• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULELENG ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULELENG ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BENAR DI MEDIA MASSA BAGI JURNALIS KECAMATAN

BULELENG

Kadek Wirahyuni¹, I Nengah Suandi², I Wayan Rasna³, I Gede Nurjaya⁴ ¹²³⁴Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FBS UNDIKSHA

Email: kadek.wirahyuni@undiksha.ac.id

ABSTRACT

In the current era, people cannot be separated from the mass media. The greatest strength in the media lies not only in the content of the news, but also in the language. One of the requirements for submitting news in the mass media must be in accordance with the Law of the Republic of Indonesia Number 24 of 2009. Unfortunately, many journalists have found language errors. Related to this, it is important that there is guidance in the Indonesian language in the mass media for journalists. The goal that wants to be achieved is the creation of journalists who are reliable and critical in writing using good and correct Indonesian language in the mass media. The methods in this activity are lectures and discussions. Participants in this P2M activity consisted of journalists from various agencies in the Buleleng District area. This activity has contributed to increasing knowledge regarding the law on language and the press, decisions of the IX Congress, guidelines for journalistic writing, analysis of journalistic language errors, use of correct spelling, use of loanwords, and use of word equivalents. Participants can directly apply the knowledge they have gained by making news about P2M activities in good and correct Indonesian.

Keywords: Indonesian language development, mass media, journalists

ABSTRAK

Pada era sekarang, masyarakat tidak bisa lepas dari media massa. Kekuatan terbesar dalam media tidak hanya terletak dari isi beritanya, tetapi juga bahasanya. Salah satu syarat penyampaian berita di media massa harus sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009. Namun sayangnya, banyak ditemukan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh jurnalis. Terkait hal tersebut, penting kiranya diadakan pembinaan bahasa Indonesia di media massa bagi jurnalis. Tujuan yang ingin dicapai yaitu terciptanya jurnalis yang andal dan kritis dalam menulis mengggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa. Metode dalam kegiatan ini yaitu ceramah dan diskusi. Peserta kegiatan P2M ini terdiri atas jurnalis dari berbagai instansi di wilayah Kecamatan Buleleng. Kegiatan ini telah berkontribusi dalam penambahan pengetahuaan mengenai undang-undang tentang bahasa dan pers, putusan Kongres IX, pedoman penulisan jurnalistik, analisis kesalahan bahasa jurnalistik, penggunaan ejaan yang tepat, penggunaan kata serapan, serta penggunaan padanan kata. Peserta langsung dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dengan membuat berita mengenai kegiatan P2M dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kata kunci: pembinaan bahasa Indonesia, media massa, jurnalis

PENDAHULUAN

Menurut Paramita (dalam Romeltea, 2012), media massa adalah sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Media

digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, atau TV (Cangara, 2002). Media massa digolongkan ke

(2)

Tanpa media massa, kehidupan akan terasa hambar, terjadi ketertinggalan, menjadi individu yang terbelakang, dan bisa jadi lama kelamaan luput dari perkembangan zaman. Institusi media seharusnya memiliki idealisme dengan memberikan informasi dengan benar. Seiring perkembangan zaman, melalui sentuhan teknologi dengan sekali klik, menyebabkan rentan terjadinya informasi-informasi yang tidak benar atau hoax.

Oleh karena itu, masyarakat harus lebih jeli dan teliti menerima informasi yang tidak jelas asal-usulnya. Di sinilah peranan jurnalis sangat penting dalam menetralisasi kesimpangsiuran sebuah informasi.

Kenyataan lain yang terjadi saat ini adalah realitas pasar yang menggambarkan keberadaan media massa yang tengah tertekan, dengan persaingan ketat yang ujung-ujungnya tidak lagi mementingkan kualitas dan aktualitas tetapi komersialitas dan popularitas demi mendapatkan rating yang tinggi, demi mendapatkan keuntungan yang besar. Kecepatan memperoleh berita bukan berarti didapat secara singkat, langsung, atau dari sumber pertama. Jurnalis juga harus mampu memberikan presentasi yang menarik, mengemasnya dengan jelas. Sudah pasti faktor kebahasaan sangat berperan penting. Bahasa-bahasa yang lugas, baik dan benar, serta persuasif sangat diperlukan di media massa. Apabila rating sebuah stasiun televisi sudah tinggi, pelanggan majalah dan koran banyak, pendengar radio bertambah, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemasang iklan untuk mensponsori.

Mirisnya lagi adalah faktor kebahasaan tidak lagi menjadi tolok ukur yang harus diperhatikan. Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsistensi bahasa. Wilayah kesalahan tersebut, menurut Nurhadi (1990) dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Kesalahan tataran fonologi 2. Kesalahan tataran morfologi dan

sintaksis

3. Kesalahan tataran morfologi dan sintaksis

4. Kesalahan tataran wacana. Beberapa kesalahan yang disebutkan di atas juga ditemui dalam media massa. Banyak kesalahan bahasa yang terjadi di media massa, di antaranya sebagai berikut:

1. Penggunaan kata kosong saat menyebutkan nomor telepon. 2. Pengucapan akademi, kepsek,

pemda, dan sebagainya.

3. Penggunaan kata anarkis yang seharusnya disebut anarkistis, legalisasi, dan sebagainya. 4. Penggunaan kata depan yang

tidak sesuai.

5. Penggunaan kata-kata yang tidak baku, seperti: kokoh, standar, sopir, dan sebagainya.

Selain kesalahan berbahasa di atas, terdapat pula kesalahan cetak, keambiguan bahasa, dan kekeliruan pemberitaan. Tentu hal ini sangatlah fatal, karena akan menimbulkan asumsi masyarakat yang berbeda-beda yang nantinya dapat menimbulkan kegaduhan. Peranan media massa sangatlah penting untuk mengeksistensikan bahasa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kita bisa karena terbiasa. Pembiasaan penggunaan bahasa

(3)

menyebarkan informasi dan ditoiru oleh masyarakat. Di wilayah Singaraja, terdapat beberapa media massa, yaitu Radio Guntur, Radio Pesona Bali, RRI Singaraja, Radio Singaraja FM, Radio di sekolah-sekolah (STM dan di SMP Negeri 1 Singaraja), Dewata TV, Nirwana TV, Koran Bali Post, Kompas, Tribun, Info Singaraja, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, adanya pembinaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa bagi jurnalis di wilayah Kecamatan Buleleng ini sangat penting dilakukan. Undiksha melalui Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu wadah untuk memfasilitasi kegiatan tersebut. Hal ini menjadi acuan diadakannya P2M mengenai pembinaan Bahasa Indonesia di media massa bagi jurnalis.

Pentingnya peranan media massa juga tidak terlepas dari peranan seorang jurnalis. Nuthihar (2013) dalam tulisannya berjudul Media Massa dan Penggunaan Bahasa mengungkapkan beberapa kesalahan yang ditemui di media massa yang menyebabkan kegaduhan bagi masyarakat Aceh. Selanjutnya, ia juga mengungkapkan bahwa pembekalan tentang pengetahuan bahasa kepada jurnalis sangat perlu dilakukan. Terkadang beberapa jurnalis ada pula yang tidak mengindahkan kode etik jurnalistiknya dalam memuat berita. Beritanya sering terkesan ambigu, memihak, dan dangkal. Banyak pula terjadi fenomena interferensi bahasa baik secara leksikal maupun gramatikal. Okupasi sebagai jurnalis merupakan profesi yang sangat mulia. Selain menyebarkan informasi terkini dan penting, seorang jurnalis juga rela terjun langsung ke lapangan walau dalam cuaca

Namun, sayangnya masih banyak juga jurnalis yang menganggap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidaklah penting, yang terpenting yaitu isi beritanya. Isi berita memang hal yang penting, tetapi apabila dalam mengemas berita atau informasi tersebut menimbulkan keambiguan, maka masyarakat akan dibuat resah dan akan merugikan banyak pihak.

Kondisi di atas perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutama akademisi yang acuh terhadap bidang kebahasaan, khususnya media massa di Kecamatan Buleleng. Universitas Pendidikan Ganesha sebagai perguruan yang memiliki Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu: 1) pendidikan dan pengajaran, 2). Penelitian, 3). Pengabdian pada masyarakat, mempunyai tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan beberapa permasalahan di masyarakat melalui tri darma perguruan tinggi. Melalui program pengabdian pada masyarakat tahun 2017 ini, kami bermaksud menyelenggarakan Pembinaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Media Massa Bagi Jurnalis Wilayah Kecamatan Buleleng.

Tujuan dalam kegiatan ini yaitu, memberikan pembinaan tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi jurnalis, memberikan pemahaman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar terkait pembuatan dan penyusunan berita atau penyampaian informasi di media massa. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman di luar unsur-unsur kebahasaan, seperti diksi, leksikografi, dan sebagainya, mengaplikasikan pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa bagi jurnalis, memberikan

(4)

METODE

Metode

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut.

1. Metode ceramah yaitu nara sumber memberikan materi terkait dengan pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa.

2. Metode diskusi yaitu melaksanakan diskusi usai nara sumber memberikan pembinaan. 3. Metode pelatihan yaitu peserta diberikan pelatihan pembuatan berita melalui tulisan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4. Metode demonstrasi yaitu peserta mengemas berita dengan bahasa yang Indonesia yang baik dan benar lalu menyajikannya di hadapan peserta lainnya.

Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran strategis yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah jurnalis di beberapa media massa yang ada di wilayah Kecamatan Buleleng, baik jurnalis yang ada di kampus atauoun di wilayah Kecamatan Buleleng yakni sebanyak 40 orang. Keterkaitan dan Pengukuran Ketercapaian

Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pembinaan bahasa Indonesia di media massa bagi jurnalis wilayah Kecamatan Buleleng tahun 2019

penting. Jurnalis tidak hanya dituntut mampu menyusun, tetapi juga harus mampu mengungkapkan dengan bahasa yang baik dan benar. Baik yang berarti tidak menimbulkan makna ganda, tepat sasaran, dan mampu diresapi secara logis dan benar berarti sesuai dengan kaidah atau tatanan bahasa Indonesia.

Pentingnya pembinaan bahasa Indonesia di media massa ini nantinya tidak hanya dirasakan oleh jurnalis yang sebagai mata pencariannya saja, tetapi juga menyasar kepada masyarakat.

Cara mengukur ketercapaian keberhasilan kegiatan pengabdian ini yaitu peserta mampu membuat berita yang dimuat di media massa yang dimiliki oleh masing-masing jurnalis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pelaksanaan

Dalam bab ini dijelaskan teknis pelaksanaan “Pembinaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Media

Massa Bagi Jurnalis Wilayah

Kecamatan Buleleng”. Kegiatan P2M ini dibagi menjadi beberapa tahap (1) penyepakatan waktu kegiatan oleh narasumber (2) pengiriman surat ke jurnalis di Kecamatan Buleleng, (3) pelaksanaan kegiatan, (4) monitoring dan evaluasi (monev) oleh lembaga monev Undiksha, dan (5) penyusunan laporan kegiatan. Kegiatan ini melibatkan jurnalis yang ada di Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu hari yakni tanggal 30 Juli 2020. Narasumber yang dihadirkan sebanyak satu orang, yakni Kadek Wirahyuni, S.Pd., M.Pd. yang mengisi mengenai

(5)

kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di media massa yang kerap terjadi selama ini. Jurnalis yang hadir terdiri atas berbagai instansi yaitu radio Guntur, Tabloid Pendidikan Indonesia, Humas Undiksha, Antara News, RRI, Kompas TV, Radar Bali, dan Nusa Bali. Peserta dibatasi hanya 20 orang karena kondisi masih belum kondusif akibat pandemi covid-19. Namun, pada pelaksanaan pengabdian ini, panitia penyelenggara telah memerhatikan protocol kesehatan covid-19, yaitu menyiapkan masker, handsanitizer, jarak duduk, dan pembatasan peserta. Selain itu, penyelenggara juga memfasilitasi kegiatan yang bisa diikuti secara daring yaitu melalui platform zoom meeting. Pembahasan

Penyepakatan Waktu

Sebelum melaksanakan kegiatan, tim pelaksana pengabdian ini berkonsultasi dengan ketua Komunitas Jurnalis Kabupaten Buleleng untuk menentukan tanggal yang tepat melaksanakan kegiatan. Selain itu, tim pelaksana pengabdian juga menyesuaikan dengan kondisi kenormalan baru (new normal) agar pelaksanaan dapat berjalan maksimal dan sesuai harapan. Tanggal yang dipilih juga memiliki banyak pertimbangan, yakni saat jurnalis dan narasumber memiliki waktu luang. Penjajagan dilakukan sekitar Mei-Juni 2020 via telepon dan

WhatsApp kepada ketua Komunitas

Jurnalis Kabupaten Buleleng dan peserta lain.

kesepakatan waktu dari narasumber dan peserta, selanjutnya tim pengabdi membuat surat permohonan peminjaman tempat, yakni di Ruang Seminar Jayaprana, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Ruang Seminar Jayaprana, Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha ini dipilih karena tempatnya yang luas dan strategis. Pengabdi juga meminta izin kepada Wakil Dekan II dan Kepala Bagian Perlengkapan agar difasilitasi meja, kursi, proyektor, dan ruangan yang sudah tertata sebagaimana mestinya. Setelah disetujui tanggal dan tempat, barulah tim pengabdi membuat surat undangan resmi ke para jurnalis Kecamatan Buleleng.

Penyebaran Surat

Surat disebar melalui WhatsApp kepada peserta karena kondisi dan situasi covid-19 yang belum memungkinkan untuk bertemu secara langsung. Selanjutnya, pengabdi menyerahkan surat persetujuan peminjaman tempat ke bagian perlengkapan, lalu dilakukan tindak lanjut dengan mencatat tanggal pelaksanaan.

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan diawali pukul 08.00 dengan melakukan registrasi. Selanjutnya, peserta mengisi daftar hadir, mengambil masker yang sudah disediakan panitia, membersihkan tangan dengan handsanitizer, mengambil kudapan, dan menempati tempat duduk sesuai dengan protokol pencegahan penyebaran covid-19. Pukul 09.00 acara dimulai dengan pembukaan oleh moderator serta melakukan doa bersama.

(6)

Gambar 1. Pembukaan oleh moderator dan doa bersama Setelah dilakukan pembukaan dan doa

bersama, moderator menyilakan narasumber untuk menyampaikan materi. Narasumber mengawali materi dengan menjelaskan undang-undang tentang bahasa dan pers. Selanjutnya menjelaskan mengenai putusan Kongres IX mengenai media massa, pedoman penulisan jurnalistik, analisis kesalahan bahasa jurnalistik di media massa dengan menampilkan contoh-contoh yang relevan, penggunaan ejaan yang tepat, penggunaan kata serapan, penggunaan padanan kata, evaluasi oleh narasumber serta diskusi.

Pada saat diskusi, ada tiga penanya yang menanyakan tentang materi yang diberikan. Penanya pertama yaitu Eka Prasetya dari Radar Bali, penanya kedua bernama Lilik Surya dari Nusa Bali, dan penanya ketiga bernama Narayana dari Kompas TV. Eka Prasetya menanyakan tentang cara agar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bisa diterima oleh masyarakat, karena selama ini, masyarakat belum lazim mendengar kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti penggunaan kata era kenormalan baru untuk padanan kata dari new normal, penyanitasi tangan untuk handsanitizer, tes usap untuk swab test, dan sebagainya. Narasumber menjawab bahwa inilah tantangan para jurnalis.

dalam menyebarluaskan informasi. secara tidak langsung, berita-berita yang dibaca oleh masyarakat berasal dari para jurnalis. Di sinilah jurnalis dituntut untuk bisa mengamalkan peraturan pemerintah dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah tidaklah salah. Namun, porsi yang diberikan tentu harus diperhatikan. Apabila kosakata yang dipilih merupakan kosakata yang asing terdengar oleh pembaca, maka jurnalis dapat menggunakan tanda krung untuk menjelaskan kata tersebut. lama-kelamaan masyarakat akan terbiasa membaca kata-kata atau kosakata baru tersebut.

Penanya kedua, Lilik Surya dari Nusa Bali bertanya mengenai penggunaan kata depan pada yang seringkali penggunaannya tidak tepat. Narasumber menjelaskan dengan menggunakan artikel dari Nusa Bali yang beberapa penulisannya masih belum tepat, seperti halnya penggunaan kata depan pada untuk menyatakan waktu. Penggunaan yang tepat adalah pada masa pandemi bukan di masa pandemi. Hal ini menjadi kajian yang menarik bagi para jurnalis, karena sebagian besar merasa bahwa mereka selama ini keliru menggunakan pemilihan kata depan. Selanjutnya, Lilik juga menambahkan

(7)

aturan di perusahaan tersebut. Hal ini dapat dimaklumi oleh narasumber, tetapi narasumber tetap memberikan motivasi kepada penanya dan peserta lain bahwa perubahan itu abadi. Saat kita mengetahui sebuah kebenaran, maka jangan takut untuk melakukan perubahan untuk mencapai kebenaran.

Penanya ketigam yaitu Narayana dari Kompas Tv, menanyakan perihal ragam bahasa tulis dan lisan. Di Kompas Tv, mereka lebih banyak menggunakan bahasa lisan yang terkadang tidak baku dan menggunakan bahasa kekinian. Narasumber menjelaskan bahwa hal tersebut tidak salah selama program yang dibawakan sesuai dengan situasi dan kondisi. Apabila programnya resmi, maka harus memerhatikan kebahasaan yang baku, sementara jika program yang dibawakan adalah program yang santai, maka sah-sah saja menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu sebagai berikut.

bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa.

2. Diskusi: peserta dapat melakukan tanya jawab dan bisa menganalisis kesalahan penulisan berita di media massa.

3. Pelatihan: peserta dapat berlatih membuat tulisan yang akan dimuat di media massa dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memerhatikan kode etik jurnalistik. 4. Demonstrasi: peserta dapat menulis berita tentang kegiatan P2M ini dan memuatnya langsung tulisannya di media massa masing-masing jurnalis.

Dari tulisan yang dimuat oleh jurnalis di beritanya masing-masing, mereka sudah dapat menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga masyarakat pembaca juga dapat memahami isi berita dan mendapat pengetahuan baru mengenai hal-hal yang selama ini belum diketahui, seperti halnya padanan kata dan bahasa baku.

(8)

Gambar 3. Penanya ke-2

Gambar 4. Penanya ke-3

Pada tahap evaluasi, narasumber memberikan artikel yang harus dianalisis oleh peserta. Peserta mengikuti dengan sangat antusias. Peserta yang paling aktif diberikan penghargaan berupa piagam.

Gambar 5. Evaluasi

Terakhir, peserta dan narasumber melakukan sesi foto bersama. Pada sesi ini, narasumber dan peserta tetap mengatur jarak sesuai dengan protokol kesehatan covid-19.

(9)

Gambar 6. Foto bersama oleh narasumber dan peserta P2M

Sebagai wujud keberhasilan P2M ini, beberapa jurnalis mencoba menulis berita tentang kegiatan ini dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kegiatan ini diliput oleh radio Guntur dan radio Republik Singaraja. Kegiatan ini juga diliput oleh RRI news dan Antara news.

Gambar 7. Media RRI news yang memuat kegiatan P2M

(10)

Berdasarkan uraian di bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1) Peserta Kegiatan P2M dalam bentuk Pembinaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Media Massa Bagi Jurnalis Wilayah Kecamatan Buleleng telah berlangsung dengan baik. Pesertanya yang terdiri atas jurnalis dari berbagai instansi sangat antusias mengikuti kegiatan P2M ini, 2) Kegiatan P2M telah berkontribusi dalam penambahan pengetahuaan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media massa, 3) Kegiatan P2M ini melahirkan jurnalis yang andal dan kritis terhadap penggunaan bahasa di media massa, 4) Kegiatan P2M telah membantu jurnalis memahami dengan baik undang-undang bahasa dan pers serta pedoman penulisan jurnalistik, 5) Peserta langsung dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dengan membuat berita mengenai kegiatan P2M dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR RUJUKAN

Ardianto, dkk. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi

Revisi. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Assegaf, Djafar.H. (1991). Jurnalistik

Masa Kini. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Darmanto. (2015). Kebijakan Penyiaran Untuk Mendukung Pembinaan Bahasa Indonesia. Jurnal IPTEK-KOM, Vol.17 No.2, Desember 2015: 129-142. Issn 1410-3346. Hardi, Nora Meilinda. (2015). Tingkat

Kepatutan Berbahasa Jurnalistik Pada Jurnalisme Online di Situs

Bahasa Jurnalistik Berita

Langsung (Straight News) di detikBandung.Com). Jurnal Ilmiah Komunikasi. Vol.4, No.2, Desember 2015: 33-44. Issn 2087-2461.

Gumilar, Gumgum dan Ipit Zulfan. (2014). Penggunaan Media Massa dan Internet Sebagai Sarana

Penyampaian Informasi dan

Promosi Oleh Pengelola Industri Kecil dan Menengah di Bandung. Jurnal Kajian Komunikasi, Vol.2, No.1 (2014): 85-92, Issn 2303-2006.

Gustrimadani. (2017). Peran Media

Massa dalam penyebaran

Informasi.

https://www.hipwee.com/opini/pe ran-media-massa-dalam -penyebaran-informasi/.

Liliweri, A. (1991). Memahami Peran

Komunikasi Massa dalam

Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur.

Nuthihar, Rahmad. 2013. Media Massa

dan Penggunaan Bahasa.

www.ranuth-genasastrin.blogspot.com/5528f34 af17e618c228b45a4/media-massa-dan-penggunaan-bahasa. Romeltea. (2012). Media Massa:

Pengertian, Jenis, dan Fungsi. http://romeltea.com/media-massa-makna-karakter-jenis-danfungsi/. Saragih, M.Yoserizal. (2018). Media

Massa dan Jurnalisme: Kajian Pemaknaan Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik. Jurnal Pengembangan Masyarakat. Volume V, No. 5, Tahun 2018;

(11)

81-Arti Bumi Intaran.

UU Nomor 24 tahun 2009 Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pokok Pers

UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Widowati, Dewi. (2012). Efek Media

Massa Terhadap Khalayak. Jurnal

Adzikra, Vol. 03, No. 1, (Januari-Juni) 2012: 75-98, Issn: 2087-8605.

Winarni. (2003). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Malang: UMM Pres

Gambar

Gambar 1. Pembukaan oleh moderator dan doa bersama  Setelah  dilakukan  pembukaan  dan  doa
Gambar 2. Penanya
Gambar 5. Evaluasi
Gambar 6. Foto bersama oleh narasumber dan peserta P2M

Referensi

Dokumen terkait

Setelah file kedua telah terimport pada project media, klik dan drag tersebut pada timeline, letakkan posisinya pada track video pertama, maka otomatis track video dan

Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Langsung Tunai Dana Desa yang selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat BLT Dana Desa adalah keluarga yang telah disepakati

Dari hasil penelitian, maka pengujian sistem augmanted reality pengenalan hewan purbakala animasi 3 dimensi dengan pattern recognition berbasis android menggunakan

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai Aktiva

Short Course evaluasi kurikulum berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 17-18 Oktober 2012 yang bertempat di ruang pertemuan FKIK Universitas

Masih dalam cabang olahraga yang sama, Dio Novandra Wibawa mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UNAIR juga berhasil mengalungi satu emas di nomor pertandingan 100 meter surface

Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya... Potential

Data pemeriksaan awal gangguan gerak motorik kasar anak ini diolah dengan RapidMiner Studio menggunakan metode Naive Bayes serta menggunakan metode optimasinya yaitu