• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA

MURID KELAS IV SDN NO. 160 INPRES BONTOLEBANG KECAMATAN POLOMBANGKENG SELATAN

KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

NURMAYANI 10540 11205 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nurmayani

Nim : 10540 11205 16

Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi :Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 28 Oktober 2020

Yang Membuat Permohonan

Nurmayani

NIM : 10540 11205 16

(5)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nurmayani

Nim : 10540 11205 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi :Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 28 Oktober 2020

Yang Membuat Perjanjian

Nurmayani

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Sukses tidaknya suatu pencapaian itu tergantung bagaimana usaha dan kesabaran kita bisa menyatuh

Kupersembahkan karya ini buat : Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

(7)

ABSTRAK

Nurmayani. 2020. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil

Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Tenri Ampa dan Rosmini Madeamin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar berjumlah 19 murid. Subjek penelitian ini adalah murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar berjumlah 19 murid. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan tes hasil belajar. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Pengukuran terhadap kecerdasan emosional murid menggunakan instrument angket model skala likert dengan rentang skor 1-5. Hasil belajar bahasa Indonesia murid dengan instrument tes hasil belajar. Data penelitian diolah dengan Teknik regresi sederhana dan korelasi dengan taraf signifikan α = 0,05. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa 1) Hasil data statistik deskriptif kecerdasan emosional dan hasil belajar sama yakni kedua variabel berada pada kategori yang sangat rendah. 2) Hasil data statistik inferensial menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) pada perhitungan korelasi product moment adalah 0,833. Jika dilihat dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment yakni 0,833 > 0,456 pada taraf signifikan 5% dengan N = 19 atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari deretan berkah-Mu. Salam dan shalawat kepada baginda Rasulullah, keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang tetap memegang teguh risalah yang disematkan dipundaknya, menjadi spirit kemanusiaan dan teladan terbaik manusia dalam memahami dan menjalani kehidupan ini.

Alhamdulillahhirabbilalamin penulis telah menyelesaikan skripsi ini melalui usaha keras ditengah hambatan dan keterbatasan, penulis mencoba melakukan yang terbaik untuk menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang membantu penulis.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada ayahanda Marsuki dan ibunda Nurhayati tercinta yang telah memberikan kasih dan sayangnya, dorongan moril, materi, serta iringan doanya yang tulus diberikan sejak penulis dilahirkan sampai terwujudnya penulisan skripsi ini. Untuk saudariku Riski Ufriani dan Muthia Indriani tersayang yang telah memberikan dukungan serta doa tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd.,

(9)

M.Pd, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd, Ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dr. Hj. Andi Tenri Ampa, M.Hum dosen pembimbing I dan Dr. Hj. Rosmini Madeamin, M.Pd dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan yang senantiasa memberikan arahan kepada penulis selama proses pembelajaran.

Hasbiah Abbas, S.Pd kepala sekolah SDN No.160 Inpres Bontolebang yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti di SDN No.160 Inpres Bontolebang, Guru-guru SDN No.160 Inpres Bontolebang serta adik-adik SDN No.160 Inpres Bontolebang terkhusus di kelas IV atas kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian. Teman-teman seperjuangan kelas PGSD E angkatan 2016. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Makassar, 28 Oktober 2020

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

1. Hasil Penelitian yang Relevan ... 7

2. Kecerdasan Emosional ... 8

3. Konsep Dasar Hasil Belajar ... 15

4. Keterampilan Bahasa Indonesia ... 18

B. Kerangka Pikir ... 24

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Hasil Analisis Data Statistik Deskriptif ... 34

a. Variabel kecerdasan emosional ... 34

b. Hasil Belajar keterampilan bahasa Indonesia ... 36

2. Hasil Analisis Data Statistik Inferensial ... 37

a. Uji Normalitas ... 37

b. Uji Linieritas ... 38

c. Uji Korelasi ... 39

B. Pembahasan ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sampel ... 28

3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 33

4.1 Pengolahan Data Secara Umum untuk Variabel Kecerdasan Emosional ... 34

4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Kecerdasan Emosional ... 35

4.3 Pengolahan Data Secara Umum untuk Instrumen Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia ... 36

4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Variabel Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia ... 36

4.5 Uji Normalitas Data Kecerdasan Emosinal dengan Hasil Belajar ... 38

4.6 Uji Linieritas Data Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar ... 39

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 4.1 Diagram Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Emlosional ... 35 4.1 Diagram Frekuensi Skor Variabel Hasil Belajar Keterampilan Bahasa

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 49

Lampiran 2 Data Statistik Deskriptif ... 65

Lampiran 3 Pengolahan Data Statistic Inferensial ... 68

Lampiran 4 Perolehan Nilai Angket dan Tes ... 71

Lampiran 5 Uji Validitas Kuesioner ... 77

Lampiran 6 Nilai-nilai r Product Moment ... 81

Lampiran 7 Daftar Hadir ... 83

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan yang diperoleh dapat terjadi baik secara formal, informal maupun non formal. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut dengan pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara jelas dan rinci.

Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh pemerintah yang bergerak dibidang pendidikan yang diselenggarakan secara formal yang berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak atau siswa-siswi diseluruh Indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang tidak lain agar anak Indonesia menjadi seorang individu yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-undang Dasar 1945. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI mencakup komponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi 4 aspek keterampilan yaitu, keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbicara dan menulis bersifat ekspresif atau produktif yaitu memberikan informasi, sedangkan keterampilan

(16)

Paradigma saat ini menunjukkan prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intern dan ekstern, faktor intern tersebut diantaranya adalah kecerdasan dari siswa tersebut. Kecerdasan manusia sampai saat ini dikenal ada tiga macam kecerdasan manusia yaitu: pertama, Kecerdasan Intelektual (IQ) istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar. Kedua, Kecerdasan Emosional (EQ) mencakup kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketiga adalah Kecerdasaan Spiritual (SQ). Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai, tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif

(17)

ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati (Goleman, 2003). Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kecerdasan emosional sebagai fokus penelitian.

Terkait dengan kecerdasan emosional, ternyata kecerdasan emosional sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Daniel Goleman dalam Sukmadinata (2007: 97) menjelaskan “bahwa pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, juga harus memiliki stabilitas emosi, motivasi kerja yang tiggi, mampu mengendalikan stress, tidak mudah putus asa dan lain-lain”. Hal ini didukung oleh pendapat Goleman yang dikutip oleh Patton dalam Uno (2008:70), “bahwa para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional”. Artinya di samping IQ juga ada EQ yang ikut menunjang kesuksesan siswa dalam pembelajaran di sekolah. Tetapi selama ini masih banyak siswa yang hanya mengenal IQ sebagai tolok ukur kecerdasan. Jika siswa mampu mengatur emosionalnya dengan baik, maka harapan untuk memperoleh hasil belajar tinggipun dapat terwujud. Emosional adalah suatu keadaan yang berlebihan baik pada hal positif maupun negatif dan setiap siswa pastinya memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil survey statistik penelitian yang dilakukan oleh Lohr (Sufnawa, 2015) menyebutkan bahwa (IQ) ternyata tidak cukup untuk menerangkan kesuksesan seseorang. Ketiga skor (IQ) dikorelasikan dengan

(18)

tingkat kinerja dalam karier mereka, taksiran tertinggi untuk besarnya selisih (IQ) terhadap kinerja hanyalah sekitar 25%. Bahkan untuk analisis yang lebih saksama yang dilakukan American Phsyicological Press (1997) angka yang lebih tepat bahkan tidak lebih dari 10% atau bahkan hanya 4%. Hal ini berarti bahwa (IQ) paling sedikit tidak mampu 75%, apalagi 96% untuk menerangkan pengaruh terhadap kinerja atau keberhasilan seseorang. Goleman (2003) menyebutkan pengaruh (IQ) hanyalah 20% saja, sedangkan 80% dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Suhidi (Pasiak, 2006:1) yang berpendapat bahwa keberhasilan dan kesuksesan hidup tidak hanya ditentukan oleh faktor kecerdasan intelektual yang tinggi saja karena setinggi-tinginya kecerdasan intelektual hanya mampu menyumbangkan maksimal 20% saja untuk memperoleh keberhasilan dan kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% sisanya dipengaruhi oleh kecerdasan yang lain yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ), sehingga dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga kecerdasan tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan tingkat kesuksesan manusia yang dapat diwujudkan melalui hasil belajar siswa.

Hasil belajar yang diperoleh siswa, salah satunya adalah faktor kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional (EQ) dalam diri siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia ditunjukkan ketika dalam proses belajar mengajar di kelas. Ketika guru memberi soal maupun tugas, siswa tertantang dengan soal yang diberikan dikarenakan siswa menganggap soal yang diberikan guru sukar untuk dikerjakan sehingga siswa tertantang untuk memecahkan soal ataupun tugas yang

(19)

diberikan guru, Disamping itu, siswa juga bekerja keras dalam mempelajari soal-soal.

