• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan dan Realitas Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Kebijakan dan Realitas Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Madiun"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Implementasi K ebijakan dan Realitas Penataan Pedagan g K aki Lima di K ota M adiun

Dieskhe Alya Fitrade lla

dieskhe.alya.f@ m ail.ugm .ac.id

Dyah W idyastuti

dieskhe.alya.f@ m ail.ugm .ac.id

Abstract

The government made a Peraturan Daerah Kota Madiun No. 14 of 2012 to organize

street vendors in Madiun.. So, this research aim s to identify the impleme ntation of Peraturan

Daerah Kota Madiun No. 14 of 2012 and government programs in M adiun; and to analy ze the

inhibiting and supporting factors of policy implementation. The method used in this study was

qualitative method. The sampling technique used purposive sam pling and accidental sampling.

The data validity was tested by data triangulation and analy zed using inte ractive analy sis

.

Implementation street vendors arrangement and empowerme nt has not gone well. Five

program s not succeeded while 4 other programs succeeded because can provide be nefits for

government and street vendors. The implementation is not optimal caused by several inhibiting

factors such as human resources a re scarce, and the street vendors are still against the rules.

Supporting factors suc h as good coordination and cooperation of all stakeholders, and the

government is firm against rules.

Keywords: implementation, arrangement, street vendor, Madiun City.

Abstrak

Pem erintah Kota M adiun m em buat kebijakan Perda No.14 Tahun 2012 untuk m enata

PKL. Im plem entasi di lapanga n, program dan kegiatan penataan pedagang kaki lim a m asih

m engalam i kendala. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujua n untuk m engidentifika si

im plem entasi Peraturan Daerah Nom or 14 Tahun 2012 dan program kegiatan yang telah

dilakukan oleh pem erintah di Kota M adiun, dan m enganalisis faktor -faktor pengham bat dan

pendukung im plem entasi kebijakan. M etode yang digunakan dalam penelitian adalah

pendekatan kualitatif. Diolah dengan teknik triangulasi dan dianalisis de ngan ana lisis

interaktif. Im plem entasi penataan dan pem berdayaan PKL Kota M adiun belum berjalan baik.

Lim a program belum berhasil sedangkan 4 program lainnya berhasil karena m am pu

m em berikan m anfaat bagi pem erintah dan PK L. Im plem entasi belum optim al disebabkan oleh

faktor pengham bat yaitu SDM yang dim iliki pem erintah m asih kurang, dan PKL m asih

m elanggar peraturan. Faktor pendukung seperti koordinasi dan kerjasam a yang baik dari

SKPD, dan pem erintah tegas terhada p aturan.

Kata kunci: im plem enta si, penataan, pedagang kaki lim a,

Kota M adiun.

(2)

2 PEN D A HU LU AN

Berlakunya dualisme ekonomi di negara berkembang merupa kan salah satu faktor terhambatnya pembangunan ekonomi di negara berkembang khususnya Indonesia (M ulyani, 2014). Selain itu, adanya pemutusan hubungan kerja (PH K ) bagi pekerja yang sebelumnya di sektor formal, outsourcing, pengura ngan u nit produksi, dan sebagainya mengakibatkan pengangguran di negara-negara berkembang seperti Filipina, K orea Selatan, Thailand, M alaysia, India, dan Indonesia (Bhow mik, 2005). Sebagian besar pengangguran beralih ke sektor informal. Kondisi secara umum kota‐ kota di Indonesia saat ini bersifat “dualistik” yang digambarkan dengan ada nya sektor formal dan informal, serta tradisional dan modern (W idjajanti, 2012). D elapan tahun terakhir, pertumbuhan sektor formal cenderung lebih tinggi ketimbang pekerja sektor informal. M eski demikian, di tahun 2019 pekerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja di sektor informal yaitu 57,27 persen, dibanding pekerja informal 42,73 persen (Badan Pusat Statistik, 2019).

K eberadaan Pedagang K aki Lima dalam sektor informal menjadi masalah yang sulit diselesaikan oleh negara yang sedang berkembang maupun pemerintah daerah di Indonesia dan khususnya bagi pemerintah K ota M adiun. Sebagai kota perdagangan dengan slogan M adiun K ota GA D IS (Perdagangan, Pendidikan dan Industri), pedagang kaki lima (PK L) K ota M adiun diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik M adiun. D ata dari D inas Perdagangan K ota M adiun tahun 2017 , menunjukkan sebanyak 912 PK L K ota M adiun yang tersebar di 25 paguyuban harus ditata 616 PK L diantaranya telah resmi terdaftar di Pemkot M adiun dengan kepemilikan kartu tanda daftar usaha (K TD U ), sedangkan si sanya masih sebagai PK L tidak resmi. K eberadaan PK L di M adiun ini menimbulkan permasalahan seperti terganggunya fasilitas umum atau prasarana kota, adanya benturan dengan Rencana Tata Ruang W ilayah K ota M adiun, dan menimbulkan dam pak terhadap lingkungan perkotaan maupun masyarakat sekitar terutama

menyangkut kebersihan, ketertiban, keindahan, kesehatan, dan keamanan kota.

U paya penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima telah dilakukan oleh pemerintah K ota M adiun yang ditangani oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan D inas Perdagangan K ota M adiun diatur dalam Peraturan D aerah N omor 14 Tahun 2012. K ebijakan men genai penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima telah ditetapkan cukup lama yaitu sudah berjalan hampir 7 tahun. Implementasi di lapangan, setiap program dan kegiatan penataan pedagang kaki lima masih mengalami kendala. Proses perencanaan tata ruang seringkali belum mempertimbangkan keberadaan dan kebutuhan ruang untuk PK L. Implementasi kebijakan dilakukan dengan melihat tahapan implementasi dari program yang telah dibuat oleh pemerintah atas dasar kebija kan penataan pedagang kaki lima.

Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. M engidentifikasi implementasi Peraturan D aerah N omor 14 Tahun 2012 tentang Penataan PK L dan program kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di K ota M adiun ; 2. M enganalisis faktor-faktor penghambat dan pendukung implementasi kebijakan Peraturan D aerah N omor 14 Tahun 2 012.

