• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERBASIS WEBGIS (STUDI KASUS : KOTA SURABAYA) Agnes Rusnalia Trisnawati dan Bangun Muljo Sukojo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN SISTEM INFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERBASIS WEBGIS (STUDI KASUS : KOTA SURABAYA) Agnes Rusnalia Trisnawati dan Bangun Muljo Sukojo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA

BERBASIS WEBGIS

(STUDI KASUS : KOTA SURABAYA)

Agnes Rusnalia Trisnawati dan Bangun Muljo Sukojo

Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

Email : gm0731@geodesy.its.ac.id Abstrak

GIS (Geographics Information System) merupakan tool yang dapat digunakan untuk pemetaan dan analisa terhadap aktivitas yang terjadi di permukaan bumi. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, GIS juga mengalami perkembangan yaitu berbasis web (WebGIS). Pembuatan sistem informasi bangunan cagar budaya berbasis webGIS dimaksudkan agar memudahkan inventarisasi, pengawasan, tindak lanjut serta dapat dijadikan acuan untuk penentuan kebijakan yang terkait konservasi bangunan cagar budaya. Hal ini merupakan salah satu strategi pelestarian dan perlindungan terhadap seni dan budaya tradisional. Dengan adanya sistem informasi yang mencakup lokasi dan informasi bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya pengelolaan serta pengawasan akan lebih efisien.

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya berbasis WebGIS dengan menggunakan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) skala 1:5.000 sebagai peta dasar serta data tabular mengenai bangunan cagar budaya milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya sebagai data atribut. Pengolahan data spasial menggunakan MapServer dan penyimpanan database dengan PostgreSQL. Penggunaan MapServer juga ditambahkan pencarian jalur alternatif dengan metode AHP (Analitycal Hierarchial Process) berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Hasil yang diperoleh dari pembuatan sistem informasi bangunan cagar budaya Kota Surabaya ini adalah program aplikasi berbasis web yang dapat menunjukkan persebaran bangunan cagar budaya sebanyak 153 bangunan dan tersebar di wilayah Surabaya Pusat yang merupakan pusat perkembangan kota lama serta beberapa pilihan jalur alternatif yang telah ditentukan berdasarkan proses AHP.

Kata kunci : Bangunan Cagar Budaya, WebGIS, MapServer, AHP. PENDAHULUAN

Kota Surabaya yang dijuluki Kota Pahlawan, memiliki banyak bangunan cagar budaya yang merupakan warisan yang harus dilindungi. Bangunan bersejarah di Surabaya juga merupakan bukti bahwa kota ini layak menyandang sebagai kota pahlawan. Hingga saat ini Surabaya memiliki 169 bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah tersendiri.

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan bagian dari kemajuan teknologi informasi (information technology). Sebagai teknologi berbasis komputer, SIG harus diperhitungkan bagi mereka yang berkecimpung dalam berbagai bidang pekerjaan seperti perencanaan, inventarisasi, monitoring, dan pengambilan keputusan. Bidang aplikasi SIG yang demikian luas, dari urusan militer sampai pada persoalan bagaimana mencari jalur terpendek untuk pengantaran barang/delivery system,

menghendaki penanganan pekerjaan yang dilakukan secara terpadu (integrated) dan multi-disiplin. Dengan semakin berkembangnya pemanfaatan SIG, maka segala kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan data spasial dan nonspasial dapat dilakukan dengan mudah. Kurang pahamnya masyarakat umum mengenai definisi cagar budaya serta bagaimana bentuk penanganan cagar budaya mengakibatkan pengawasan serta program tindak lanjut pengembangan bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya dan Tim Cagar Budaya menjadi terhambat. Maka dengan adanya sistem informasi bangunan cagar budaya berbasis webgis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana informasi untuk masyarakat umum agar dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pengawasan dan pengelolaan. Serta dapat dijadikan sumber data untuk menjalin relasi dengan UNESCO World Heritage Center.

