Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 3 Desember 2018
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN KEPATUHAN IBU HAMIL DENGAN
HIV POSITIF DALAM MENGKONSUMSI
OBAT ANTIRETROVIRAL
Sophia1*, Siti Nur Endah2, Gea Puspa Cantika31,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi, Departemen Kebidanan
Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi 40533
ABSTRAK
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat memengaruhi kematian ibu dan anak. Kasus ibu hamil terinfeksi HIV di Kota Subang terjadi peningkatan dari 140 ibu menjadi 170 ibu pada tahun 2016. Layanan pada ibu hamil dengan HIV, salah satunya dengan pemberian terapi antiretroviral (ARV). Pemberian ARV dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak dan mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu. Konsumsi obat ARV pada ibu hamil membutuhkan kepatuhan. Dukungan suami menjadi salah satu faktor yang menentukan kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam mengkonsumsi obat ARV. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan suami dan kepatuhan ibu hamil dengan HIV positif dalam mengkonsumsi obat ARV di Puskesmas Sukarahayu Subang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Jumlah sampel sebanyak 14 ibu hamil yang mengkonsumsi obat ARV di Puskesmas Sukarahayu Kota Subang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data menggunakan univariat dan bivariat dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dukungan suami dan kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam mengkonsumsi obat antiretroviral (p=0.011). Pihak puskesmas diharapkan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lengkap bagi ibu hamil dengan HIV positif dengan melibatkan suami.
ABSTRACT
In Indonesia, HIV infection is one of the main health problems and one of the infectious diseases that can affect maternal and child mortality. The case of pregnant women infected with HIV in Subang City increased from 140 mothers to 170 mothers in 2016. Services for pregnant women with HIV, one of which is by providing antiretroviral (ARV) therapy. Giving ARVs can reduce the risk of HIV transmission from mother to child and optimize maternal health conditions. Consumption of ARV drugs in pregnant women requires compliance. Husband support is one of the factors that determine the compliance of pregnant women with HIV in taking ARV drugs. This study aims to analyze the relationship between husband's support and adherence to HIV-positive pregnant women in taking ARV drugs in Sukarahayu Subang Health Center.
The type of research used is analytical research with a cross sectional design. Sampling is done by the total sampling method. The number of samples is 14 pregnant women who consume ARV drugs in Sukarahayu Public Health Center, Subang City. Data collection is done by questionnaire. Data using univariate and bivariate and analyzed by chi square test. The results showed that there was a relationship between husband support and adherence of pregnant women with HIV in taking antiretroviral drugs (p = 0.011). The puskesmas is expected to continue to improve the quality of better and more complete health services for HIV-positive pregnant women by involving their husbands.
PENDAHULUAN
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat fatal. Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi dengan berbagai komplikasinya (Kemenkes RI, 2014).
Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Progres HIV-AIDS WHO Regional SEARO (2011) sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV (UNAIDS dalam Pedoman PPIA, 2012).
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. HIV telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987. Sampai saat ini kasus HIV-AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497 kabupaten/kota di 33 provinsi. Berdasarkan laporan Provinsi, jumlah (kumulatif) kasus infeksi HIV yang dilaporkan sejak 1987 sampai September 2014 yang terjadi di Jawa Barat adalah 13.507 kasus (Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan profil kesehatan kota Subang tahun 2015 terdapat 2.247 ibu hamil yang menjalani tes HIV, 140 diantaranya positif HIV dan pada tahun 2016 sampai dengan bulan Juni ada 170 ibu hamil positif HIV.
Laporan Kasus HIV dan AIDS Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 menunjukkan cara penularan tertinggi terjadi akibat hubungan seksual beresiko, diikuti penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun; dengan jumlah pengidap AIDS terbanyak pada kategori pekerjaan ibu rumah tangga. Hal ini juga terlihat dari proporsi jumlah kasus HIV pada perempuan meningkat dari 34% (2008) menjadi 44% (2011), selain itu juga terdapat peningkatan HIV dan AIDS yang ditularkan dari ibu HIV positif ke bayinya (Pedoman PPIA, 2012).
Upaya untuk memperpanjang usia harapan hidup ODHA dan menurunkan kemungkinan penularan pada orang lain adalah dengan cara mengkonsumsi obat. Saat ini tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menyembuhkan HIV. Namun demikian, dengan perawatan medis yang tepat, HIV dapat dikendalikan. Pengobatan untuk HIV sering disebut dengan terapi antiretroviral atau ART. Sebelum diperkenalkannya ART, orang yang terinfeksi HIV bisa berkembang menjadi AIDS hanya dalam beberapa tahun. Namun sekarang, penggunaan ARV pada pasien HIV mampu meningkatkan harapan hidup pasien (CDC, 2013).
