• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parasitemia Dan Kadar Zink Dalam Darah Meneit Setelah Diinfeksi Trypanosoma Evam'; Serta Pemberian Nand Partikel Logam Zink

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Parasitemia Dan Kadar Zink Dalam Darah Meneit Setelah Diinfeksi Trypanosoma Evam'; Serta Pemberian Nand Partikel Logam Zink"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PARASITEMIA DAN KADAR ZINK DALAM DARAH

MENCIT SETELAH DIINFEKSI

Trypal/osoma eval/si

SERTA

PEMBERIAN NANO PARTIKEL LOGAM ZINK

RIANTI ANDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Parasi temia dan Kadar Zink dalam Darah Mencit Setelah Diinfek si Iiypallosoma evans; serta Pemberian Nano Partikel Logam Zink adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun . Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam tek s dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini .

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Rial/Ii Andari

(4)
(5)

ABSTRAK

RIANTI ANDARJ. Parasitemia dan Kadar Zink dalam Darah Meneit Setelah Diinfeksi Trypanosoma evam'; serta Pemberian NanD Partikel Logam Z ink. Dibimbing oleh UMJ CAHY ANlNGSIH dan APRIL HARl W ARDHANA

Penelitian ini menggunakan nano logam Zn terserap tubuh yang memiliki tujuan untuk menguji potensi logam Zn tersebut dan diharapkan dapat dijadikan sebagai antitrypanosoma. Uji ill vivo menggunakan 50 ekor meneit strain DDY dan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: KN (meneit dengan perlakuan normal), KP (meneit yang diinfeksi T evans; namun tidak diberikan nano logam 20), Oasis I (meneil diinfeksi T. evans; dengan pemberian nano logam Zn dosis 175 mgIKg), Dasis U (meneil diinfeksi T evans; dengan pemberian nano logarn Zn dosis 350 mgIKg), dan Oosis

rn

(mencit diinfeksi

7:

evans; dengan pemberian nano logam Zn dosis 700 mgIKg). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah parasitemia, nilai

pev,

kadar zink dalam darah, dan tingkat kematian mencit. Pada hari ke nol , empat dan tujuh dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui jumlah parasit dalam darah (parasitemia), nilai

pev

dan kadar zink dalam darah. Kemudian han ke nol hingga ke tujuh dilakukan juga pengamatan tingkat kematian mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nano logam Zn tidak marnpu menurunkan tingkat parasitemia. Semakin tinggi konsentrasi Zn yang diberikan , mengakibatkan jumlah parasit cenderung semakin banyak . Ni lai

pev

teruS menurun secara nyata (P<O.05). Kadar zink dalam darah dengan perlakuan Oosis I meningkat pada hari ke tujuh hingga 12.53 ppm , sedangkan Oosis II terjadi penurunan zink hingga hari ke tujuh setelah infeksi 7iypal1osoma, dan Dosis

m

terjadi peningkatan zink pada hari ke empat lalu mati pada hari ke tujuh.
(6)

ABSTRACT

RlANTI ANDARl. Parasitemia and Blood Zinc Consentration on liypanosoma evans; Infected Mice and Zinc Nanometal Particle Treatment. Supervised by UMI CAHY AN[NGSIH dan APRIL HARJ W ARDHANA

This research used body absorbed Zn nanornetal and aimed to determinate the potential Zn as an anti trypanosoma. 111 vivo test was conducted with 50 DOV strain mice divided into five groups : KN (normal treated mice), KP (T evans;

infected mi ce without 2n), Dose I (1: evans; infected mice with 175 mg/Kg Zin c nanometal treatment), Dose II (Tevansi infected mice with 350 mgIKg Zin c nanometal treatment), and Dose IU (TevGnsi infected mice with 700 mg/Kg Zinc nanometal treatment). The observed parameters were follow: parasitemia, Packed Cell

Volllme

(peV), blood Zn concentration, and mice death. Parasitemia, PCY, and blood Zn concentration of those mice were observed on day 0, 4, and 7. Death of those mi ce were observed on day 0 until 7. Results showed that Zn nanometal treatm ent was not able to lower the parasitemia level. Higher Zn concen tration caused hai gher number of parasite. PCY tends to decrease signi ficantl y (P<0.05). Zinc concentrations on blood were varied on every group. KN and KP groups zin c level decreased continously but not significant (P>O.05). Blood Zn concentrati on increase Dose I group up to 12.5 ppm on day 7, meanwhile Zn concentration decreased in Dose

n

group on day 7. The mice in Dose III group has in creased blood Zn concentration on day 4, but died at day 7.
(7)

PARASITEMIA DAN KADAR ZINK DALAM DARAH

MENCIT SETELAH DIINFEKSI

Trypal/osoma evol/si

SERTA

PEMBERIAN NANO PARTIKEL LOGAM ZINK

RI ANTI ANDARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoieh geJar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Parasitemia dan Kadar Zink dalam Darah Mencit Setelah Diinfeksi

Nama NIM

Trypanosoma evansi serta Pemberian Nano Partikel Logam Zink : Rianti Andari

: B04110048

Disetujui oleh

j Umi Cahyaningsih, MS April Hari

wセsゥ@

PhD

Pembimbing II Pembimbing I

ljnセアiiu Gᄋ MLMMAGゥGDG\GLᆬQエQ GNi BB NョNN。GNャGMGQ NuャQGQNN@ dan Kemahasiswaan

I

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segal a karunia-Nya sehingga penuli s dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian yang telah dilaksanakan. Judul peneiitian yang telah di laksanakan ini adalah " Parasitemi a dan Kadar Zi nk dalam Darah Mencit Setelah Diinfeksi 'l)ypallosoma evans; serta Pernberian Nano Partikel Logam Zink". skripsi ini rnerupakan salah satu syarat memperoeh gelar sarjana dati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertani an Bogor.

Penuli san karya ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak . Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang セ・「・ウ。イ M 「・ウ。イョケ。@ kepada :

I. Prof Dr Orh Hj Umi Cahyaningsih , MS dan Bapak April Hari Wardhana, SK H MSi PhD, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing selama penel itian hingga penulisan skripsi penelitian .

2 . Dr Drh Sus Dherti Widhyari , MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan menjadi orang tua selama penulis menimba ilmu di IPS.

3. Ayah (H Jaja Safrudin), ibu (Hj Lilis Suryani), kakak (Rieka lndah N dan Fajarezki S), dan adik (Arsy Rahrnah N) yang sela lu memberikan doa dan nasehat kepada penulis .

4 . Ternan- ternan seperjuangan dalarn penelitian (Tiara, Ida, Moy, Ka Sinta, Ka Dwi, Vivi, Ka Danu, Khoiri dan Dika) atas kebersamaan dan kerjasamanya.

s.

Staf Laboratorium Protozoologi Departernen Urnu Penyakit Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner: Dr Drh Arifin Budiman , MSi , Ibu Nani dan Ibu Mae .