(2)

Perumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat suatu sistem informasi cagar budaya yang ada di Kota Surabaya berbasis webSIG serta menentukan hirarki yang tepat untuk penentuan keputusan jalur alternatif sehingga dapat digunakan masyarakat luas serta bermanfaat untuk Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Batasan masalah yang ditentukan pada penelitian ini adalah studi kasus yang digunakan adalah Kota Surabaya. Peta yang digunakan adalah Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya dengan skala 1:5.000. Data non-spasial yang digunakan adalah data tabular milik Dinas Kebudayan dan Pariwisata serta data grafis berupa foto bangunan cagar budaya. Penentuan jalur alternatif berdasarkan kriteria panjang jalan, kepadatan lalu lintas, kondisi jalan dan rawan kecelakaan. Pencarian rute alternatif ke Tugu Pahlawan akan dilakukan dari titik-titik/posisi yang dianggap strategis (Jl. A. Yani, Jl. HR. Muhammad dan Kampus ITS).

Tujuan penelitian ini adalah membuat aplikasi webGIS berupa sistem informasi cagar budaya Kota Surabaya yang informatif sehingga dapat digunakan sebagai salah satu media penunjang tujuan wisata (cagar budaya) di Kota Surabaya Manfaat dari penelitian ini adalah adanya suatu sistem informasi yang interaktif mengenai cagar budaya Kota Surabaya yang lengkap dan nantinya dapat diakses oleh masyarakat luas sehingga dapat dijadikan sarana publikasi untuk mempromosikan cagar budaya yang ada di Surabaya. Dengan adanya penambahan layer jalur alternatif diharapkan masyarakat dapat menggunakan aplikasi ini dengan mudah.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian Tugas Akhir ini mengambil daerah studi di wilayah Surabaya. Secara geografis Kota Surabaya terletak pada koordinat 07° 12' - 07° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur. Dengan luas wilayah Kota Surabaya adalah 32.637,75 Ha berdasarkan hasil pengukuran Badan Pertanahan Nasional tahun 2001.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Surabaya Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain :

a. Perangkat Keras (Hardware)

- Notebook Intel™ Core2Duo @ 2.30 GHz, 2 GB of RAM, Memori DDR2 2040 MB, HardDisk 320 GB, VGA 1024 MB. - Printer.

- Kamera digital

- GPS Navigasi Garmin eTrx H High Sensitivity

b. Perangkat Lunak (Software)

- Sistem Operasi Windows XP Profesional Version 2002 SP 3

- Sistem Operasi Debian Lenny 5.07 - Microsoft Office 2007

- ArcGIS 9.3 - ArcView GIS 3.3

- Autodesk Land Desktop 2004 - MapInfo Professional 9.5 - Notepad++ - MapServer - QuantumGIS 1.4.0 - PostgreSQL 8.2 - Photoshop CS3

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Surabaya skala 1:5.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya), posisi Bangunan Cagar Budaya (Koordinat GPS Navigasi), database dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya dan Tim Cagar Budaya serta foto bangunan cagar budaya.

Diagram Alir Penelitian

Pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah seperti pada diagram alir berikut:

(3)

Identifikasi Awal Studi Literatur Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Data Penyusunan Laporan Tahap Persiapan Tahap Pengolahan Data Tahap Akhir

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Berikut penjelasan dari diagram alir diatas: a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, pekerjaan yang dilakukan adalah : - Identifikasi Awal, bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang diangkat sebagai tema penelitian, objek penelitian dan daerah penelitian serta merumuskan cara memecahkan permasalahan tersebut.

- Studi Literatur, bertujuan untuk mendapatkan referensi mengenai perancangan webSIG. - Pengumpulan Data, dilakukan pengumpulan

data-data yang diperlukan dalam pengerjaan tugas akhir, yaitu peta garis Kota Surabaya skala 1:5.000, data cagar budaya yang milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, posisi cagar budaya, area-area penting serta terminal yang ada di Kota Surabaya didapatkan dengan menggunakan GPS tipe navigasi dan foto dijital bangunan cagar budaya didapatkan dengan melakukan pemotretan menggunakan kamera dijital. b. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data ini terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

- Pengolahan data yang meliputi pengolahan data spasial dan data tabular, perancangan Sistem Informasi Cagar Budaya berbasis web dengan menggunakan MapServer sebagai web server serta sebagai CGI (Common Gateway Interface) menggunakan pmapper serta perancangan jalur alternatif dengan menggunakan proses perhitungan AHP. - Analisa data, berupa penentuan jalur alternatif

menggunakan proses AHP yang telah ditentukan kriterianya yaitu panjang jalan,

kepadatan lalu lintas, kondisi jalan dan rawan kecelakaan.

c. Tahap Akhir

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari proses penelitian ini. Tahap ini merupakan bentuk pelaporan secara jelas dan detil atas semua proses yang dilakukan dan disusun bab per bab disesuaikan dengan perkembangan aktivitas Tugas Akhir yang dilakukan.

