• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemantauan Daerah Rawan Banjir Berbasis Spasial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemantauan Daerah Rawan Banjir Berbasis Spasial"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TUGAS AKHIR

PEMANTAUAN DAERAH RAWAN BANJIR BERBASIS SPASIAL

O l e h : RIDZQA FACHRI

D111 08 877

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

STUDI KAPASITAS CABUT PONDASI JANGKAR TIPE BINTANG PADA TANAH LEMPUNG DENGAN METODE NUMERIK

(2)

Abd. Rahman Djamaluddin1, Ahmad Bakri Muhiddin2, Bryan G. Malaihollo3

ABSTRAK : Banjir merupakan salah satu peristiwa bencana alam yang sering melanda sejumlah negara termasuk Indonesia.Hingga saat ini kejadian banjir pun masih sulit dideteksi kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya.Oleh karena itu, untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat banjir diperlukan suatu sistem penanggulangan banjir yang yang dapat melibatkan berbagai komponen sistem.Salah satu komponen sistem yang dapat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).SIG dapat dimanfaatkan pada setiap tahapan penanggulangan bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah rawan banjir pada sungai Way-Ela yang berada di bukit Ulak Hatu, desa Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dengan menggunakan Quantum GIS (QGIS). Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah aplikasi Geographical Information System (GIS) sumber terbuka dan lintas platform yang dapat dijalankan di sejumlah sistem operasi termasuk Linux. Data - data primer dan sekunder dari berbagai aspek, yaitu Aspek Topografi, Aspek Hidro-Oseanografi, Aspek Geoteknik, Aspek Rekayasa, dan Aspek Multisektor diolah menggunakan Quantum GIS untuk mendapatkan output berupa peta situasi bencana, peta kemiringan lereng, serta peta rawan banjir bandang di daerah aliran sungai Way-Ela, Maluku Tengah.

Kata kunci: GIS, Rawan Banjir, Sungai Way-Ela

ABSTRACT: Flood is one of the natural disasters that frequently hit several countries including Indonesia.Hingga current flood event is still difficult to detect and difficult emergence avoided or prevented kejadiannya.Oleh Therefore, to reduce losses from floods required a system that flood prevention sistem.Salah can involve the various components of the system components that can be used is a Geographic Information System (GIS) .SIG can be used at any stage of flood disaster management. This study aims to map flood-prone areas on the river Way-Ela is located in the hills Ulak Hatu, Foreign village Lima, Leihitu District, Central Maluku, Maluku province, using Quantum GIS (QGIS). Quantum GIS (QGIS) is an application of Geographical Information System (GIS) open source and cross-platform that can run on a number of operating systems including Linux. Data - primary and secondary data from various aspects, namely Aspect Topography, Hydro-Oceanographic Aspect, Aspect Geotechnical, Aspect Engineering, and multisector aspect processed using Quantum GIS to get the output of a disaster situation maps, maps of slope, and flood hazard map in watershed Way-Ela, Central Maluku.

Keywords: GIS, Flood Prone, River Way-Ela

1Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 3Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

(3)

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Banjir merupakan salah satu peristiwa bencana alam yang sering melanda sejumlah negara termasuk Indonesia.Kejadian banjir ini berupa genangan air yang berlebihan terutama yang sering terjadi pada saat musim penghujan.Genangan air tersebut muncul karena adanya peningkatan volume air yang mengalir di atas permukaan tanah, baik akibat curah hujan yang tinggi atau luapan air sungai.Kemungkinan yang terjadi akibat tingginya curah hujan adalah meluapnya air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).Keadaan ini dapat menjadi semakin parah karena ekosistem suatu daerah itu rusak sehingga terjadi pendangkalan dan penyempitan aliran sungai.

Kejadian banjir merupakan suatu masalah bagi masyarakat karena menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda, seperti munculnya wabah penyakit/gangguan kesehatan, kerusakan bangunan dan tempat tinggal, kerusakan sarana prasarana infrastruktur, dan lain-lain.Hingga saat ini kejadian banjir pun masih sulit dideteksi kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya.Oleh karena itu, untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat banjir diperlukan suatu sistem penanggulangan banjir yang yang dapat melibatkan berbagai komponen sistem.Salah satu komponen sistem yang dapat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).SIG dapat dimanfaatkan pada setiap tahapan penanggulangan bencana banjir.

Sebagai sistem informasi yang berbasis spasial, tentu saja SIG akan efektif apabila dalam pemanfaatannya dibangun sistem basis data yang baik yang dapat menunjang setiap SIG. Basis data yang dibangun antara SIG satu dengan SIG yang lain akan berbeda. Suatu basis data akan dapat menunjang SIG apabila kumpulan data dalam basis data tersebut lengkap dan seragam. Jika

tidak lengkap dan tidak seragam maka sistem pengambilan keputusan yang dihasilkan bisa jadi kurang akurat.

Sehubungan dengan efektivitas SIG seperti yang dijelaskan di atas maka sangat diperlukan terciptanya suatu sistem yang dapat menjamin keberadaan data spasial yang diperlukan oleh setiap SIG termasuk cara perolehannya, yang mana secara realitas berbagai data spasial ini tersebar di berbagai sumber. Jenis sistem yang diinginkan saat ini dikenal dengan Infrastruktur Data Spasial (IDS).Secara umum, IDS adalah sistem yang disepakati bersama oleh para pengguna (stakeholder) data spasial dalam hal pengaturan data acquisition dan data sharing.Secara implementatif IDS merupakan suatu konsep yang memudahkan para pengguna data spasial dalam pengadaan, pengambilan, penggunaan data, dan pertukaran data atau berbagi pakai data spasial.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk pemetaan daerah rawan banjir pada sungai Way Ela ?

METODOLOGI PENELITIAN Model Struktur Jangkar

Survey Topografi: peta rupa bumi skala 1 : 50.000 dengan selang kontur 10 m atau peta pada skala terbesar yang ada, survey visual pada keadaan topografi dan menggunakan foto satelit. Selanjutnya mengidentifikasi berdasarkan peta rupa bumi.

Survey Topografi dimaksudkan untuk membuat Peta Situasi yang akan digunakan sebagai Peta Dasar untuk pekerjaan SID Penanganan Pasca Bencana Negeri Lima, Kab. Maluku Tengah.Pengukuran topografi dilakukan disepanjang sungai dari hulu ke hilir dan

catchment area serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan dalam pembuatan rencana detai.

(4)

Pelaksanaan pekerjaan survey topografi, secara garis besar terdiri dari :

1. Persiapan dan perencanaan 2. Persiapan teknis lapangan 3. Pelaksanaan survey

4. Pengolahan data dan penggambaran

Survey Hidro-Oseanografi :

mengumpulkan data kecepatan angin tahunan, data kecepatan angin puncak, tinggi gelombang pada puncak, pasang surut, data curah hujan tahunan, data debit tahunan, menilai dan menganalisa tingkat erosi sedimen, mengunjungi dan memeriksa tempat-tempat rawan bencana. Survey hidrologi dilakukan untuk mendapatkan data-data hidrologi, dimana data-data tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan atau analisa hidrologi yang akan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan waduk tersebut. Data-data hidrologi yang diperlukan dalam kaitannya dengan analisa hidrologi antara lain :

1. Data curah hujan yang berpengaruh terhadap Daerah Pengaliran Sungai yang ditinjau.

2. Peta posisi stasiun curah hujan. 3. Peta topografi daerah lokasi untuk

mengetahui DAS dari sungai / alur yang ditinjau.

4. Data klimatologi.

5. Data kondisi penggunaan lahan di DAS.

Aspek Geoteknik : mengumpulkan peta geologi serta menilai kecocokan daerah untuk pelaksanaan pekerjaan berdasarkan peta dan foto udara yang ada, klasifikasi tanah di lapangan di lokasi yang sudah ditentukan dan mengumpulkan data tentang formasi geologinya serta mengetahui formasi geologi di daerah studi.

Pekerjaan ini dilakukan untuk mendapatkan data-data mengenai kondisi geologi permukaan tanah di lokasi pekerjaan. Pada pekerjaan ini akan dilakukan kegiatan pemboran, sondir, sumuran uji/tes pit, pengambilan sampel dan uji laboratorium. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi lapisan tanah di lokasi pekerjaan, yang akan dijadikan sebagai masukan dasar dalam

pelaksanaan perencanaan konstruksi bangunan yang diperlukan.

Aspek Rekayasa : menganalisa tipe

bencana berdasarkan data dan informasi yang tersedia, bidang longsor, debit banjir dan merencanakan System Planning, Lay Out, Head Works, Head Race, Main Canal.

Aspek Multisektor : data/informasi tentang lingkungan, penduduk, data dan informasi mengenai rencana daerah, kondisi pantai di wilayah studi, tingkat kerawanan abrasi terhadap pemukiman penduduk, rencana transmigrasi, data mengenai hubungan dengan pemerintah setempat dan hambatan-hambatan pengembangannya, menilai latar belakang social politik, memprediksi hambatan-hambatan pengembangan yang mungkin terjadi untuk masa yang akan datang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Peta Kemiringan Lereng.

Proses pendigitasian peta jaringan rawan bencana diawali dengan mendigitasi peta dasar dari Sungai Way Ela .Dengan menggunakan data spasial yang diperoleh dijadikan acuan maka penarikan garis-garis pada peta lebih mudah dan akurat. Setelah peta dasar jalan selesai maka langkah selanjutnya adalah mendigitasi jaringan Aliran Sungai sesuai data Spasial, setalah pendigitasian Aliran Sungai dilakukan pemetaan pemukiman penduduk di sekitar aliran sungai dan kemudian dlakukan buffer terhadap aliran sungai Way Ela untuk mengetahui luas daerah banjir akibat luapan air sungai Way Ela

(5)

5

Setelah didapatkan peta kemiringan

dari pengolahan topografi, kemudian kemiringan daerah kajian dikelompokkan menjadi 6 kelas yaitu kemiringan 0% sampai 3% , kemiringan 4% sampai 8%, kemiringan 9% sampai 15%, kemiringan 16% sampai 30%, kemiringan 31% sampai 45% dan kemiringan > 45%. kemiringan 0% sampai 3% kemiringan 4% sampai 8% kemiringan 9% sampai 15% kemiringan 16% sampai 30% kemiringan 31% sampai 45% kemiringan > 45%. Dari gambar peta diatas dapat dihasilkan gambaran tentang lokasi studi penelitian yang memperlihatkan kemiringan lereng daerah yang dapat dilihat di tabel berikut ini : No Kelas Kemiringan Lereng (%) Keterangan Daerah Penelitian 1 kemiringan 0% sampai 3% Datar 2 kemiringan 4% sampai 8% Berombak 3 kemiringan 9% sampai 15% Bergelombang 4 kemiringan 16% sampai 30% Berbukit Kecil 5 kemiringan 31% sampai 45% Berbukit 6 kemiringan > 45%. Berbukit Curam / Terjal

Kemiringan lahan semakin tinggi maka air yang diteruskan semakin tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan ketempat yang lebih rendah semakin cepat bila dibandingkan dengan lahan yang kemiringannya rendah (landai). Dengan demikian, maka semakin besar derajat kemiringan lahan maka semakin kecil kerawanan banjir.

Pengolahan Hidrologi Sungai Way Ela Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi akan lebih mempengaruhi terhadap kejadian banjir. Baerdasarkan hal tersebut maka Pemberian hidrograf banjir Sungai Way Ela berikut ini dapat menjelaskan tentang debit dan waktu dalam jam sampai dengan 100 tahun.

No Periode Ulang Metode ( Tahun ) HSS Nakayasu ( m3/ det ) 1 2 169,357 2 5 295,994 3 10 374,234 4 20 452,307 5 25 469,776 6 50 534,514 7 100 588,268

(6)

Iklim daerah aliran Sungai way Ela bervariasi dibagian hulu, tengah dan hilir. Namun data yang diperoleh menjelaskan bahwa setiap tahunnya debit banjir di Sungai Way Ela semakin meningkat pertahunnya. Pengolahan Peta Rawan Banjir Bandang

Untuk proses pendigitasian pemukiman, peneliti mangambil data melalui data spasial yang ada. Dengan pengambilan data ini dapat di liat lokasi pemukiman warga yang berada di sekitar sungai Way Ela, setelah dilakukan buffer dapat diliat lokasi yang terkena dampak rawan banjir dari luapan sungai Way Ela. Data pemukiman yang terkena rawan banjir luapan sungai Way Ela dapat ditampilkan dengan gambar peta rawan banjir bandang sehingga kita dapat melihat daftar keseluruhan daerah yang terkena rawan banjir dan yang tidak terkena dampak banjir seperti pada gambar:

Pada pemetaan daerah rawan banjir bandang tersebut dapat di lihat lokasi awal mula terjadinya perkiraan banjir bandang itu terdapat di koordinat UTM X = 52S 387815 dan Y = 9595287 dan dengan elevasi 132,498 meter.

PENUTUP Kesimpulan . Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan hasil analisa Sungai Way Ela dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Didapatkan pada peta kemiringan dari

pengolahan topografi, kemudian kemiringan daerah kajian dikelompokkan menjadi 6 kelas yaitu :

 kemiringan 0% sampai 3% Datar  kemiringan 4% sampai 8% Berombak  kemiringan 9% sampai 15% Bergelombang  kemiringan 16% sampai 30% Berbukit Kecil  kemiringan 31% sampai 45% Berbukit  kemiringan > 45%. Berbukit Curam / Terjal

2. Didapat pada grafik curah hujan rencana Iklim daerah aliran Sungai way Ela bervariasi dibagian hulu, tengah dan hilir. Namun data yang diperoleh menjelaskan bahwa setiap tahunnya debit banjir di Sungai Way Ela semakin meningkat pertahunnya. 3. Didapat dari pengolahan data dan

pengolahan peta rawan banjir bandang pada sungai Way Ela maka dapat dihitung wilayah yang terkena sebesar. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum maka dibuatkan beberapa parameter tambahan yang mempengaruhi terjadinya genangan atau limpasan, seperti pengaruh pasang surut air laut dan drainase, serta data debit sungai

2. Dalam pengolahan Intensitas hujan diperlukan data stasiun hujan yang lebih banyak agar hasil yang diperoleh lebih aurat

(7)

7

3. Upaya pemanfaatan lahan kawasan

hijau perlu dilakukan untk mengurangi terjadinya peningkatan koefisien limpaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Sigit, Agus. 2004. Studi Kerentanan Banjir Melalui Pendekatan Geomorfologi di Kecamatan Masaran dan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Skripsi Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Anonim, 2011a. (Daerah Aliran Sungai (Das) Walanae, Sulawesi Selatan) http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/file s/2009/12/das-Walanae.pdf. Tanggal diakses 15 November 2011.

Anonim,

2012c.http://www.arsingtadda.com/bab-ii- faktor-penentu-kepekaan-tanah-terhadap-longsor-dan-erosi.html. Tanggal Akses 27 Juli 2012

Asdak, 2002.Hidrologi dan Pengolahan

Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Asriningrum dan Gunawan, 1998. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta). (Skripsi). Fakultas Geografi UGM Yogyakarta. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Brantas. 2003. Departemen Kehutanan http://ambon.bps.go.id/tabel-23-penduduk.html

Barus B, 2005. Kamus SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan 128 Diagram.

Bogor: Studio Teknologi Informasi Spasial. BPDAS Jeneberang-Walanae, 2010.

Laporan Karakteristik DAS Jeneberang-Walanae 2010,

Darmawijaya, 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Pr

ess, Yogyakarta.

Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web

Geographic Information System ( SIG ) Untuk Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

Demers, Michael N. 1997.Fundamentals of Geographic Information System. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Dulbahri. 1992. Kemampuan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Kajian Agihan dan Pemetaan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Progo. Disertasi Program Doktor. Fakultas Geografi UGM : Yogyakarta. GIS Konsorsium Aceh Nias, “Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar”, Banda Aceh, 2007.

Hardjoamidjojo, Sarwono, 1993. Klasifikasi

Tanah dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo, Jakarta

Hardjowigeno, S, 1992. Ilmu Tanah. Edisi Ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta

Jumadi dan Widiadi. 2009. Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Manajemen Pemanfaatan Air Tanah. Forum Geografi. Vol 23 (2) Desember 2009 Loebis, J, 1992. “Banjir Rencana Untuk Bangunan Air”. Departemen Pekerjaan Umum

Linsley, R.K., M.A Kohler and J.J.H Paulhus, 1982. Hydrology for Engineers. McGraw-Hill.Inc. New York.

Lopulisa, Christianto, 2004. Tanah – Tanah

Utama Dunia, Cetakan 1, LEPHAS,

Makassar 42

Meijerink, A.M.J., 1970, Photo-Inter pretation in Hydrology A Geomorphological Approach, ITCEnschede, Nether land. Notohadipranoto, dan R.M. Tejoyuwono, 1978.Asas-Asas Pedologi.Departemen Ilmu

(8)

Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. No.22/PRT/M/2007, tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.

Prahasta, Eddy. 2001.Konsep-konsep Dasar Geographic Information System. Bandung: Informatika.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis spasial dilakukan dengan menumpangsusunkan (overlay) beberapa data spasial parameter penentu kerawanan banjir (bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis tanah,

Tujuan penulisan Laporan Akhir ini adalah untuk membuat Sistem Informasi Geografis Daerah Bencana Rawan Banjir pada Provinsi Sumatera Selatan Berbasis Android

Kejadian Bencana Alam Banjir Di Wilayah Kerja BPDAS Benain Noelmina Dalam Lima Tahun Terakhir. Kerugian Material

Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan perancangan aplikasi pemetaan daerah rawan bencana banjir di Jakarta Utara, yang diharapkan dapat memberikan

Hasil analisis spasial peta jenis tanah dapat dilihat dari pembobotan dan skoring untuk mengetahui hasil pengujian lokasi yang rawan terhadap bencana banjir lebih

Analisis spasial dilakukan dengan menumpangsusunkan (overlay) beberapa data spasial parameter penentu kerawanan banjir (bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis tanah,

Bencana banjir belakangan ini sering melanda kota-kota di Indonesia yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar, dalam kaitan ini termasuk juga di Kecamatan Selakau

Adapun bencana yang kejadian bencana yang tejadi adalah banjir seba- nyak 145 kejadian, tanah longsor 109 kejadian, cuaca ekstrem 94 kejadian kebakaran lahan 7 kejadian, non alam 86