Berbagai argumen yang telah dikemukakan di atas, baik secara teoritis maupun empiris menunjukkan dugaan yang sangat kuat hubungan kecerdasan emosional (EQ) dengan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai kecerdasan emosional (EQ) dalam pencapaian hasil belajar dan mengangkatnya dalam penelitian dengan judul “Hubungan

antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia pada murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia pada murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar”.

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan informasi, masukan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), sehingga dapat meningkatkan mutu Pendidikan. b. Bagi peneliti, menjadi bahan acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya

yang ingin meneliti lebih dalam khususnya berkaitan dengan hubungan kecerdasan emosional (EQ) dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, sebagai bahan dalam melakukan refleksi untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.

b. Bagi siswa dapat dijadikan acuan meningkatkan prestasi akademik.

c. Bagi sekolah dapat menjadikannya sebagai bahan perbandingan dan rujukan dengan hasil penelitian lain yang berkaitan dengan hasil belajar.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang telah dilakukan oleh Iwanina Hidanah tahun 2016 dengan judul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Di Kecamatan Gunungpati Semarang”.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Firda Widya Rahma tahun 2017 dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat”.

c. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yongga Putri Buana tahun 2013 dengan judul “Hubungan kecerdasan emosional dan Pemanfaatan Perpustakaan dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan pada Siswa Kelas IX SMK Negeri 3 Purworejo Tahun 2012/2013”.

Penelitian di atas mempunyai persamaan relevan dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang kecerdasan emosional, hanya saja yang membedakan adalah mata pelajarannya. Pada penelitian di atas fokus mata pelajarannya adalah mata pelajaran PKn, Matematika, dan Kewirausahaan. Pada penelitian ini fokus penelitiannya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun penelitian di atas dan penelitian ini sama-sama membahas mengenai hubungan antara variabel dengan hasil belajar.

(22)

2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Sebelumnya Gardner (Goleman, 2009) mengemukakan 8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk). Menurut Goleman (Tridonanto, 2013:4) kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.

Crow & Crow (Boeree, 2016) menyatakan bahwa “Emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik terwujud pada suatu tingkah laku yang tampak”

Menurut Sukmadinata (Buana, 2013:16) Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relative tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak batin, suatu stirred up or aroused state of the human organization. Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai dengan yang bersifat negatif.

Menurut Mayer dan Salovey (Hosnan, 2016:15) bahwa kecerdasan emosi sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam memantau baik emosi dirinya maupun orang lain, dan juga kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain,

(23)

dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.

Mashar (2015: 60) menyatakan bahwa “Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespon secara positif setiap komdisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini”

Kecerdasan emosional adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa. Banyak ahli telah mengemukakan pengertian kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mampu mengarahkan dan juga mengontrol seseorang dalam berperilaku.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.

b. Unsur-unsur dalam Kecerdasan Emosional

Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman (2009:45) menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang

(24)

memiliki kecerdasan emosi adalah “mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa”. Lebih lanjut Goleman (2009:58) merinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut:

1) Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan mengenali diri sendiri meliputi kesadaran diri. 2) Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri,

melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali.

3) Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang

(25)

dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.

4) Mengenali emosi orang lain, kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.

5) Membina hubungan. Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi ketrampilan social yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi.

Goleman (Mashar, 2015:61) mengungkapkan ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan emosi sebagai berikut:

1) Mampu memotivasi diri sendiri 2) Mampu bertahan menghadapi frustasi

3) Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informal/nonverbal (memiliki tiga variasi yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian, dan jaringan kepercayaan)

(26)

5) Cukup luwes untuk menemukan cara/alternative agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau

6) Tetap memiliki kepercayaan yang tiggi bahwa segala sesuatu akan beres ketika menghadapi tahap sulit

7) Memiliki empati yang tinggi

8) Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat menjadi tugas kecil yang mudah ditangani

9) Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara dalam meraih tujuan.

Sementara itu, Uno (Buana, 2013:20) mengemukakan kecerdasan emosional terdiri dari lima unsur yaitu sebagai berikut:

1) Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengembalian keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri

Menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya satu gagasan, maupun pulih kembali dari tekanan emosi.