Diagram Alir Pengolahan Data

Kriteria AHP : a. Panjang Jalan b. Kepadatan Jalan c. Kondisi Jalan d. Rawan Kecelakaan Data Tabular :

a. Tabel Cagar Budaya b. Tabel Kecamatan c. Tabel Jalan d. Keterangan Peta Digital RTRW Kota Surabaya Skala 1:5.000

Eksport Database PostgreSQL

Convert to shapefile

(*.shp)

Mapscript

Rendering Peta Proses AHP

Uji Coba AHP

Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya berbasis

WebSIG

Akhir Pengolahan

Ya Tidak

Nilai Input AHP

Output Peta pada Browser Posisi BCB

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data Pengolahan data dapat dibedakan menjadi tiga tahap pengolahan, antara lain:

1. Pra Pengolahan (Pre-Processing)

Pada tahapan ini, hal-hal yang dilakukan adalah: - Pengolahan Data Spasial dan Data Tabular

Data spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Digital Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya dengan skala 1:5.000 dan data hasil pengukuran posisi bangunan cagar budaya menggunakan GPS Handheld. Pada masing-masing layer peta digital diubah menjadi format shapefile (*.shp) seperti layer batas administrasi, jalan dan nama jalan. Begitu

(4)

pula untuk layer posisi bangunan cagar budaya juga diubah dalam format shapefile. Setelah berformat shapefile maka dilakukan penyimpanan berupa database agar dapat diakses saat penggunaan mapserver. Penyimpanan database menggunakan QuantumGIS dengan plugin SPIT (Import Shapefiles to PostgreSQL). Pada software PostgreSQL harus memiliki ekstensi PostGIS yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan fitur GIS dalam database server. Data tabular beserta data yang diperlukan untuk penentuan jalur alternatif berdasarkan kriteria Analytical Hierarchy Process (AHP) juga disimpan pada PostgreSQL.

- Perancangan Database

Tahap pembuatan basis data dilakukan dengan PostgreSQL 8.2 yang akan digunakan sebagai tempat penyimpanan data oleh aplikasi. Dalam rancangan database terdapat 4 buah tabel database yang saling berhubungan yaitu:

Tabel cagar_budaya, berisi data bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya beserta nama, alamat, kecamatan, SK Walikota, arsitek (perancang), periode (tahun pembuatan), luasan, golongan dan keterangan.

Tabel 1. Tabel cagar_budaya

Nama Tipe Data Keterangan

gid integer Primary key

point_x integer Koordinat X posisi bangunan cagar budaya point_y integer Koordinat Y posisi bangunan cagar budaya nama Varchar (254) - nama_awal Varchar (254) -

lokasi Varchar (254) Alamat

SKwalikota Varchar (25) -

arsitek Varchar (25) Perancang bangunan periode Varchar (10) Tahun pembuatan luasan Varchar (25) Luas bangunan golongan Varchar (5) Klasifikasi

bangunan

Tabel surabaya_kecamatan, berisi data kecamatan di surabaya beserta nama kecamatan yang dibutuhkan untuk mencatat lokasi bangunan cagar budaya seperti yang terlihat pada tabel 2. Tabel ini menyimpan data kecamatan yang berbentuk polygon

yang nantinya akan membentuk peta kecamatan surabaya bila di tampilkan. Tabel 2. Tabel surabaya_kecamatan

Tabel surabaya_jalan_text, berisi data label jalan yang isinya berupa nama jalan seperti yang di tunjukkan tabel 3.

Tabel 3. Tabel surabaya_jalan_text Nama Tipe Data Keterangan

gid_surabaya _jalan_text

integer Primary key text_angle float Sudut text text_size float Ukuran text nama_jalan Varchar

(254)

Tulisan label jalan the_geom geometry Data string geometry

Tabel surabaya_jalan, berisi data jalan yang ada di Surabaya seperti yang di tunjukkan tabel 4. Tabel ini menyimpan data jalan yang berbentuk line yang bila di tampilkan akan membentuk jalan yang saling terhubung di surabaya.