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011).
Pemberian terapi antiretroviral (ART) untuk ibu hamil dengan HIV mengikuti Pedoman Tatalaksana Klinis dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, Kementerian Kesehatan (2011). Penentuan saat yang tepat untuk memulai terapi obat antiretroviral (ARV) pada ODHA dewasa
didasarkan pada kondisi klinis pasien (stadium klinis WHO) atau hasil pemeriksaan CD4. Namun pada ibu hamil yang terinfeksi HIV, pengobatan ARV dapat dimulai pada stadium klinis apapun atau tanpa menunggu hasil pemeriksaan CD4. Pemeriksaan CD4 tetap diperlukan untuk pemantauan pengobatan (Pedoman PPIA, 2012).
Pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV selain dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak, adalah untuk mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin (Pedoman PPIA, 2012).
Cara terbaik untuk mencegah pengembangan resistensi adalah dengan kepatuhan terhadap terapi antiretroviral. Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011).
Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat. Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum obat (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV adalah Fasilitas layanan kesehatan, Karakteristik Pasien, Paduan terapi ARV, Karakteristik penyakit penyerta, Hubungan
pasien-tenaga kesehatan, dan Dukungan Sosial (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011). Dukungan sosial dari keluarga, teman dan tenaga kesehatan memberikan pengaruh penting terhadap kepatuhan ODHA dalam minum ARV. Bagi ODHA yang sudah diketahui statusnya oleh keluarga dan keluarganya dapat menerima kondisi mereka, maka faktor keluarga biasanya menjadi pendukung utama. Biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi orang-orang terdekat yang mengingatkan untuk minum obat. Keluarga dalam hal ini bisa berfungsi menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA (Yuyun, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti pada tahun 2011-2012 bahwa Sebanyak 9 dari 11 ODHA memiliki tingkat kepatuhan ODHA minum obat ARV > 95%. Faktor-faktor yang mendukung ODHA dalam minum obat ARV adalah faktor dukungan suami, keluarga, teman, Forum WPA (Warga Peduli AIDS) dan faktor internal dalam diri ODHA. Sedangkan faktor yang menghambat adalah rasa bosan dan jenuh minum obat, efek samping obat, stigma masyarakat dan biaya pengobatan.
Puskesmas Sukarahayu adalah puskesmas yang berada di tengah-tengah kota subang, puskesmas ini adalah puskesmas yang memiliki fasilitas kesehatan pertama BPJS. Puskesmas Sukarahayu beralamat di Jl. Natasukarya Kel. Binong Kec. Binong Kab. Subang. Kota subang merupakan kota peringkat ke 7 tertinggi angka kejadian HIV (Profil Kesehatan Jabar, 2012).
Dengan banyaknya peningkatan jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV dan kepatuhan meminum obat nya dari permasalahan tersebut, dibutuhkan penanganan untuk menekan meningkatnya kasus HIV pada ibu hamil. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran kepatuhan ibu hamil dengan hiv positif dalam mengkonsumsi antiretroviral berdasarkan dukungan suami.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 14 ibu hamil dengan HIV positif dengan menggunakan Total Sampling di Puskesmas Sukarahayu Kota Subang. Data primer dukungan suami dan
kepatuhan ibu hamil dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data Univariat dan bivariat. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Dukungan Suami dan Kepatuhan Ibu Hamil dengan HIV Positif dalam Mengkonsumsi Antiretroviral di Puskesmas Sukarahayu Kota Subang
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 14 responden, sebagian besar patuh dalam mengkonsumsi obat ARV yaitu
sebanyak 10 responden (71,4%) dan sebagian besar mendapatkan dukungan suami yaitu sebanyak 9 responden (64,3%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Suami dan Kepatuhan Ibu Hamil dengan HIV Positif dalam Mengkonsumsi Antiretroviral di Puskesmas Sukarahayu Kota Subang Dukungan Suami Kepatuhan Total p-value
Tidak Patuh Patuh
n % n % n % Tidak Mendukung Mendukung 4 0 80 0 1 9 20 100 5 9 100 100 0,011
Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan dari 5 responden yang tidak mendapat dukungan suami, sebagian besar tidak patuh dalam mengkonsumsi ARV yaitu sebanyak 4
responden (80%). Sedangkan dari 9 responden yang mendapat dukungan suami, semuanya sebanyak 7 responden patuh dalam mengkonsumsi ARV dan terdapat hubungan
Variabel n % Kepatuhan Tidak Patuh 4 28,6 Patuh 10 71,4 Total 14 100 Dukungan Suami Tidak Mendukung 5 35,7 Mendukung 9 64,3 Total 14 100
dan terdapat hubungan antara dukungan suami dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi obat antiretroviral (p-value=0,011).
Kepatuhan responden dalam mengkonsumsi ARV sangat bergantung pada dukungan suami, semakin suami mendukung dalam mengkonsumsi ARV maka akan meningkatkan kepatuhan responden dalam mengkonsumsi ARV, sebaliknya semakin suami tidak mendukung responden dalam mengkonsumsi ARV maka responden tidak patuh dalam mengkonsumsi ARV.
Dukungan suami membantu responden dalam melakukan sesuatu, karena dukungan suami memberikan kekuatan, cinta, kasih sayang, bagi responden sehingga akan merasa lebih dicintai dan hal tersebut dapat meningkatkan responden patuh dalam mengkonsumsi ARV. Dukungan yang diberikan oleh suami seperti dukungan emosi akan timbul keyakinan bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, responden merasa bahwa dirinya tidak sendiri karena orang terdekatnya memberikan perhatian khusus kepadanya. Dukungan instrumental akan memudahkan responden dalam mendapatkan atau mengkonsumsi ARV. Dukungan informasi akan membantu responden untuk menemukan solusi yang tepat bagi penyelesaian masalah yang dihadapi. Dukungan penilaian dapat digunakan responden sebagai alat ukur untuk mengevaluasi diri dengan dorongan untuk
maju. Bentuk-bentuk dukungan diatas yang menyebabkan kepatuhan responden dalam mengkonsumsi ARV.
Dukungan suami menjadi hal yang penting karena berkaitan dengan kesehatan dan penyesuaian diri pada pasien ketika dilakukan pengobatan. Apalagi pengobatan yang dilakukan secara terus menerus dan membutuhkan kepatuhan yang sangat tinggi seperti pada terapi ARV. Penderita yang kurang mendapatkan dukungan akan merasa tidak dicintai dan tidak merasa berarti. Penderita cenderung lebih mudah depresi, tertekan dan kehilangan semangat dalam menjalani terapi ARV, hal ini berhubungan dengan status kesehatan dan tingkat keberhasilan terapi ARV.
Dalam penelitian Yuyun Yuniar dkk (2011) Hasil analisis mengungkapkan bahwa faktor-faktor pendukung kepatuhan minum ARV adalah salah satunya faktor dukungan suami, rasa tanggung jawab dan kasih sayang terhadap anak, dukungan teman-teman di KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), LSM dan dari tokoh agama serta hubungan baik dengan tenaga kesehatan.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepatuhan responden dalam mengkonsumsi ARV membutuhkan dukungan dari suami. Suami merupakan salah satu sumber kekuatan istri ketika mematuhi sebuah program kesehatan yang menyangkut dirinya dan bayi dalam kandungannya.
KESIMPULAN
Dukungan suami berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi obat Antiretroviral.
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. 2013.
DITJEN PP&PL KEMENKES RI. 2014. Laporan Jumlah Kasus HIV-AIDS. Diakses pada tanggal 22 September 2016.
DITJEN PP&PL KEMENKES RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV-AIDS Dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Diakses pada tanggal 07 November 2016.
DITJEN PP&PL KEMENKES RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Diakses pada tanggal 22 September 2016.
FK UNPAD. Buku Panduan Dukungan, Perawatan dan Pengobatan Komprehensif HIV-AIDS. 2010. Pusat Informasi Ilmiah Departemen Ilmu Penyakit dalam FK UNPAD RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Furi, Sobarna, Risha. 2014. Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di RW 03 Kel. Sukaraja Kec. Cicendo Bulan Mei Tahun 2014. Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Hidayat, A.A.A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman
Nasional Pencegahan Punalaran HIV dari Ibu Ke Anak. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016.
Lembaran Informasi tentang HIV/AIDS untuk orang dengan HIV/AIDS. 2013. Jakarta; Yayasan Spiritia.
Nasronudin. 2007. HIV & AIDS pendekatan biologi molekuler, klinis dan social cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiharti et. al. 2011-2012. Gambaran Kepatuhan Orang Dengan Hiv-Aids (Odha) Dalam Minum Obat ARV Di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Badan Litbangkes.
University of California San Francisco. Adherence Follow Up Questionnaire.
http://caps.ucsf.edu/uploads/tools/surv eys/pdf/2098.4188.pdf. Diakses pada tanggal 23 Januari 2017.
Yuyun et. al. 2012. Faktor-Faktor pendukung kepatuhan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam minum obat Antiretroviral di Kota Bandung dan Cimahi. Badan Litbangkes.