(27)

3) Motivasi

Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

4) Empati

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5) Keterampilan sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan kemampuan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan kelima unsur-unsur diatas yang telah diuraikan. Sehingga ada integrasi unsur-unsur yang terkandung dalam kecerdasan emosional yang dimilki oleh seseorang yang menimbulkan sikap dan perilaku yang baik dalam diri maupun dalam bersosialisasi karena kepekaan yang kuat dalam segi emosional.

(28)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukanmelalui proses pembelajaran. Djaali (Buana, 2013:16-17) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sebagai berikut:

1) Faktor pembawaan, yang ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir misalnya di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pinter, dan pinter sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, yang mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu, misalnya ada dorongan atau motif untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga manusia dapat berbuat lebih giat dan lebih baik terhadap hal-hal yang diminatinya.

3) Faktor pembentukan, yaitu segala keadaan di luar diri seeorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya.

4) Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan

(29)

berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

5) Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kecerdasan emosional sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang tentunya tidak dimiliki begitu saja, tetapi juga tidak dimiliki karena hasil pemberian orang lain semata. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: Pertama, faktor pembawaan atau bakat. Sejak lahir manusia sudah membawa bakat atau potensi-potensi yang akan memengaruhi perkembangannya. Bakat inilah yang menentukan apakah seseorang bermata biru atau coklat, berkulit putih atau hitam dan menjadi dokter atau pengemis. Kedua, faktor lingkungan, pengalaman dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat duafaktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secarafisik dan psikis. Secara fisik terletak dibagian otak, secara psikis diantarnya meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

3. Konsep Dasar Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

(30)

Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Rosyid, dkk (2018:12) berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan”.

Hamalik (2004:30) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah menerima pengalaman belajar. Bukti bahwa seseorang belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Menurut Bloom (Husamah, 2018:14) hasil belajar mencakup tiga dimensi yaitu: Kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar berdasarkan ketiga dimensi tersebut adalah:

1) Dimensi ranah cipta (kognitif). Tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual.

2) Dimensi ranah rasa (afektif). Tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap, minat, dan nilai.

3) Dimensi ranah karsa (psikomotor). Tentang kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

(31)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menilai prestasi belajar peserta didik dibuatkan evaluasi yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munadi (Slameto, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

1) Faktor internal a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.

b) Aspek psikologis

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisis psikologi yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.

2) Faktor eksternal

a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar, faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial, lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain.

(32)

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang akan diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.

4. Keterampilan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Adapun empat keterampilan tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Menyimak

1) Pengertian menyimak

Keterampilan menyimak lebih dominan melibatkan indera pendengar seseorang. Apabila baik indera pendengar seseorang dan penuh konsentrasi maka apa yang disimak akan mudah dipahami. Tarigan (Delia & Elvina 2019:2) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu yang didengar, dibaca, dan dilihat dengan berbagai cara seperti memperhatikan, memberi aspirasi, interpretasi terhadap yang telah disimak, serta untuk memperoleh informasi, merangkap ide atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak adalah keterampilan memahami bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan atau dibacakan orang lain dan diubah menjadi bentuk makna untuk terus diolah, ditarik kesimpulan, dan ditanggapi. Hal ini merupakan salah satu kegiatan komunikasi untuk mampu atau terampil menerima sejumlah informasi dari orang lain. Pengertian menyimak adalah

(33)

mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.

2) Tujuan Menyimak

a) Menyimak untuk belajar

b) Menyimak untuk menikmati keindahan audial c) Menyimak untuk mengevaluasi

d) Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan e) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide f) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi g) Menyimak untuk memecahkan masalah h) Menyimak untuk meyakinkan

3) Jenis-jenis Menyimak a) Menyimak Kritis

Tujuan menyimak kritis adalah memperoleh kebenaran. Penyimak kritis akan selalu memperhatikan hubungan antara yangb dinyatakan oleh pembicara dengan kenyataan yang ada/terjadi. Kegiatan menyimak secara kritis akan menilai kekurangtepatan, kekurangaslian, dan ketidaktelitian pembicara terhadap apa yang diucapkannya.

b) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif adalah mendengarkan untuk menelaah sesuatu. Menelaah berarti mempelajari, menyelidiki, menilik atau memeriksa. Konsentrasi terhadap apa yang disimak adalah satu fase dari

(34)

kegiatan menyimak yang baik. Hal ini sangat diperlukan agar dapat menangkap hal-hal tertentu dalam bentuk informasi atau dalam bentuk lain. c) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif adalah mendengarkan dengan mengembangkan apa yang didengarnya dengan daya imajinasi untuk membuat karya-karya tertentu.

d) Menyimak Eksploratif

Menyimak eksploratif adalah menyimak dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dari apa yang disimaknya.

b. Berbicara

1) Pengertian berbicara

Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi merupakan suatu peristiwa penyampain maksud (pikiran atau perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) hingga maksudnya dipahami.