Tabel 4. Tabel surabaya_jalan_text

Nama Tipe Data Keterangan

gid_surabaya_jalan integer Primary key

fid_ integer Id garis

entity varchar (254) Entitas

handle varchar (254) -

layer varchar (254) Layer garis

color integer Warna garis

line_type varchar (254) Tipe garis

elevation integer Sudut garis

thickness float Tebal garis

text varchar (254) Nama garis

the_geom geometry Data string

geometry

Pembentukan data atribut untuk kriteria AHP dibuat dengan menggunakan ArcGIS yang nantinya akan dimasukkan ke dalam PostgreSQL. Sebelumnya dilakukan pengumpulan data yang nantinya akan dijadikan basisdata sehingga dapat memberi informasi atau keterangan yang diperlukan. Adapun data yang dikumpulkan yaitu nama jalan, panjang jalan, volume kendaraan,

Nama Tipe Data Keterangan

id_kecamatan integer Primary key

Elevation integer Ketinggian polygon

kecamatan Varchar

(50)

Nama kecamatan

(5)

kapasitas jalan, kepadatan jalan, angka kecelakaan lalu lintas dan kondisi jalan.

Dari data-data tersebut nantinya akan dikelompokkan menjadi data-data atribut ke dalam tabel-tabel, yaitu: tabel jalansby, alternatif1, alternatif2 dan alternatif3. Pengelompokan data atribut (field) beserta tipe datanya dalam tabel dapat dijabarkan pada struktur tabel dibawah ini:

Tabel jalansby, berfungsi untuk menyimpan informasi mengenai semua jalan yang ada pada peta. Deskripsi dari tabel ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Tabel jalansby

Nama Tipe Data Keterangan

gid Integer Primary key

nama_jalan Character Varying (50)

Nama jalan volume

Integer Volume kendaraan

tiap jalan kapasitas Integer Kapasitas

kendaraan tiap jalan kepadatan Double

Precision

Hasil

Volume/Kapasitas (VC)

arah Integer Jumlah arah tiap

jalan

panjang Integer Panjang tiap jalan k_baik Integer

Panjang jalan yang kondisi baik tiap jalan

k_sedang Integer

Panjang jalan yang kondisi sedang tiap jalan

k_rusak Integer

Panjang jalan yang kondisi rusak tiap jalan

the_geom geometry Geometry tiap

theme

nama_jalan_ baru

Character Varying (50)

Nama jalan dalam huruf besar

laka Integer Jumlah kecelakaan tiap jalan

Tabel alternatif1, berfungsi untuk menyimpan informasi mengenai rute alternatif dari Jl. Achmad Yani ke Tugu Pahlawan. Deskripsi dari tabel ini dapat Tabel alternatif2, berfungsi untuk

menyimpan informasi mengenai rute alternatif dari Jl. Pasar Turi ke Tugu Pahlawan. Deskripsi dari tabel ini dapat Tabel alternatif3, berfungsi untuk

menyimpan informasi mengenai rute alternatif dari Jl. HR. Muhammad ke Tugu pahlawan.

2. Pengolahan (Processing)

Tahapan dalam proses pengolahan terbagi menjadi dua, yaitu tahap konfigurasi mapfile dan perhitungan AHP untuk penentuan jalur alternatif. Tahapan konfigurasi peta (file *.map) pada mapserver adalah:

- Mapscript

Pada tahapan ini webSIG peta yang ditampilkan merupakan hasil dari proses memasukkan data spasial peta pada database. Yang di butuhkan adalah sebuah konfigurasi layer yang di sebut map file. Untuk menghasilkan mapfile, sebuah layer peta di import terlebih dahulu ke dalam database. Kemudian data pada database di export ke dalam bentuk mapfile. Inti dari memasukkan data spatial peta adalah ketika layer peta di import dalam database dan siap untuk di akses. Alur prosesnya bisa di lihat pada gambar 4. Mulai Selesai Digitasi shapefile Import Shapefile ke database Akses Shapefile menggunakan file .map

dari database

Rendering peta dengan file .map

Gambar 4. Diagram Alir Memasukkan Data Spasial

- Rendering Peta

Tahap rendering peta merupakan proses kerja mapserver untuk menampilkan layer-layer dengan konfigurasi file .map menjadi format gambar pada tampilan di pmapper. Sehingga layer berformat shapefile dapat ditampilkan pada pmapper.

- Output Peta pada Browser

Proses ini dilakukan untuk menampilkan peta ke dalam web. Data yang digunakan merupakan data yang ada pada database yang diakses menggunakan mapfile. Alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini.

(6)

Mulai Selesai Mengakses file .map Konfigurasi layer Rendering gambar peta Output peta pada web

Gambar 5. Diagram Alir Menampilkan Peta Sedangkan tahapan pada perhitungan AHP adalah sebagai berikut:

- Nilai Input AHP

Proses input pada perangkat lunak ini berupa nilai riil, nilai yang ada hanya bernilai 1 , 2, 3 , dan 4. Sehingga semua input yang ada harus diisi oleh user, supaya input dari user dapat dibuat penghitungan berdasarkan metode AHP.

- Proses AHP

Dalam proses ini akan dilakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai prioritas lokal, kemudian setelah semua kriteria sudah terisi, maka akan dilakukan penghitungan prioritas global, sehingga pada akhir proses ini akan didapatkan hasil pilihan yang tepat, yang sesuai dengan minat dan bakat, yang dapat dilihat dari persentase yang terbesar pada prioritas global. Pada tabel 3.8 dapat dilihat pilihan jalur alternatif menuju Tugu Pahlawan.

Tabel 9. Tabel Alternatif

Alternatif Jalur

1

Jl. Ahmad Yani (CITO) - Jl. Ahmad Yani (Jatim Expo) - Jl. Raya Wonokromo - Jl. Raya Darmo - Jl. Diponegoro - Jl. Pasar Kembang - Jl. Kedung Doro - Jl. Embong Malang - Jl. Bubutan - Jl. Pahlawan - Tugu Pahlawan

2

Jl. HR Muhamad - Jl. Mayjend Sungkono - Jl. Padmosusastro - Jl. DR. Sutomo - Jl. Diponegoro - Jl. Pasar Kembang - Jl. Kedung Doro - Jl. Embong Malang - Jl. Bubutan - Jl. Pahlawan - Tugu Pahlawan

Alternatif Jalur

3

Jl. Raya ITS - Jl. Kertajaya Indah - Jl. Manyar Kertoarjo - Jl. Kertajaya - Jl. Sulawesi - Jl. Pande Giling - Jl. Raya Darmo - Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Jend. Basuki Rachmad - Jl. Tegalsari - Jl. Embong Malang - Jl. Bubutan - Jl. Pahlawan - Tugu Pahlawan

Setelah penentuan jalur alternatif yang akan dihitung maka dilakukan proses perancangan hierarki berdasarkan criteria yang telah ditentukan sebelumnya. Hierarki pada pencarian jalur alternatif dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Blok Diagram Hieraki - Uji Coba AHP

Proses ini adalah proses yang terakhir, dimana akan ditampilkan hasil yang berupa saran pilihan jalur alternatif dari beberapa pilihan dengan tampilan berupa nilai rekomendasi berdasarkan persentase yang terbesar pada jalur alternatif tersebut, serta terdapat pula visualisasi peta untuk pilihan jalur alternatif yang memiliki persentase terbesar.

Gambar 7. Diagram Alir Proses AHP 3. Akhir Pengolahan (Post-Processing)

Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan adalah:

(7)

- Sistem Informasi berbasis WebSIG Hasil akhir dari pengolahan ini berupa tampilan browser yang berisi sistem informasi bangunan cagar budaya berbasis webSIG. Dimana selain terdapat peta yang akurat juga didapatkan jalur alternatif terbaik untuk menuju salah satu lokasi bangunan cagar budaya yaitu Tugu Pahlawan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan dari penelitian ini didapatkan hasil akhir berupa Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya Kota Surabaya yang dilengkapi dengan Peta Persebaran Bangunan Cagar Budaya Kota Surabaya.

Peta Bangunan Cagar Budaya

Hasil awal dari pengolahan data adalah peta digital mengenai lokasi persebaran bangunan cagar budaya di Surabaya. Titik-titik yang berisi informasi bangunan cagar budaya sejumlah 153 sesuai dengan hasil yang di import sebelumnya (Tabel koordinat sebaran bangunan cagar budaya terdapat pada lampiran). Banyak titik yang berkumpul di Surabaya wilayah Pusat sehingga persebaran bangunan cagar budaya tidak merata di seluruh Surabaya.

Gambar 8. Peta Garis Kotamadya Surabaya

Gambar 9. Peta Bangunan Cagar Budaya Kota Surabaya

Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya Berbasis Web

Pada halaman web Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya ini terdapat menu utama, yaitu: a. Home, merupakan halaman utama dari web

yang berisi informasi mengenai Bangunan Cagar Budaya yang berada di Kota Surabaya beserta link untuk menampilkan peta dan daftar bangunan cagar budaya.

b. Info Bangunan, berisi informasi mengenai masing-masing bangunan seperti nama, lokasi, SK Walikota, arsitek, periode, luasan, golongan dan koordinat posisi.

c. Sejarah, merupakan halaman yang berisi data informasi bangunan cagar budaya yang berupa nama, nama awal, lokasi dan sejarah yang terkait dengan bangunan tersebut. d. Daftar Bangunan, pada tab berikut berisi

seluruh informasi bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya.

Gambar 10. Halaman Utama

Pada tampilan Peta Bangunan Cagar Budaya bertujuan untuk memudahkan para pengguna dalam mengakses letak bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya. Tampilan peta tersebut dilengkapi dengan sistem informasi geografis berupa letak koordinat, nama, alamat, kecamatan dan lain sebagainya.

(8)

Peta yang tampil pada browser dilengkapi tools-tools yang membuat peta lebih interaktif. Adapun tool-tools yang tersedia, yaitu:

= zoom in (memperbesar tampilan) = zoom out (memperkecil tampilan) = pan (menelusuri bagian peta) = back to original view (kembali ke ukuran semula)

= object information (menampilkan informasi objek dan hotlink gambar) = measure (perhitungan jarak/luasan) Hasil Pengujian Web

Pada pengujian ini akan dilakukan 2 uji coba kinerja sistem yaitu menguji ketepatan sistem informasi dalam merespon request dari pengguna dan menampilkan informasi pada halaman web, menguji fungsi tools object information dan tools navigasi (zoom in, zoom out, pan) pada tampilan peta bangunan cagar budaya di web.

Proses pengujian ketepatan sistem informasi dalam merespon request dari pengguna dan menampilkan informasi pada halaman web yang dimaksud adalah pencarian data bangunan cagar budaya, alamat (lokasi), SK Walikota.

Gambar 11. Uji Tampilan Informasi Layer Bangunan Cagar Budaya

Gambar 12. Tampilan Utuh Sistem Informasi Bangunan Cagar Budaya

KESIMPULAN

1. Dengan adanya sistem informasi bangunan cagar budaya berbasis webgis, maka inventarisasi terhadap bangunan-bangunan yang bernilai historis tinggi dapat dilakukan dengan mudah.

2. Informasi-informasi yang ditampilkan merupakan data yang menunjukkan persebaran dari bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya.

3. Hasil persebaran bangunan cagar budaya berdasarkan SK Walikota yang ada di Kota Surabaya sebanyak 153 bangunan dan paling banyak berada di Surabaya Pusat. 4. Persebaran bangunan terdapat pada wilayah

Surabaya Pusat dikarenakan awal perkembangan Kota Surabaya berada di Surabaya Pusat.

5. Jalur alternatif ditentukan dari Jl. Ahmad Yani, Jl. HR. Muhammad dan ITS Sukolilo dikarenakan Jl. Ahmad Yani merupakan pintu masuk dari Sidoarjo, HR. Muhammad dipilih untuk mewakili wilayah Surabaya Barat, sedangkan ITS Sukolilo untuk wilayah Surabaya Timur.