M ETOD E PEN ELITIA N

Penelitian yang dilakukan mengenai implementasi kebijakan penataan PK L menggunakan pendekatan kualitatif. D ata yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data pokok yang digu nakan dalam penelitian ini dengan observasi/ pengamatan langsung; w aw ancara in-depth interview kepada informan dan dokumentasi. D ata sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah buku literatur terkait pedagang kaki lima termasuk literatur penelitian yang sejenis, dokumen kebijakan terkait pedagang kaki lima seperti Perda N omor 14 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang K aki Lima di K ota M adiun dan data program/kegiatan untuk

(3)

3 PK L di Dinas Perdagangan dan Satpol PP K ota

M adiun.

U nit analisis yang digunakan adalah pedagang kaki lima. K eterbatasan w aktu, biaya, dan tenaga membuat pengambilan data pada penelitian ini tidak dilakukan untuk seluruh populasi, tetapi menggunakan sampel yang mew akili populasi. M emilih sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sam pling. Purposive sam pling ini diambil

dengan pertimbangan bahw a Satpol PP dan D inas Perdagangan sebagai pembuat program dan kebijakan berdasarkan Perda N o. 14 Tahun 2012 dan D inas Lingkungan H idup yang mengaw asi masalah lingkungan di K ota M adiun sekaligus terkait masalah kebersihan lapak PK L.

W aw ancara terhadap PK L M adiun dilakukan berdasarkan pembagian jadw al usaha dan lokasi yang telah ditetapkan pada Peraturan W alikota N o. 19 Tahun 2019. K etiga puluh lokasi sebaran PK L kemudian dikelompokkan menjadi 6 cluster berdasarkan posisi relatif dan kemiripan kaw asan disekitarnya. M asing -masing cluster selanjutnya dipilih beberapa informan agar seluruh informasi dari PK L K ota M adiun dapat terw akili meskipun melalui pendekatan kualitatif (Tabel 1).

Tabel 1 Penentuan Sam pel PKL di Kota M adiun Berdasarkan Pem bagian Lokasi dan Jadwal U saha Sesuai Peraturan W alikota

No. 19 Tahun 2019

N o Area (A) Lokasi

1 A 1 Jl. Yos Sudarso 2 Jl. Diponegoro 3 Jl. Im am Bonjol 4 Jl. Sum bawa 5 A 2 Alun-Alun Barat 6 Alun-Alun Tim ur 7 A 3 Jl. Hj. Agus Salim 8 Jl. Cokroam inoto 9 Jl. Panglim a Sudirm an 10 Jl. M ayjend Sungkono 11 A 4 Stadion W ilis 12 Lapangan Gulun 13 Jl. Abdurahm an Saleh 14 Jl. Setya Budi

15 A 5 Bundaran Tam an Praja

16 A 6 Tam an H iburan Dem angan

Sum ber: K onstruksi Penulis, 2019

M etode sam pling tujuan kedua kepada masyarakat sekitar lokasi dagang PK L dan pejalan kaki adalah accidental sam pling. Pengolahan data dilakukan menggunakan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang

digunakan dilakukan meng gunakan mo del analisa data interaktif.

HA SIL D AN PEM BA HA SA N

1. Karakteristik Pedagang Kaki Lima Kota M adiun

Jumlah PK L K ota M adiun tahun 2013 yang berhasil didata oleh D inas Perdagangan adalah 104 PK L. jumlah PK L ditahun 2016 sampai 2017 tidak mengalami peningkatan, namun ditahun 2018 jumlah PK L mulai bertambah sebanyak 177. Berdasarkan hasil interpretasi penambahan jumlah PK L paling besar tidak pada lokasi lama. Pertumbuhan jumlah PK L paling jelas terlihat adalah pada lokasi-lokasi baru yaitu, Lapangan W inongo, Imam Bonjol, A bdurahman Saleh, TH D , dan Jalan S.Parman. Sedangkan lokasi lama yang mengalami pertumbuhan jumlah PK L hanya pada 4 lokasi yaitu Jalan Cokroaminoto, Jalan Panglima Sudirman, Jalan A lun-A lun Timur, dan Jalan M erpati. Secara garis besar, jumlah PK L K ota Madiun telah mengalami peningkatan dari tahun 201 3 hingga 2018, baik dari PK L yang menetap maupun berkeliling.

Sebelum membahas lebih jauh menge nai penataan PK L K ota M adiun, perlu diketahui karakteristik sosial, ekonomi, dan spasial serta alasan PK L memilih menjalani pekerjaan sebagai pedagang kecil.

a. Karakteristik Sosial PKL Kota M adiun Penentuan karakteristik sosial yang pertama adalah mencakup kelompok usia. K elompok usia yang digunakan mengacu pada klasifikasi BPS (Badan Pusat Statistika). Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh dari paguyuban PK L yaitu data keanggotaan PK L K ota M adiun tahun 2019 sebagian besar pedagang berada pada kelompok usia produktif (15-64 tah un) yaitu kelahiran tahun 1990 sampai tahun 1955. H al tersebut sesuai dengan hasil temuan di lapangan, rata -rata PK L juga berada pada usia produktif yaitu berkisar antara lebih dari 25 tahun dan kurang dari 60 tahu n .

Secara umum, PK L K ota M adiun memiliki status pernikahan telah menikah. H al tersebut juga diperjelas melalui hasil survei D inas Perdagangan tahun 2013 terhada p 104

(4)

4 PK L, bahw a jumlah anggota keluarga PK L

rata-rata berjumlah 3-6 orang. H asil temuan di lapangan menunjukkan hal yang sesuai yaitu sebagian besar dari PK L yang diw aw ancari telah menikah. K arakteristik status perkaw inan ini berhubungan denga n jumlah pendapatan dalam suatu rumah tangga. A rtinya bagi PK L yang telah menikah, apabila memiliki banyak tanggungan keluarga maka kepala keluarga harus lebih banyak usaha untuk memperoleh pendapatan.

PK L K ota M adiun pada umumnya masih didominasi oleh PK L dengan jenis kelamin laki-laki. H asil survei D inas Perdagangan terhadap 104 PK L tahun 2013 juga menunjukkan lebih dari 80 PK L merupakan laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Pengamatan di lapangan menunjukkan hal serupa, bahw a PK L laki -laki jauh lebih banyak dari pada PK L perempuan. N amun, PK L perempuan juga sering dijumpai diseluruh lokasi yang digunakan PK L K ota M adiun untuk berdagang. M aka da pat dikatakan bahw a jenis kelamin bukan faktor penghambat atas profesi ini.

K arakteristik sosial dengan kriteria pendidikan bagi PK L K ota M adiun dapat dikatakan masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pendataan oleh D inas Perdagangan tahun 2013, secara umum PK L K ota M adiun memiliki pendidikan terakhir ditingkat SD , SM P, dan SMA atau sederajat . A rtinya, tingkat pendidikan tidak berpe ngaruh terhadap jenis bidang usaha yang ditekuni PK L karena tingkat pendidikan buka n merupakan syarat utama dalam pekerjaan ini. Pendidikan PK L yang termasuk rendah seharusnya menjadi peluang bagi pemerintah untuk mendu kung sektor informal terus berkembang dengan cara melakukan pembinaan dan pelatihan pengelolaan berusaha, pengelolaan keuangan, dan sebagainya yang bisa membantu meningkatkan skill PK L.

b. Karakteristik Ekonomi PKL Kota M adiun

Secara umum usaha yang ditekuni oleh PK L K ota M adiun didominasi pada bidang

kuliner yaitu makanan dan minuman . H al tersebut dibuktikan berdasarkan observasi lapangan dan data dari daftar keanggotaan paguyuban PK L tahun 2019 K ota M adiun yang menunjukkan jumlah PK L dibidang kuliner jauh lebih banyak dibanding kan PK L jenis dagangan lain seperti mainan, baju, rokok, dan sebagainya. Selain itu, survei yang dilakukan oleh D inas Perdagangan tahun 2013 kepad a 104 PK L juga menunjukkan sebagian besar PK L M adiun berjualan makanan dan minuman.

Secara umum, pendapatan kotor rata -rata PK L K ota M adiun dibidang kuliner setiap harinya adalah >Rp.10 0.000 ,00->Rp.1.000 .000,00. D idukung berdasarkan hasil survei yang dilakukan pemerintah kepada 104 PK L ditahun 2013 yang menunjukkan rata -rata pendapatan PK L dalam satu hari yai tu Rp.100.000,0 0-Rp.200.0 00,00 . Terdapat perbedaan pendapatan yang cukup terlihat PK L di tahun 2019 dan ditahun 2013. H al tersebut dapat dipengaruhi oleh peningkatan U M K K ota M adiun (U pah M inimum K abupaten/K ota) yang meningkat dari Rp.95 3.000,00 me njadi Rp.1.80 1.406 ,09 ditahun 2019 berdasarkan Surat K eputusan G ubernur Jaw a Timur N o. 188/665/K PTS/013/2018 tentang U PA H M inimum K abupaten/K ota di Jaw a Timur Tahun 201 9. Semakin tinggi penghasilan masyarakat K ota M adiun, maka daya beli masyarakat juga ikut meningkat. A rtinya, konsumsi domestik masyarakat termasuk untuk membeli barang dagangan yang dijual oleh PK L juga cenderung meningkat. O leh karena itu, penghasilan PKL juga ikut meningkat setiap tahunnya.

H al lain yang mempengaruhi pendapatan PK L adalah terdapat perbedaan modal aw al dan lokasi PK L berjualan yang secara umum semakin strategis lokasi PK L maka pendapatan PK L juga semakin bagus. Survei terhadap 104 PK L tahun 2013 oleh pemerintah K ota M adiun memiliki kisaran modal aw al yaitu Rp.100.000,0 0-Rp.1.500 .000,00.M odal harian yang digunaka n PK L juga berbeda -beda, hal ini dikarenakan kebijakan dari masing -masing pedagang dan pola pengeluaran yang berbeda -beda disetiap lokasi. Secara umum, modal aw al

(5)

5 harian PK L K ota M adiun dengan jenis

dagangan kuliner yaitu Rp.50.000,00-Rp.500.000,00. M odal harian ini hanya sebagai modal yang dibutuhkan PK L untuk memodali barang yang akan dijual dalam satu hari.

c. Karakteristik Spasial Kota M adiun Secara umum berdasarkan observasi diseluruh K ota M adiun, PK L M adiun didominasi oleh pedagang dengan jenis dagangan kuliner. Sebagian besar mereka menggunakan trotoar disepanjang jalan ruang K ota M adiun sebagai lokasi mereka berjualan, pengelompokkannya bersifat linier agglom eration. PK L K ota M adiun didominasi dengan PK L yang menggunakan tenda semi permanen dan gerobak bagi PK L semi statik. Sedangkan untuk PK L K ota M adiun yang sifatnya m obile atau keliling secara umum menggunakan motor dan gerobak beroda sebagai sarana dagang.

Secara umum pemilihan lokasi PK L K ota M adiun menyebar pada bagian -bagian kota yang ramai lalu lintas dan memiliki lebar jalan yang luas. U munya, pembeli yang ingin membeli barang dagangan di badan jalan sebagai lokasi parkir. Selain itu PKL yang berjualan dimalam hari pada umumnya lebih ramai dikunjungi oleh pembeli (G ambar 1).

Gam bar 1 PKL K ota M adiun yang ram ai pem beli dim alam hari Sum ber: O bservasi Lapangan, April 2019

2. Implementasi Program dan Kebijakan Penataan PKL

Implementasi kebijakan dalam penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pembuat ke bijakan untuk menangani permasalahan PK L di K ota M adiun. Berdasarkan implementasi kebijakan di lapangan dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan yang dibuat pemerintah K ota M adiun.

2.1. R egulasi Penataan PKL Kota M adiun

2.1.1.

D aftar R egulasi Penataan PKL Kota M adiun

Tabel 2 Regulasi Penataan PKL Kota M adiun

Peraturan Keterangan

Peraturan Daerah Kota M adiun No. 04 Tahun

2006 tentang

Penyelenggaraan

Ketentram an dan

Ketertiban Um um

-Penyelenggaraaan ketentram an dan ketertiban di tem pat-tem pat um um , jalanan um um , dan trotoar. -Larangan-larangan yang harus dihindari pada saat berada di tem pat um um , m eliputi Pasal 8 e dan 8p:

 larangan m enggunakan dan/atau m endirikan bangunan di tepi dan/atau di atas jalan um um , saluran air dan fasilitas um um  larangan m enggunakan tem pat um um , yang

dikuasai oleh Pem erintah Daerah, sebagai tem pat tinggal, m enginap, berjualan m aupun kegiatan-kegiatan lainnya.

Peraturan Daerah Kota M adiun Nom or 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Kota M adiun Tahun 2010-2030

-Rangkaian rencana pem bangunan fisik kota di Kota M adiun dengan ketentuan-ketentuan tertentu m eliputi Pasal 35 dan 43:

 Pengem bangan sentra-sentra (PKL) di kawasan pusat pelayanan sekaligus sebagai daya tarik w isata.

 Lokasi kawasan peruntukan ruang bagi PKL dalam 21 titik dan arahan penataan PKL Peraturan Daerah Kota

M adiun Nom or 14 Tahun 2012 tentang

Penataan dan

Pem berdayaan Pedagang K aki Lim a

-Penataan PKL : pendataan PKL; pendaftaran PKL; penetapan lokasi PKL; pem indahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan perem ajaan lokasi PKL.

-Pem berdayaan PKL: peningkatan kem am puan berusaha; fasilitas akses perm odalan; fasilitas bantuan sarana dagang; penguatan kelem bagaan; fasilitas peningkatan produksi; pengolahan, pengem bangan jaringan dan prom osi; dan pem binaan dan bim bingan teknis.

-Hak-hak PKL, -Kewajiban PKL,

-Larangan-larangan, dan sanksi bagi PKL. Peraturan Daerah Kota

M adiun Nom or 11 Tahun 2017 tentang Retribusi Pelayanan Persam pahan/ Kebersihan

-Retribusi pelayanan persam pahan atau kebersihan:  PKL m enetap diwajibkan m embayar

retribusi kebersihan sebesar Rp.250,00/hari  PKL yang bersifat mobile m embayar

Rp.200,00/hari

Peraturan Daerah Kota M adiun Nom or 23 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah

sebagaim ana telah

diubah dengan

Peraturan Daerah Kota M adiun Nom or 25 Tahun 2017

-Pajak daerah wajib dibayarkan oleh setiap penduduk Kota M adiun. PKL m em bayar pajak restoran (warung/pedagang kaki lima) sebesar Rp.500,00.

Peraturan Daerah Kota M adiun Nom or 17 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kota M adiun Nom or 04 Tahun 2014 tentang

Rencana Jangka

M enengah Daerah

Kota M adiun Tahun 2014-2019

-Rencana program kerja untuk m engatasi perm asalahan sinkronisasi regulasi PKL melalui perwujudan program pem binaan PKL Kota M adiun.

Peraturan W alikota M adiun No 19 Tahun 2019

-Rincian 29 titik lokasi sem entara bagi PKL yang diperbolehkan sebagai lokasi berdagang

-W aktu berdagang PKL yang diizinkan oleh pem erintah.

(6)

6 Berdasarkan tabel di atas, beberapa

peraturan mengenai PK L tidak ada satupun yang menjelaskan lokasi permanen bagi PK L berjualan. Lokasi yang disebutkan dalam Perda N o. 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah K ota M adiun, Perda N o.14 Tahun 20 12, dan Perw al K ota M adiun N o.19 Tahun 2019 hanya sebagai lokasi binaan sementara. Sehingga, tidak ada dasar hukum yang kuat bagi PK L untuk terus mempertahankan lokasi berdagang mereka dalam jangka w aktu lama.

Pada setiap peraturan yang terkait PK L, tidak disebutkan batasan jumlah PK L yang ada dalam satu kawasan dan yang mengatur l uasan lapak maupun lokasi bagi PK L untuk mendirikan tenda atau sarana dagang milik mereka. Pemerintah K ota M adiun menetapkan berbagai Peraturan D aerah untuk secepat mungkin mengatasi permasalahan PK L. H al ini merupakan imbas negatif dari otonomi daerah, sehingga beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah tidak sepenuhnya dilatarbelakangi oleh kajian terhadap kebutuhan dan kepentingan PK L yang pada akhirnya tidak memberikan dampak ma nfaat secara langsung.

K urang pemahaman pemerintah mengenai kondisi permasalahan di lapangan mengakibatkan perda yang terkesan dipaksakan atau tanpa dasar hukum yang jelas. Seperti pada Perda N o. 14 Tahun 2012 bagian peremajaan lokasi PK L yang tidak dijelaskan secara rinci peremajaan lokasi yang harus dila ksanakan oleh D inas Perdagangan. Perda yang tidak menjelaskan setiap regulasinya secara jelas tentunya akan menyebabkan multi tafsir pada saat implementasinya. Secara garis besar, dapat dikatakan kebijakan mengenai PK L K ota M adiun masih terdapat kekuranga n, meskipu n demikian peraturan satu dengan peraturan lain saling melengkapi dan sinkron.

2.1.2.

Penataan dan Pemberdayaan PKL

Berdasarkan Peraturan D aerah N o. 14 Tahun 2012, Program dan Kegiatan Pemerintah Kota M adiun Tabel 3 Rencana Program dan Kegiatan Pem erintah K ota M adiun Berdasarkan Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2012

Tahun Kategori Program Kegiatan

2013 Penataan PKL Pendataan PKL Pendataan 104 PKL Kota M adiun 2014 Pem berdayaa n PKL Pem binaan dan bim bingan teknis PKL

Sosialisasi Perda No. 14 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pem berdayaaan PKL 2015 Peningkatan kem am puan berusaha PKL Pengawasan m utu dagangan PKL m elalui pelatihan kuliner m endatangkan chef 2016 Penataan dan Pem berdayaa n PKL Pem binaan, bim bingan teknis dan penetapan lokasi PKL Sosialisasi dan

Pem binaan Pedagang Kaki Lim a terkait Peraturan W alikota No. 14 Tahun 2016

tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota M adiun No. 14 Tahun 2012 Penataan PKL Pem indahan dan penghapusan lokasi PKL Pem indahan PKL di Jl. Kartini, Jl. Batang Hari, dan Jl. Nori ke Pasar K otak Srijaya 2017 Penataan dan Pem berdayaa n PKL Pem binaan dan pendaftaran PKL - Pelatihan Kuliner Pedagang K aki Lim a -Pem bagian KTDU

2018 Penataan dan Pem berdayaa n PKL Perem ajaan lokasi PKL dan penguatan kelem bagaan -Sosialisasi dan

pem binaan ulang PKL. -Lom ba Ketertiban, Keindahan, dan Kerapian antar Paguyuban PKL 2019 Perem ajaan lokasi PKL dan penguatan kelem bagaan Lom ba Ketertiban, Keindahan, dan Kerapian antar Paguyuban PKL Penataan PKL Pem indahan dan penghapusan lokasi PKL Pem indahan PKL CFD di Jalan Pahlawan ke Tam an Bantaran Kali M adiun di Jalan Ahm ad Yani

Sum ber: D ata Prim er, 2019

Program dan kegiatan yang telah direncanakan oleh pemerintah sebagai upaya perw ujudan dari Peraturan D aerah K ota M adiun N o. 14 Tahun 201 2 dikelompokkan dalam kategori penataan dan pemberdayaan. Secara keseluruhan menunjukkan, masih terdapat program dan kegiatan dari D inas Perdagangan K ota M adiun yang belum sinkron.

1. Penataan PKL

Penataan PK L K ota Madiun terdiri dari lima tahapan seperti yang tertuang dalam Perda N o.14 Tahun 2 012, Pasal 6. D inas Perdagan gan

(7)

7 dalam merencanakan program dan kegiatan

tidak sesuai dengan urutan tahapan penataan PK L yang tertuang dalam kebijakan tersebut. Pemerintah hanya berfokus pada anggaran yang telah disiapkan setiap tahunnya, sehingga dalam penyusunan program dan kegiatan tidak sinkron antara tahun sebelum dan tahun sesudahnya.

Tahap penataan PK L yang perlu dilakukan pemerintah jika disesuaikan dengan perda yang mengatur adalah pendataan PK L K ota M adiun. Pada tahap pertama, D inas Perdagangan telah menjalankan program yang sesuai yaitu pendataan ke 104 PK L ditahun 2013. D itahun selanjutnya, pemerintah melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap pedagang kaki lima terkait Peraturan W alikota N o. 14 Tahun 2016. D apat dikatakan, langkah pemerintah dalam hal melakukan penataan PK L K ota M adiun ini terbilang lambat. H al ini dikarenakan selama 2 tahun yaitu tahun 2014 sampai 2015 pemerintah hanya melakukan pemberdayaan PK L saja tanpa ada penataan bagi PK L.

K egiatan sosialisasi ditahun 2016 termasuk dalam kategori penataan dan pemberdayaan PK L dengan langkah untuk pembinaan dan bimbingan teknis sekaligus penetapan lokasi PK L. Pada Perwal N o. 14 tahun 2016 juga telah diatur 29 lokasi bagi PK L yang dilengkapi dengan peratura n jam berdagang PK L. D inas Perdagangan bersama Satpol PP melakukan relokasi kepada PK L di Jalan K artini, Jalan Batang H ari, dan Jalan N ori ke Pasar K otak Srijaya. Pada saat dilakukan relokasi ini, pemerintah belum melakukan pendaftaran PK L sebagai PK L resmi yang berizin. Sehingga, saat direlokasi PK L tidak memiliki kekuatan hukum untuk melakukan penolakan. Tahun 2017, D inas Perdagangan baru merencanakan program pendaftaran PK L. Program ini terbilang cukup terlambat implementasinya karena selama hampir 5 tahun Perda N o. 14 Tahun 2012 disahkan.

Program penataan PK L yang dilakukan oleh pemerintah ditahun 2018 adalah peremajaan lokasi PK L. Rencana program peremajaan ini belum sesuai dengan

pelaksanaan kegiatan yang dilaku kan oleh D inas Perdagangan. H al ini dikarenakan isi dari Perda N o. 14 tahun 2 012 yang tidak secara spesifik menjelaskan langkah peremajaan lokasi yang dimaksud. Sehingga, dalam implementasinya Dinas Perdagangan mew ujudkan program peremajaan lokasi PK L melalui kegiatan sosialisasi dan pembinaan ulang saja kepada PK L.

Secara keseluruhan, tahapan penataan PK L sangat penting untuk dilakukan secara sistematis sesuai dengan Perda N o. 14 Tahun 2012. Perencanaan pro gram yang tidak sistematis justru menimbulkan hasil yang tidak sinkron antara program dan kegiatan yang dibuat oleh pemerintah khususnya D inas Perdagangan K ota M adiun. H al ini menyebabkan PK L menjadi terhambat dalam memperoleh hak-haknya. K etidakjelasan arah perencaanaan program disebabkan oleh kurang pahamnya pemerintah terhadap permasalahan PK L di lapangan. Sehingga, pemerintah tidak memiliki strategi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan penataan PK L di K ota M adiun.

2. Pemberdayaan PKL

Pemberdayaan PK L secara umum dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri PK L agar memiliki keterampilan dalam berusaha. D inas Perdagangan K ota M adiun melakukan pemberdayaan PK L melalui program peningkatan kemampuan berusaha, penguatan kelembagaan, serta melalui program pembinaan dan bimbin gan teknis yang diw ujudkan dengan kegiatan sosialissi dan pelatihan.

Secara keseluruhan berdasarkan rincian program pemberdayaan dan penataan PK L yang dilakukan D inas Perdagangan jauh lebih baik dan efektif, a pabila dalam satu tahun sudah mencakup penataan PK L sekaligus pemberdaayaan PK L. Pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PK L yang tidak saling bersinergi m enyebabkan keterlambataan PK L untuk memperoleh in formasi, hak-haknya, dan juga dapat menimbulka n masalah lainnya dari ketidaksinkronan perencanaan program dan

(8)

8 kegiatan. H asil yang diharapkan dalam

penataan dan pemberdayaan PK L bisa saja tidak sesuai dengan rencana yang dibuat. O leh karena itu, pemerintah khususnya D inas Perdagangan yang memiliki fungsi penting menata dan memberdayakan PK L perlu lebih serius dalam menentukan strategi dan menyusun program kegiatan untuk PK L.

2.2. Implementasi Peraturan D aerah N o. 14 Tahun 2012, Program dan Kegiatan Pemerintah Kota M adiun Sebagai U paya Penataan dan Pemberdayaan PKL

H asil penelitian menunjukkan m asih terdapat perbedaan penilaian implementasi dari sudut pandang pemerintah dan PK L. U ntuk mengatasi semakin berbedanya pandangan antara pemerintah dan PK L, maka sudah seharusnya dilakukan perundingan a ntara kedua belah pihak.

U paya pemerintah untuk mengatur dan menata PKL K ota M adiun merupakan hal positif yang harus diapresiasi. H al ini dapat terlihat dari upaya pemerintah mendata PK L K ota M adiun sejak tahun 2013 hingga tahun 2019 ini. M eskipun, dalam implementasinya pemerintah belum mampu mendata keseluruhan PK L secara merata. Pemerintah khususnya D inas Perdagangan kekurangan tenaga dalam mendata seluruh PK L K ota M adiun. H al ini sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan yang tepat bagi pemerintah untuk tidak dapat melakukan pendataan PK L secara merata. A nggara dana yang disiapkan untuk pendataan PK L cukup besar, sehingga seharusnya pemerintah bisa menggunakan tenaga survey lain dengan anggaraan yang ada.

Pelaksanaan sosialisasi belum sepenuhnya memenuhi harapan pemerintah bahw a PK L akan memahami dan mendapatkan manfaat dari pembinaan. Seperti pada pelaksanaan sosialisasi Perda N o. 14 Tahu n 2012 ditahun 2013 dan sosialisasi Perw al N o. 14 Tahun 2016 ditahun 2016. Tahun pertama pelaksanaan sosialisasi kebijakan seharusnya pemerintah mulai merangkul paguyuban PK L

meskipun pada saat itu mereka belum terbentuk secara resmi. D apat diinterpretasik an bahw a sikap pemerintah pada saat itu belum cukup aktif terhadap seluruh aktor yang terlibat penataan PK L.

K ondisi di lapangan setelah adanya sosialisasi tersebut menunjukkan, masih terdapat PK L yang berjualan di lokasi tidak sesuai peruntukannya dan tidak sesuai w aktu berdagangan yang ditentukan pemerintah. H al ini karena pada umunya PK L beranggapan lokasi yang ditempati lebih ramai dibandingkan lokasi yang ditentukan pemerintah serta jam berdagang tersebut dianggap terlalu membatasi PK L dalam bekerja.

1. Keberhasilan atau Kegagalan Implementasi Kebijakan Penataan PKL

K eberhasilan maupun kegagalan implementasi kebijakan diidentifikasi berdasarkan terlaksananya program kegiatan yang telah direncanakan oleh pemerintah serta tercapainya tujuan dan manfaat dari pemb uat kebijakan maupun bagi kelompok sasaran kebijakan yaitu PK L.

Secara keseluruhan, 5 program belum berhasil terlaksana dengan baik sedangkan 4 program lainnya dapat dikatakan berhasil. Program dapat dikategorikan berhasil jika dari sisi pemerintah mampu mencapai tujuan yang diinginkan dan dari sisi PK L memperoleh manfaat atas program maupun kegiatan yang dibuat. D apat disimpulkan bahw a penataan dan pemberdayaan PK L K ota M adiun belum berjalan dengan baik. H al ini didasarkan atas belum terw ujudnya kepatuhan PK L dan ketertiban sebagaimana yang diharapkan pemerintah K ota M adiun. Selain itu, bukti penataan dan pemberdayaan yang belum maksimal juga dipengaruhi oleh isi dari kebijakan yang mengatur masih terdapat kekurangan, keputusan yang diambil dala m hal perencanaan prog ram yan g belum mengakomodasi kepentingan PK L, dan implementasi kebijakan yang masih belum sepenuhnya mencapai tujuan program.

(9)

9 3. Faktor-Faktor Implementasi Kebijakan

Penataan PKL

Berdasarkan analisis sebelumnya dapat dikatakan bahw a penataan PK L di K ota M adiun belum berjalan dengan baik. Sub bagian terakhir akan menjelaskan mengenai berbagai faktor yang ada dalam implementasi kebijakan penataan PK L di K ota M adiun. M enurut V an M eter & V an H orn dan M azmanian & Sabatier terdapat variabel dalam implementasi kebijakan yaitu kom unikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi, karakteristik dari masalah, karakteristik dari kebijakan, dan kondisi lingkungan.

3.1. Faktor Pendukung Keberhas ilan Implementasi Kebijakan Penataan PKL

1.

K oordinasi dan kerjasama antar SK PD terjalin baik dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk PK L: Secara garis besar pemerintah berhasil membangun komunikasi dan kerjasama dari setiap penyelenggaraan program dan kegiatan yang ada dengan keterlibatan seluruh pihak yaitu masing-masing SK PD . H al ini dinilai dari terlaksananya program dan kegiatan yang telah direncanaka n D inas Perdagangan, dan instansi terkait lainnya setiap tahun.

2.

K omunikasi vertikal yang baik antara pemerintah dengan PK L melalui kegiatan pembinaan: Secara garis besar, komunikasi vertikal antara PK L dan pemerintah berjalan dengan baik. H al ini dapat dinilai berdasarkan keikutsertaan PK L dalam berbagai kegiatan pembinaan yang dilaksanakan D inas Perdaga ngan dan Satpol PP K ota M adiun.

3.

Pemerintah tegas terhadap aturan yang dibuat: Perlakuan setiap aparat pemerintahan terkait penataan PK L sudah tegas dan sesuai aturan. Tindakan tegas tersebut dapat dinilai berdasarkan kesigapan Satpol PP apabila terdapat PK L yang melanggar aturan.

4.

A danya paguyuban PK L yang membantu koordinasi PK L dan pemerintah: Secara umum, keberadaan paguyuban PK L sangat membantu dalam proses komunikasi dan koordinasi antara PK L dan pemerintah.

5.

Sebagian besar PKL kooperatif pada saat dilakukan relokasi: H al ini dapat dinilai berdasarkan keberhasilan Satpol PP dan D inas Perdagangan K ota M adiun yang melakukan pemindahan dan penghapusan lokasi PK L.

6.

Sebagian besar masyarakat tidak merasa terganggu atas keberadaan PK L disekitar mereka: Secara umum keberadaan PK L di K ota M adiun bagi masyarakat sekitar lokasi berjualan dianggap tidak terlalu mengganggu arus lalu lintas karena jalan untuk lalu lintas sudah cukup lebar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahw a dalam realitas penataan PK L di K ota M adiun komunikasi, struktur birokrasi, disposisi, krakteristik masalah dari tingkat komitmen dan kepatuhan kelompok sasaran, serta kondisi lingkungan dari masyarakat cukup mendukung terlaksananya implementasi kebijakan penataan dan pemberdayaan PK L. D engan adanya faktor pendukung inilah yang seharusnya dipertahankan dan semakin diperkuat untuk memperlancar implementasi.

3.2. Faktor Penghambat Keberhasilan Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima

1. SD M yang dimiliki pemerintah untuk pelaksanaan program dan kegiatan penataan PK L masih kurang: Jumlah SD M yang tidak banyak ini menjadi menghambat proses penataan PK L K ota M adiun. 2. Bantuan yang diberika n oleh pemerintah belum merata ke seluruh PK L di K ota M adiun: H al ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil w aw ancara di lapangan. Sebagian besar PK L merasa hingga saat ini belum pernah mendapatkan bantuan yang nyata dari pemerintah.

(10)

10 3. M engetahui adanya peraturan lokasi

dan jadw al usaha namun, masih melanggar: PK L juga masih sering meninggalkan gerobak dan peralatan dagang mereka begitu selesai berdagang, berjualan diruang yang tidak semestinya, dan berdagang dijadw al yang tidak sesuai. Padahal, sebelumnya mereka telah mendapatkan sosialisasi mengenai larangan untuk PK L sesuai perda.

4. Pemerintah belum mampu menyediakan lokasi yang sesuai dengan keinginan PK L: Pemerintah perlu melibatkan PK L dalam menentukan lokasi -lokasi mereka untuk berusaha sehingga faktor penghambat ini dapat teratasi. 5. Program dan kegiatan yang dibuat oleh pemerintah setiap tahunnya kurang sinkron sehingga, tidak ada keberlanjutan : Tahapan penataan PK L sangat penting untuk dilakukan secara sistematis sesuai dengan Perda N o. 14 Tahun 2012 karena perencanaan program yang tidak sistematis justru menimbulkan hasil yang tidak sinkron antara program dan kegiatan yang dibuat.

6.M asyarakat masih sering berbelanja ke PK L yang berjualan tidak sesuai dengan kebijakan lokasi dan waktu yang telah ditetapkan: ketidaktahuan masyarakat maupun pengguna jalan atas peraturan penataan PK L yang harus sesuai dengan lokasi dan jadw al usaha yang telah ditentukan pemerintah mendorong P K L untuk terus bertahan dan semakin sulit untuk ditertibkan.

Secara keseluruhan, faktor pengham bat implementasi kebijakan penataan PK L di K ota M adiun berasal dari aspek sumber daya baik SD M atau tenaga dan anggaran, aspek disposisi yaitu tingkat kepatuhan kelompok sasaran (PK L), karakteristik masalah dalam hal penyelesaian teknis masalah di lapangan, isi dari kebijakan terhadap keberlanjutan program, dan kondisi lingkungan masyarakat yang belum memahami adanya kebijakan sehingga memberikan peluang PK L untuk melanggar aturan.

3.3. U paya untuk M engatasi Hambatan Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota M adiun

Faktor penghambat dari implemen tasi kebijakan dapat diminimalisir dengan melakukan upaya-upaya yang da pat mengurangi hambatan sebagai berikut:

1. K omunikasi harus diperbaiki antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan PK L sebagai pelaksana kebijakan, terlebih saat proses pembuatan produk hukum agar dapat menciptakan kesepakatan yang jelas antara kedua pihak dan membuat perubahan yang baik bagi penataan PK L di K ota M adiun selanjutnya.

2. O ptimalisasi sumber daya yang tersedia baik dari segi fisik, anggaran, dan jumlah tenaga kerja juga akan membantu mengatasi hambatan-hambatan implementasi kebijakan yang terbentuk dari PK L, pemerintah, maupun masyarakat. Pemerintah dan PK L harus sama -sama memahami dan mentaati aturan yang ada. 3. K inerja pemerintah terhadap penataan PK L selama ini perlu dioptimalkan kembali melalui perw ujudan program -program dan kegiatan yang da pat meningkatkan kesejahteraan PK L kedepannya. Selain itu, perlu adanya pengaw asan yang intens terhadaap PK L yang telah ditata.

Pemerintah melalui SKPD juga telah membuat rancangan strategi kebijakan untuk menangani permasalahan PK L, w ujud nyatanya adalah dengan:

a. M enerbitkan TD U untuk mengontrol keberadaan paguyuba n PK L yang ada di K ota M adiun sehingga membantu mempermudah pen gaw asan dan pembinaannya.

b. M engadakan kegiatan lomba ketertiban, kerapian, dan kebersihan antar paguyuban PK L dengan harapan PK L yang tergabung dalam paguyuban-paguyu ban PK L ikut berpartisipasi dalam menciptakan kaw asan berjualan mereka masing-masing menjadi tertib, rapi, dan indah.

(11)

11 M elalui strategi kebijakan yang

direncanakan tersebut, seluruh pihak berharap agar setiap kelemahan dari implementasi kebijakan penataan PK L dapat teratasi dengan perlahan namun tetap ada perkembanga n.

KESIM PU LA N

1. Regulasi untuk me ngatasi permasalahan PK L di K ota Madiun yaitu Peraturan D aerah K ota M adiun N o. 14 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pemberdayaan PK L, Peraturan W alikota M adiun N o. 14 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan D aerah N o. 14 Tahun 2012 yang telah diperbaharui menjadi Peraturan W alikota N o. 19 Tahun 2019, dan Peraturan D erah N o. 6 Tahun 2011 tentang RTRW K ota M adiun Tahun 2010-2030. Sesuai perda, tahap pe nataan PK L K ota M adiun dilakukan dalam 5 tahap meliputi: pendataan PK L; pendaftaran PK L; penetapan lokasi PK L; pemindahan PK L dan penghapusan lokasi PK L; dan peremajaan lokasi PK L. Sedangkan, pemberdayaan PK L dilakukan melalui, peningkatan berusaha, fasilitas bantuan sarana dagang, penguatan kelembagaan, fasilitas peningkatan produksi, se rta pembinaan dan bimbingan teknis. Implementasi penataan dan pemberdayaan PK L K ota M adiun secara keseluruhan belum berjalan dengan baik. H al ini dibuktikan dari 5 program belum berhasil terlaksana dengan baik sedangkan 4 program lainnya dapat dikatakan be rhasil karena mampu memberikan manfaat bagi pemerintah ma upun PK L.

2. K egagalan implementasi kebijakan Peraturan D aerah N o. 14 Tahun 2012 terjadi karena faktor penghambat yaitu SD M yang dimiliki pemerintah masih kurang, bantuan yang diberikan pemerintah belum merata, PK L mengetahui adanya peraturan namun masih melanggar, pemerintah belum mampu menyediakan lokasi sesuai dengan keinginan PK L, dan program yang dibuat oleh pemerintah setiap tahunnya kurang sinkron. Sementara itu, keberhasilan dari sebagian implementasi kebijakan penataan PK L karena adanya faktor pendukung seperti terjalinnya koordinasi dan kerjasama yang baik dari setiap SK PD terkait,

adanya komunikasi vertikal yang baik dari pemerintah dan PK L, pemerintah tegas terhadap aturan, paguyuba n PK L yang membantu proses koordinasi, PK L yang kooperatif saat relokasi, dan sebagian besar masyarakat/pengguna jalan tidak merasa terganggu atas keberadaan PK L.

SA R AN

Beberapa hal yang perlu mendapatkan perbaikan dan saran diantaranya:

1. Pemerintah perlu melakukan kajian yang menyeluruh dan komprehensif dalam penentuan kebijakan, program maupun kegiatan untu k PK L agar peraturan yang dihasilkan dapat menyelesaikan masalah di lapangan dan dapat mengakomodasi kepentingan PK L.

2. Pemerintah perlu memberikan pemahaman mengenai kebijakan penataan PK L secara berkala agar seluruh PK L K ota M adiun benar-benar memahami peraturan dan dapat terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dalam penerimaan kebijakan.

3. Pemerintah harus melakukan penetapan sanksi tegas bagi PKL yan g melanggar dengan pencabutan izin berjualan agar memberikan efek jera dan menyadarkan PK L.

4. Penambahan jumlah personil lapangan dalam melakukan impelementasi penataan PK L di K ota M adiun dapat dilakukan untuk memaksimalkan fungsi dan tugas pemerintah dalam penataan PK L M adiun.

5. Pemerintah, PK L, dan Paguyuban PK L perlu mempertahankan serta meningkatkan komunikasi secara vertikal maupun horizontal agar proses koordinasi terus berjalan dengan baik.

(12)

12 D A FTA R PUSTA KA

Evita, E., Supriyono, B., H anafi, I. (2013). Implementasi K ebijakan Penataan Pedagang K aki Lima (Studi pada Batu Tourism Center di K ota Batu). Jurnal Adm inistrasi Publik (JAP). Vol. 1, No. 5.

G afuraningtyas, D ew i. (2017). Implementasi Penataan PK L di Jalan I G usti N gurah Rai, Bintara, Bekasi Barat Berdasarkan Peraturan D aerha K ota Bekasi N omor 11 Tahun 2015. Skripsi. Y ogyakarta: Fakultas Geografi U G M .

H ifdillah, A . F. (2010). Implementasi K ebijakan Pemkot dalam Pengaturan PK L di Y ogyakarta. Skripsi. Surakarta: U niversitas Sebelas Maret. M ahi, A li K abul. (2016). Pengembangan

W ilayah Teori dan A plikasi. Jakarta: K encana.

M aning, Chris dan Tadjuddin N oer Effendi. (1985). U rbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Inform al di Kota. Jakarta: PT G ramedia.

M c. G ee, I.G and Y eung, Y . M . (1977). H awkers In Southeast Asian Cities:

Planning for the Bazaar Econom y.

International D evelopment Research Centre, O ttaw a, Canada.

M oleong, Lexy J. (2014). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

N aw awi, Ismail. (2009). Public Policy, Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek. Surabaya: PM N Surabaya. Peraturan D aerah K ota M adiun N omor 14

Tahun 2012 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang K aki Lima. Peraturan D aerah N omor 6 Tahun 2011 RTRW K ota M adiun 2010-2030 Pasal 28 ayat 3 K aw asan Peruntukan Ruang Bagi K egiatan Sektor Informal.

Peraturan W alikota N omor 19 Tahun 2019 tentang Lokasi dan Jadwal U sahaPedagang K aki Lima.

Setyow ati, N .D . (2016). K ajian M odel Penataan Pedagang K aki Lima Berbasis Pengembangan K ota M adiun M enjadi Tujuan K ota W isata. Jurnal Penelitian Ilm u-Ilm u Sosial. Vol. 17, No. 1.

Sugiyono, (2011 ). M etode Penelitian K ombinasi (M ix M ethods). Bandung: A lfabeta.

Sugiyono. (2016 ). M etode Penelitian K uantitatif, K ualitatif, dan R&D . Bandung: A lfabeta.

Thoha, M . (2012). D imensi-D imensi Prima Ilmu A dministrasi N egara. Jakarta: Raja G rafindo Persada.

U tomo, W arsito dan Rina Setyati. 2015. Implementasi K ebijakan Penataan Ruang Terbuka H ijau K aw asan Perumahan K ota Banjarbaru. Jurnal K ebijakan & A dministrasi Publik, V ol.19, N o.1.

Y unus, H adi Sabari. (2000). Struktu r Tata Ruang K ota. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar O ffset.

Y unus, H adi Sabari. (2008). D inamika W ilayah Peri-U rban D eterminan M asa D epan K ota. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar. Y unus, H .A . (2014). Perencanaan,

Implementasi, dan Evaluasi K ebijakan (Fungsi Fungsi M anajemen). M ajalengka: U nit Penerbitan U niversitas M ajalengka.

Gambar

Tabel 1 Penentuan Sam pel PKL di Kota M adiun Berdasarkan  Pem bagian Lokasi dan Jadwal U saha Sesuai Peraturan W alikota
Tabel 2 Regulasi Penataan PKL Kota M adiun
Tabel 3 Rencana Program  dan Kegiatan Pem erintah K ota  M adiun Berdasarkan Peraturan Daerah No

Referensi

Dokumen terkait

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi

Pemerintah N0.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP) menjelaskan bahwa secara garis besar “biaya operasional terdiri atas satuan pendidikan meliputi gaji pendidik

laporan yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk analisis pengambilan keputusan penentuan stategi bisnis selanjutnya, namun terkadang bagian akademik

Berdasarkan hasil penilaian organoleptik terhadap warna sagu lempeng dengan penambahan daging ikan madidihang menunjukkan bahwa semakin banyak komposisi ikan yang diberikan dalam

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat yang tak terhingga ini, melimpahkan rahmat dan petunjuknya, sehingga

Algoritma LUC sebenarnya hampir sama dengan metode kriptografi yang lain yaitu metode RSA (Rivest, Shamir, Adleman), hanya saja fungsi pangkat pada metode RSA diganti

Kawasan pengembangan ekonomi membutuhkan strategi pengembangan yakni pengembangan sistem kota kota berpola node yaitu Kluster kota Liku, yang berfungsi sebagai pusat

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuraeni tahun 2011 yang meneliti Penggunaan Model Connected Mathematics task (CMT) Untuk meningkatkan kemampuan Pemecahan