diselenggarakan di Dyandra Convention Center, Jumat (5/6). Ketiga band yang hadir pada malam penutupan itu adalah Barasuara, Hivi, dan Sheila on 7.

Penyelenggaraan Dekan Cup FK tahun ini mengangkat tema “Surviving Disaster”. Menurut Naufal Najmuddin, Ketua Dekan Cup FK 2017, melalui tema tersebut pihaknya ingin memberikan kilasan edukasi kepada masyarakat mengenai bencana-bencana yang terjadi di lingkungan sekitar.

“Kita mengedukasi bagaimana untuk mengetahui sekaligus menangani bencana-bencana yang ada di sekitar kita. Di saat

closing (penutupan), kita menjelaskan tema kita dengan

dekorasi mengenai surviving disaster,” tutur Naufal.

Rangkaian acara Dekan Cup FK tahun 2017 dibagi menjadi dua yang dinamai dengan Fibularis dan Anesthesia. Dalam rangkaian Fibularis, pihak panitia menyelenggarakan berbagai macam lomba olahraga dan non olahraga. Lomba yang diperuntukkan bagi kalangan internal antar angkatan ini terdiri dari basket, futsal, voli, hingga renang. Sedangkan, lomba non olahraga di antaranya adalah kompetisi band, FK Idol, dan kompetisi religi seperti adzan.

Sedangkan, dalam rangkaian acara Anesthesia (Airlangga Medical

Night Fest and Dekan Cup Closing Ceremonial) ada penampilan

para musisi dan pameran mengenai bencana alam. Dalam pameran mengenai bencana alam tersebut, para pengunjung bisa melihat representasi profesi yang terlibat dalam penanganan bencana

(4)

alam, penyintas, dan gambaran bencana alam yang terjadi di dunia.

Pelaksanaan acara yang berbuah manis itu tak akan terjadi tanpa dukungan dan kerja keras dari seluruh panitia dan sivitas akademika FK UNAIR. “Semua panitia pasti pernah pernah berada dalam situasi yang punya rintangan, tapi kami selesaikan dengan sharing dan saling membantu sehingga kami bisa menyelesaikan semua acara dengan baik. Alhamdulilah semua peserta Dekan Cup merasa senang dan sukses,” imbuh Naufal yang juga mahasiswa FK.

Ia pun berharap agar seluruh elemen di FK UNAIR bisa kian akrab sehingga cita-cita sebagai perguruan tinggi berkelas dunia segera tercapai.

Penulis: Defrina Sukma S

Pergi Ke Thailand, Mahasiswa

FKM Serap Ilmu Kesehatan dan

Toleransi

UNAIR NEWS – Selalu ada banyak wawasan yang diserap dari para mahasiswa yang datang dari negeri lain usai menjalani program pertukaran mahasiswa. Termasuk dua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang baru saja pulang dari Negeri Gajah Putih, Thailand.

Keduanya adalah Elly Nu’ma Zahroti (mahasiswa Administrasi dan Kebijakan Kesehatan) dan Yosefin (mahasiswa Ilmu Gizi) yang telah menjalani program pertukaran mahasiswa FKM Exchange pada

(5)

bulan Maret hingga April 2017.

Elly dan Yosefin sepakat bahwa mereka ingin mengambil banyak pelajaran di bidang kesehatan masyarakat selama di Thailand. Menurut Elly, Thailand merupakan salah satu negara yang ingin ia datangi karena sistem asuransi dan pemasaran kesehatan yang baik.

“Sistem asuransi kesehatan di Thailand yang bervariasi dan telah mencapai universal coverage sehingga biaya kesehatan di sana sudah gratis kecuali penyakit-penyakit tertentu. Sistem kesehatan di sana juga tidak harus berjenjang seperti di Indonesia yang harus melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama dulu. Selain itu, di sana tidak ada bidan sehingga pelayanan maternal langsung di rumah sakit,” tutur Elly peserta program pertukaran Ubon Ratchathani Rajabhat University (UBRU).