2) Tujuan berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. (Gorys Keraf dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 58-59) menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut;

a) Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan, serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian.

(35)

b) Meyakinkan

c) Berbuat atau bertindak. d) Memberitahukan. e) Menyenangkan. 3) Teknik-teknik berbicara

a) Menyiapkan bahan/ topic pembicaraan dengan baik b) Diucapkan dengan jelas dan tepat

c) Untuk ungkapan (kata,kalimat) yang diutamakan, diucapkan dengan tekanan yang lebih kuat dan jelas.

d) Memperhatikan kondisi dan situasi e) Bersikap sopan

f) Memberi kesempatan kepada lawan bicara (penyimak) untuk memahami apa yang disampaikan

g) Memberi kesempatan kepada lawan bicara (penyimak) untuk menjawab dan mengomentari

h) Memperhatikan tanda-tanda baca (ketika membaca) i) Berusaha mengatur nafas dengan baik

4) Jenis-jenis keterampilan berbicara\ a) Nonformal

b) Semiformal

c) Formal (Bahasa dan situasi)

c. Membaca

(36)

Membaca adalah proses perubahan wujud lambing, tanda, tulisan, atau gambar menjadi wujud makna. Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan bahasa yang reseptif (menerima). Ketrampilan membaca merupakan keterampilan mengubah wujud tulisan, gambar, tanda, kode, dan lainnya menjadi wujud makna, yang akan memungkinkan untuk dapat dikembangkan meknanya melalui proses berpikir.

2) Tujuan membaca

a) Untuk meningkatkan keterampilan memahami b) Untuk belajar

c) Untuk hiburan atau mengisi waktu 3) Jenis-jenis membaca

a) Membaca bersuara

b) Membaca diam (dalam hati) c) Membaca pemahaman d) Membaca kritis

d. Menulis

1) Pengertian menulis

Menulis adalah kegiatan menyampaikan ide, gagasan, informasi, atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa berupa tulisan secara terampil yang dapat dipahami dan bermanfaat bagi pembaca.

2) Tujuan menulis

Tujuan menulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, dapatlah

(37)

dikatakan bahwa tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam, antara lain:

a) Tulisan bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasive (persuasive discourse).

c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literacy discourse). Tujuan penulisan untuk menyenangkan ini disebut juga tujuan altruistis, yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, dan penalarnya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif. Sebagai gambaran, menulis puisi dapat termasuk menulis yang bertujuan untuk pernyataan diri dengan pencapaian nilai-nilai artistik.

3) Jenis-jenis menulis

Jenis-jenis tulisan menurut Weaver dalam Tarigan (2008:28) ada empat yaitu:

(38)

Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa disebut dengan karangan eksposisi. Tulisan jenis ini berusaha memaparkan sesuatu kepada pembaca untuk memberikan pengetahuan baru dengan cara memberitahukan atau menjelaskan sesuatu melalui bukti nyata. b) Deskripsi

Tulisan yang menggambarkan sesuatu. Menggambarkan apa yang menjadi objek penulis kepada pembaca dengan harapan pembaca dapat merasakan dan berimajinasi tentang apa yang disampaikan oleh penulis

.

c) Narasi

Tulisan yang berisi cerita tentang sesuatu. Bentuk tulisan narasi ada dua yaitu narasi ekspositori (nyata) contohnya sejarah, biografi, bibliografi, dan otobiografi, sedangkan narasi sugestif (fiksi) contohnya cerpen, novel, roman,dongeng, dan legenda.

d) Argumentasi

Tulisan yang berisi hal yang meyakinkan atau mendesak pembaca. Argumen yang kuat dari penulis dapat membuat pembaca yakin atau setuju dengan pernyataan penulis sehingga pembaca akan terdesak mengikuti pendapat penulis.

B. Kerangka Pikir

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2018:91) mengemukakan bahwa “kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka pikir berfungsi untuk mengkomunikasikan antara

(39)

variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen penelitian adalah kecerdasan emosional. Sedangkan variabel dependen penelitian adalah hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas biologis dan mental sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa terbagi menjadi dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor yang dianggap sangat penting adalah mengenai faktor yang berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri yaitu mental dari siswa (EQ). Siswa yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan mencurahkan segenap kemampuannya untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Sebaliknya siswa yang memiliki kecerdasan emosi rendah akan bersikap acuh terhadap belajar sehingga akan sulit untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya. Jadi kecerdasan emosional sangat penting terhadap peningkatan hasil belajar yang ingin dicapai.

EQ mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan hasil belajar siswa, sebab siswa yang mempunyai EQ tinggi mempunyai keinginan dan harapan untuk berhasil sehingga ia akan lebih meningkatkan perhatian konsentrasinya dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia. Hasil belajar yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat.

(40)

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis

Hipotesis Nol (H0): Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar.

Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA KECERDASAN

EMOSIONAL

1. Mengenali emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang lain 5. Membina hubungan (Goleman, 2009:58) 1. Menyimak 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis Temuan Analisis

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian ex post facto menguji apa yang telah terjadi pada subjek. Ex post facto secara harfiah berarti “sesudah fakta”, karena kausa atau sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel lain. Penelitian ex post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian (Darmadi, 2011:223). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018: 117). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

(42)

obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar yang berjumlah 19 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2018: 118).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonprobability sampling menggunakan Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2018: 124). Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar yang berjumlah 19 orang. Adapun uraiannya dibawah ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No. Kelas

Sampel

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. IV 8 11 19

Sumber: Tata usaha SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar

(43)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”(Sugiono, 2018: 61).

Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu independent variabel (Kecerdasan Emosional) dan dependent variabel (Hasil Belajar). Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai yang diberikan setelah melakukan pengukuran berupa pemberian tes tertulis

Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2018:67 Keterangan:

X = Kecerdasan Emosional

Y = Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Y X

(44)

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan terhadap responden (Murid) untuk dijawabnya. Adapun kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data kecerdasan emosional. Sedangkan tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan hasil belajar seseorang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang benar-benar nyata. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan tes. Kuesioner merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional murid. Kuesioner berisi pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab atau diisi. Adapun pertanyaan yang diajukan mengenai kecerdasan emosional yang meliputi: Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Menurut Sugiyono (2018: 134) berbagai skala sikap yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu: skala likert, skala guttman, rating scale, dan semantic deferential. Keempat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio.

Sugiyono (2018: 134) mengemukakan bahwa: “ Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

(45)

tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan”.

Lebih lanjut Sugiyono (2018) mengemukakan bahwa untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban setiap item yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kat sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

1. Sangat setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5 2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3

4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah diberi skor 1

Jawaban atau hasil isian kuesioner yang telah selesai diperiksa akan diperoleh suatu hasil. Kuesioner digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional murid.

Sedangkan tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran hasil belajar murid, atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan karakteristik suatu objek, dalam hal ini adalah

(46)

karakteristik murid. Tes menyajikan seperangkat pertanyaan atau tugas untuk dijawab atau dikerjakan. Jawaban atau hasil pekerjaan tes setelah selesai diperiksa akan diperoleh suatu hasil. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar murid. Nilai akhir hasil tes diperoleh dengan cara:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 × 100 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2018:207) “statistik deskriptif adalah statik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis digunakan dengan menggunakan bantuan SPSS 25 for windows.

2. Analisis Statistik Inferensial

Menurut Sugiyono (2018:209) “static inferensial adalah teknik statik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Adapun uji hipotesis yang digunakan adalah uji normalitas, Uji Linieritas dan uji korelasi dengan rumus koefisien korelasi product moment. Analisis digunakan dengan menggunakan bantuan SPSS 25 for windows.

Untuk mengetahui hasil analisis korelasi pearson product moment, digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi. Adapun tabel interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

(47)

Tabel 3.2. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 Sedang Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2018:257)

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan, maka data yang diperoleh dan sampel dianalisi menggunakan “analisis statistic deskriptif dan inferensial”. Statistik deskriptif merupakan statistic yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara mendeskripsikan data dari masing-masing variabel untuk menjawab rumusan masalah.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan statistik inferensial. Seluruh perhitung dilakukan dengan menggunakan program SPSS 25 For Windows. hasil analisis data tersebut telah dilampirkan.

1. Analisis Deskriptif

a. Variabel Kecerdasan Emosional

Hasil analisis deskriptif untuk variabel kecerdasan emosional dapat dilihat melalui rangkuman statistik skor kecerdasan emosional sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengolahan Data Secara Umum untuk Variabel Kecerdasan Emosional.

No. Statistik Skor

1 Jumlah Sampel 19 2 Skor Maksimum 77 3 Skor Minimum 70 4 Rentang Skor 7 5 Skor Rata-rata 72,68 6 Standar Deviasi 2.311

(49)

Berdasarkan hasil analisis statistif deskriptif data kecerdasan emosional diperoleh skor rata-rata 72,68, skor maksimum 77 dan skor minimum 70.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Kecerdasan Emosional No. Skor Frekuensi Persentase Kategori

1. 70-71 6 32% Sangat Rendah 2. 72-73 4 21% Rendah 3. 74-75 8 42% Sedang 4. 76-77 1 5% Tinggi 5. 78-79 0 0 Sangat Tinggi JUMLAH 19 100%

Berdasarkan taber distribusi Frekuensi dan persentase skor variabel kecerdasan emosional, maka diagram frekuensi skor variabel kecerdasan emosional ditunjukkan pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 Fr e ku e n si Kategori

Grafik Kecerdasan Emosional

Kategori Frekuensi

(50)

Diagram di atas menggambarkan bahwa kecerdasan emosional murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar berada pada kategori yaitu sedang.

b. Variabel Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia

Berikut ini dikemukakan deskriptif pencapaian Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar:

Tabel 4.3 Pengolahan Data Secara Umum untuk Instrumen Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia

No. Statistik Skor

1. Jumlah Sampel 19 2. Skor Maksimum 96 3. Skor Minimum 80 4. Rentang Skor 16 5. Skor Rata-rata 87,47 6. Standar Deviasi 6,319

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif data hasil belajar keterampulan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar diperoleh skor rata-rata 87,47, skor maksimal 96 dan skor minimum 80.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Variabel Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia Murid

No. Skor Frekuensi Persentase Kategori

1. 80-83 6 32% Sangat Rendah

2. 84-87 5 26% Rendah

(51)

4. 92-95 5 26% Tinggi

5. 96-99 3 16% Sangat Tinggi

Jumlah 19 100%

Berdasarkan tebel distribusi frekuensi dan persentase skor variabel hasil belajar, maka dengan frekuensi skor variabel hasil belajar ditunjukkan pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.2

Diagram di atas menunjukkan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar cenderung berada dalam kategori sangat rendah.

2. Analisis Inferensial a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-smirnov, adapun uji normalitas data adalah sebagai berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 Fr e ku e n si Kategori

Grafik Hasil Belajar

Kategori Frekuensi

(52)

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 19

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.49928277

Most Extreme Differences Absolute .108

Positive .060

Negative -.108

Test Statistic .108

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d.This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai signifikansi Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05. Karena nilai Sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan demikian uji linieritas ini digunakan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional (X) dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia (Y). Jika hasilnya linier maka analisis dapat dilanjutkan. Adapun hasil uji linieritas menggunakan SPSS 25 For Windows yaitu sebagai berikut:

(53)

Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bahasa Indonesia

ANOVA Table Sum of Squares Df Mean Square F Sig. hasil belajar * kecerdasan emosional

Between Groups (Combined) 646.737 6 107.789 17.965 .000

Linearity 498.327 1 498.327 83.055 .000

Deviation from Linearity 148.410 5 29.682 .947 .110

Within Groups 72.000 12 6.000

Total 718.737 18

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada tabel diatas, maka diperoleh Sig. adalah 0,110 berarti dalam hal ini Sig. lebih besar dari α (0,110 > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar terdapat hubungan yang linier.

c. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mencari arah dan kekuatan hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel perhitungan berikut yang menggunakan SPSS 25 For Windows:

Tabel 4.7 Hasil Analisis korelasi kecerdasan emosional dengan hasil belajar murid

Correlations

Kecerdasan Hasil

Kecerdasan Pearson Correlation 1 .833**

Sig. (2-tailed) .000

N 19 19

Hasil Pearson Correlation .833** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 19 19

(54)

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang diperoleh antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid yaitu angka korelasi Product Moment (𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) sebesar 0,833.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment, nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah 0,833, selanjutnya dibandingkan dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan N = 19 yang tercantum pada tabel taraf signifikansi 5% = 0,456. Ketentuan jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >

𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔< 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tampak bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔lebih besar dari

𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙atau dapat digambarkan pada taraf signifikan 5% (0,833 > 0,456). Hal ini

membuktikan bahwa nilai analisis data 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔lebih besar daripada nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya “ terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar”.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel 3.2, skor 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 0,833, berada pada koefisien korelasi anatara 0,80 – 0,1000 dengan interpretasi sangat kuat.

Selanjutnya untuk mencari besarnya sumbangan atau kontribusi variabel X (Kecerdasan emosional) terhadap variabel Y (Hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia) dengan rumus:

(55)

KD = 𝑟2 × 100%

Keterangan:

KD: Koefisiensi determination (kontribusi variabel X terhadap Y) r : Koefisien korelasi antara variabel X dengan Variabel Y.

KD = (0,833)2 × 100% = 0,693889 × 100%

= 69,38% (dibulatkan menjadi 69%)

Dengan demikian variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi 69% terhadap hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia dan sisanya 31% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Pembahasan

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar. Pada analisis deskriptif, terlihat bahwa kecerdasan emosional murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar berada pada kategori sedang. Hasil belajar murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar cenderung berada pada kategori sangat rendah.

Pada analisis uji normalitas, untuk kecerdasan emosional dan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar berdistribusi normal. Dengan demikian, skor kecerdasan emosional dan hasil belajar keterampilan

(56)

bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar tahun ajaran 2020/2021 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hasil analisis tersebut memberi petunjuk untuk dilanjutkan analisis dengan regresi dan analisis korelasi product moment. Hasil analisisnya menggambarkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar, baik secara individual maupun secara bersama-sama. Dengan ini ditemukan bahwa penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iwanina Hidanah (Universitas Negeri Semarang) dan Firda Widya Rahma (Universitas Lampung) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar seseorang.

Selanjutnya, nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 69% yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas kecerdasan emosional dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya yakni hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid. Selanjutnya, 31% menunjukkan bahwa varians variabel terikat dijelaskan oleh faktor lain. Selain kecerdasan emosional, masih ada faktor lain yang cenderung mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia murid yang tidak diselidiki dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini derajat kecerdasan emosional dan juga hasil belajar murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar masih tergolong rendah, sehingga diperlukan

(57)

peningkatan kecerdasan emosional sehingga dapat meningkatkan hasil belajar murid. Kecerdasan emosional tidak hanya berpengaruh pada hasil belajarnya, tetapi juga berdampak pada perkembangan karakteristik murid.

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa melihat adanya pengaruh kecerdasan emosional dengan hasil belajarnya. Kecerdasan emosional yang tinggi , misalnya murid dapat mengelolah emosinya dengan baik dan juga mampu memaksimalkan ajaran yang diberikan oleh guru. Hal seperti itu, akan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya melalui kecerdasan emosional. Sehingga memperoleh out-put yang berkualitas dan terintegritas. Inilah yang menjadi tugas bagi guru dan seluruh pihak orang tua, masyarakat,dst yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak (murid), untuk terus memberikan contoh yang baik dalam membangun dan mengembangkan potensi diri murid.

(58)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada pembahasan sebelumnya, hasil analisis yang diperoleh secara perhitungan menggunakan persamaan koefisien korelasi product moment yaitu sebesar 0,833 lebih besar dari nilai koefisien korelasi product moment pada tabel sebesar 0,456 pada taraf signifikan 5% dengan N = 19 atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 disimpulkan bahwa “terdapat

hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid kelas IV SDN No.160 Inpres Bontolebang Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar”. Dengan kategori sangat kuat dan memberikan kontribusi sebesar 69% terhadap hasil belajar keterampilan bahasa Indonesia murid.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dikemukakan beberapa saran berikut ini:

1. Bagi murid

Diharapkan bagi murid untuk selalu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dalam melakukan apapun, karena dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat menunjang tercapainya hasil belajar yang optimal.

2. Bagi Guru

Dalam rangka mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional yang berperan dalam keberhasilan murid baik di sekolah maupun di

Gambar

Gambar                                                                                                                   Halaman  4.1  Diagram Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Emlosional  ..................................
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 4.1 Pengolahan Data Secara Umum untuk Variabel Kecerdasan Emosional.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Dunia Usaha / Dunia Industri sebagai

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Dengan demikian, dapa t disimpulkan bahwa panjang lengan dan power lenganmemiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil servis bawah pada siswa yang mengikuti

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan rekapitulasi gaji guru, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh guru

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ARHFAL 2 USIA 5-6 TAHUN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja