• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM DRAINASE JALAN RYACUDU KELURAHAN KORPRI RAYA KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM DRAINASE JALAN RYACUDU KELURAHAN KORPRI RAYA KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM DRAINASE JALAN RYACUDU

KELURAHAN KORPRI RAYA KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR

LAMPUNG

Andre Atmadestra

1

, Prof. Dr. Ir. Sri Legowo

2

, Dr. Ir. Endang Setiawati, M.T.

3 1

Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera

2

Dosen Teknik Sipil, Insitut Teknologi Bandung

3

Dosen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera

Email: andreatmadestra@gmail.com

Abstrak:

Korpri Raya merupakan kawasan pemukiman relatif padat penduduk di Kecamatan Sukarame. Kurang optimalnya saluran drainase di kawasan tersebut menyebabkan beberapa titik khususnya dijalan Ryacudu terdapat genangan jika terjadi hujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran drainase, mengevaluasi saluran drainase dan memberikan usulan perbaikan pada saluran drainase di jalan Ryacudu. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan selama 10 tahun terakhir dan menggunakan distribusi Log Pearson III dengan kala ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun. Intensitas hujan menggunakan persamaan Mononobe. Saluran drainase mengalami luapan dibeberapa saluran. Diperlukan usulan perbaikan normalisasi dan perencanaan ulang saluran drainase. Normalisasi saja tidak bisa mengatasi luapan perlunya perencanaan ulang. Didapat dimensi saluran pada kanan jalan dengan lebar 0,92, kedalaman 1,07 m dan kiri jalan dengan lebar 0,95 m, kedalaman 1,10 m.

Kata Kunci :

Korpri Raya, Genangan, Drainase, Curah Hujan, Normalisasi

Abstract

:

Korpri Raya is a relatively densely populated residential area in Sukarame District. The less than optimal drainage channels in the area cause some spots, especially on the Ryacudu road, to have puddles when it rains. The purpose of this study is to identify drainage channels, evaluate drainage channels and provide suggestions for improvements to the drainage channels on Jalan Ryacudu. Hydrological analysis uses rainfall data for the last 10 years and uses the Log Pearson III distribution with return times of 2, 5, 10, and 25 years. Rain intensity uses the Mononobe equation. Drainage channels overflow in several channels. It is necessary to recommend repair of normalization and redesign of drainage channels. Normalization alone cannot overcome the need for re-planning. There is a channel dimension on the right of the road with a width of 0.92, a depth of 1.07 m and a left of the road with a width of 0.95 m, a depth of 1.10 m.

(2)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan kota yang meningkat menyebabkan padatnya pemukiman dimana lahan terbuka hijau di area pemukiman yang awalnya merupakan daerah resapan air sekarang tidak dapat lagi menampung dan meresapkan air hujan. Sehingga aliran air hujan mengalir kedaerah yang lebih rendah dan masuk saluran eksisting sebagai air permukaan (run off). Berkurangnya lahan terbuka hijau menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan adalah kelebihan air ketika hujan berupa genangan air (Simanjuntak, 2009).

Aliran air hujan yang jatuh di pemukiman menimbulkan dampak yang berpengaruh pada lingkungan yang ada yaitu timbulnya banjir dan genangan. Hal ini dikarenakan debit air hujan yang mengalir lebih besar dari kapasitas eksisting sehingga tidak dapat ditampung saluran eksisting yang ada. (Simanjuntak, 2009).

Jalan Ryacudu berada di kelurahan Korpri Raya merupakan kawasan yang cukup berkembang. Dapat dilihat banyaknya fasilitas disekitar daerah tersebut seperti sekolah, universitas, rumah kos, rumah makan, tempat rekreasi, bahkan daerah tesebut merupakan salah satu jalur utama menuju pintu Tol Kota Baru. Kurang optimalnya saluran drainase di kawasan tersebut menyebabkan beberapa titik khususnya di Jalan Ryacudu terdapat genangan akibat hujan deras yang turun pada kawasan tersebut. Hal ini diakibatkan karena saluran yang tertutup oleh sedimen, sampah dan bangunan sehingga tidak mampu menampung air hujan. (Febri, 2020).

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu kajian untuk mengevaluasi saluran eksisting drainase yang ada. Penelitian ini akan melakukan evaluasi drainase dengan metode Gumbel dan Log Pearson III agar sistem drainase di Jalan Ryacudu menjadi zero run off. Dari hasil evaluasi dapat dilihat apakah saluran drainse perlu dilakukan perbaikan atau hanya dilakukan normalisasi saja. Jika normalisasi tidak mengatasi masalah yang ada perlunya perbaikan sesuai dengan PERMEN PU RI No 12 Tahun 2014 pasal 27 ayat 5.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi eksisting saluran drainase Jalan Ryacudu, mengevaluasi saluran drainase serta memberikan usulan perbaikan saluran drainase.

TINJAUAN PUSTAKA

Banjir muncul dari aliran yang mengalir melalui sungai atau menjadi genangan. Sedangkan limpasan adalah aliran yang mengalir pada

permukaan tanah yang ditimbulkan akibat curah hujan setelah mengalami infiltrasi (Hadisusanto, 2010). Menurut Suripin (2004) banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang. Menurut Kodoatie, dan Sugiyanto (2002) penyebab banjir biasanya diakibat oleh curah hujan yang tinggi, pengaruh akibat erosi dan sedimentasi, kapasitas drainase tidak memadai sehingga tidak bisa menampung air hujan.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, drainase adalah prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berlebih dari suatu kawasan ke badan air penerima. Menurut Hasmar (2011) drainase adalah ilmu yang mempelajari mengalirkan air dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Drainase merupakan prasarana berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan (Nuryanto, 2017). Drainase juga didefisinikan upaya mengontrol kualitas air tanah. Kegunaannya mengalirkan air agar tidak terjadi genangan.

Sistem drainase di Indonesia mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014. Dalam peraturan tersebut berisikan bahwa perlu dibuat suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik dengan mengalirkan air berasal dari air hujan agar tidak terjadi genangan yang berlebihan. Sebelum membuat rancangan sistem drainase yang baru diperlukan evaluasi untuk memutuskan menyusun rancangan yang baru. Bertujuan agar rancangan yang baru tidak mengalami kegagalan dalam hal perencanaan. Sistem drainase secara teknis meliputi mengarahkan run off permukaan semaksimal mungkin, membatasi kecepatan aliran dalam sistem drainase. Lalu mengusahakan pematusan air tanah lereng agar tidak menimbulkan pori berlebih.

Hidrologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari kejadian distribusi air secara alami di bumi. Unsur didalam analisis hidrologi terdapat curah hujan, oleh karena itu data curah hujan merupakan data utaman untuk menentukan debit limpasan maupun intensitas hujan. Metode dalam menganalisis curah hujan terdapat beberapa metode seperti metode gumbel ataupun metode log pearson III.

Berdasarkan Kamiana (2010) Analisis ini bertujuan mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Digunakan beberapa metode dalam analisis curah hujan maksimum. Dalam analisis perlu juga dicari beberapa hal sebagai berikut:

(3)

1. Standar deviasi (S)

Besar perbedaan dari nilai sampel terhadap nilai rata-rata. S = √∑ ̅ (1) dengan: S = standar deviasi

Ri = nilai varian ke i (mm/hari)

̅ = nilai rata-rata varian (mm/hari) n = jumlah data

2. Koefisien kemencengan (Cs)

Suatu nilai menunjukan derajat ketidaksimetrisan. Cs = ∑ ̅ (2) dengan: Cs = koefisien kemencengan Ri = nilai varian ke i (mm) n = jumlah data S = standar deviasi 3. Koefisien kurtosis (Ck)

Untuk mengukur keruncingan dari bentuk kurva distribusi.

Ck = ∑ ̅ (3) dengan:

Ck = koefisien kurtosis

Ri = nilai varian ke i (mm/hari)

̅ = nilai rata-rata varian (mm/hari) n = jumlah data

Menurut Kamiana (2010) untuk menghitung analisis ini dapat menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut:

1. Distribusi Log Pearson III Metode ini menggunakan rumus:

log RT = log ( ̅) +KxS (4)

dengan:

RT = curah hujan periode ulang (mm/hari)

̅ = nilai hujan maksimum rata-rata (mm/hari) S = simpangan baku

Kx = faktor frekuensi

2. Distribusi Gumbel

Metode ini dipengaruhi oleh banyak variable yaitu reduced variable. Reduced mean, reduced standar deviasi. Hubungan N dan Yn/Sn dan hubungan periode ulang dan Yt disajikan dalam

Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Berikut rumus untuk mengghitung dalam metode Gumbel:

RT = ̅ +

(5)

dengan:

RT = curah hujan periode ulang (mm),

̅ = nilai hujan maksimum rata-rata (mm), S = simpangan baku,

Yt = reduced variable,

Yn = reduced ,

Sn = Reduced standar deviasi

Tabel 1 Hubungan N dengan Yn

Sumber: Suripin, 2004.

Tabel 2 Hubungan N dengan Yn

Sumber: Suripin, 2004.

Tabel 3Rwduced Variate (Yt)

Sumber: SNO-03-34240-1994

Besarnya curah hujan maksimum dalam suatu desain disebut juga intensitas curah hujan (Sosrodarsono dan Takeda, 1987). Intensitas hujan digunakan untuk mengetahui debit rencana hujan yang akan digunakan. Untuk menghitung dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Metode Monobe

Untuk mendapat intesitas digunakan rumus:

(6)

dimana:

I = intensitas hujan (mm/jam)

R24= curah hujan harian maksimum (mm/24

T = periode ulang hujan

Perhitungan debit limpasan dilakukan untuk mengetahui debit rencana yang akan datang. Nilai debit berdasarkan PUH yang akan digunakan. Perhitungan debit menggunakkan rumus metode rasional. Rumus rasional yang digunakan adalah:

Q = C. I. A (7) dimana:

Q = debit puncak limpasan (m3/det) C = angka pengaliran

A = luas daerah pengaliran

(4)

Tabel 4 Nilai Koefisien Limpasan

Sumber: Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards, Dep. PU Jakarta November 1994.

Metode Penelitian

A. Lokasi Studi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Ryacudu Kelurahan Korpri Raya ,Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi studi di kawasan tersebut karena kawasan tersebut memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat. Seiring dengan pertumbuhan kawasan yang padat penduduk harus diiringi oleh pembangunan sarana dan prasarana yang baik seperti drainase. Drainase di kawasan tersebut masih berfungsi secara optimal untuk mengatasi curah hujan yang cukup tinggi sehingga masih perlunya perbaikan agar drainase di kawasan tersebut akan berfungsi lebih optimal untuk kedepannya.

B. Kerangka Perencanaan

Kerangka perencanaan terdapat pada diagram alir perencanaan disajikan pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Langkah langkah Perencanaan

1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berfungsi untuk menunjang dalam penulisan Tugas Akhir. Kajian pustaka pada Tugas Akhir ini meliputi drainase, analisis hidrologi, analisis hidrolika, aspek lingkungan, aspek struktur dan lainnya. Pustaka yang diperoleh dari pengumpulan pustaka berupa buku, jurnal, dan perencanaan terdahulu.

2. Pengumpulan Data

Dalam menunjang perencanaan diperlukan pengumpulan data terlebih dahulu untuk menyelesaikan suatu masalah didasari oleh teori yang valid. Dalam perencanaan dibutuhkan beberapa data seperti data primer dan data sekunder.

a. Pengumpulan Data Primer

Data yang diperolah dengan cara survei langsung di lapangan. Data primer yang digunakan adalah data dokumentasi, titik genangan atau drainase yang bermasalah dan eksisting penampang drainase.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data yang diperlukan dari kajian pustaka dan mencari data dari lembaga yang terkait. Pada perencanaan data-data sekunder yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1) Data curah hujan yang diperoleh dari BBWS Way Sekampung 10 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai 2019 dengan 3 stasiun hujan yaitu:

 Stasiun PH.001 Teluk Betung Utara  Stasiun PH 003 Sukabumi

 Stasiun PH 004 Sumur Putri

2) Peta tata guna lahan berfungsi untuk melihat guna lahan kawasan yang akan mempengaruhi koefisien dan besarnya debit limpasan.

3. Analisis Hidrologi

a. Analisis data hujan

Data curah hujan yang sudah ada diolah untuk mencari pengaruh stasiun hujan terhadap daerah lokasi studi dengan metode aritmatika karena cocok digunakan untuk stasiun yang tidak diketui koordinatnya.

b. Analisis curah hujan harian maksimum

Analisis dilakukan dengan menggunakan distribusi Gumbel dan Log Perason III. Digunakan distribusi Gumbel karena pada penelitian terdahulu banyak yang hasil analisisnya menggunakan distribusi Gumbel dan Log Pearson III dibandingkan dengan distribusi yang lainnya.. Cara untuk memilih dsitribusi menggunanakan nilai Ck dan Cs. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai dari

(5)

teoritis sehingga yang mana sesuai dengan syarat.

c. Uji kesuaian distribusi

Untuk uji kesesuian dilakukan perhitungan dengan uji chi kuadrat. Hasil analisis dibandingkan dengan nilai chi kuadrat teoritis.

Xh2 = ∑

(8) Dengan:

Xh2 = Parameter chi kuadrat terhitung Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok

Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok d. Analisis intensitas hujan

Untuk menghitung intensitas hujan digunakan persamaan Mononobe. Dipilih persamaan Mononobe karena cocok untuk wilayah di Indonesia dan data curah hujan yang didapat hanya ada curah hujan harian saja.

4. Analisis Hidrolika

Perhitungan kapasitas eksisting dilakukan untuk mengetahui berapa daya tampung saluran yang ada dilapangan. Hasil perhitungan kapasitas eksisting nantinya akan di bandingkan dengan debit limpasan.

5. Evaluasi Kondisi Eksisting

Evaluasi kondisi eksisting dilakukan dengan membandingan hasil perhitungan debit eksisting dan debit limpasan air hujan. Kedua nilai tersebut dibandingkan untuk mendapatkan hasil apakah eksisting masih baik untuk digunakan. Dan juga untuk mengavaluasi apakah saluran masih bisa untuk dinormalisasi atau membutuhkan perbaikan.

6. Perencanaan Usulan Perbaikan Sistem Drainase

a. Perencanaan Teknis:

1) Penentuan usulan yang digunakan

Dari hasil evaluasi yang sudah didapatkan hasil bahwa drainase bisa dinormalisasi atau diperlukan perbaikan. Jika diperlukan perbaikan maka dibuat usulan perbaikan yang mampu untuk mengatasi permasalahan drainase dikawasan tersebut.

2) Usulan rancangan perbaikan dan perhitungan dimensi .

Setelah mentukan usalan apa yang digunakan, dilanjutkan dengan mengerjakan perhitungan dimensi yang akan digunakan. Perhitungan dilakukan jika drainase membutuhkan perbaikan.

3) Desain dan detail gambar

Setelah dapat dimensi dari hasil perhitungan lalu membuat gambar dan detail gambar.

Desain gambar yang akan dibuat sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya. Desain dibuat menggunakan aplikasi Autocad versi 2019.

b. Perhitungan BOQ dan RAB

Setelah desain gambar selesai, selanjutnya membuat estimasi biaya untuk rancangan tersebut dalam bentuk Bill Of Quantity (BOQ) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). BOQ dan RAB berisikan deskripsikan pekerjaan, kuantitas unit dan harga satuan pekerjaan.

Hasil dan Pembahasan

A. Identifikasi Kondisi Eksisting

Berdasarkan hasil identifikasi yang diperoleh secara langsung dari hasil observasi didapatkan data eksisting saluran drainase jalan Ryacudu didapatkan bahwa saluran memiliki ukuran yang berbeda dan memiliki jenis penampang yang berbeda. Data eksisting bisa dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Eksisting Saluran Drainase

Dari data didapatkan bahwa adanya saluran yang tertutup sampah ataupun sedimen yang cukup banyak. Akibat dari hal ini menyebabkan air hujan yang melimpah dari saluran drainase tersebut. Selain itu ada adanya pedagang kaki lima yang berjualan di atas saluran drainase. Hal ini menyebabkan saluran drainase tertutup dan menyebabkan air susah untuk mengalir menuju saluran yang ada.

B. Analisis Hidrologi

1. Analisis Data Curah Hujan

Analisis hidrologi dilakukan dengan periode pengamatan selama 10 tahun mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2019. Data yang diperoleh berasal dari BBWS Way Sekampung. Untuk data curah hujan maksimum setiap tahun yang digunakan dapat dilihat padaTabel 6 berikut ini:

(6)

Tabel 6 Data Curah Hujan Maksimum

2. Probabilitas Hujan

a. Rata-rata ( ̅)

Hasil perhitungan rata-rata setiap tahun disajikan pada Tabel 7 dibawah ini . Contoh perhitungan besar nilai rata-rata stasiun hujan Teluk Betung Utara yaitu:

̅ = ∑

̅ =

= 112,98

b. Standar Deviasi (S)

Setiap stasiun hujan dicari nilai standar deviasi dan hasil perhitungan setiap stasiun hujan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai Besaran Statistik

3.

A

nalisis Curah Hujan Maksimum

Dalam perhitungan curah hujan harian maksimum dilakukan dengan 2 metode yaitu metode Gumbel dan metode Log Pearson Type III.

1. Distribusi Gumbel

Contoh perhitungan besarnya curah hujan dengan PUH 2 tahun adalah:

RT = ̅ + (Yt – Yn) RT = 112,98 + (0,3365 – 0,4952) RT =111,11  Koefisien Kemencengan (Cs) Cs = ∑ ̅ = = 1,85  Koefisien Kurtosis (Ck) Ck = ∑ ̅ = 0,66

Hasil perhitungan curah hujan untuk periode ulang hujan 2 tahun, 10 tahun, dan 25 dapat dilihat pada Tabel 8 dan pada Gambar 2.

Tabel 8 Curah Hujan PUH Pada Distribusi Gumbel

Gambar 2 Curah Hujan Distribusi Gumbel Dengan PUH

2. Metode Log Pearson III

Pada metode ini didasarkan pada perubahan data yang ada ke dalam bentuk logaritma. Berikut parameter statistik untuk menghitung data curah hujan sebelum perhitungan dalam bentuk logaritma dengan Metode Log Pearson Type III. Data yang sudah diubah menjadi logaritma dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil perhitungan distribusi Log Pearson III disajikan pada Tabel 10 dan digambarkan pada Gambar 3.

Tabel 9 Perhitungan Distribusi Log Pearson III

0 50 100 150 200 2 5 10 25 HHM Gum… C u ra h h u ja n ( mm )

(7)

Berikut langkah perhitungan analisis hujan metode Log Pearson Type III

 Mengubah data ke dalam bentuk logaritma log R = Log 236,67 = 2,374

 Menghitung nilai rata-rata log ( ̅ ) = log 112,98 = 2,053  Menghitung standar deviasi

S = √∑ ̅

= √

= 0,173  Menghitung koefisien kemencengan

Cs = ∑ ̅

=

= 0,2

Untuk Cs = 0,2 nilai Kx yang dipakai pada PUH 2 tahun adalah -0,033

 Menghitung log hujan dengan periode ulang T dan anti log dari RT. Contoh

perhitungan untuk PUH 5 tahun: log RT = log ( ̅) +KxS

log R2 = 2,053 + (0,830 x 0,173) = 2,197

R2 = 102,19 = 157,25 mm/hari

Tabel 10 Hasil Perhitungan Metode Log Pearson Type III

Gambar 3 Distribusi Log Pearson III Dengan PUH 4. Pemilihan Jenis Distribusi Curah Hujan

Maksimum

Pemilihan menggunakan tabel kesimpulan dengan membandingkan nilai Cs dan Ck setiap distribusi. Hasil dari pemilihan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tabel Kesimpulan Pemilihan Jenis Distribusi

Berdasarkan Tabel kesimpulan distribusi yang memenuhi syarat hanya Log Pearson III dan akan digunakan. Data distribusi Log Pearson PUH 5 tahun akan digunakan untuk perhitungan

selanjutnya mengacu pada standar perencanaan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadhu (2017), hasil pemilihan distribusi menggunakan nilai Cs dan Ck yang memenuhi syarat hanya distribusi Log Pearson saja.

5. Uji Keselarasan Chi-Kuadrat Tabel 12. Hasil Uji Chi Kuadrat

Oi = Jumlah data curah hujan yang memenuhi Untuk α = 5%

Xh2 (hitung) = ∑ =

= 2,1

Dari hasil perbandingan, Xh2 (hitung) < Xh2(tabel 2,1 < 3,841 Berdasarkan hasil perhitungan chi-kuadrat nilai yang didapat dari hasil perhitungan masih lebih kecil dibanding chi-kuadrat dari tabel dengan nilai. Sehingga distribusi Lo Pearson diterima.

6. Analisis Intensitas Hujan

Hasil perhitungan untuk lokasi studi disajikan dalam Tabel 13 dan Grafik Intensity Duration Frequency (IDF) pada setiap PUH dapat dilihat pada Gambar 4. Contoh perhitungan intensitas hujan dengan kala ulang 2 tahun dengan durasi 1 jam, yaitu:

= 38,655 mm/jam

Tabel 13. Intensitas Curah Hujan Berbagai PUH

0 50 100 150 200 250 2 5 10 25 HHM Log Pearson III

Periode Ulang Hujan (Tahun)

C u ra h h u ja n ( mm )

(8)

Gambar 4 Grafik Intensitas Hujan Metode Mononobe 7. Karakteristik DAS

Pada perencanaan drainase di jalan Ryacudu terdiri dari beberapa sub-DAS yaitu kawasan pemukiman dan jalan (termasuk median dan bahu jalan). Perhitungan dibedakan menjadi drainase ruas kanan jalan dan ruas kiri jalan. Pada ruas kanan terbagi menjadi 5 blok dan ruas kiri menjadi 5 blok. Karakteristik sub-DAS di jalan Ryacudu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Karakteristik Sub-DAS Jalan Ryacudu 8. Waktu Konsentrasi (tc)

Untuk perhitungan nilai tc dibagi menjadi dua yaitu

kanan jalan dan kiri jalan yang terdiri dari kawasan pemukiman dan jalan. Nilai tc akan berpengaruh

pada lamanya air mengalir. Perhitungan waktu konsentrasi (tc) dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil

perhitungan tc pada ruas kiri dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 14 Nilai tc kanan jalan Ryacudu

Tabel 15 Nilai tc kiri jalan Ryacudu

9. Debit Limpasan

Debit dipengaruhi oleh intensitas hujan, koefisien limpasan dan DAS. Perhitungan intesitas blok 1 kanan jalan dengan PUH 5 tahun sebagai berikut: I = = = 97,87 mm/jam

Hasil perhitungan intensitas hujan pada kanan jalan disajikan pada Tabel 16 dan intensitas hujan ruas kiri jalan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 16 Intensitas Hujan Kanan Jalan Ryacudu

Tabel 17 Intensitas Hujan Kiri Jalan Ryacudu

Debit limpasan setiap blok ruas kanan jalan terdapat pada Tabel 18. Perhitungan debit limpasan kiri jalan sama dengan langkah-langkah dengan perhitungan debit limpasan kanan jalan. Hasil perhitungan debit limpasan setiap blok di kiri jalan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18 Debit Limpasan Kanan Jalan

Tabel 19 Debit Limpasan Kiri Jalan

Berdasarkan Tabel 18 dan Tabel 19 didapatkan nilai debit limpasan yang berbeda. Nilai yang berbeda disebabkan dengan luas area cakupan yang

0 50 100 150 200 250 5 10 15 20 25 10 5 2

Waktu Konsentrasi (menit)

In te n si ta s H u ja n ( mm /j am)

(9)

berbeda setiap blok nya sehingga memperoleh nilai yang berbeda. Nilai debit limpasan nantinya akan dibandingkan dengan nilai kapasitas eksisting.

C. Analisis Hidrolika

1. Analisis Saluran Eksisting

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui berapa besaran kapasitas yang terdapat dilapangan. Untuk tinggi muka air terhitung dengan adanya Sedimen di dalam saluran. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Analisis Kapasitas Saluran Eksisting jalan Ryacudu

Berdasarkan Tabel 20 didapatkan hasil kapasitas setiap blok yang bervariasi tergantung pada lebar dan kedalaman saluran serta kekasaran dasar saluran juga mempengaruhi nilai kapasitas eksisting yang ada.. Nilai kapasitas eksisting nantinya akan dibandingan dengan debit limpasan.

D. Evaluasi Kondisi Eksisting

Hasil perhitungan kapasitas eksisting dan debit limpasan digunakan untuk menganalisis kemampuan saluran untuk mengalirkan air. Apabila nilai debit limpasan lebih besar maka saluran tersebut akan meluap. Perbandingan debit limpasan dan kapasitas eksisting tersaji pada Tabel 4.21.

Tabel 21 Perbandingan Debit Limpasan dan Debit Eksisiting Jalan Ryacudu

Berdasarkan hasil perbandingan ada beberapa titik yang debit limpasan melebihi debit eksisting

seperti pada blok 1, blok 7, blok 9, blok 2, blok 8, dan blok 10. Sedangkan pada blok 2, blok 3, blok 4, dan blok 5 saluran masih aman dan tidak mengalami luapan. Seperti hal pada penelitian Muliawati (2015) ada beberapa saluran yang masih aman dan tidak meluap akan tetapi ada juga saluran yang sudah tidak aman dan meluap melebihi kapastias eksisting yang ada. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya luapan pada saluran drainase yaitu kapasitas saluran yang tidak mencukup pada beberapa saluran yang ada sehingga diperlukan perbaikan pada saluran drainase. Lalu adanya Sedimen ataupun sampah pada saluran menyebabkan air meluap. Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi sampah atau Sedimen adalah normalisasi saluran dengan melakukan pembersihan saluran yang tertutupi sampah atau Sedimen. Selain itu ada juga terdapat bangunan diatas saluran akibatnya air tidak dapat mengalir kedalam saluran.

E. Usulan Perbaikan

Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dibutuhkan sebuah usulan perbaikan. Usulan perbaikan memiliki beberapa alternatif seperti normalisasi, perencanaan ulang, pembuatan sumur resapan ataupun kolam retensi. Untuk penanggulangan debit luapan yang terjadi di Jalan Ryacudu dapat dilakukan dengan memilih alternatif sebagai berikut:

1. Normalisasi saluran eksisting

Genangan yang terjadi dikarenakan ada saluran yang mengalami pendangkalan akibat adanya sampah dan sedimen pada saluran drainase. Hasil evaluasi kapasitas eksisting terhadap debit limpasan diketahui bahwa ada saluran yang perlu perbaikan salah satunya dengan melakukan normalisasi. Normalisasi dilakukan agar eksisting mampu menampung debit limpasan sesuai dengan periode yang telah ditentukan. Normalisasi dilakukan dengan pembersihan saluran dari sampan dan sedimen. Perhitungan kapasitas eksisting setelah dilakukannya normalisasi bisa dilihat pada

Tabel 22.

(10)

Dari hasil perhitungan kapasitas eksisting setelah normalisasi dibandingkan dengan debit limpasan yang telah dihitung sebelumnya. Hasil perbandingan dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Perbandingan Kapasitas Eksisting dan Debit Limpasan Setelah Normalisasi

2. Perencanaan saluran drainase

Normalisasi dilakukan untuk perbaikan jangka pendek. Untuk jangka panjang diperlukan perencanaan ulang saluran drainase dengan menghitung dimensi kapasitas eksisting yang baru. Peningkatan kapasitas dilakukan agar debit air hujan dapat dialirkan secara optimal dan tidak lagi ada debit luapan yang terjadi. Peningkatan saluran dilakukan pada saluran-saluran yang memiliki kapasitas yang kurang dari debit limpasan. Alternatif ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan genangan dilahan. Perencaaan saluran akan berbentuk persegi. Berikut rencana peningkatan saluran di Jalan Ryacudu bisa dilihat pada Tabel 4.24.

Tabel 24 Rencana peningkatan kapasitas

saluran

Perencanan ulang saluran drainase berbentuk persegi dengan lebar dasar B dan kedalaman air h. Maka dapat dihitung nilai luas penampang menggunakan debit limpasan. Perhitungan luas penampang pada blok 1 kanan jalan sebagai berikut:

A = =

= 0,68 m

2

Pada saluran persegi kedalaman air h dan lebar dasar sama. Maka kedalaman air dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

h = √ = √ = 0,82 m

Lebar dasar saluran bernilai sama dengan nilai h, maka nilai B pada area blok 1 kanan jalan Ryacudu adalah 0,82 m. Perhitungan untuk nilai P pada area blok 1 kanan jalan sebagai berikut: P = B+2h = h+2h = 3h = 3x0,82 = 2,47 m Perhitungan jari-jari hidrualis (R) pada blok 1 ruas kanan jalan sebagai berikut:

R = = = 0,27 m, free board 0,15 m Total kedalaman saluran dengan freeboard = 0,15 m dengan rumus D = F + h. Perhitungan kedalaman total saluran drainase pada blok 1 sebagai berikut:

D = F + h = 0,97

Hasil perhitungan luas penampang (A), kedalaman (h), lebar saluran (B), keliling basah (P), jari-jari hidrolis (R), dan kedalaman total dilakukan pada setiap blok yang meluap. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 25.

Tabel 25 Perencanaan Ulang Saluran Draianse Jalan Ryacudu

Dari hasil perhitungan nilai D, dapat diambil nilai D yang mewakili untuk ruas kanan jalan dan ruas kiri jalan untuk dibikin gambar rencana desain saluran drainasenya. Karakteristik saluran yang mewakili dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Saluran Drainase yang mewakili

F.

Bill Of Quantity

(BOQ) dan Rencana

Anggara Biaya (RAB)

1. Bill Of Quantity (BOQ)

Bill Of Quantity dibuat untuk mengetahui jumlah peralatan dalam perencanaan sehingga mempermudah dalam menghitung dan merencakan biayanya. Perhitungan secara detail terdapat pada Tabel 27.

(11)

Tabel 27 Bill of Quntity(BOQ)

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan menghubungkan harga satuan pekerjaan dengan volume pekerjaan. Perhitungan detail dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan perencanaan, maka kesimpulan yang didapat sebagai berikut: 1. Saluran drainase memiliki ukuran yang

berbeda-beda. Saluran drainase memiliki beberapa masalah seperti adanya sedimen dan sampah didalam saluran dan adanya bangunan diatas saluran.

2. Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan debit limpasan, masih terdapat debit luapan pada saluran di Jalan Ryacudu. Penyebab genangan pada saluran di Jalan Ryacudu adalah kapasitas eksisting yang tidak bisa menerima debit limpasan. Total debit yang meluap dari saluran eksisting adalah 1,856 m3/s. Faktor lain

adalah adanya sampah dan sedimen yang tertumpuk didalam saluran.

3.

Alternatif yang digunakan adalah normalisasi dan perencanaan ulang saluran drainase. Normalisasi yang dilakukan tidak dapat menyelesaikan masalah luapan sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang saluran drainase. Didapat dimensi saluran pada kanan jalan dengan lebar 0,92, kedalaman 1,07 m dan kiri jalan dengan lebar 0,95 m, kedalaman 1,10 m.

B. Saran

1. Perlu dilakukan normalisasi setiap 1 tahun sekali untuk menjaga saluran drainase tetap bisa berfungsi secara optimal.

2. Perlu dibuat sistem drainase yang berwawasan lingkungan seperti sumur resapan, kolam retensi dan sebagainya agar bisa mengurangi kelebihan air permukaan akibat saluran tidak bisa menampung hujan.

Daftar Pustaka

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung

Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2019. Sukarame Dalam Angka 2019. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.

Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 03-34240-1994. Tata Cara Desain Drainase.

Departemen Pekerjaan Umum. 1994. Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards. Jakarta Kementrian Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum & Tenaga Listrik. 1972. Pedoman Perencanaan Saluran Terbuka.

Han, Dawei. 2010. Concise Hydrology. Ventus Publishing ApS.

Hartini, Eko. 2017. Hidrologi & Hidrolika Terapan. Semarang: Universitas Dian Nuswatoro. Hasmar, H.A. Halim. 2011. Drainase Terapan.

Yoyakarta: UII Press.

http://portal-ina-sdi.or.id diakses pada September 2020

https://www.google.com/earth/ diakses tanggal 22 Januari 2021.

(12)

Kamiana, I Made. 2010. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kodoatie, R.J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi.

Kodoatie,R. J., dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kodoatie,R. J., dan Roestam,S. 2005. Pengelolaan

Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi

Konsultan. 2018. Review Master Plan Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: PT. Maxitech Utama Indonesia.

Kurniawan, Dwi Riswadha dkk. 2017. Mengisi Data Hujan Yang Hilang Dengan Metode Autoregressive Dan Metode Reciprocal Dengan Pengujian Debit Kala Ulang (Studi Kasus Di DAS Bakalan). E-Jurnal Matriks Teknik Sipil.

Masduki, H.S. 1988. Drainase Permukiman (Hand Book). Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Mawardi. Erman. 2010. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung: Alfabeta. Muliawati, Dea N. 2015. Perencanaan Penerapan

Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ekos-Drainase) Menggunakan Sumur Resapan Di Kawasan Rungkut. Surabaya: Institut Tekonologi Sepuluh November. Mulyanto, H.R. 2013. Penataan Drainase

Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nuryanto. 2017. Pemodelan dan Perencanaan

Drainase. Universitas Gunadarma: Fakultas TeknikSipil & Perencanaan.

Pandebesie. 2012. Pengelolaan Sistem Drainase dan Penyaluran Air Limbah. Bandung: ITS. Prawaka, Fanny dkk. 2016. Analisis Data Curah

Hujan yang Hilang Dengan Menggunakan Metode Normal Ratio, Inversed Square Distance, dan Rata-Rata Aljabar (Studi Kasus Curah Hujan Beberapa Stasiun Hujan Daerah Bandar Lampung). JRSDD. Vol.4. No3. Hal 397-406.

Republik Indonesia. Permen PU Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

Sadhu, M. 2017. Evaluasi Sistem Drainse Saluran Sekunder Gayung Kebonsari Kota Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November

Satriawansyah, Tri. 2015. Perencanaan Resapan Air Sebagai Alternatif Penanggulangan Banir di MAN 1 Sumbawa. Sumbawa: Universita Samawa

Setiawan dan Permana. 2016. Evaluasi Sistem Drainase Di Kelurahan Paminggir Garut. Jurnal Tugas Akhir. ISSN: 2302-7312. Vol. 14. No. 1. (diakses tanggal 25 Januari 2021) Soewarno. 1995. Hidrologi Operasional. Bandung:

Citra Aditya Bandung.

Subagyo, Sentot. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Suripin. 2004. Sistem Drainse Perkotaan

Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Syarifudin, Achmad. 2017. Drainase Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.

Wahyudi, Rendy. 2016. Perencanaan Dan Perhitungan Ulang Saluran Drainase Kali Pucungan, Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gambar

Tabel 1 Hubungan N dengan Yn
Gambar 1 Langkah langkah Perencanaan
Tabel 5 Data Eksisting Saluran Drainase
Tabel 9 Perhitungan Distribusi Log Pearson III050100150200251025HHM Gum…Curah hujan (mm)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Iradiasi yang dilakukan terhadap bumbu, rempah-rempah dan ramuan lain yang berasal dari sayuran ditujukan untuk membasmi mikroorganisme dan atau serangga dan tidak digunakan

Dalam kegiatan seleksi tanaman, pendugaan parameter genetik yang meliputi nilai variabilitas genetik, ragam genotipe, fenotipe dan ragam lingkungan, nilai heritabilitas, kemajuan

Implementasi standar proses kurikulum 2013 pada mata pelajaran ekonomi/akuntasi di madrasah aliyah negeri 2 surakarta khususnya pada perencanaan pembelajaran,

Berdasarkan uji regresi linier ganda menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang cara mengajar dosen dan lingkungan belajar berpengaruh positif terhadap motivasi

Hal ini menunjukkan bahwa t hitung &gt; t tabel = 1,97 &gt;1,66 berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif

Metoda pole placement bertujuan untuk merubah pole sistem dari keadaan yang tidak begitu stabil menjadi lebih stabil, menggunakan rangkaian feedback dengan gain

Berdasarkan observasi langsung bahwa adanya perbedaan pelaksanaan model praktik keperawatan profesional pemula sesudah mendapat pelatihan model praktik keperawatan