Sebelum mengikuti program pertukaran, baik Elly dan Yosefin sama-sama mengumpulkan persyaratan yang dibutuhkan. Yosefin, peserta pertukaran ke Universitas Mahidol, mengatakan bahwa dirinya cukup mengumpulkan berkas seperti sertifikat Test of

English as a Foreign Language (TOEFL), kartu hasil studi (KHS)

terbaru, dan daftar riwayat hidup.

“Setelah semuanya selesai, ikutan seleksi deh. Puji Tuhan, saya mendapatkan beasiswa dari FKM UNAIR. Lama pertukaran studinya dari Maret sampai April 2017,” imbuh Yosefin.

Dalam program FKM Exchange, mahasiswa tak perlu khawatir dengan persoalan finansial. Sebab, kedua pihak fakultas sudah mendanai biaya perjalanan, akomodasi, dan transportasi selama di Thailand.

Selama tiga minggu di sana, keduanya mendapatkan banyak pengalaman. Mereka memang tak banyak menjalani perkuliahan di ruangan kelas karena UBRU dan Mahidol tengah liburan ujian tengah semester. Meski demikian, keduanya mendapatkan banyak pelajaran. Salah satunya adalah kurikulum pembelajaran yang

(6)

didominasi dengan praktik.

Elly dan Yosefin berkisah, mahasiswa FKM di UBRU dan Mahidol dapat melakukan tindakan perawatan kepada pasien. Mereka dapat merawat luka, menjahit luka, memberikan obat dan melakukan penyuntikan. Keempatnya adalah keterampilan dasar praktik klinik.

“Sehingga mahasiswa diberikan kesempatan untuk praktik di rumah sakit dengan melakukan keempat hal itu. Selain praktik, mereka juga berperan sebagai petugas promotif dan preventif di komunitas. Terutama jika mereka sedang di komunitas dan di situ tidak ada perawat atau dokter,” terang Elly yang pergi ke Thailand beserta rekannya, Regina.

Beda Elly beda pula dengan Yosefin. Pengalaman Yosefin yang paling menyenangkan adalah saat dirinya mengikuti pengabdian masyarakat di sana. “Yang paling seru sih pas kita community

service baik saat magang di rumah sakit maupun terjun

lapangan. Kebetulan aku ikut community practice ke lansia (lanjut usia). Jadi, kita benar-benar terjun ke para lansia, berusaha memahami kondisi kesehatan mereka,” kenangnya.

Saat terjun lapangan dan menemui para lansia, ada satu sesi pelayanan psikologis yang baginya menarik. Yosefin turut serta menghibur lansia yang kesepian dengan bernyanyi bersama, menari bersama, serta mendengarkan keluhan.

“Jadi feeling so touched. Saya merasa terharu banget karena

treatment (pelayanan) yang diberikan antar individu beda-beda

dan disesuaikan dengan kondisi pasien,” tutur Yosefin.

Yosefin pun melanjutkan,”Hampir 70 persen kegiatan mereka praktik dan 30 persen lainnya untuk teori. Jadi kita memang benar-benar banyak kunjungan langsung ke masyarakat.”

Selama di Thailand, ada satu pelajaran lainnya yang bisa dipetik oleh Elly selain di bidang kesehatan. Yakni, tentang makna toleransi di negara yang beribukota di Bangkok.

(7)

“Islam menjadi minoritas namun tidak dipandang sebelah mata oleh penduduk. Kesempatan beribadah bagi kami mungkin sulit jika berpergian dan berada di tempat umum. Namun, mereka dapat memberikan tempatnya jika kita memerlukan. Selain itu, ada sopan santun, jika kita ingin dihargai dan tidak di-ignore (diabaikan) oleh orang setempat, hargai orang-orang tua,” pungkasnya.

Penulis: Defrina Sukma S

POMDA dan Selekda BAPOMI

Jatim Dibuka di UNAIR

UNAIR NEWS – Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Jawa Timur akan menyelenggarakan Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA) tingkat Jawa Timur tahun 2017. Pembukaan pesta olahraga antar-mahasiswa se-Jatim yang sekaligus sebagai seleksi daerah (selekda) menuju Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional XV (Pomnas) itu akan dilaksanakan di GOR Basket, Kampus C Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Surabaya, Sabtu (6/5) besok.

Ketua Umum BAPOMI Jawa Timur Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., PhD., FINASIM., yang juga Wakil Rektor I UNAIR itu dijadwalkan akan membuka secara resmi POMDA Jatim, sekaligus bersamaan dengan pembukaan Kejuaraan Shorinji Kempo “Piala Airlangga VI” 2017, antar-mahasiswa se-Jatim yang diselenggarakan oleh UKM Kempo UNAIR.

”Sebelum memasuki Ramadhan sedapat mungkin Selekda atau POMDA Jatim ini sudah selesai, sehingga setelah Hari Raya tinggal mempersiapkan untuk OMNAS yang akan diselenggarakan di Makassar, Oktober 2017 nanti,” kata Prof. Djoko Santoso ketika

(8)

membuka rapat BAPOMI di UNAIR pekan lalu.

Sekretaris BAPOMI Jatim Dr. Edy Mintarto, M.Kes., dalam rapat teknis itu menjelaskan bahwa BAPOMI Jatim ambil bagian dalam kejuaraan multi-event dua tahunan (POMNAS) itu. Karenanya cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan dalam POMDA/Selekda merujuk pada 14 cabor yang dipertandingkan di POMNAS 2017.

Cabor yang di-POMDA-kan terdiri pencak silat, karate, futsal, bulutangkis, tenis lapangan, kempo, sepak takraw, dan catur. Sedangkan cabor yang dilakukan Selekda adalah atletik, bola basket, bola voli indor, petanque, renang, dan tarung drajat. Jadwal POMDA cabor pencak silat dilaksanakan di UMM pada 15-17 Mei, karate di UB 10-11 Mei, futsal di ITS (belum ada informasi), bulutangkis di Unesa (ada penundaan), tenis lapangan di UM 9-10 Mei, kempo di UNAIR 5-7 Mei, sepak takraw di Unipa pada 22-23 Mei, dan catur dilaksanakan di Unej 16-18 Mei 2017.

Jadwal Selekda antara lain cabor atletik dilaksanakan di Unesa 11 Mei, bola basket di Ubaya 14-16 Mei, bola voli indoor di UNAIR 29-30 Mei. Sedangkan cabor petanque di Unesa 20-21 Mei, cabor renang di Unesa, dan tarung drajat dilaksanakan di UNP pada 22-23 Mei 2017.

Peserta POMDA dan Selekda wajib memenuhi ketentuan umum, diantaranya jumlah peserta dan nomor dari cabor POMDa atau Selekda dapat diikuti oleh seluruh atlet mahasiswa dari perguruan tinggi di Jatim. Tetapi setiap mahasiswa peserta hanya boleh mengikuti satu cabor, dan tidak boleh merangkap cabor lain.

”Yang perlu juga dipahami bahwa setiap peserta POMDA atau Selekda yang keluar sebagai juara atau yang terpilih, tidak otomatis berangkat ke POMNAS 2017 di Makasar. Jadi penentuan anggota tim BAPOMI Jatim pada POMNAS 2017 di Makasar dibentuk dan ditetapkan berdasarkan hasil rapat Pengurus BAPOMI Jatim

(9)

dan Panitia Pelaksana POMDA,” kata Edy Mintarto.

Selain itu peserta POMDA/Selekda BAPOMI Jatim harus memenuhi ketentuan. Antara lain peserta adalah mahasiswa/olahragawan yang mewakili PTN-PTS di wilayah Jatim. Setiap mahasiswa olahagawan memenuhi syarat: berstatus mahasiswa aktif kuliah pada program Diploma, Strata Satu (S-1), dan Magister pada PTN-PTS yang terdaftar di Dikti, Kemenag, dan Kementrian Kesehatan dan atau Departemen/Lembaga lainnya.

Tercatat sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang dibuktikan dengan terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD-Dikti), photocopy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), kartu rencana studi (KRS) semester berjalan serta Surat Rekomendasi dari pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan ybs. Kemudian mahasiswa tersebut tidak dalam sedang menjalani skorsing dari organisasi cabor induk.

”Batas usia pada tanggal 31 Desember 2017 penyelenggaraan POMDA mahasiswa/olahragawan peserta masih berusia 25 tahun. Selain itu secara teknis operasional memenuhi persyaratan administrasi baik perorangan dan tim,” tambah Edy Mintarto. (*)

Penulis: Bambang Bes

Sambut Ramadan dengan Ngaji

Bareng Cak Nun

UNAIR NEWS – Kedatangan bulan Ramadan tinggal menunggu tak kurang dari tiga minggu. Tak ada salahnya, untuk mempersiapkan diri untuk menyongsong bulan sebelum Hari Kemenangan dengan siraman rohani tentang kehidupan dari salah satu tokoh

(10)

budayawan, Emha Ainun Nadjib.

Pada Jumat (12/5) mendatang, sivitas akademika Universitas Airlangga dan masyarakat diundang untuk menghadiri acara “UNAIR Bersama Bangbang Wetan, Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng”. Acara yang selalu dihadiri ratusan orang tersebut akan diselenggarakan di halaman Kantor Manajemen Kampus C UNAIR.

“Acara ini terbuka untuk sivitas akademika, baik itu mahasiswa, pimpinan, dan alumni UNAIR. Masyarakat Surabaya dan sekitarnya juga dipersilakan untuk datang ke Kampus C UNAIR,” tutur Sekretaris Pusat Informasi dan Humas, Dr. Bimo Aksono, drh.

Budayawan yang akrab disapa Cak Nun beserta rombongan didaulat untuk mengisi pengajian dan pertunjukan seni musik di halaman depan Kantor Manajemen UNAIR.

Acara akan dimulai dengan penampilan musik akustik, dilanjutkan dengan mukadimah oleh Kiai Kanjeng, sambutan Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, dan pengajian oleh Cak Nun.

Pada tahun 2016, Cak Nun juga pernah mampir ke UNAIR dengan memberi siraman rohani mengenai kebangsaan. Dalam acara tersebut, Cak Nun memaparkan pentingnya mendapatkan hikmah ilmu pengetahuan. “Kalau hanya sekadar ilmu, orang kuliah seminggu sudah cukup, tapi pentingnya hikmah ini,” jelas Cak Nun.

Rektor UNAIR, mengawali acara tahun lalu, mengatakan bahwa persoalan kebangsaan menjadi topik yang selalu hangat untuk dibicarakan. “Kita berbicara soal kebangsaan, membicarakan kesenjangan sosial yang kian melebar di masyarakat kita,” tutur Nasih.

(11)

UKM Taekwondo UNAIR Jadi Tuan

Rumah Latihan Gabungan

se-Surabaya

UNAIR NEWS – Setelah sukses menggelar Kejuaraan Nasional Airlangga Cup III pada bulan Maret lalu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo Universitas Airlangga menggelar latihan gabungan. Latihan gabungan atlet taekwondo ini dilaksanakan pada Minggu (30/4) di Gedung Olahraga Kampus C UNAIR.

Kegiatan latihan gabungan atlet taekwondo ini diikuti oleh anggota UKM dari tiga perguruan tinggi di Surabaya yakni Institut Teknologi 10 Nopember, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, dan Universitas Hang Tuah.

Ketua UKM Taekwondo UNAIR, Adelia Dwi Pratiwi, mengatakan latihan gabungan ini merupakan rutinitas tahunan yang dilaksanakan oleh UKM Taekwondo UNAIR. “Suatu organisasi tentunya memerlukan inovasi untuk berkembang lebih baik. Nah, dengan terselenggaranya event latgab (latihan gabungan) ini diharapkan sebagai sesame atlet UKM Taekwondo, kita dapat bertukar pikiran dengan rekan-rekan dari universitas lain. Selain mendapat ilmu baru, silaturahmi pun akan terjalin dengan baik,” ujar Adelia.

Hal yang demikian juga dirasakan oleh Bellaningtyas Komarasasih, Ketua UKM Taekwondo Universitas Hang Tuah. “Menarik sekali, sangat seru mendapatkan teman baru dan ilmu baru, bisa bikin tambah semangat latihan karena melalui event ini kami banyak belajar. Kami harap di tahun selanjutnya event ini akan tetap berlangsung dan makin meriah,” ujar Bella.

(12)

Tak hanya sekadar berlatih bersama, UKM Taekwondo UNAIR mengemas event ini dengan menarik. Semarak latihan gabungan ini mencapai klimaks ketika sesi tricking (lompat memutar dan menendang) berlangsung. Gemuruh tepuk tangan memenuhi GOR UNAIR.

“Perform (menampilkan) tricking ini adalah persembahan untuk para peserta latgab. Harapan untuk keberlanjutan event ini, semoga latgab selanjutnya kami bisa mengundang lebih banyak lagi universitas, bukan hanya dari Surabaya saja,” tutur Adelia menambahkan.

Penulis: Yosi Dwi Apriliani (mahasiswa Ekonomi Islam FEB UNAIR tahun angkatan 2014)

Editor: Defrina Sukma S

Alumnus FK Ini Presentasi

Riset Vaksin Tuberkulosis di

20 Negara

UNAIR NEWS – Tingginya angka prevalensi penyakit tuberkulosis, mendorong sejumlah negara untuk mengembangkan riset vaksin tuberkulosis. Salah satu pengembang riset vaksin itu adalah Satria Arief Wibowo, alumnus S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, yang kini menempuh studi doktor di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Dalam perkembangannya hingga saat ini, penelitiannya mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Pada tahun pertama dan tahun kedua studi doktor, ia menguji coba kandidat vaksin pada hewan coba. Masuk ke tahun ketiga, Satria bersama tim peneliti

(13)

lainnya sedang berkonsentrasi melakukan uji coba pada manusia. Bulan Maret 2017 lalu, ia memulai uji klinis pada manusia di Rumania.

“Tim kami banyak berkolaborasi dengan negara-negara Eropa Timur seperti Romania, Belarussia, dan Lithuania, di mana jumlah penderita TB masih tinggi,” ungkapnya.

Satria fokus mengembangkan strategi vaksinasi terapeutik untuk TB. Strategi ini bekerja dengan cara menggabungkan antara vaksinasi dengan pengobatan. Kombinasi ini diharapkan dapat memperpendek masa terapi dan meningkatkan angka kesembuhan pada penderita TB baik untuk dewasa maupun anak-anak.

Dari hasil pengamatannya sejauh ini, secara umum vaksin TB memerlukan strategi khusus karena Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab TB merupakan organisme intraseluler sehingga cell-mediated immunity lebih berperan dibandingkan respons berbasis antibodi.

“Kuman TB memiliki kemampuan untuk menjadi dorman atau dikenal dengan kuman TB persisters. Sehingga dalam kandidat vaksin yang diujicobakan, kami mengembangkan latency antigens agar kuman TB persisters tersebut dapat dikenali oleh sistem imun dan tertanggulangi secara paripurna,” ungkap Satria.

Rencananya, penelitian ini akan dilangsungkan hingga medio tahun 2018 dan akan menjadi bagian akhir untuk disertasi program doktoral yang saat ini sedang ia tuntaskan.

Menjalin relasi dengan peneliti di negara lain

Kegiatan penelitiannya ini dilibatkan bersama sejumlah mahasiswa program pendidikan dokter spesialis anak dan mahasiswa kedokteran. Satria menjadi peneliti termuda satu-satunya dari Asia Tenggara.

Selain itu, Satria juga telah berkeliling ke 26 negara di Eropa dan Afrika untuk penelitian, presentasi hasil riset di

(14)

sejumlah kongres dan menjalin relasi dengan sejawat peneliti. Hasil riset yang pernah dipresentasikan di antaranya adalah “New Approaches to Vaccines for Tropical Diseases” dalam kongres Keystone Symposia di Afrika Selatan yang didanai Bill and Melinda Gates Foundation pada Mei tahun 2016.

Dalam kongres yang dihadiri delegasi dari 50 negara tersebut, Satria menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia.

Selain di Afrika Selatan, Satria juga pernah mempresentasikan risetnya di hadapan ratusan peneliti dunia dalam “Congress

47th World Conference of International Union against Tuberculosis” di Liverpool, Inggris Raya, pada Oktober 2016

lalu.

“Saya bersyukur dapat terlibat dalam riset berskala internasional semacam ini. Hal yang dapat saya pelajari di sini adalah dokter sebagai klinisi sebenarnya tidak sebatas berkutat menangani pasien di rumah sakit saja. Dokter sebenarnya punya kesempatan untuk aktif terlibat di dalam aktivitas riset. Tujuannya untuk menghasilkan inovasi pengobatan demi kepentingan pasien,” ungkapnya.

Jauh sebelumnya, Satria menempuh studi S-1 Pendidikan Dokter FK UNAIR dan menjadi dokter umum pada Maret 2014. Pada saat itu, usianya baru menginjak 21 tahun.

Alumnus SMPN 1 dan SMAN 5 Surabaya tersebut masuk FK UNAIR melalui jalur prestasi atau sekarang disebut SNMPTN pada tahun 2008. Saat itu, usianya masih 15 tahun. Bisa dibayangkan, saat usianya 15 tahun yang seharusnya masih duduk di kelas I SMA, namun Satria sudah menjadi mahasiswa kedokteran.

Setelah lulus sarjana kedokteran, Satria mencoba meraih beasiswa doktor di London School of Hygiene and Tropical

Medicine. Berkat rekomendasi Profesor Tjip S. Van Der Erf,

seorang ahli penyakit infeksi, dan setelah melalui proses wawancara melalui Skype dengan pihak London School of Hygiene

(15)

and Tropical Medicine, Satria akhirnya diterima menjadi

mahasiswa doktor dengan beasiswa meskipun belum mempunyai gelar master.

“Saya bersyukur, di usia 24 ini saya telah berkesempatan untuk mengunjungi total 35 negara-negara di dunia ini. Mengunjungi banyak negara-negara di dunia telah membuka mata saya, akan keberagaman sistem nilai, sosial, maupun budaya yang turut berpengaruh dalam sistem pelayanan kesehatan dan kemajuan riset di suatu negara,” ungkap Satria yang pernah menjadi Mahasiswa Berprestasi FK UNAIR tahun 2012.

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

Jangan Tersandera Part I

UNAIR NEWS – Jejak kaki laki-laki itu makin terdengar cepat lajunya. Beriringan dengan itu, amukan suara menggelar terdengar tanpa diketahui dari mana asalnya. Sebuah petir telah meyambar pohon kelapa yang letaknya tak jauh dari tempat keramat yang masih dipelihara di desa itu. Beberapa batang kelapa beserta buahnya jatuh. Dan di atas puncaknya, sisa-sisa api masih menyala memakan bagian yang masih bisa terbakar.

Dari sini dimulailah kesibukan dan kecemasan. Orang tunggang langgang membaca fenomena ini.

“Ada keanehan ! Ada petir !” begitu teriak seorang warga.

Tak ada yang peduli terikan itu. Begitu suara petir kedua terdengar. Semua orang tak berpikir panjang lagi. Mereka berlarian menyelamatkan diri masing-masing. Dari anak-anak, kaum muda maupun yang tua, semua bergegas berlindung di dalam

(16)

rumah.

Sawah harus ditinggalkan. Ternak-ternak dikandangkan.

Suasana semacam kiamat kecil terjadi beberapa menit sampai petir itu tak terdengar lagi bunyinya.

Desa yang memegang teguh tradisi dan adat itu ramai seketika. Omongan-omongan wargapun berkisar pada peristiwa hari itu. Hujan petir terbukti mematahkan tradisi kepercayaan setempat. Desa Selo dalam sejarah barunya. Bersama deru petir yang terlontar tiada hentinya, sebuah headline koran lokal memajang foto kerusakan yang disebabkan oleh hantaman petir hari itu. ***

Di rumahnya, Mbah Mat, juru kunci desa menjadi sasaran pertanyaan dari peristiwa yang terjadi dua hari lalu. Orang tua yang dipercaya karena tak pernah meleset meramalkan kejadian di desa itu, kini tak mau berbicara dengan alasan sedang menjalankan ritual tapa mbisu.

Orang mungkin tak sabar menunggu penjelasan Mbah Mat. Tapi dengan amat disayangkan, lelaki tua itu tak akan lagi bisa memberi jawaban apa-apa. Ia akan dikubur, tepat sebelum matahari tergelincir. Kematiannya tak akan mengubur kegelisahan para tetangga yang sudah terlanjur berharap.

Orang justru berspekulasi, mengaitkan antara peristiwa hujan petir, dan kematian sang juru kunci tiga hari berikutnya, yang tak disangka juga bertepatan dengan hari Jum’at Legi. Hari yang dipercaya keramat bagi orang.

Misteri baru hadir. Orang masih tidak percaya.

“Seumur-umur, ini yang pertama bagiku. Dimanapun juga setahuku, desa yang mengandung “selo” pasti tidak akan dihampiri petir. Jangankan dihampiri, mendengar bunyinya saja tidak.”

(17)

Penduduk desa yang teguh memegang adat itu, kini sangat paranoid.

***

Bersambung

Penulis: Sukartono (Alumni Matematika UNAIR)

E-Politic, Cara Baru dan

Praktis Mengunduh Literatur

Ilmu Politik

UNAIR NEWS – Perkembangan era digital berhasil dimanfaatkan oleh para anggota Divisi Pengemgbangan Keilmuan, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Melalui laman yang beralamat di http://bit.ly/e-politic, mereka mengunggah literatur-literatur perkuliahan Program Studi S-1 Ilmu Politik.

E-Politic itu sendiri digagas oleh mahasiswa S-1 Ilmu Politik, Eksa Yoga. E-Politic sendiri diluncurkan tepat pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, Selasa (2/5). Peluncuran inovasi baru yang dihadiri mahasiswa dan dosen FISIP itu dilangsungkan di ruang perkuliahan 307 FISIP UNAIR.

“E-Politic berisi materi perkuliahan mahasiswa mahasiswi Ilmu Politik UNAIR dari awal semester hingga akhir, serta di dalam E-Politic terdapat buku dan jurnal tentang politik untuk menunjang proses perkuliahan,” tutur Eksa.

(18)

“E-Politic juga hadir agar mahasiswa Ilmu Politik mudah memahami dan mempelajari mata kuliah yang ada serta untuk menunjang perkuliahan dengan berbasis online yang tidak bisa terlepas dalam keseharian mahasiswa,” imbuhnya.

Dalam laman E-Politic, pengunjung bisa menemukan puluhan buku-el (buku-elektronik), jurnal-buku-el, novbuku-el-buku-el, dan skripsi-buku-el. “Skripsi-el itu ditujukan agar mahasiswa tidak kesulitan dalam mencari judul atau referensi ketika menulis skripsi. Hal-hal seperti itu banyak dialami oleh mahasiswa,” tutur Eksa.

Ada pula materi perkuliahan dalam format powerpoint. Selain itu, pengunduhan data-data tersebut juga mudah sekali. Pengunjung tak perlu meminta akses Google Drive ke pihak pengunggah.

Sejumlah file yang sudah diunggah di laman E-Politic antara lain materi perkuliahan Pemikiran Politik Barat, Pemikiran Politik Indonesia, Dasar Ilmu Pemerintahan, Ekonomi Politik, hingga Teori Politik Kontemporer. Ada pula sejumlah buku berjudul Memahami Ilmu Politik (Ramlan Surbakti), Madilog (Tan Malaka), dan Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (Cindy Adams).

Di laman E-Politic, pengunjung juga bisa membaca berita-berita terkini tentang kegiatan di lingkungan kampus. “Hal tersebut untuk menunjang para mahasiswa yang memiliki jiwa aktivis agar lebih update dan dapat mengupas permasalahan yang ada di lingkungan kampus,” tutur Eksa.

Dengan adanya E-Politic, diharapkan lebih banyak lagi pihak yang tertarik untuk belajar ilmu politik. Selain itu, peluncuran ini juga memberi napas positif terhadap pendidikan di Indonesia sekaligus mewujudkan cita-cita negara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis: Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Editor: Defrina Sukma S

(19)

Inilah Tantangan Pustakawan

di Era Digital

UNAIR NEWS – Para pustakawan diharapkan mampu mengubah pola fikir untuk menjadi mitra bagi peneliti di perguruan tinggi. Sebab, di tengah target untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian terpublikasi, mustahil target tersebut bisa dicapai tanpa kontribusi aktif dari pustakawan.

Pernyataan itulah yang mengemuka dalam seminar dan workshop “Perpustakaan dan Pustakawan Inovatif, Kreatif di Era Digital”, Rabu (3/5), di Hotel Swiss-Bellinn. Ida Fajar Priyanto, narasumber dalam seminar yang diselenggarakan Perpustakaan Universitas Airlangga tersebut mengatakan, di era digital seperti sekarang, pustakawan harus bersahabat dengan perkembangan internet, termasuk media sosial.

“Sekarang sudah tidak zamannya lagi untuk mencantumkan

website. Kita yang harus masuk ke dunianya anak muda seperti

Instagram, Facebook, dan Twitter. Pustakawan juga harus

dressing up dengan search engine optimization (SEO). Karena

orang zaman sekarang, ketika mereka membutuhkan informasi, mereka langsung cari di Google dan Wikipedia. Jika perlu, perpustakaan juga harus berkolaborasi dengan lembaga seperti Wikipedia,” tutur Ida.

Selain itu, pustakawan sebagai garda depan informasi, sebaiknya juga bersikap responsif terhadap perkembangan isu-isu terkini. “Misal, lagi ribut tentang hoax. Perpustakaan harus masuk ikut andil di situ. Kita (pustakawan) terangkan tentang hoax di media sosial. Kita ikut masukkan informasi yang baik secara benar. Inilah tugas pustakawan yang out of

(20)

Pernyataan Ida juga diamini oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki, Ph.D, yang juga menjadi narasumber dalam seminar tersebut. Hery mengatakan, pustakawan sebenarnya memiliki peran vital dalam proses penelitian. Misalnya, memenuhi kebutuhan para peneliti tentang informasi jurnal-jurnal predator, membuat ringkasan mengenai literatur-literatur ilmiah serta mencarikan sumber referensi yang dibutuhkan peneliti.

Selain itu, di tengah target peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi penelitian, para pustakawan diharapkan segera jemput bola ke para peneliti.

“Misalnya, ada dosen yang belum memiliki publikasi. Pustakawan bisa mendatangi peneliti tersebut, juga bertanya apakah ada kesulitan dalam mencari referensi-referensi ilmiah. Pustakawan harus responsif dengan pekerjaan seperti itu,” terang Hery. Selain itu, pustakawan diharapkan juga memiliki publikasi ilmiah maupun ilmiah populer. Menurutnya, sebagai garda depan informasi, pustakawan selalu dikelilingi dengan informasi-informasi baru. Sehingga, tak ada salahnya bagi pustakawan untuk menjajal kemampuan menulisnya mengenai isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat.

Selain kedua narasumber di atas, ada pula Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Faizuddin Harliansyah. Faizuddin menerangkan, pustakawan diharapkan bisa membantu para sivitas akademika untuk mengidentifikasi literasi infomasi yang dibutuhkan. Caranya, adalah dengan membuat ringkasan-ringkasan literatur ilmiah yang menjadi koleksi di perpustakaan.

“Sebelum pustakawan mengajari sivitas akademika mengenai literatur ilmiah, mereka harus melek terlebih dulu dengan informasi. Mereka harus bisa mengenal saluran ilmiah yang tepat dan jurnal mana yang memiliki performa yang tepat,” tutur Faizuddin.

(21)

Penulis: Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

· masyarakat Arab Jahiliah tidak menerima kebenaran ( 不接受真理 ) 以及 tidak mengikut ajaran para nabi ( 先知 ) dan rasul sebelumnya · Zaman Jahiliah

Evaluasi terhadap kinerja sistem IOCS adalah berdasarkan sudut pandang pengguna internal di perusahaan dan dilakukan pada PT Garuda Indonesia Tbk yang merupakan flag carrier

dibuat Berita Acara Pelelangan Gagal untuk Paket Pekerjaan :4. Kode Lelang :

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, arah perubahan imbal hasilnya juga bervariasi dimana untuk tenor pendek

Hendaknya dalam peran yang dimiliki oleh Polrestabes Medan dalam pemberantasan tindak pidana narkotika yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang juga dicantumkan

Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman,

5 Şubat tarihinde toplanan konvan sonucunda, merkezi İstanbul’da olan Türkiye Gran Loju’nun kurulması ve yeni tüzüklerinin düzenlenmesi ve onaylanmasına kadar

Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam memecahkan masalah matematika kurang mampu melakukan