6. Sahabat tercinta: Dini, Meycin, Nia, Nadir, Faisal, Aji , Alis, Made, Pipit, Sherly, dan Nopita atas doa dan rnotivasi yang diberikan saat penulisan skripsi.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih atas dukungannya,

Bogor, September 201 5

(12)
(13)

DAFT AR T ABEL

DAFT AR GAMBAR

DAFT AR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

iiypallosoma ella/IS;

Zink

Nano Partikel

Darah

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Prosedur Penelitian

Prosedur Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

DAFT AR PUST AKA

(14)

DAFTAR TABEL

1. Rataan nilai

pev

hewan coba yang diinfeksi dengan T. evans;

dan diberikan terapi dengan larutan nano partikel logam Zn

berdasarkan pada han pengarnatan ke-n 10

2. Rataan kadar mineral Zn hewan coba yang diinfeksi dengan T

evans; dan diterapi dengan larutan nano partikel logam Zn

berdasarkan pada hari pengamatan ke-n 11

DAFTAR GAMBAR

1. Rataan persentase parasit T

evaJ/s;

dalarn darah (parasi temia) pasea pengobatan dengan larutan nanopartikeJ logam Zn berdasarkan hari pengamatan ke-n . KN: Kontrol negatif, KP: Kontrol positif, D I: Dosis 175 mgiKg, D Il : Dosis350 mg/Kg, D

III : Dosis 700 mgiKg. 9

2. Rataan persentase kematian hewan coba pasea pengobatan dengan nano partikel logam Zn berdasarkan hari pengamatan ke-n. KN : Kontrol negatif, KP : Kontrol positif, 0 1: Dasis 175 mgiKg, D U: Dosis 350 mgiKg, D lll : Dosis 700 mgiKg. 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rataan persentase jumlah parasit T evansi dalam darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nano partikel logam Zn berdasarkan pengamatan pada hari ke-n 17 2. Rataan persentase kematian hewan coba pasca pengobatan

dengan larutan nana partikel logam Zn berdasarkan pengamatan

pada hari ke-n 17

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Trypanosoma evallsi adalah parasit darah yang dapat menyebabkan Surra pada temak kuda serta ruminansia besar khususnya sapi dan kerbau. Penyebaran penyakit dapat juga terjadi pada rurninansia kecil seperti domba dan satwa li ar. lnfeks i T evans; pertarna kali diternukan oleh Grifit Evans pada tahun 1880 pada unta dan bangsa kuda lainnya di Distrik Dara Ismai l Khan, Punjab, Indi a. Selanjutnya diketahui mewabah pada kuda, unta dan kerbau di beberapa wilayah di India . Wabah infeksi

I:

evans; rnenirnbulkan dampak negatifpada suatu negara diantaranya, kerugian ekonomi akibat kematian ternak yang ban yak, abortus, dan

gangguan reproduksi pada temak .

Pada akhir abad 19 Surra dilaporkan telah menyebar ke beberapa negara diantaranya Turkestan, Annarn Selatan, Burma, Malaysia, Philiphina, Indonesia (Jawa dan Sumatra) dan di Vietnam mewabah pada tahun 1978 sarnpai tahun 1980. Surra pertama kali terjadi pada seekor kuda dan dilaporkan oleh Penning tahun 1897 di Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 1898 エ・セ。、ゥ@ wabah Surra di Keresidenan Tegal , Provinsi Jawa Tengah yang memakan korban sebanyak 500 ekor kerbau dari 7000 populasi. Pada Tahun 1900- 1901 エ・セ。、ゥ@ wabah Surra pada sapi di Keresidenan Pasuruan, Provin si Jawa Timur. Dalam waktu 60 tahun penyakit berlangsung secara sporadis dan dil aporkan kasus berdasarkan perneriksaan klinis . Pada tahun 1968-1969 wabah Surra terulang lagi di Provinsi Jawa Tengah yang menimbulkan banyak kernatian ternak. Kemudian wabah Surra juga terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, tenna suk di Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 197 1 terserang sebanyak 5 16 ekor hewan temak besar. Sernentara tahun 1974-1976 terjadi peningkatan kasus Surra di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wabah Surra エ・セ。、ゥ@ pada tahun 2012 di Sumba Timur. Berdasarkan laporan Dinas Peternakan Sumba Timur (20 12) menyebutkan bahwa lebih dari 4268 (kuda 1608, kerbau 2464, sapi 196) ekor temak terserang Surra dan 1760 (kuda 1159 ekor, kerbau 600 dan sapi 1 ekor) mengalami kematian. Kerugian ekonorni akibat Surra ini mencapai 167.5 M (Dirkeswan 2012)

Pengendalian dapat dilakukan dengan memberantas vektor atau dengan pernberian obat pada ternak yang terinfeksi , namun pengen daliannya sulit dilakukan karen a rnemberantas vektor memerlukan biaya yang besar dalam petemakan dan obat yang ada sering menimbulkan resistensi serta tidak efi sien (Zhou el al. 2004). Hampir semua isolat T evans; di Balai Penelitian Veteriner (Bali tvet) Bogor resisten terhadap isomelamedillm atau d;m;nazel1 azelllral

(16)

2

evallS;

kemudian diobati dengan sediaan nano partikel logam Zn terserap tubuh diharapkan mampu membunuh parasit tersebut.

Perumusan Masalah

Logam Zn merupakan unsur logarn alami terdapat pada tubuh, sehingga pengembangan logam terserap tubuh sebagai anti trypanosoma ini diharapkan dalam apikasinya tidak mengalami reaksi penolakan dalam tubuh.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji potensi logam Zn terserap tubuh untuk mengobati penyakit Surra pad a ternak dengan parameter parasitemia, nilai

pev,

kadar Zn dalam darah. dan kematian hewan coba. Penelitian nano teknologi iogam Zn dikembangkan karena logam tersebut termasuk logam yang menunjukkan adanya efek mengurang motilitas T evallsi pada uji ill vilro.

Manfaat Penelitian

Manfaat peneliti an ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya peternak tentang efektifitas nano partikel logam Zn terserap tubuh dalam menangani Surra .

TINJAUAN PUSTAKA

Trypanosoma e l'fUl.'ii

T'ypallosoma adalah protozoa yang hidup dalam darah berbagai spesies di semua kelas vertebrata dan umumnya ditularkan oleh inang perantara invertebrata.

1iypanosoma ditemukan pada darah mamalia (termasuk manusia) dan ditularkan oleh hisapan !alat. Lalat merupakan vektor biologis dari Trypanosoma. T'ypanosoma dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu slercoraria yang berkembang di bagian posterior dari saluran pencernaan serangga dan salivaria

yang berkembang di anterior bagian dari saluran pencernaan serangga. Di bawah ini merupakan klasifikasi Taksonomi 7iypanosoma menurut Coura el al. (2010).

Kingdom : Protozoa

Kelas : Zoomastigophora Ordo : Kinetoplasida Famili : Trypanosomatidae Genus : Trypanosoma

Subgenus : Trypanozooll

Spesies : Tiypanosoma evaJ/si

1iypanosoma terdiri dari banyak spesies, diantaranya

7:

evallsi,

7:

vivax dan
(17)

3

gigitan Tahanlls spp, Chrisops spp dan H emGlOpOla spp. Parasit ini dapat menginfeksi mamalia khususnya hewan dan mamalia di daerah tropi s dan subtropis (Herrera e/ al.2004) . Surra merupakan penyakit hewan rnenular yang bersifat kronis dan akut yang menyerang ternak ruminansia, kuda, unta, dan a nJtng.

liypal1osoma bertahan dan berkembangbiak di dalam cairan ekstrasel ul a r mamalia, khususnya dalam darah . Ilypal1osoma rnenggunakan kedua pertahanan tubuhnya yaitu pertahan kekebalan bawaan dan dapatan. Oampak Surra terl etak pada kem ampuan parasit untuk menyebabkan imunosupresi pada inan&...,T

evans;

ditutupi oleh lapi san protein padat yang terdiri dati protein tunggal di sebut glikoprotein perm ukaan variabel atau " Variable SlIrface Glycoprotein" (VSG) dan bersifat imunogenk. Selama terjadinya infestasi, T'YIX1110S0ma evans; mampu mengekspresikan beberapa VSG yang berbeda-beda seeara imun ologi, sehingga mampu menghindar dari respon imun inangnya. Adanya mekanisme unik ini memungkinkan T evans; mampu bertahan ditubuh inangnya selama bertahun-tahun . Di samping itu, protoza ini mempunyai karakteristik ma mpu menghilang dati sirkulasi darah dan bersembunyi dalam kelenjar limfe dalam waktu tertentu (relapse). Kondisi ini yang membuat diagnosa menjadi keli ru karen a hewan dianggap telah semb uh dari serangan Trypallosoma (Maudlin et al. 2004).

Infeks i Tlypanosoma dapat menimbulkan gejala klini s, seperti : demam , a nemia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, produktivitas menurun, geli sah, aborsi , kaheksia, dan kematian . Gejala yang khas pada kuda dan sapi adalah mubeng atau pu sing, sehingga petemak sering menyebutnya dengan penyakit tujuh keliling. Infeksi subk lini s pada hewan dapat juga teTjadi seeara ringan, terdapat parasitemia namun tidak di sertai dengan anemia (Dargantes el al.

2005), Kepekaan ternak (sapi , kerb au, kuda, domba, kambing) berbeda beda te rhadap infeksi T evansi. Kuda dan Unta merupakan hewan yang paling peka, kemudian diikuti kerbau dan sapi (Dirkeswan 2012). Lama waktu antara awal infeksi dan munc uln ya gejala klinis (masa inkubasi) bervariasi , rata- rata 5 sampai 60 hari pada infeksi akut. Akan tetapi Surra umumnya berl angsung kronis

(chronic infection) de ngan angka kematian yang rendah sehingga pemah dilaporkan masa inkubasi yang lebih lama yaitu 3 bulan . Setelah masa inkubasi, dalam waktu kurang dari 14 hari akan ditemukan parasit yang beredar dalam si rkulasi darah (parasitemia) . Menurut OIE (2010) Ilypallosoma hanya bertahan dalam jangka pendek di luar inang. T evans; menghilang dengan eepat dari bangkai setelah kematian .

Zink

(18)

4

enzim dan faktor-faktor transkripsi , berpanisipasi dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, perkembangan seksual dan spermatogenesis, fungsi kekebalan, serta kontrol nafsu makan melalui bekerjanya pada sistern safaf pusal. Mikro mineral Z n berpartisipasi pula dalam struktur atau dalam katalitik dan regulator pada sebagian besar spesies. Zn memainkan peran penting dalam pertahanan anti oksidan sebagai bagian integral dati

superoxide disnllllase

(SOD). Zi nk merupakan elemen penting untuk sernua organisme yang mernpengaruhi respOIl imun, pertumbuhan sel dan sistem kekebalan tubuh (Dardene 2002). Status zink berperan penting pada aktivasi dan regulasi sel limfoid, proliferasi , dan apoptosis (Brazao el al. 2008). Zink merupakan komponen nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan normal dan memelihara fungsi kekebalan yang berkaitan dengan limfosit T . Defisiensi zink dapat mengakibatkan penurunan respon imunologi hewan (Prasad 1993).

Mikro mineral esensial Zn sangat berguna dalam pembentukan da rah dan sistem harmon serta proses pertumbuhan ternak. Zink terlibat dalarn sintesis asam nukl eat, metaboli sme karbohidrat, sintesis protein, produksi harm on, penyimpanan harmon dan sekresi harmon (McDowell 1992). Horman tersebut antara lain somatomedin-c, osteocalcin, testosteron, hormon tiroid, insulin dan hormon perturnbuhan (Underwood 2001). Suplementasi Zn organik meningkatkan jumlah bakteri sedangkan jumlah protozoa menurun (Adawiah et al. 2007).

Namun perlu diperh atikan bahwa mineral dapat bersifat toksik bila dikonsum si berlebihan . Zn berperan juga dalam sistem enzim sebagai metaloenzim . Lebih dari 100 jenis metaloenzim mengikat Zn, tennasuk enzim lIicotillamideadelline dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula enzim alkal in fosfatase, superoksidadi smutase, dan karbon anhidrase (Hougland el 01. 2005).

Nano Partikel

Nano partikel rnerupakan partikel yang memiliki ukuran di bawah I mikron (Buzea et al. 2007). Nano partikel digunakan pada penelitian ini karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan ukuran partikel lain . Nano partikel memiliki kemampuan untuk menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh ukuran partikel koloidal , kemampuan untuk menembus dinding sel yang lebih tinggi , baik melalui difusi maupun opsonifikasi dan kemampuan flek sibilitasnya yang dapat dikombinasikan dengan berbagai teknologi lain (Buzea

el al. 2007). Menurut Bhatia el al. (2011) kemampuan nano partikel untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat dengan kelarutan yang rendah dalam sirkulasi sistem ik telah banyak dibuktikan . Peningkatan jumlah obat dalam darah secara sistem ik akan meningkatkan resiko munculnya efek samping maupun efek balik, hingga pada resiko tercapainya batas kadar toksik (Poelstra el al. 20 12).

Darah

(19)

5

cai r yaitu plasma yang merupakan media

dan

elemen padat tersebut. Darah berperan penting dalarn tubuh sebagai transportasi dalam pertukaran 02 dan C02 pada pemafasan, mengabsobsi zat makanan, mengatur keseimbangan 35am basa dalam tubuh, mengatur temperatur tubuh , memberikan pertahanan pada penyakit dan transportasi hormon serta metabolit. Kerusakan darah menyebabkan terganggunya fungsi darah tersebut. Kerusakan biasanya disebabkan oleh pengaruh faktor luar atau dalarn dari indi vidu yang bersangkutan (Guyton 1982).

Menurut Artama el al. (1981) trypanotoksin dari Trypanosoma evans;

menyebabkan sel-sel darah mengalami kerusakan dan keadaan ini di sebut dengan anemia. Anemia pada kasus trypanosomiasis dipengaruhi oleh beberapa fakt or yaitu, faktor hemolisis dan asam lemak bebas, mekanisme imunol ogi,

hemodilution, gangguan pembekuan darah , penurunan eritrogenesis, dan pelepasan tlypanosoma/ sialidase telah diimplikasikan dengan perkembangan anemia pada trypanosomiasis (Adamu et al. 2008). Mekanisme anemia sebagian juga disebabkan oleh aksi dari sialidase. Aksi ini membelah permukaan asam sialic dari eritrosit dan membuka residu Ga/acto.,yl. Residu ini dikenali oleh D-ga/aclOse !jpec[fic /ectins pada makrofag yang menuju eritrofagositosis dan pada akhimya anemia (Sallau 2008). Membran sel darah merah akan kehilangan saJah satu komponen penyusun yaitu asam sial ik (sialic acid). Hal tersebut akan mengaktifkan makrofag pada organ limpa, hati , paru-paru, limfonodu s dan sum-sum tulang untuk memfagosit sel darah merah sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah . Anemia pada hewan yang terinfeksi T evans; dapat diketahui dengan menghitung volume sel darah merah (Packed Cell Volllme) .

Teknik ini dapat digunakan untuk pengamatan atau Surveilans Surra dengan basis populasi. In feksi T'ypal1osoma eVOlISi dapat memperlihatkan penurunan yang nyata dari gamba ran darahnya (RBe, Hb dan PC V). PCV dipengaruhi dua faktor utama, yaitu jumlah eritrosit dalam darah (komponen seluler) dan volume plasma darah (komponen cairan) (Artama el 01. 198 1).

lnfeksi 7iypal1osoma yang umumnya bersifat ekstravaskular dapat mengakibatkan reaksi autoimun dalam tubuh. Reaksi autoim un merupakan reaksi atau respon imun terhadap sel tubuh sendiri yang dianggap sebagai antigen . Sistem imun tidak mampu membedakan antara sel atau jaringan tubuh sendiri dengan sel atau jaringan asing, sehingga jaringan tubuh dianggap sel yang haru s dimusnahkan. lnfeksi Trypal1osoma ini akan berlanjut dengan keadaan eritrofagositosis yang menyebabkan anemia . Erifrofagositosis merupakan sistem fagosit ik mononukl ear yang merusak eritrosit atau sel darah merah. Keadaan ini merupakan salah satu reaksi autoimun dari tubuh yang tidak mampu mengenali sel sendiri , sehingga sistem imun menghancurkan sel sendiri yaitu sel darah merah atau eritrosit (Adamu el al. 2008).

M.ETODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(20)

6

Boger dan di Laboratorium Protozoologi , 8agian IImu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, ln sti tut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah box (kandang rnencit), jaring penutup box, tempat minum, syringe, kaca preparat, tabung kapiler, tabung eppendorf, steroform (untuk penyimpanan sementara tabung kapiler dan tabung eppendorf), gunting, timbangan, alat sentrifuge, alat

Microhemalocril Reader,

mikroskop cahaya, dan alat penghitung .

Bahan yang digunakan pada peneiitian ini adalah hewan coba mem.:it, isolal T eJiansi, nane partikei logam Zn Oosis I (J 7S mg/Kg), Oosis

n

(350 mgIKg), dan Oosi s

m

(700 mg/Kg), Heparin (antikoagulan), Ketarnin, sam pel darah, lilin , tisu, alkohol 70%, meti! alkohol , dan larutan Giemsa 10%.

Prosedur Penelitian

Persiapan Bewan coba

Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan strain DOY, berumur 2-3 bu lan dengan rata-rata bobot badan 25 gram. Hewan tersebut diaklimatisasi selama 10 hari dan diberikan terapi dengan obat cacing, antibiotik dan anti protozoa.Selama masa penelitian, hewan coba diberi pakan pelet komersial dan minum secara ad libitum. Sekam sebagai alas kandang (litter) diautoclave untuk membersihkan dari kontaminan biologis lainnya .

Perbanyakan

T.

eJ'llns;

Isolat T. evam·i diperoleh dari Balitvet Culture Collection (BCC), yaitu isolat Pemalang 287 yang diisolasi dari kerb au yang mendetita Surra di desa Surajaya, Kabupaten Pemalang pada tahun 1996. Isolat disimpan dengan metode kriopreservatif dalam nitrogen cair (stabilat). Perbanyakan stok infeksi , stabi lat di dalam nitrogen cair dithmvil1g terlebih dahulu, selanjutnya dicairkan dengan PBSG hingga 0,2 mL dan disuntikkan 0, 1 mUmeneit seeara intraperitoneal (IP) untuk memperban yak parasit sebagai bahan infeksi . Tingkat parasitemia hewan eoba diperiksa setiap dua hari sekali. Apabila tingkat parasitemia meneapai puncak, maka hewan coba dikorbankan dan darahnya dikoleksi melalui jantung

(cardiac puncture) menggunakan syringe 1 mL yang berisi antikoagulan heparin (0, I mL) . Darah yang mengandung

7:

eVGnsi tersebut dijadikan sumber infeksi yang di suntikkan ke hewan coba dosis 105 parasit per ekor.

Pembuatall nallo partikellogam Zn

(21)

7

diteteskan . Partikel dalam larutan didiamkan selama 10 menit hingga mengendap. Kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan \ogam nano dalarn cairan. Bagian partikel solid pada kertas saring dicuci dengan etanol 50 mL untuk menghilangkan kadar air. Nano partikellogam dikeringkan dalam inkubator pada suhu 50°C selama 24 jam. Partikel tersebut kemudian disimpan dalam etanol untuk mencegah oksidasi. Nano partikel diubah menjadi sediaan cair untuk diinjeksikan ke hewan coba secara intraperitoneal. Sediaan injeksi intraperitoneal dib uat dengan mencampur nano partikel logam Zn dengan 2,5 mL Hel absol ut, lalu dinetralkan pHnya dengan menambahkan 20 mL NaO H 20% + 7,5 mL NaO H

60% hingga pH 7.1%. Sediaan lalu disimpan dalam botol yang tertutup rapat pada suhu ruang sampai digunakan untuk tahap perlakuan uji iI/vivo.

Uji

in

I ' ; VO

Sebanyak lima puluh ekor mencit jantan strain DDY diin feksi secara intraperi toneal (lP) dengan inokulasi 105 parasit (volume 0,3 mL darah dan PBSG yang mengandung 105 T evallSi) . Selanjutnya hewan coba dibagi secara acak menjadi lim a kelompok perlakuan dan setiap kelompok terdiri dari sepuluh ekor mencit sebagai ulangan . Setiap hewan coba diberi tanda pada bagian tubuhnya dengan asam pikrat. Dalla Rosa el at. (2012) melaporkan bahwa pemberian mineral Z n dengan konsentrasi 5 mg/Kg SS pada tikus tidak memberikan efek terapi sebagai antitrypanosoma . Oleh karena itu, dalam peneliti an ini diberikan konsentrasi Zn secara bertingkat, yaitu 175 mg/Kg (Dosis f), 350 mg.IKg (Dosisll) dan 700 mg/Kg (Dosis UI) dengan menggunakan hewan coba mencit.

Kelompok perlakuan yang digunakan pada uji ill vivo antara lain:

K(N) : Kelompok hewan coba normal yang diinjeksi dengan akuadest (tanpa infeksi T evansi dan tanpa pemberian obat K ontrol negatif) K(P) : Kelompok hewan coba yang diinfeksi dengan 1: evansi tanpa

pemberian nano pertikellogam Zn (Kontrol positif)

D I: Kelompok hewan coba yang diinfeksi dengan T evansi dan diobati dengan lamtan nanopartikel logam Zn dengan konsentrasi 175 mgIKg (Dosis I)

OIl : Kel ompok hewan coba yang diinfeksi dengan T evansi dan diobati dengan larutan nano partikel logam Zn dengan konsentrasi 350 mgIKg (Dosis II)

D 1lI : Kelompok hewan coba yang diinfeksi dengan 1: evansi dan diobati dengan larutan nano partikel logam Zn dengan konsentrasi 700 mgIKg (Dosis Ill)

Tiga jam pasca infeksi T evansi secara intraperitoneal, kelompok hewan coba diobati sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan seperti diatas. Pe ngamatan aktivitas anti trypanosoma dilakukan dengan mel ih at keberadaan T

evam·i melalui pemeriksaan darah natif yang diambil dati ekor pada hari ke nol , empat, dan tujuh pasca infeksi serta pasca pengobatan . Sam pel darah diambil melalui rute intraokular untuk pemeriksaan parasit dalam darah, mengetahui nilai

(22)

8

Pemeriksaan darah

A. Menghitung jumlah pa rasitemia

Pemeriksaan parasit dalam darah peri fer (parasitemia) dil akukan dengan cara membuat preparat ulas darah dengan pewarnaan Giemsa 10%. Satu tetes darah hewan coha diletakkan diatas kaca preparat, kernudian dibuat ulasan tipi s menggunakan kaca preparat yang baru dan diletakkan diatas tetesan darah sehingga darah tersebut menyebar disepanjang perrnukaan tepi kaca preparat. Selanjutnya kaca preparat tersebut dimiringkan dengan membentuk sudut antara 30-45° dan didorong ke sepanjang permukaan kaca sehingga terbentuk lapisan darah tipis dan merata . Kaca preparat dengan ulasan darah dikeringkan pacta suhu kamar.

Pewamaan preparat ulas dilakukan dengan cara meneteskan metil alkohol pada preparat yang telah kering dan diinkubasi selama 3- 5 menit. Selanjutnya preparat diangkat dan dikeringkan pada suhu karnar. Preparat yang telah kering tersebut larutan pewama Giemsa 10% selama 45- 60 menit, kemudian preparat dicuci dengan air mengali r dan dikeringkan pada suhu kamar. lumlah parasit dihitung dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali .

B. Pengllkllran nilai Packed Cell Volume (peV)

Tabung mikrohematokrit dipersiapkan dengan menyumbat salah satu ujungnya dengan lilin . Sam pel darah diambil menggunakan tabung tersebut hingga memenuhi % panjang tabung . Selanjutnya tabung-tabung tersebut disentrifugasi dengan meletakkan bagian yang tidak tersumbat mengarah ke pusat sentrifuge. Sentrifugasi di lakukan selama 5 menit dengan kecepatan 12000 rpm . Hasil sentrifugasi dibaca menggunakan alat Microhematocrit Reader.

C. Uji Kadar mineral (sebagai Obat) dal a m Darah

Sebanyak 0,5 ml darah dengan antikoagulan (heparin) digunakan untuk anali sis unsur logam pada hari ke nol , empat dan tujuh pasca pengobatan . Darah tersebut di sentnfugasi untuk mendapatkan serum darah , selanj utnya dilakukan pemenksaan kadar mineral menggunakan Atomic Adsorbtion Spectrophotometer.

Pengamatan tingkat kematian

Kematian hewan coba pasca infeksi T evansi diamati setiap han dan dicatat hasilnya sebagai data agar memperoleh informasi yang lebih akurat.

Param eter yang diamati

(23)

9

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan dan faktor yang kedua adala h waktu pengamatan . Seluruh data yang diperoleh dari semua uji ditabulasikan ke dalam Microsoft Excel, selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Vari an (ANOVA) dengan program STATS . Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASA N

Pemeriksaan Darah

A. Tin gkat Parasitemi a

Rataan persentase parasit T evans; dalarn darah (parasitemia) pasea pengobatan dengan iannan nano partikel logam Zn berdasarkan pengamatan ulas darah selama tujuh hari dapat dilihat pada Gambar 1.

100

-

セ@ 90

セ@

80

セ@

f..; 70

-

60 Nセ@ セセ@ 50 セセ@ ッNセ@ 40 セ@ セ@ 30 セ@

-

c 20

セ@ セ@ 10 セ@ セ@ "- 0

H-O H-4 Pengamatan han ォ・セョ@

_ 'N

- ,p

... 01

• DII

-+- 0111

Gambar I Rataan persentase parasit T. ellGl1si dalam darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nanopartikel logam Zn berdasarkan hari pengamatan ォ・セョN@ KN : Kontrol negatif, KP : Kontrol positif, D I: Dosis 175 mglKg, D II: Dosis 350 mglKg, D

m

Dosis 700 mg/Kg.

Parasit T. evam'i tidak dijumpai pada kelompok perlakuan kontrol negatif KN hingga akhi r masa pengamatan, sedangkan jumlah parasit pada kelompok kontrol positif KP, 0

LOn

dan D III terlihat pada han ke em pat (dibawah 5%). Kemudian persentase parasit cenderung terus meningkat hingga hari ke tujuh sebesar 38% pada kelompok KP . Kondisi yang serupajuga terjadi pada kelompok [image:23.596.157.494.390.564.2]
(24)

10

isolat Pemalang memiliki karakteristik yang unik, yaitu persentase parasit meningkat pada hari keernpat hingga ketujuh dan cenderung menurun tajarn pada hari ke 8- 12, se\anjutnya meningkat kembali dan akhirnya hewan coba mati (100%) pada han ke-22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nano partikei logam Z n tidak mampu menurunkan jumlah parasit dalam darah. Semakin tinggi konsentrasi Zn yang diberikan, mengakibatkan persentase parasit cenderung semaki n tinggi , bahkan pada kelompok 0 [II (konsentrasi Zn tertinggi) menyebabkan kematian 100% yang diduga karena persentase parasit yang sangat tinggi pada tubuh hewan coba. Hasi l tersebut sesuai dengan uji

;11

vi/to yang rnembuktikan bahwa !ogam Zn mampu melemahkan motilitas T evalls; dan hanya menyebabkan sebagian kecil T evansi yang diuji mati selama 1 jam masa pengamatan (Cahyaningsih el at. 20 13). Kond isi in vivo, T. evansi mendapatkan pasokan glukosa yang tinggi dari darah hewan coba sehingga memungkinkan parasit ini berkembang lebih progresif.

B. Nilai

pev

Hewan yang terinfeksi dengan T evans; dilaporkan mengalami anemia yang ditandai dengan menurunnya nilai PCV. Rataan nilai PCV hewan coba yang diinfeksi dengan 1: evans; dan diberikan terapi dengan nano partikel logam Z n selama tujuh hari dapat dil ihat pada Tabel 1. Pengamatan pada hari ke nol menunjukkan bahwa seluruh hewan coba yang digunakan memiliki nilai PCV yang tidak berbeda nyata (P>0.05) berkisar 46.80-49.20% yang masuk dalam kategori normal. Douglas (2010) menyatakan bahwa kisaran nilai PCV m encit nonnal sekitar 44.9- 5 1.7% dengan nilai rata-rata pada jantan sebesar 48.5% dan betina sebesar 46.5%.

Tabel I Rataan nilai PCV hewan coba yang diinfeksi dengan

1:

evans; dan diberikan terapi dengan larutan nano partikel logam Zn berdasarkan pad a hari pengamatan ke-n

Perl akuan

KN

KP

01 Oil

om

Rataan nilai PCV pada hari pengamatan ke-n (X ± SE) 0 4 7 47.60 ± 1.33' 38AO ± IAOb< 41.60 ± 0.68b, 49.20 ± 1.1 6" 34.50 ± 0.56d' 28.33 ± 0.68' 48.40 ± 1.69' 38.25 ± 1.78'" 37.75 ± 3.65" 46.80 ± 1.85,b 33.50 ± 1.75" 34.00 ± 1.90"

48.20 ± 1.88" 38.25 ± 2.56'd Mati

Kctcmngan: Huruf superscript yang bcrbcda pacta bans dan kolom ya ng sama mcnunjukkan pcrbcdaan yang nyata (P<O .05). KN: Kontrol ncgatiC KP: Kontro l positif, D I: Dosis 175 mgIKg, D II: Dosis 350 mglKg, Dill: Dosis 700 mgIKg.

(25)

II

I (37 .75%) yang tidak berbeda nyata dengan KN (41.60%) (P> 0.05). Hewan coba yang memperoleh konsentrasi larutan nano partikel ]ogam Zn tertinggi (D 1lI)

mengalarn i kematian .

Nilai

pev

terendah tidak selalu diakibatkan oleh persentase parasit yang tinggi di dalam darah . Meskipun ke\ompok KP memiliki nilai

pev

terendah (28.33%) pada han ke tujuh, tetapi persentase parasitnya lebih rendah dibandingkan dengan kelornpok D I dan D II. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Carmona e/ at. (2006) yang menyebutkan bahwa mencit yang menunjukkan tingkat parasitemia tinggi , tidak selalu diikuti dengan terjadinya anemia (turunn ya nilai peV) dan manifestasi gejala klinis.

C. Kadar min eral Z n dalam darah

Hasil peneiitian menunjukkan bahwa kadar mineral Zn yang terdeteksi pada kelompok KN (kontrol negatif) berkisar an tara 4.2 1- 7.90 ppm. Se1ama pengamatan pada hari ke nol , ke empat dan ke tujuh, kelompok KN m emiliki kadar m ineral yang tidak berbeda nyata (P>O.OS).

Tabel 2 Rataan kadar mineral Zn hewan coba yang diinfeksi dengan T evans; dan diterapi dengan larutan nano partikel logam Zn berdasarkan pada hari pengamatan ke-n Perlakuan K(N) K(P) 01

Oil

Dill

Rataan kadar mineral Zn darah (ppm) pada hari pengamatan ke-n (X ± SE)

o

7.90 ± 1.436< 3 .97 ± 0.37°oe

8.35 ± 2. l3b 6.68 ± 1.16b'"

7.03 ± I.ll b

4 5.17 ± 0.l3bia

3.62 ± 0 .19d , 3.96 ± 0.68"" 4.39 ± 0.86boo

13 .00± 2.7Sa

7 4.2 1 ± 0 .76cdc

3.38 ± 0 .67d' 12.S3 ± 3.468

1.46 ± 0.65' Mati

Kctcmngan : Humf superscript yang bcrbcda pada baris dan kolom ya ng smna IIlcnunjukkan pcrbcdaan ya ng nyata (P<O.05), KN: Kontrol ncgatif, KP: Kontro l positif, D I: Dosis 175 mg!Kg, D II : Dosis 350 mgfKg. D liJ : Dosis 700 mg!Kg.

Pengamatan pada hari ke nol menunjukkan bahwa kadar mineral Z n dalam darah untuk kelompok KN, D I, D Il, dan D D.I tidak berbeda secara nyata (P>O.OS). Hasil mengindikasikan bahwa pemberian mineral Z n pada hari ke nol belum men yebabkan perubahan kadar Zn normal hewan coba. Kadar mineral Z n tertinggi dapat di li hat pada kelompok D I hari ke tujuh (12.53 ppm) dan kelompok D Il dihari ke empat (\3.00 ppm), sedangkan kadar terendah terdeteksi pada kelompok D II di hari ke tujuh (1.46 ppm) . Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Da Sil va el al. (2009) yang menyebutkan bahwa hewan yang terinfeksi T. evans;

(26)

12

senyawa kimia dosis rendah, namun memberikan efek yang menguntungkan untuk sel dan organisme tersebut (Calabrese el al. 2007).

Tingkat kematian Bewan Coba

Tingkat kematian hewan coba pasca pengobatan dengan nan o partikel logam Zn berdasarkan pengamatan selama tujuh hari dapat dili hat pada Gambar 2. Kematian hewan coba pada ke\ompok KP mulai tetjadi pada hari ke lima (20%) dan meningkat pada han ke tujuh menjadi 40% . Kernatian awal kelompok 0 I tetjadi pada hari ke lima sebesar 40% sampai masa akhir pengarnatan, sedangkan ke\ompok 0 II tetjadi pada hari pertama (20%) dan meningkat tajam pada hari ke

lim a sebesar 80% hingga akhir masa pengamatan. Kel ompok 0 fJI mengalami

kematian yang tinggi (80%) pada hari pertama pasca infeksi dan 100% pada hari kelima.

120

__ 100

セ@

"-'

;:; 80

."

セ@

セ@ 60

-'"

セ@

40

c f= 20

• •

o

.yF-_ --D---I_

...

'--+_ _ _ _

-H-O H-l H-2 H-3 H-4 H·5 H·6 H-7

Pengamatan hari ke-n

_ _ KN

-e- KP

_ _ DI

- . - Dii

• Dill

Gambar 2 Rataan persentase kematian hewan coba pasca pengobatan dengan nano partikel logam Zn berdasarkan hari pengamatan ke-n. KN: Kontrol negatif, KP : Kontrol positif, 0 I: Oosis 175 mg/Kg, 0 0 : Dosis 350 mgIKg, D Ill: Dosis 700 mgIKg.

[image:26.596.128.484.317.514.2]
(27)

13

zink dapat digunakan sebagai terapi yang efisien dalam pengendalian

T.evans;

pada tikus karena dapat meningkatkan kadar IFN-garnma dalarn tubuh . Perl akuan D III jika dihubungkan dengan kadar zink dalarn darah yang sangat tinggi akan menyebabkan IFN- gamma tinggi dalam tubuh. Kelebihan IFN- gamma ini yang menyebabkan toksik pada tubuh.

Menurut Verdi ll o el al. (2012) kematian rnencit yang diinfeksi 1: evans;

dapat disebabkan beberapa faktor yaitu, pernbelahan ]iypanosoma yang cepat dan bersifat patogen akan menyebabkan kerusakan yang parah dalam darah atau destruksi glukosa di hati sehingga mengakibatkan disfungsi hati . Faktor Jainnya adalah pelepasan sitokin proinflamatorik secara berlebih an sehingga toksik bagi inang atau pelepasan protease (baik lisosomal, fosfolipase atau hidrolitik enzirn lainnya) yang akan mendegradasi jaringan inang. Carmona el al. (2006) melaporkan hasil yang berbeda, kematian mencit tidak selalu terkait dengan jumlah parasitemia yang tinggi dan adanya anemia maupun gejala klini s lainnya. Urn umnya infeksi T evallsi selalu menyebabkan kernatian 100 % pada sernua galur mencit (De Menezes e( al. 2004). Hal ini disebabkan karena rn encit

merupakan hewan model yang peka terhadap infek si T evansi. Mencit yang berbeda juga memiliki kemampuan merespon parasitemia yang berbeda sehingga menimbulkan pola parasitemia yang berbeda (De Menezes el al. 2004). Menurut Subekti el al. (2013) mencit yang diiinfeksikan Tlypallosoma evans; dapat mengakibatkan kematian sangat cepat (kurang dari 6 han pasca infeksi) atau bahkan lebih lama ( 10 - 24 hari pasca infeksi). Hal ini tergantung dati strain

1:

evalls; dan imunitas mencit yang digunakan dalam percobaan.

SIMPULAN DA N SARAN

Simp ulan

Pada penel iti an ini pembetian larutan nano partikel logam Zn belurn memiliki aktivitas sebagai anti trypanosoma pada mencit karena bel urn memperoleh dosis yang tepat untuk menurunkanjumlah parasit dalam darah.

Saran

(28)

14

DAFT AR PUST AKA

Adamu S, Ibrahim NDG, Nok AJ , Esievo KAN . 2008. Sialyl transferase activity probably counteract s that of sialidase as one of the possibl e mechani sms of natural recovery of stabili zation of erythrocyte mass in Trypanosoma infected animals A perspective. African Journal of Biotechnology. 7:4992-500 1.

Adawiah , Sutardi T, Tohannat T, Manalu W, Ramli N,Tanuwiria UH . 2007 . Respon terhadap suplementasi sabun mineral dan mineral organik sel1a kacang kedelai sangrai pada indikator fermentabilitas ransum dalarn rumen domha Media Pelernakall . 30:63-70 .

Arifin Z . 2008. Some mi crom ineral w hi ch are essential for biological systems and its analysis methods . Jllmal Li/bang Per/Guian. 27 :99-1

as.

Artama WT, B Harj ono, S Mangkuwidj ojo. 1981. Perubahan hematologi kelinci yang diinfeksi dengan 'l: evans; Semi nar Parasitologi Nasional U (Ri salah Pertemuan II miah, Jakarta 198 1). JakartaelO) . 834 .

Artama WT, Agey MW, Danelson JE. 1992 . DNA comparisons of Tlypanosoma evans; (Indonesi a) and liypanosoma bruce; spp . Parasitology. 104:67-74 . Bhatia A, Shard P, Chopra D, Mishra T. 2011. Chitosan nanoparticles as carrier of

immunorestoratory plant extract: synthesis, characterization and immunorestoratory effi cacy. International Journal of Drug DelivelY . 3:38 1-385.

Buzea C, Blandino IIP, Robb ie K . 2007, Nanomaterial and nanoparticles: sources and toxicity. Bioilllerphases. 2: 170- 172 .

Brazao V, Caetano LC , Fi lipin MDV, Santello FH , Tol do MPA , Prado Jr, Jc. 2009. liypallosoma cruzi: the effects of zin c suppl ementati on in the immuneresponse during the course of experimental disease. Experimel11al Parasitology. 12 : 105- 109.

Cahyaningsih U, Noviana D, Ulum MF, Wardhana AH , Rochm an NT. 20 13. Pengembangan Nano Teknologi Logam Terserap Tubuh Sebagai Anti Penyakit Surra Pada Ternak. Bogor : LPPM IPB.

Carm ona, TMP, Garrizzo J, Roschman-Gonzalez A, TejeroF, Escalante A, AsoPM. 2006 . Susceptibility of different mouse strai ns to experimental infecti on with a Venezuelan isolate of Tiypanosoma evans;. JOllmal of Protozool Res . 16 : 1-8.

Calabrese EJ, Bachmann KA, Bail er AJ , Bolger PM, Borak J, Cai L, Cedergreen N, Cheri an MG, Chiueh CC, Clarkson TW ef al. 2007. Biological stress response terminology: Integrating the concepts of adaptive response and preconditioning stress within a hormetic dose-response fra mework. Toxicol App! Pharmacol. 222 : 122-1 28.

Coura JR, Pereira BJ . 20 10 . Chagas disease: 100 years after its discovery . A systemic review. Acta li"op;ca. 11 5(2):5- 13

Dall a Rosa L, Aleksandro S, Da Si lva, Camila B, Oli vei ra, lsabela B, Erika Benevenutti , Domeles F, Jeandre A, Jaques, Kaio CS , Tavares, M iletti CL, Marta R L, Silvia G, M onteiro. 20 12. 'fiypallosoma evansi: Effect of zin c anda copper in experimentall y infected rats. Joumal of Parasitology.

(29)

IS

Dardene M. 2002 . Zinc and immune function . European Journal of Clinical

NUlritioll. 56: 20-23.

Dargantes AP, Reid SA, Copeman DB. 2005 . Experim ental Ilypanosoma Clini cal Sign and Pathol ology. Journal af Camp Palhol. 13 3 :26 1-266.

Dannono . 2007. Mineral deficiency di sease in ruminats and its preventi on. JlImal

Litballg PertOl1iall . 26: 1 04-\ 08.

Da Sil va AS, Zanette RA, Wolkmer P, Costa

M:rv1 ,

Garcia HA, Lopes STA,

Santun o JM, Tei xteria MMG, Monteiro SG. 2009. Diminazene aceturate inthe control of Trypanosoma evans; infection in cats. Veleril1G1Y Parasilology.1 65:47- 50.

De Menezes VT, Queiroz AO, Gome MAM, Marques MAP, Jansen AM. 2004 . T' ypollosoma eval1siin inbred and Swiss-Webster mice : di stinct aspects of

pathogenesis . Parasilo! Res . 94 : 193-200.

Dirkeswan. 2012 . Pedoman pengendalian dan pemberantasan penya kit Trypanosomiasis (Surra). Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian .

Douglas J. 20 I O. Schalm 's, VelerinQlY Hemalolog;' Ed ke-6. Him 854. Iowa (AS): Blackwell Publi shing.

Guyton AC . 1982 . Fisiologi Kedokleran , Bag I. Ed ke- 7. Adj i Dharnla, Lukmanto P, ー・ョ・セ・ュ。ィ N@ Jakarta(ID) : Penerbit Buku Kedokteran . Terj emahan dari : EGC.

Herrera HM, Davila AMR, Norek A, Abreu UG, Souza SS, D' Andrea PS, Jan sen AM . 2004 . Enzootiology of liypanosoma evansi in Pantanal. Brasil VelerinQlY Parasitology. 12 5:263 - 275 .

Hougland JL, Kravchuk AV, Herschlag D, Pi ccirilli JA. 2005. Functional identificat ion of catalytic metalion binding sites within RNA. PloSBiol.

3(9):277.

Igbokwe 10, M ohammed A. 199 1. The reticulocyte response to the anem ia ingoats caused by experimental liypal1osoma brllcei infection . Veterinary Research Commllnication . 15 :3 73 - 377.

Maudlin I, Holmes PH, Miles MA . 2004. The Trypanosomiasis. CAB I Publi shing CAB International, Oxfordshire, UK. 25- 30, 283- 33 1.

McDowell LR . 1992. Minerals in Animal and Human Nlltrition. Academic Press, San Diego.

Poelstra K, Prakash J, Seljaars L. 20 12 . Drug targeting to the diseased li ver.

Journal ojControlled Release . 16 1: 188-1 97

Prasad AS . 1993. Biochemislly o/Zinc. New York (US) : Plenum Press.

Sallau AB , Ibrahi m MA, Salihu A, Yusuf lAo 2008 . Bloodstream fonn of

Trypanosoma evansi contain s Galactosidase. Middle £aSI Joumal oj Science Research. 3:49-52.

Subekti DT, Sawitri DH, Suhardono, Wardhana AH .20 ! 3. Pola Parasitem ia dan Kematian Mencit yang Diinfeksi Trypanosoma evansi isolat Indonesia.

Indonesian Journal oj Animal and Veterinary Sciece. 18(4):274-290.

Office of International des Epizooties 20 10. OlE Terrestri al Man ual.

Tlypanosoma evans; lnfection (Surra). Chapter 2.! .!7.http://www. oie. int [7 agustus 2015].

(30)

16

Verdillo, JCM, Lazaro JV, Abes NS , Mingala eN. 20 12. Comparative virulence of three liypanosoma evansi isolates from water buffaloes in the

Philippines. Exp. Par. 130: 130-134.

Yudha F, Eliawardani, Alfira R, AI Azhar, Nuzul Asmilia. 2014 . Profil darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinfeksikan 7iypanosoma evansi dan dibenkan ekstrak kulit batang jaloh (Salix tertasperrna Roxb). .J Kedoklerall HelVall. 8(2): 164- 165 .

Zhou

J,

ShenJ , LiaoD, ZhouY, LinJ. 2004 . Resistance to dru by different isolates
(31)

LAMPIRAN

Tabel 1 Rataan persentase jumlah parasit TevGlIsi dalarn darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nanD partikel logam Zn berdasarkan pengarnatan pada hari ke-n

Perlakuan Pengarnatan hari ke-n

0 4 7

K(N) O,OO±O,OO 1,79±1 ,94 38,OO±33,OO K (P) O,OO±O,OO O,OO±O,OO O,OO±O,OO

01 O,OO±O,OO 2,O0±2,OO 92,OO±62,OO

on

O,OO±O,OO I,OO± I,OO 82,OO±24,OO Dill O,OO±O,OO I,OO± I,OO Mati

Tabel 2. Rataan persentase kematian dalarn darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nano partikellogam Zn berdasarkan pengamatan pada hari ke-n

Perlakuan Pengamatan hari ke-n

0 1 2 3 4 5 6 7

K (N)

a/oo±o,ao a/oo±o,ao

a/oo±o,ao

a,OO±O,DO a/OO±O,DO a/OO±O,DO

a/oo±o,ao

a,oo±o,ao

K (P) a/OO±O,DO

a/oo±o,ao

a/OO±O,DO O/OO±O,DO

a/oo±o,ao

20,OO±O,45 20,OO±O,45 40,OO±O,55

01

O,oo±o/ao

a/OO±O/aD a,OO±O/DO O,OO±O/DO

a/oo±o/ao

40,OO±O,55 40,OO±O,55 40,OO±O,55

011 O,OO±O,OO 20,OO±O,45 20,OO±O,45 20,OO±O,45 20,OO±O,45 80,OO±O,45 80,OO±O,45 80,OO±O,45

0111 O,OO±O,OO 80,OO±O,45 80,OO±O,45 80,OO±O,45 80,OO±O,45 lOO,OO±O,OO lOO,OO±O,OO lOO,OO±O,OO

[image:31.842.113.672.375.498.2]
(32)

18

Tabe l 3 Reference Interval for Hematologic Parameters in Diet - Restricted 7 - 11 Week Old Sprague Dawley Rats Collected Under Isofluranc Ane sthesia

Unit

range (2.5 - Mean Mean

Parameter Male 975%) (males) (females)

x 106 /

Red blood cell s (RBCs) セl@ 734 - 8.85 8.14 8. 19

Hemoglobin (Hgb) gldL 14.7 - 17.3 15.9 15.9

Hematocrit (Het) % 44.9 - 51.7 48.5 46.5

Mean cell volume (MCV) fL 55.1 - 64.2 59.7 56.9

Mean cell hemglobin

(MCH) pg 18.6 - 20.7 19.6 19.5

Mean cell hemoglobin gldL 31.3 - 344 32.8 34.3 concentration (MCHC)

Red cell distribution width

(RDW) % 11.3 - 14.2 124 11.5

x 106/

Absolute reti culocytes セl@ 0.114 - 0399 0.236 0.195

Reticul ocytes 1.3 - 4.94 2.81 2.28

x 103/

Platel ets

セl@ 903 - 1594 1159 1146

x 10 3 /

White blood cell s (WBCs) セl@ 6.63 - 20.35 t243 t2.02 x 103 /

Neutrophils

セl@ 037 - 2.63 0.95 0.72

x 103/

Lymphocytes セl@ 6.10 - 1845 to.85 10.79

x 10 3 /

Monocytes セl@ 0.04 - 0.5 0 0.20 0. 16

x 103/

Eosinophil s セl@ 0.02 - 0.27 0, 11 0, 15

x 10 3 /

Basophi ls

セl@ 0.0 1 - 0.12 0,05 0,05

x 103 /

*

Large

unstained cell s

セl@ 0.04 - 035 0. 14 0. t2

Historical Dala 2006: Clinical Laboratories, Preclinical Services, Charles Ri ver Laboratories,

(33)

19

R1WAYATHID UP

Penuli s bemama Rianti Andari dilahirkan di Sumedang 18 Oktober 1993 , dari Ayah H Jaja Safrudin dan Ibu Hj Lilis Suryani. Penulis adalah putn ketiga dari empat bersaudara . Penulis menempuh pendidikan di TK Aisyiyah II

(1998-1999), SD N Rancaekek I Kab Bandung (1999-2005), SMP N I Rancaekek Kab Bandung (2005-2008), dan SMA Al Masoem l atinangor-Sumedang (2008-201 1).

Gambar

Gambar I Rataan persentase parasit T. ellGl1si dalam darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nanopartikel logam Zn berdasarkan hari pengamatan ォ・セョN@KN: Kontrol negatif, KP: Kontrol positif, D I: Dosis 175 mglKg, D II: Dosis 350 mglKg, D m Dosi
Gambar 2 Rataan persentase kematian hewan coba pasca pengobatan dengan nano partikel logam Zn berdasarkan hari pengamatan ke-n
Tabel 2. Rataan persentase kematian dalarn darah (parasitemia) pasca pengobatan dengan larutan nano partikellogam Zn berdasarkan pengamatan pada hari ke-n

Referensi

Dokumen terkait

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70 %, karena dapat melarutkan saponin dan flavonoid yang merupakan zat yang terkandung dalam daun

Adapun faktor eksternalnya adalah faktor po litis, yaitu masih dirasakan adanya hambatan dari se golongan masyarakat yang berpikiran sekuler atau pe nganut agama lain,

Tujuan dari uji komunikasi serial ini adalah untuk mengetahui apakah rangkaian mikropengendali Arduino Uno telah dapat mengirimkan data suhu dan asap dari

Kapan lagi, Anda bisa mendapatkan fasilitas gratisan di facebook marketing beserta penunjang ilmunya. Berupa teknik facebook graph yang nantinya akan membantu Anda dalam membuka

2engan demikian, ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran ba8ah)

Selanjutnya untuk membahas topik-topik yang terkait dengan materi ajar pada periode kemerdekaan, guru dapat mengaktualisasikan dan menanamkan nilai-nilai esensial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwasannya kandungan partikel Total Suspended Solid (TSS) pada perairan Muara Sungai Kampar terendah pada stasiun 2 saat

xiii OKOKO=oentang=oeséon== KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK = OKOKP=caktor=menyebab=_unuh=airi==== KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK