• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Lapsus Ispa Pkm Labuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Lapsus Ispa Pkm Labuan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN Inf

Infekseksi i SalSalurauran n PerPernafnafasan asan AkAkut ut (ISP(ISPAA) ) mermerupaupakan kan infinfekseksi i akuakut t yanyangg me

menynyeraerang ng sasalah lah sasatu tu babagigian an atatau au lelebibih h dadari ri salsalururan an pepernrnafaafasansan. . SaSaluluranran  pernafasan

 pernafasan adalah adalah hidung hidung hingga hingga alveoli alveoli termasuk termasuk jaringan jaringan adneksanya adneksanya sepertiseperti si

sinunus, s, rorongngga ga teltelininga ga tetengngah ah dadan n plpleueura.ra. ISPISPA umumnyA umumnya a ditulditularkan arkan melalumelaluii dro

dropleplet. t. NamNamunun dedemimikikianan, , papada da sebasebagigian an papatotogegen n adada a jujugaga kemungkinankemungkinan  penularan melalui ara lain,

 penularan melalui ara lain, sepertiseperti melalui kontak dengan tangan atau permukaanmelalui kontak dengan tangan atau permukaan yang

yang terkontaminasi.terkontaminasi. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi padaPenyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada ana

anak k balbalitaita, , hal hal ini ini disdisebaebabkabkan n karkarena ena syssystem tem perpertahtahanaanan n tubtubuh uh anaanak k masimasihh rendah.

rendah.

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang dil

dilapoaporkarkan n kepkepada ada pelpelayaayanan nan keskesehaehatantan. . !!oorld rld "ea"ealth lth #rg#rganiani$ati$ation on (!"(!"#)#) mem

memperkperkirakirakan an insinsideidensi nsi InfInfekseksi i SalSalurauran n PerPernapnapasan asan AkAkut ut (IS(ISPPAA) ) di di negnegaraara  berkembang

 berkembang dengan dengan angka angka kematian kematian balita balita di di atas atas %& %& per per '&&& '&&& kelahiran kelahiran hiduphidup adalah '*+& pertahun pada golongan usia balita. enurut !"# - ' juta adalah '*+& pertahun pada golongan usia balita. enurut !"# - ' juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdap

terdapat at di di negara berkembanegara berkembang ng dan ISPA mdan ISPA merupakerupakan an salah satu salah satu penypenyebab utamaebab utama kematian dengan membunuh - % juta anak balita setiap tahun.

kematian dengan membunuh - % juta anak balita setiap tahun. /erda

/erdasarkan hasil sarkan hasil laporalaporan n 0iset 1esehatan 0iset 1esehatan 2asar (0IS13S22asar (0IS13S2AS) padaAS) pada tah

tahun un +&&+&&4, 4, preprevalvalensi ensi ISPISPA di A di IndIndoneonesia sia seksekitar itar +,+,  dendengan gan preprevalvalensiensi tert

tertinginggi gi terjterjadi adi padpada a baybayi i dua dua tahtahun un (5(5)). . 6um6umlah lah balbalita ita dendengan gan ISPISPA diA di Indonesia pada tahun +&'' adalah lima diantara '.&&& balita yang berarti sebanyak  Indonesia pada tahun +&'' adalah lima diantara '.&&& balita yang berarti sebanyak  '&.&&& balita m

'&.&&& balita meninggal pertahun atau sebanyak eninggal pertahun atau sebanyak '+.&& '+.&& alita perbulan atau %'7alita perbulan atau %'7 kas

kasus us sehsehari ari atau '4 atau '4 balibalita ta perperjam jam ataatau u seoseoranrang g balbalita ita perperlimlima a menmenit. it. 2ap2apatat di

disimsimpupulklkan an babah8h8a a prprevevalalenensi si pependnderierita ta ISISPPA A di di InIndodonenesia sia adadalaalah h 9,9,%%.. S

Sededananggkakan n susurvrvei ei mmorortatalilitatas s yyanang g didilalakkukukan an ololeh eh SuSubdbdit it ISISPPA A ++&&&&,, men

menempempatkatkan an ISPISPAA:Pn:Pneumeumonionia a sebsebagaagai i penpenyebyebab ab kemkematiaatian n baybayi i terterbesabesar r didi Indonesia dengan persentase ++,& dari seluruh kematian balita.

(2)

Prevalensi penderita ISPA di Sula8esi ;engah berada di atas prevalensi Prevalensi penderita ISPA di Sula8esi ;engah berada di atas prevalensi nasional yaitu sebesar +<,7. Penyakit ISPA selalu menduduki peringkat teratas nasional yaitu sebesar +<,7. Penyakit ISPA selalu menduduki peringkat teratas seti

setiap ap tahtahunnunnya ya dan dan berberdasdasarkarkan an datdata a yanyang g dipdiperoeroleh leh yaiyaitu tu padpada a tahtahun un +&'+&'&&  jumlah penderita

 jumlah penderita ISPA ISPA untuk pneumonia sebanyak +9.+4 untuk pneumonia sebanyak +9.+4 anak. 2ari anak. 2ari data 2inkesdata 2inkes 1ota Palu jumlah penderita ISPA pada tahun +&'' dari bulan 6anuari sampai 1ota Palu jumlah penderita ISPA pada tahun +&'' dari bulan 6anuari sampai 2esember sebanyak +.'9+ anak.

2esember sebanyak +.'9+ anak.

1asus ISPA di puskesmas =abuan pada tahun +&' menduduki peringkat 1asus ISPA di puskesmas =abuan pada tahun +&' menduduki peringkat  pertama

 pertama dengan dengan jumlah jumlah kasus kasus sebanyak sebanyak '4' '4' orang, orang, dan dan jumlah jumlah penderitapenderita Pneumonia pada balita sebanyak 7

Pneumonia pada balita sebanyak 7 orang.orang. /e

/eririkukut t inini i akakan an didibabahahas s kakasusus s memengngenenai ai ISISPPA A papada da papasisin n yyanangg  berkunjung di Puskesmas =abuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diadaptasi dari istilah dalam  bahasa Inggris, yaitu  Acute Respiratory Infections (ARI)  yang mempunyai  pengertian sebagai berikut >

- Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala  penyakit.

- Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

 beserta organ adneksanya seperti sinus*sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

- Infeksi akut adalah indeksi yang berlangsung sampai dengan '% hari.

2engan demikian, ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran ba8ah) termasuk jaringan adneksanya sinus rongga telinga tengah dan pleura, yang berlangsung sampai dengan '% hari.

2.2 Etiologi

Infeksi saluran pernapasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. 3tiologi ISPA terdiri dari && lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. /eberapa virus penyebab menurut /ehrman et all (+&&&) yaitu >

a. ?irus Sinsisial Pernapasan (?SP), merupakan satu penyebab utama  bronkiolitis, kira*kira meliputi, sepertiga dari semua kasus. ?irus ini merupakan penyebab yang la$im penyakit pneumonia,  croup, dan  bronkiolitis, dan penyakit demam saluran pernapasan atas yang tidak 

terdiferensiasi.

 b. ?irus parainfluen$a, menyebabkan sebagian besar kasus sindrom roup, tetapi dapat juga menimbulkan bronkitis, bronkolitis, dan penyakit demam saluran pernapasan atas.

(4)

. ?irus influen$a, tidak mempunyai pengaruh besar dalam berbagai sindrom pernapasan keuali selama epidemi. Pada bayi dan anak, virus influen$a lebih menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas daripada saluran pernapasan ba8ah.

d. Adenovirus, menyebabkan kurang dari '& penyakit pernapasan, sebagian besar darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. 2emam faringitis dan demam faringokonjungtivitis adalah manifestasi klinis yang paling sering pada anak. Namun, adenovirus kadang*kadang menyebabkan infeksi saluran pernapasan ba8ah yang berat.

e. 0hinovirus dan koronavirus biasanya menimbulkan gejala yang terbatas  pada saluran pernapasan atas, paling sering hidung dan merupakan  bagian yang berarti dari sindrom @ommon old.

f. 1oksakivirus A dan / terutama menimbulkan penyakit pada nasofaring. 2.3 Klasifikasi Penyakit ISPA

/erdasarkan Program Pemberantasan Penyakit (P+) ISPA dalam  penentuan klasifikasi penyakit ISPA dibedakan atas + kelompok yaitu untuk 

umur kelompok umur B + bulan dan + bulan sampai B tahun. Cntuk  kelompok umur B + bulan klasifikasi dibagi atas pneumonia berat dan bukan  pneumonia. Sedangkan untuk kelompok umur + bulan sampai B  tahun klasifikasi dibagi atas pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan  pneumonia.

1. Pne!onia Be"at

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermaam* maam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Pembagiannya ditentukan atas dasar anatomis dan etiologis.

a. U!" # 2 $lan

2idasarkan adanya nafas epat ( fast breathing ) yaitu frekuensi  pernapasan sebanyak 7& kali per menit atau lebih, adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian ba8ah ke dalam ( severe chest  indrawing ).

(5)

'. berhenti minum susu +. kejang

. rasa kantuk yang tidak 8ajar atau sulit bangun %. stidor saat anak tenang

. demam atau suhu tubuh yang rendah $. U!" 2 $lan sa!%ai # & ta'n

2idasarkan adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian ba8ah ke dalam (hest  indrawing ). Sementara itu, untuk pengklasifikasikan terhadap  penyakit sangat berat didasarkan atas tanda*tanda bahaya sebagai  berikut >

'. tidak dapat minum +. kejang

. rasa kantuk yang tidak 8ajar atau sulit bangun %. stidor pada anak yang tenang

. kurang gi$i berat 2. Pne!onia

a. U!" 2 $lan sa!%ai # 1 ta'n

2idasarkan pada adanya batuk batuk atau kesukaran bernapas disertai adanya frekuensi napas dengan batas napas epat ( fast  breathing & kali per menit).

$. U!" 1 sa!%ai # & ta'n

2idasarkan pada adanya batuk atau kesulitan bernapas disertai adanya frekuensi napas dengan batas napas epat ( fast breathing %& kali per menit).

3. Batk Bkan Pne!onia

1lasifikasi bukan pneumonia menakup kelompok penderita bayi dan balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada  bagian ba8ah ke dalam. 2engan demikian klasifikasi bukan pneumonia menakup penyakit*penyakit ISPA lain di luar Pneumonia seperti batuk   pilek bukan pneumonia (common cold, nasofaringitis, faringitis,

(6)

sinusitis, tonsilitis, dan otitis). /eberapa jenis penyakit batuk bukan  pneumonia antara lain seperti>

a. Common cold 

Common cold adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan gejala seperti bersin*bersin, batuk, sakit tenggorokan, malaise, demam, dan sakit kepala. Common cold disebabkan oleh  Piornavirus, !oronavirus, "isovirus, Paravirus, Adenovirus dan  Rhinovirus. /erlangsung selama  sampai '% hari.

 b. Nasopharingitis

 Nasofaraingitis (setara dengan common cold ) disebabkan oleh sejumlah virus, biasanya  Rhinovirus, Adenovirus, #irus influen$a, atau #irus parainfluen$a. Dejala pada umumnya adalah demam. Pada anak  bulan sampai  tahun, demam tiba*tiba terjadi dan  berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun, dan  penurunan aktivitas. Peradangan hidung dapat menyebabkan sumbatan saluran, sehingga harus membuka mulut ketika bernapas. untah dan diare mungkin juga bisa munul.

. Earingitis

Earingitis atas menunjukkan keterlibatan utama pada tenggorokan. Penyakit ini tidak la$im pada anak di ba8ah umur ' tahun. Insidennya kemudian naik sampai punak pada umur % sampai 4 tahun. ;etapi berlanjut sampai masa kanak*kanak dan de8asa. Earingitis atas dapat disebabkan oleh virus dan streptokokus.

') Earingitis virus

Earingitis virus biasanya dianggap sebagai penyakit yang a8al mulainya relatif bertahap, yang biasanya mempunyai tanda a8al seperti demam, malaise, den anoreksia, dengan nyeri tenggorokan sedang. Nyeri mulai timbul sekitar sehari sesudah mulainya gejalagejala, menapai punaknya pada hari ke*+ sampai ke*. Suara  parau dan batuk sudah pasti ada.

1omplikasi yang berarti jarang terjadi. +) Earingitis streptokokus

(7)

Earingitis streptokokus pada anak di atas umur + tahun mulai dengan keluhan nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Dejala*gejala ini dapat disertai dengan demam setinggi %&FG, terkadang kenaikan suhu tidak tampak selama '+ jam atau lebih. /eberapa jam sesudah keluhan a8al, tenggorokan dapat menjadi nyeri dan pada sepertiga  penderita ditemukan pembesaran tonsil.

d. Sinusitis

Sinusitis merupakan peradangan pada rongga sinus. Sinusitis bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang memiu peradangan. Peningkatan produksi lendir, hidung tersumbat, rasa tidak nyaman di dahi, pipi atau sekitar mata dan sakit kepala adalah gejala umum sinusitis.

e. ;onsilitis

;onsilitis adalah peradangan pada tonsil, yang pada umumnya disebabkan oleh streptokokkus. Dejala yang munul seperti nyeri tenggorokan berulang atau menetap dan rasa sakit ketika menelan atau bernapas. ungkin ada rasa kering dan iritasi pada tenggorokan.

f. #titis edia

#titis media merupakan peradangan pada telinga tengah yang disebabkan oleh %treptococcus pneumoniae,  &.influen$ae, dan  "ora'ella catarrhalis.

2.( )a"a %enla"an

Infeksi saluran pernapasan akut dapat ditularkan melalui air ludah, darah, ipratan bersin, dan udara yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluranH pernapasannya. Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang teremar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk  aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara. /entuk aerosol dari  penyebab penyakit tersebut berupa droplet  nuclei (sisa dari sekresi saluran  pernapasan yang dikeluarkan tubuh seara droplet dan melayang di udara)

(8)

2.& *akto" +isiko

/eberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA antara lain faktor individu (balita), faktor lingkungan, dan faktor perilaku. '. Eaktor Individu

a. Cmur

Eaktor usia merupakan salah satu risiko untuk terjadinya kematian karena pneumonia pada balita yang sedang menderita  pneumonia. Semakin tua usia balita yang sedang menderita  pneumonia, semakin keil risiko meninggal akibat pneumonia

dibandingkan balita berusia muda.

Anak berumur di ba8ah + tahun mempunyai risiko terserang ISPA lebih besar dari pada anak di atas + tahun sampai  tahun, keadaan ini karena pada anak di ba8ah umur + tahun imunitasnya  belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit.

 b. 6enis 1elamin

/erdasarkan pada  Pedoman Rencana !era anga "enengah  *asional Penanggulangan Pneumonia +alita ahun -/0-1 ,

anak laki*laki memiliki risiko lebih tinggi daripada anak  perempuan untuk terkena ISPA. eskipun seara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di  perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan  prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

. /erat /adan =ahir 

/erat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. /ayi dengan /erat /adan =ahir  0endah (//=0) mempunyai risiko kematian yang lebih besar  dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan*  bulan pertama kelahiran karena pembentukan imun yang belum sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama  pneumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya.

d. Status gi$i

Seara umum kekurangan gi$i akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologis terhadap berbagai  penyakit. Penyakit dengan infeksi akan menyebabkan penurunan

(9)

nafsu makan dan kekurangan gi$i pada balita. Status gi$i kurang atau  buruk pada anak balita mempunyai risiko pneumonia +, kali lebih  besar dibandingkan dengan anak yang bergi$i lebih baik dan normal. e. Status imunisasi

Sebagian kematian karena ISPA berasal dari penyakit sejenis ISPA yang dapat diegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis dan ampak. Program imunisasi yang lengkap dapat mengurangi faktor risiko pada mortalitas karena ISPA. /ayi dan balita yang mendapat imunisasi seara lengkap apabila terserang ISPA diharapkan perkembangan penyakitnya tidak lebih berat dan lama. 1ini pemberian imunisasi ampak dan pertusis (2P;) terbukti efektif mengatasi risiko kejadian ISPA.

f. 0i8ayat Penyakit ISPA sebelumnya

/ayi yang pernah menderita penyakit ISPA dapat kembali menderita penyakit tersebut. "al ini antara lain disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, kurang terpenuhinya keukupan gi$i, keadaan lingkungan rumah dan sekitar yang memudahkan penularan.

g. Pemberian Asi seara 3ksklusif 

Pada umumnya bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri seara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas dan mampu memberikan daya perlindungan baik seara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan alergi tetapi juga menstimulasi perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan $at* $at kekebalan yang belum dibuat oleh bayi. Sehingga bayi yang mengonsumsi ASI lebih tahan terhadap penyakit infeksi. 1ejadian ISPA tinggi pada bayi yang tidak diberi ASI.

h. Pemberian makanan pengganti: ;ambahan

Pada bayi yang mendapatkan makanan pengganti ASI:PASI mempunyai angka yang tinggi menderita ISPA dibanding bayi yang mendapatkan ASI, karena tidak semua nutrisi yang dibutuhkan bayi ada di dalam makanan pengganti ASI tersebut.

(10)

+. Eaktor =ingkungan a. 0umah

0umah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan  pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk 

kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk  keluarga dan individu.

 b. 1epadatan "unian.

1epadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk  ISPA. Penelitian oleh 1oh et al  (+&&) membuktikan bah8a kepadatan hunian (crowded ) mempengaruhi seara bermakna  prevalensi ISPA berat.

. Status sosioekonomi

;elah diketahui bah8a kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

d. 1ebiasaan erokok 

Pada keluarga yang merokok, seara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA + kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari  penelitian lain didapat bah8a episode ISPA meningkat + kali lipat

akibat orang tua merokok. e. Polusi Cdara

2iketahui bah8a penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik seara biologis, fisik maupun kimia.

. Pelayanan 1esehatan

1eluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini  pneumonia dan kapan menari pertolongan dan rujukan pada sistem  pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih  berat.

(11)

2., Pen-ega'an Infeksi Sal"an Pe"na%asan Akt ISPA/

"al*hal yang dapat dilakukan untuk menegah terjadinya penyakit ISPA  pada balita antara lain >

'. emenuhi keukupan gi$i pada anak.

+. emberikan imunisasi yang lengkap pada anak agar terbentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit.

. enjaga kebersihan lingkungan dan perumahan serta menjaga kebersihan diri.

%. enyediakan ventilasi dan penahayaan yang ukup dalam rumah.

. engurangi penemaran udara dalam rumah, dari asap rokok, hasil  pembakaran bahan bakar untuk memasak, dan lain*lain.

7. enegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu ara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA. 2.0 Pengo$atan Infeksi Sal"an Pe"na%asan Akt ISPA/

Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) berdasarkan klasifikasi. Pera8atan dapat dilakukan di rumah, untuk batuk dapat memberikan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak  mengandung $at yang merugikan seperti kodein, dekstrometrofan dan antihistamin. /ila disertai dengan demam, maka diberikan obat penurun  panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek, apabila pada  pemeriksaan tenggorokkan didapat adanya berak nanah (eksudat) disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang tenggorokkan oleh kuman %treptococcus dan harus diberikan antibiotik  selama '& hari.

BAB III

(12)

3.1 IDENTITAS PASIEN

 Nama > An. AE

Cmur > + tahun 4 bulan 6enis kelamin > Perempuan

Agama > Islam

Alamat > 2esa =abuan*1ungguma, 2onggala ;anggal Pemeriksaan > +< Agustus +&'7

3.2 ANANESIS

Kel'an Uta!a /atuk 

+i4ayat Penyakit Seka"ang Hete"oana!nesis/

Pasien datang dengan keluhan batuk yang dialami sejak  hari yang lalu. /atuk disertai lendir ber8arna putih dan pilek. Selain itu pasien juga mengalami demam yang naik turun sejak ' hari yang lalu tanpa dan nafsu makan berkurang. ;idak ada keluhan sesak nafas, mual*muntah tidak ada. /A/ lanar dan /A1  lanar.

+i4ayat Penyakit Da'l 

Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

+i4ayat Penyakit Kela"ga 

;idak ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan keluarga.

+i4ayat Ke$iasaan 5an Lingkngan 

• Pasien makan + kali sehari dengan lauk seadanya, namun terkadang pasien

makan tidak teratur dan menjadi malas makan terutama saat sakit.

• Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah yang berada dalam lorong.

0umah pasien berukuran luas - 99 m+. 0umah terdiri dari ruang tamu, 

kamar tidur, ruang tengah, dapur, ruang makan, dan kamar mandi. =antai rumah terbuat dari tehel dan semen, dinding rumah dari dinding beton dan

(13)

 papan, dan atap rumah terbuat dari seng tanpa plafon. 0uang tamu, kamar dan dapur memiliki jendela dan penahayaan yang ukup.

• Sumber air yang dipakai untuk sehari*hari adalah dari sumur suntik. Sedangkan

untuk minum, pasien menggunakan air sumur tersebut yang telah dimasak.

• Sumber listrik dari P=N, sampah dibuang pada tempat sampah di halaman

 belakang rumah.

• 2i tempat tinggal pasien + anggota keluarga, yaitu kakek dan ayah pasien

adalah perokok aktif sehingga pasien lebih mudah terserang ISPA.

+i4ayat Ke'a!ilan 5an Pe"salinan 

• 0i8ayat Antenatal

Ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan (bidan) saat mengandung pasien.

• 0i8ayat Natal

Pasien lahir normal dengan berat badan lahir +9&& gram, ditolong bidan, usia kehamilan ukup bulan.

• 0i8ayat Neonatal

;idak ada kelainan

As%an akanan 

• ASI diberikan sejak lahir hingga berumur 7 bulan.

• 1emudian permberian makanan tambahan mulai usia 7 bulan hingga

sekarang. akanan nasi dan lauk pauk 

+i4ayat I!nisasi 

Pasien mendapatkan imunisasi lengkap

+i4ayat Sosial Ekono!i 

Pasien tinggal di rumah bersama dengan 9 orang lainnya yaitu kakek dan nenek, kedua orang tua, tiga orang kakak dan satu orang adik. Pasien aktif bermain dan  berkomunikasi dengan orang*orang disekitarnya. Pasien tergolong ekonomi

(14)

lemah. Ayah pasien lulusan SP dan mempunyai pekerjaan yang tidak tetap atau  berganti*ganti pekerjaan dengan penghasilan yang ukup sedangkan ibu pasien

lulusan SP dan tidak berkerja hanya sebagai ibu rumah tangga.

PEE+IKSAAN *ISIK 

1ondisi Cmum > Sakit 0ingan /erat /adan > '' kg 1esadaran > Gomposmentis ;inggi /adan > <+ m

Tan5a 6ital

 Nadi > 97:menit (1uat angkat, regular) Suhu > 4&G

Pernapasan > +%:menit

Klit > !arna sa8o matang, lapisan lemak diba8ah kulit ukup

Ke%ala > Normoephal, rambut 8arna hitam lurus, konjungtiva anemis(*), slera ikterik(*), pupil bulat isokor(diameter - +mm). terdapat sekret pada hidung 8arna bening keputihan, tidak terdapat  pernapasan uping hidung.

Tenggo"okan >;onsil ;&*;&, faring hiperemis (*). Le'e" > Pembesaran 1D/ (*), tiroid(*) T'o"aks

Pa" > Inspeksi > Permukaan dada simetris, retraksi otot  pernapasan (*).

 Palpasi >  assa(*), n yeri t ekan(*), voal f remitus k anan sama dengan kiri

Perkusi > Sonor kedua lapang paru.

Auskulrasi > /ronkovesikuler J:J, 8hee$ing *:*, ronkhi *:*. Jantng > Inspeksi > Iktus kordis tak tampak  

(15)

Palpasi > Iktus ordis teraba pada IGS ? linea midlaviula sinistra.

Perkusi > 6antung dalam batas normal.

Auskultasi > /unyi jantung I dan II murni regular, bunyi tambahan(*).

A$5o!en > Inspeksi > Permukaan datar, seirama gerak napas. Auskultasi > Peristaltik(J) kesan normal.

Perkusi > ;ympani(J)

Palpasi > assa(*), nyeri tekan(*), hepar dan lien tidak   teraba.

Ekst"e!itas

Atas > Akral hangat, edema (*) Ba4a' > Akral hangat, edema (*)

PEE+IKSAAN PENUNJAN7 ;idak dilakukan pemeriksaan DIA7NSIS KE+JA

ISPA non pneumonia

ANJU+AN PEE+IKSAAN ') Pemeriksaan darah rutin +) Pemeriksaan foto thoraks

TE+API

(16)

• G; (,% mg)  tab. • Ambrool (4. mg) + tab. • 3fedrin (<,4 mg) ' K tab • ?itamin G  tab.  Paraetamol syr ('+ mg: ml) ' th   Non edikamentosa >

• emberikan makanan yang bergi$i dan hangat pada anak seara

teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

• engurangi memakan jajanan berupa makanan ringan dan

minuman yang dingin, serta memperbanyak minum air putih.

• Istirahat yang ukup.

P+7NSIS 2ubia ad bonam

BAB I6 PEBAHASAN

(17)

Pada kasus ini, pasien anak perempuan berumur + tahun 4 bulan memiliki keluhan utama batuk belrlendir sejak  hari yang lalu, lendir ber8arna putih juga disertai pilek. Pasien tidak mengalami sesak nafas, mual dan muntah. Pasien juga mengalami demam yang naik turun sejak ' hari yang lalu. Nafsu makan  berkurang, /A/ dan /A1 lanar. Sebelumnya pasien juga pernah mengeluhkan

hal yang sama.

Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gi$i  pasien tergolong gi$i kurang, tampak sekret pada hidung pasien (ber8arna bening keputihan) namun tidak didapatkan abnormalitas lainnya sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis dengan batuk bukan  pneumonia.

ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran  ba8ah) termasuk jaringan adneksanya sinus rongga telinga tengah dan pleura,

yang berlangsung sampai dengan '% hari.

1lasifikasi bukan pneumonia menakup kelompok penderita bayi dan  balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian ba8ah ke dalam. 2engan demikian klasifikasi bukan pneumonia menakup penyakit*penyakit ISPA lain di luar Pneumonia seperti batuk pilek bukan pneumonia (common cold, nasofaringitis, faringitis, sinusitis, tonsilitis, dan otitis).

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan apusan sekret maupun foto thoraks pada kasus ini belum perlu dilakukan karena berdasarkan anamnesis dan  pemeriksaan fisik pasien tergolong penderita ISPA non pneumonia sehingga untuk 

kunjungan a8alnya dapat diberikan terapi a8al berupa terapi simptomatik dan  pemberian vitamin tanpa pemberian antibiotik karena etiologi dari sebagian besar   penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus sehingga tidak dibutuhkan terapi

antibiotik. ;erapi a8al dapat dievaluasi  hari kemudian untuk menentukan langkah selanjutnya yang perlu diambil.

Pada kasus ini, pasien tidak memerlukan ra8at inap, sehingga ibu pasien  perlu diberikan edukasi mengenai hal*hal yang dapat dilakukan untuk menunjang

(18)

kesembuhan saat anak menjalani pera8atan di rumah. /eberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA, antara lain >

• engatasi panas (demam)

Cntuk anak usia + bulan sampai  tahun demam dapat diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, untuk anak usia % tahun dengan demam harus segera diba8a ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Parasetamol diberikan % kali tiap 7 jam selama anak mengalami demam. Gara  pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. emberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih kemudian elupkan pada air (tidak perlu air es).

• engatasi batuk 

2ianjurkan memberi obat batuk yang mudah ibu dapatkan yaitu dengan menggunakan perasan jeruk nipis K sendok teh diampur dengan keap atau madu K sendok teh, diberikan tiga kali sehari. Pemberian madu tidak untuk  anak berusia kurang dari ' tahun.

• Pemberian makanan

/erikan makanan yang ukup gi$i, sedikit*sedikit tetapi berulang*ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih*lebih jika muntah. Pemberian ASI pada  bayi yang menyusu tetap diteruskan. /erikan makanan yang bervariasi untuk 

memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

• Pemberian minum

Csahakan pemberian airan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih  banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengenerkan dahak, kekurangan

airan akan menambah parah sakit yang diderita.

• =ain*lain

;idak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih*lebih pada anak dengan demam. 6ika pilek, bersihkan hidung yang  berguna untuk memperepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Csahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang  berventilasi ukup dan tidak berasap. Apabila selama pera8atan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk memba8a ke dokter atau

(19)

 petugas kesehatan. Cntuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan  benar selama  hari penuh. 2an untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah + hari anak diba8a kembali ke petugas kesehatan untuk   pemeriksaan ulang.

Gara penularan ISPA dapat melalui kontak langsung atau tidak langsung dari  benda yang telah diemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand 

transmission) dan dapat juga ditularkan melalui udara teremar (air borne disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

"al*hal yang dapat dilakukan untuk menegah terjadinya penyakit ISPA  pada balita antara lain >

• emenuhi keukupan gi$i pada anak.

• emberikan imunisasi yang lengkap pada anak agar terbentuk daya tahan

tubuh terhadap penyakit.

• enjaga kebersihan lingkungan dan perumahan serta menjaga kebersihan

diri.

• enyediakan ventilasi dan penahayaan yang ukup dalam rumah.

• engurangi penemaran udara dalam rumah, dari asap rokok, hasil

 pembakaran bahan bakar untuk memasak, dan lain*lain.

• enegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu ara adalah

memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

As%ek Il! Kese'atan asya"akat

/eberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA antara lain faktor individu (balita), faktor lingkungan, dan faktor perilaku.

Eaktor Individu a. Cmur

Anak berumur di ba8ah + tahun mempunyai risiko terserang ISPA lebih besar dari pada anak di atas + tahun sampai  tahun, keadaan ini karena pada anak di ba8ah umur + tahun imunitasnya belum sempurna

(20)

dan lumen saluran nafasnya relatif sempit. Pada kasus ini dimana pasien anak berusia + tahun 4 bulan.

 b. 6enis 1elamin

/erdasarkan pada  Pedoman Rencana !era anga "enengah  *asional Penanggulangan Pneumonia +alita ahun -/0-1 , anak 

laki*laki memiliki risiko lebih tinggi daripada anak  perempuan untuk  terkena ISPA. eskipun seara keseluruhan di negara yang sedang  berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan prevalensi  penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

. Status gi$i

Seara umum kekurangan gi$i akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologis terhadap berbagai penyakit. Penyakit dengan infeksi akan menyebabkan penurunan nafsu makan dan kekurangan gi$i pada balita.

d. 0i8ayat Penyakit ISPA sebelumnya

/ayi yang pernah menderita penyakit ISPA dapat kembali menderita  penyakit tersebut. "al ini antara lain disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, kurang terpenuhinya keukupan gi$i, keadaan lingkungan rumah dan sekitar yang memudahkan penularan. Pada kasus ini pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

e. Pemberian Asi seara 3ksklusif 

Pada umumnya bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri seara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas dan mampu memberikan daya  perlindungan baik seara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan alergi tetapi juga menstimulasi perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan $at*$at kekebalan yang belum dibuat oleh bayi. Sehingga bayi yang mengonsumsi ASI lebih tahan terhadap penyakit infeksi. 1ejadian ISPA tinggi pada bayi yang tidak  diberi ASI.

(21)

Pasien ini mendapatkan ASI ekslusif selama 7 bulan pertama kehidupannya, kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan  pendamping serta nasi dan lauk pauk hingga usia sekarang.

Eaktor =ingkungan a. 0umah

0umah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.

 b. 1epadatan "unian.

1epadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh 1oh et al  (+&&) membuktikan bah8a kepadatan hunian (crowded ) mempengaruhi seara bermakna prevalensi ISPA berat. Pada  pasien ini kepadatan hunian juga merupakan salah satu faktor resiko dimana pasien tinggal di rumah dengan luas 99 m+ yang ditinggali oleh 9

orang.

. Status sosioekonomi

;elah diketahui bah8a kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat, dimana pasien ini tinggal di daerah dengan  penduduk padat dan tergolong ekonomi lemah.

d. 1ebiasaan erokok 

Pada keluarga yang merokok, seara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA + kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bah8a episode ISPA meningkat + kali lipat akibat orang tua merokok. 2i tempat tinggal pasien + anggota keluarga, yaitu ayah dan kakek pasien adalah  perokok aktif sehingga pasien lebih mudah terserang ISPA.

e. Polusi Cdara

2iketahui bah8a penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan  pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun

(22)

diluar rumah baik seara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Limbab8e akan mempermudah terjadinya ISPA anak.

Pelayanan 1esehatan

1eluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini  pneumonia dan kapan menari pertolongan dan rujukan pada sistem  pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Sehingga peranan pelayanan kesehatan disamping sebagai tempat untuk  mendapatkan pengobatan diharapkan dapat pula memberi edukasi pada  pasien terkait tanda bahaya ISPA agar pasien dapat segera mendapatkan  pertolongan a8al jika didapatkan tanda bahaya tersebut. 2iperlukan juga  peranan instansi promosi kesehatan Puskemas serta instansi sanitasi untuk 

turut mengupayakan tindakan preventif sehingga morbiditas terkait ISPA dapat ditekan.

DA*TA+ PUSTAKA

'. 2epartemen 1esehatan 0epublik Indonesia, +&&9, /uku 1esehatan Ibu dan Anak, 2epkes 0I, 6akarta.

+. 2epartemen 1esehatan 0epublik Indonesia, +&&7, anajemen ;erpadu /alita Sakit (;/S), 2epkes 0I, 6akarta.

. CP;2 Puskesmas =abuan, +&'. Profil 1esehatan Puskesmas =abuan. 2epkes 0I, Palu.

%. /ehrman 30,dkk, +&&&, Ilmu kesehatan anak vol.+, 'th edn, Penerbit /uku 1edokteran 3DG, 6akarta.

. 3rlien, +&&<, Penyakit Saluran Pernapasan, Sunda 1elapa Pustaka, 6akarta. 7. aisrunita, +&&4, 1arakteristik /alita Penderita Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) pada /alita yang /erobat ke /adan Pelayanan 1esehatan 0umah Sakit Cmum 2aerah 1ota =angsa ;ahun +&&7*+&&4, diakses  September 

+&'7,Bhttp>::repository.usu.a.id:bitstream:'+%74<9:'%44:':&<3&''+.p df5.

(23)

4. 2aulay, 0id8an, +&&<, 1endala penanganan infeksi saluran pernapasan akut (ispa), E1*CSC, edan.

<. Shah, S, S, +&&9, Pediatri Pratie> Infetious 2isease, Dra8 "ill, Philadelphia.

9. 2inas 1esehatan Provinsi Sula8esi ;engah, +&'%, odul ;atalaksana Standar Pneumonia,

'&. /radley, 6, S, et al, +&'', he "anagement of Community0Ac2uired   Pneumonia in Infants and Children 3lder han 4 "onths of Age5 Clinical   Practice 6uidelines by the Pediatric Infectious 7iseases %ociety and the  Infectious 7iseases %ociety of America, dalam #ford 6ournals> Glinial Infetious 2iseases, diakses  september +&'7, dari Bid.oforjournals.org:ontent:early:+&'':&<:&:id.ir'.full5

''. /ennett, N, 6, et al, +&'7, Pediatric Pneumonia, dalam edsape, diakses  september +&'7, dari Bhttp>::emediine.medsape.om:artile:974<++* overvie8Ma5

'+. 0ahajoe, NN, Supriyatoni /, Setyanto 2/, +&&<,  +uu Aar Respirologi, /adan Penerbit I2AI, 6akarta

'. Alsagaff, "ood, dkk. +&&%. +uu Aar Ilmu Penyait Paru. /agian Penyakit Paru dan Saluran Nafas E1 CNAI0. Surabaya

(24)
(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto melihat bahwa kini masyarakat cenderung membeli makanan melalui aplikasi digital daripada harus memasak sendiri/pergi

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model dari Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,

berpengaruh pada kreativitas QI dalam memecahkan masalah matematika divergen yang telah diberikan. Deskripsi aktivitas kreatif QI dan karakteristik lain yang dapat

2. Yang mana lebih untung adalah subjektif sesangat aitu bergantung kepada pelbagai faktor. Kalau saya di tempat awak, kalau saya mampu layan loan ASB 100k 15 tahun iaitu dgn

dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Manikliyu, dan Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi agar masyarakat ikut berpartisipasi

karakter termasuk upaya yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 1 Tibawa.. SMA Negeri 1 Tibawa dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian karena

Oleh karena itu, seringkali perlu untuk memperluasnya ke seluruh sumbu

dan hutan menjadi mata pencaharian bagi yang berhak. Tanah dalam pengertian status yang ada didalam sertipikat sesuai dengan kelasnya. masing-masing yaitu ada beberapa klasifikasi