• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

46

Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada awalnya dunia pesantren terlihat enggan dan rikuh dalam menerima perubahan, sehingga tercipta kesenjangan antara pesantren dengan dunia luar. Tetapi secara gradual pondok pesantren kemudian melakukan akomodasi dan konsesi tertentu untuk kemudian menemukan pola yang dipadangnya cukup tepat guna menghadapi perubahan yang kian cepat dan berdampak luas. Dalam hal ini, Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan santri.

Respons pondok pesantren terhadap perkembangan tesebut salah satunya dengan diterapkannya pendidikan berbasis kompetensi, dengan semakin banyak memasukkan ketrampilan dan praktek ketrampilan secara nyata dengan dasar pendidikan wirausaha atau enterpreneurship, yang diharapkan bisa membekali santri dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman. Terutama berkaitan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

Menyadari hal tersebut maka pengembangan model pendidikan yang harus yang dikembangkan di pondok pesantren Sunan Drajat adalah sebuah model pendidikan yang berbasis kompetensi. Pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan skill, Knowledge dan Ability

(2)

terhadap santri, dengan mengembangkan kompenen-komponen pendidikan yang ada baik dari segi metode, media, materi mapun tenaga edukatifnya.

Untuk dapat memainkan peran edukatifnya dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas mensyaratkan pesantren harus meningkatkan mutu sekaligus memperbaruhi model pendidikannya. Sebab, model pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada system konvensional atau klasik tidak akan banyak cukup membantu dalam penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi integratif baik dalam penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan umum dan kecakapan teknologis. Padahal ketiga elemen ini merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat modernisasi. Seperti sekilas diungkapkan dalam latar belakang masalah, tanpaknya tipe ideal model pendidikan pondok pesantren yang dapat dikembangkan saat sekarang ini adalah tipe integrasi antara system pendidikan klasik dan system pendidikan modern. Pengembangan model pendidikan ini tidak akan merubah total wajah dan keunikan system pendidikan pesantren menjadi sebuah model pendidikan umum yang cenderung reduksionistik terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan pondok pesantren.

Untuk melahirkan generasi yang mempunyai kompetensi unggul tidak cukup dengan memberikan bekal pengetahuan, namun harus dibarengi dengan kemampuan ketrampilan dengan memanfaatkan potensi dari masyarakat sekitar untuk itu perlu dikembangkan pesantren sebagai berbasis yang mampu mencetak santri-santri yang mempunyai jiwa mandiri dengan mengembangkan potensi alam

(3)

yang ada dan jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga lahir santri yang mampu berkiprah baik kemampuan agama, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut maka model penelitian yang dikembangkan adalah :

Gambar 4.1. Gambar kerangka konseptual

Pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuan tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian, pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki

Pesantren Tradisonal - Materi - media - Metode - Pendidik Pesantren Modern - Materi - Media - Metode - Pendidik

Model yang diharapkan Pesantren Berbasis Kompetensi - Materi

- Media - Metode - Pendidik

Model berdasar Teori - Materi

- Media - Metode - Pendidik

(4)
(5)
(6)

BAB 3

Kerangka Pikir Pengembangan Model

Pengembangan model pendidikan yang dilakukan pondok perantren Sunan Drajat adalah sebuah pola pengembangan pendidikan yang terintegratif. Lembaga pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan kemampuan dari anak didik. Pola ini dilakukan secara bertahap dan bertingkat sebagaimana layaknya lembaga pendidikan pada umumnya. Tingkatan pendidikan formal yang dimiliki meliputi mulai TK sampai dengan SMA. Pada perkembangan terakhir telah mulai dirintis sebuah perguruan tinggi yang nantinya akan dijadikan wadah bagi pengembangan SDM secara terintegratif.

Sebelum terwujudnya lembaga perguruan tinggi yang akan didirikan, maka pihak pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuian tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian,

(7)

Pelatihan/magang

pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki.

Karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan uji statistik untuk membuat sebuah generalisasi maka penelitian ini tidak mengunakan hipothesis penelitian

Gambar 1. Gambar kerangka konseptual

Kompetensi • Skill • Knowledge • Ability

Model Pendidikan

(8)

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk

(9)

dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari

Sumber ide

Assesment Learning design Application

(10)

kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

(11)

Assesment Learning design Application

(12)
(13)
(14)
(15)

BAB 3

Kerangka Pikir Pengembangan Model

Model pengembangan SDM yang dilakukan pondok perantren Sunan Drajat adalah sebuah pola pengembangan SDM yang terintegratif. Lembaga pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan kemampuan dari anak didik. Pola ini dilakukan secara bertahap dan bertingkat sebagaimana layaknya lembaga pendidikan pada umumnya. Tingkatan pendidikan formal yang dimiliki meliputi mulai TK sampai dengan SMA atau MA. Pada perkembangan terakhir telah mulai dirintis sebuah perguruan tinggi yang nantinya akan dijadikan wadah bagi pengembangan SDM secara terintegratif.

Sebelum terwujudnya lembaga perguruan tinggi yang akan didirikan, maka pihak pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus

(16)

sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuian tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian, pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki.

Karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan uji statistik untuk membuat sebuah generalisasi maka penelitian ini tidak mengunakan hipothesis penelitian

Gambar 1. Model Pengembangan SDM di pesantren Sunan Drajat

MODEL PENGEMBANGAN SDM PESANTREN KNOWLEDGE DAN ABILITY SKILL SEKOLAHAN

FORMAL MAGANG DI PERSH PELATIHAN DAN

SDM BERTAQWA DAN TERAMPIL DANTERAMPIL

DISALURKAN PD PERUSAHAAN YANG DI MILIKI

(17)

model Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah

Pelatihan/magang Sosio kultur Skill

Knowledge Ability

(18)

mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

Sumber ide

Assesment Learning design Application

(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada awalnya dunia pesantren terlihat enggan dan rikuh dalam menerima perubahan, sehingga tercipta kesenjangan antara pesantren dengan dunia luar. Tetapi secara gradual pondok pesantren kemudian melakukan akomodasi dan konsesi tertentu untuk kemudian menemukan pola yang dipadangnya cukup tepat guna menghadapi perubahan yang kian cepat dan berdampak luas. Dalam hal ini, Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan santri.

Respons pondok pesantren terhadap perkembangan tesebut salah satunya dengan diterapkannya pendidikan berbasis kompetensi, dengan semakin banyak memasukkan ketrampilan dan praktek ketrampilan secara nyata dengan dasar pendidikan wirausaha atau enterpreneurship, yang diharapkan bisa membekali santri dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman. Terutama berkaitan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

(20)

Menyadari hal tersebut maka pengembangan model pendidikan yang harus yang dikembangkan di pondok pesantren Sunan Drajat adalah sebuah model pendidikan yang berbasis kompetensi. Pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan skill, Knowledge dan Ability terhadap santri, dengan mengembangkan kompenen-komponen pendidikan yang ada baik dari segi metode, media, materi mapun tenaga edukatifnya.

Untuk dapat memainkan peran edukatifnya dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas mensyaratkan pesantren harus meningkatkan mutu sekaligus memperbaruhi model pendidikannya. Sebab, model pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada system konvensional atau klasik tidak akan banyak cukup membantu dalam penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi integratif baik dalam penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan umum dan kecakapan teknologis. Padahal ketiga elemen ini merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat modernisasi. Seperti sekilas diungkapkan dalam latar belakang masalah, tanpaknya tipe ideal model pendidikan pondok pesantren yang dapat dikembangkan saat sekarang ini adalah tipe integrasi antara system pendidikan klasik dan system pendidikan modern. Pengembangan model pendidikan ini tidak akan merubah total wajah dan keunikan system pendidikan pesantren menjadi sebuah model pendidikan umum yang cenderung reduksionistik terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan pondok pesantren.

Untuk melahirkan generasi yang mempunyai kompetensi unggul tidak cukup dengan memberikan bekal pengetahuan, namun harus dibarengi dengan

(21)

kemampuan ketrampilan dengan memanfaatkan potensi dari masyarakat sekitar untuk itu perlu dikembangkan pesantren sebagai berbasis yang mampu mencetak santri-santri yang mempunyai jiwa mandiri dengan mengembangkan potensi alam yang ada dan jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga lahir santri yang mampu berkiprah baik kemampuan agama, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut maka model penelitian yang dikembangkan adalah :

Gambar 4.1. Gambar kerangka konseptual

Pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuan tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian,

Pesantren Tradisonal - Materi - media - Metode - Pendidik Pesantren Modern - Materi - Media - Metode - Pendidik

Model yang diharapkan Pesantren Berbasis Kompetensi - Materi

- Media - Metode - Pendidik

Model berdasar Teori - Materi

- Media - Metode - Pendidik

(22)

pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki

(23)
(24)

BAB 3

Kerangka Pikir Pengembangan Model

Pengembangan model pendidikan yang dilakukan pondok perantren Sunan Drajat adalah sebuah pola pengembangan pendidikan yang terintegratif. Lembaga pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan kemampuan dari anak didik. Pola ini dilakukan secara bertahap dan bertingkat sebagaimana layaknya lembaga pendidikan pada umumnya. Tingkatan pendidikan formal yang dimiliki meliputi mulai TK sampai dengan SMA. Pada perkembangan terakhir telah mulai dirintis sebuah perguruan tinggi yang nantinya akan dijadikan wadah bagi pengembangan SDM secara terintegratif.

Sebelum terwujudnya lembaga perguruan tinggi yang akan didirikan, maka pihak pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus

(25)

Pelatihan/magang

sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuian tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian, pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki.

Karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan uji statistik untuk membuat sebuah generalisasi maka penelitian ini tidak mengunakan hipothesis penelitian

Gambar 1. Gambar kerangka konseptual

Kompetensi • Skill • Knowledge • Ability

Model Pendidikan

(26)

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa

(27)

maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

Sumber ide

Assesment Learning design Application

(28)

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

(29)

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

Sumber ide

Assesment Learning design Application

(30)
(31)
(32)
(33)

BAB 3

Kerangka Pikir Pengembangan Model

Model pengembangan SDM yang dilakukan pondok perantren Sunan Drajat adalah sebuah pola pengembangan SDM yang terintegratif. Lembaga pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren mempunyai tugas untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan kemampuan dari anak didik. Pola ini dilakukan secara bertahap dan bertingkat sebagaimana layaknya lembaga pendidikan pada umumnya. Tingkatan pendidikan formal yang dimiliki meliputi mulai TK sampai dengan SMA atau MA. Pada perkembangan terakhir telah mulai dirintis sebuah perguruan tinggi yang nantinya akan dijadikan wadah bagi pengembangan SDM secara terintegratif.

(34)

Sebelum terwujudnya lembaga perguruan tinggi yang akan didirikan, maka pihak pengelola pondok pesantren telah mempunyai upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan santri untuk mendalami sebuah ketrampilan khusus sesuai yang diminati oleh santri. Kemampuian tersebut meliputi berbagai bidang sesuai jenis kegiatan usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren ini. Kegiatan usaha yang dikelola oleh pihak pondok adalah meliputi bidang pertanian, pengembangan industri pengolahan, dan peternakan. Semua jenis usaha yang dimiliki oleh pondok tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk menerapkan pengalaman dan keahlian yang telah dimiliki.

Karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan uji statistik untuk membuat sebuah generalisasi maka penelitian ini tidak mengunakan hipothesis penelitian

Gambar 1. Model Pengembangan SDM di pesantren Sunan Drajat

MODEL PENGEMBANGAN SDM PESANTREN KNOWLEDGE DAN ABILITY SKILL SEKOLAHAN

FORMAL MAGANG DI PERSH PELATIHAN DAN

SDM BERTAQWA DAN TERAMPIL DANTERAMPIL

(35)

model Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam upaya pengembangan SDM di pondok pesantren Sunan Drajat tidak bisa terlepas dari sikap dan tindakan kiai pimpinan pondok. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua upaya peningkatan kualitas santri selalu datang dari kiai. Meski terkadang ide tersebut bisa berasal dari para guru atau para pengasuh. Tetapi sebagian besar kreatifitas yang muncul tersebut adalah hasil inisiatif dari kiai. Sehingga dalam hal kreatitas pikiran atau ide masih didominasi oleh kiai. Kondisi tersebut dapat dimaklumi bahwa karena kiai pengasuh pesantren ini telah

Pelatihan/magang Sosio kultur Skill

Knowledge Ability

(36)

mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas yang didukung dengan pengalaman dan jaringan yang sudah memadai.

Setelah ide telah muncul dan secara otomatis menjadi sebuah komitmen untuk dijalankan. Model membuat assessment seperti ini memang kurang bisa maksimal atau kurang membawa kemantapan para peserta atau pekerja yang mau di didik, namun yang harus diperhatikan adalah terdapat faktor lain yang menguntungkan yang dapat membuat para peserta atau yang akan dilatih untuk dapat optimal dalam menjalankan assessment yang disepakati secara sepihak oleh pihak pimpinan pondok yakni ketaatan dan rasa hormat terhadap kiai.

Untuk langkah seterusnya adalah sesuai dengan tahapan dalam pelaksananan pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran (learning Design). Setelah Desain pembelajaran tersebut dibuat maka dilakukan upaya untuk melaksanakan dalam bentuk kegiatan. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mengevaluasi kegiatan tersebut. Hasil evaluasi tersebut akan dijadikan dasar bagi pengembangan pada tahap berikutnya.

Gambar 2. Model pembelajaran (skill)

Sumber ide

Assesment Learning design Application

(37)

Gambar

Gambar 4.1. Gambar kerangka konseptual
Gambar 1. Gambar kerangka konseptual
Gambar 2. Model pembelajaran (skill)
Gambar 1. Model Pengembangan SDM di pesantren Sunan Drajat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang dilakukan dalam pengembangan karakter tanggung jawab peserta didik dilihat dari model pembelajaran yang digunakan. Solusi yang dilakukan dalam

menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri peserta didik melalui. pengetahuan dan pemahaman Pancasila yang khususnya

Jenis data yang akan dideksripkan dalam penelitian ini meliputi: a) kebutuhan kecakapan hidup peserta didik SMK Swadaya Karangnunggal Kabaputen Tasikmalaya; b)

Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPA setelah menggunakan Subject Specific Pedagogy (SSP) dengan Model Problem Based Learning

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Pada tahap ini siswa dituntut kreatif membuat rancangan berkaitan dengan model alat indera

Model pembelajaran kooperatif think pair share yang diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan daur hidup hewan membuat peserta didik