SARAN

1. Diperlukan server tersendiri untuk menampung hasil Tugas Akhir mahasiswa yang mengambil bidang webGIS agar memudahkan dalam pencarian hosting. 2. Adanya penelitian lanjutan untuk

menganalisa perkembangan Kota Surabaya dari awal hingga saat ini dan dibuat aplikasi dalam bentuk webGIS.

3. Untuk pencarian lebih lengkap mengenai jalur alternatif menuju lokasi-lokasi bangunan cagar budaya memerlukan analisa

(9)

AHP (Analytical Hierarchial Process) yang lebih detail seperti waktu tempuh dan jam sibuk (peak hour).

4. Penambahan analisa non-teknis terkait dengan perkembangan Kota Surabaya dari masa penjajahan Belanda hingga saat ini sehingga dapat menjelaskan persebaran bangunan cagar budaya terdapat di wilayah Surabaya Pusat.

DAFTAR PUSTAKA

Burrough, PA. 1994. “Principles of Geographical Information System for Land Resurces Assessment”. New York : Oxford University Press Inc.

Charter, D. 2004. Desain dan Applikasi GIS, Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.

Gunadi. 1996. “Pemikiran Kembali Tentang Pengertian Situs Arkeologi”, Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII, Proyek Penelitian Arkeologi Jakarta, Cipanas, 12 – 16 Maret, 1996.

Gunarso, P., dkk. 2003. Modul Pelatihan Dasar-dasar Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Geografis. Malinau research forest.

Kasnowihardjo, G., Maret 2009. Pengelolaan Benda dan Kawasan Cagar Budaya 2009. <URL

http://proboyekso.blogspot.com/2009/03/pen gelolaan-benda-dan-kawasan-cagar.html>. Dikunjungi pada tanggal 19 Nopember 2010. Pukul 12:05.

Nuryadin, Ruslan. 2005. Panduan Menggunakan MapServer. Bandung: informatika.

Pemerintah Kota Surabaya, 2010. Cagar Budaya Kota Surabaya. <URL http://www.surabaya.go.id/wisata/index.php? id=24>. Dikunjungi pada tanggal 19 Nopember 2010. Pukul 07:30 WIB.

Peta, 2010. <URL

http://geografi.sekolahvirtual.or.id/>.

Dikunjungi pada tanggal 5 Februari 2010, jam 5.45 WIB.

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika. Prahasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis:

Membangun Aplikasi Web-Based GIS Dengan MapServer. Bandung: Informatika. Profil Kota Surabaya, Jawa Timur. <URL

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/j atim/surabaya.pdf>. Dikunjungi pada tanggal 13 Januari 2011. Pukul 18:11 WIB.

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Lembaran Negara RI Tahun 1992. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 1993. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Sekretariat Negara. Jakarta.

Sitindaon, Fernando. 2003. Membuat Aplikasi Web Database Dinamis Menggunakan Paket Open Source. Jakarta: Gramedia.

Sukawi, Maret 2008. Konservasi-Pelestarian Arsitektur: Pelestarian Cagar Budaya. 2008 <URL

http://pelestarian.blogspot.com/2008/03/pelest arian-cagar-budaya.html>. Dikunjungi pada tanggal 19 Nopember 2010. Pukul 12:05.

Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Surabaya   Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara  lain :
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian  Berikut penjelasan dari diagram alir diatas:
Tabel 1. Tabel cagar_budaya
Tabel 5. Tabel jalansby
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam

Oleh karena itu siswa-siswi TK Dharmawanita Persatuan Terung Kulon Krian, dan anak-anak remaja tersebut adalah anggota Karang Taruna Perumahan MCA, RW 5 desa Boro

Konsep wisata yang mementingkan self-experience atau yang sering disebut dengan pengalaman wisata melalui kegiatan yang bertanggung jawab serta melalui tren wisata

Ada beberapa para petani karet yang menanam pohon karetnya 3 meter dikali 2 meter karena untuk memperbanyak jumlah pohon karet yang akan ditanam karena

Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong olah adanya kenaikan

Dari Tabel 1 dapat dilihat hasil seleksi menggunakan media MS yang diberi tambahan 20% PEG untuk IS peubah panjang epikotil hanya satu genotipe mutan yang

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan memanfaatkan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh pada pengungkapan tanggung jawab sosial di

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Persepsi Teknologi Informasi, Risiko Dan Handling Complaint Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking Pada Bank Syariah