• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Foto Karya Henri Certier Bresson Ditinjau dari Teori Gestalt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Foto Karya Henri Certier Bresson Ditinjau dari Teori Gestalt"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FOTO KARYA HENRI CERTIER BRESSON

DITINJAU DARI TEORI GESTALT

Wulandari dan Rezha Destiadi

Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI

wulandari@gmail.com

Abstrak

Fotografi sebagai salah satu cabang ilmu, ditandai dengan banyaknya genre. Munculnya banyak genre disebabkan tercipta dari tangan para fotografer. Beberapa genre tersebut diantaranya landscape, potret, fine art, arsitektural, under water dan lain sebagainya. Dari banyak genre tersebut, ada sebuah genre yang berkembang di Indonesia, yaitu street fotografi. Seorang tokoh yang mempeloporinya adalah Henri Cartier Bresson, seorang fotografer asal Prancis, yang banyak mengambil gambar keindahan di dunia, salah satunya adalah Hindia Belanda, namun foto-fotonya tidak banyak dihargai, dan akhirnya ia dihargai ketika memotret kotanya dengan pendekatan surealis. Bresson menjadi salah satu inspirasi bagi fotografer jalanan. Keyword: Fotografi, Street Fotografi, Gestalt

Abstract

Photography as a field of science, an characterized by much branches or genre. Appears so many of genre or branches to cause many photo created in the hands of photographers. Some of which is landscape, portrait, fine art, architectural, under water and others. From the genre there, there is a genre begins to develop in Indonesia, namely street photography or photographic street. A figure which makes a difference is the emergence of photographystreet Henri Cartier- Bresson, photographer nationality France is much photographing various beauty is in the world, one at that time is Dutch Hindies. But his photos there is not much appreciated, and finally he was much valued when photographing their own was paris with surrealist approach. Bresson be inspired by photographersstreet

(2)

PENDAHULUAN

Karya-karya Bresson banyak diapresiasi oleh para fotografer, tak jarang karya-karyanya menjadi referensi atau inspirasi para fotografer yang ingin memulai untuk menekuni fotografi jalanan. Salah seorang fotografer jalanan yang ada di Indonesia yaitu Erik. Erik mengungkap-kan (2014: 13) bahwa fotografer jalanan tidak tertarik pada keindahan alam, matahari tenggelam, bulan purnama, jika itu dimaknai dalam hubungannya dengan manusia publik. Fotografi jalanan terpikat pada manusia dalam dinamika di sekitarnya.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa karya fotografi jalanan sebenarnya me-nyimpan makna dan pesan, selain dari segi teknikal, tetapi juga dari segi ideasonal. Segi ideasional Sumardjo (dalam Irwandi, 2012: 15) mengungkap-kan identik dengan isi yang merupamengungkap-kan nilai-nilai berupa makna tersirat yang tidak harus di-tampakkan dalam bentuk kehadiran visual sebuah karya, yang dapat ditangkap pengamat karya/ spectator.

Saat perang dunia ke-2, Bresson pernah dipenjara di Jerman sebanyak tiga kali. Tiga kali pula Ia berusaha melarikan diri, yang kemudian berhasil pada kesempat-an ykesempat-ang ke tiga. Setelah masa-masa pahit itu, Bresson melanjutkan karirnya sebagai fotografer jurnalis. Agensi foto terkenal dan terbesar yaitu Magnum Photo Agency merupakan hasil kerja sama antara Bresson dan Robert Capa, George Rodgerm David 'Chim' Seymour dan William Vandivert.

Sebagai jalan hidup, fotografi sudah se-demikian lekat dengan Bresson. Hingga semasa hidupnya Ia telah merekam ber-bagai peristiwa sebanyak lebih dari 15.000 roll film hitam putih. Kesemua

foto dihasilkannya melalui kamera Rangefinder dengan lens 35mm, kamera yang dipakai oleh semua fotografer pada saat itu. Jiwa seninya telah menurun dari keluarganya, dimana Bapak dan paman-nya merupakan pelukis terkenal ke Bresson dalam bentuk fotografi. Seni kemampuan melihatnya telah terasah bahkan banyak foto-foto yang menjadi iconic dan mampu merubah persepsi penglihat. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan untuk peneliti mengkaji peran teori persepsi visual yang ada pada foto karya Henri Cartier Bresson.

Seorang komunikator visual idealnya dapat menciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah dipahami oleh peng-lihat. Pemahaman terhadap teori ataupun prinsip persepsi visual adalah kunci untuk memahami tendensi mata dalam melihat sebuah pola visual. Bahkan, menurut Bing Bedjo Tanudjaja (2005) prinsip tersebut menjadi metode persepsi visual yang paling akurat, teruji dan dapat dikatakan masih relevan sampai saat ini. Teori persepsi visual yang telah dikenal sejak 90 tahun yang lalu adalah Teori Gestalt.

Teori tersebut sudah menjadi bagian dari cabang psikologi sejak awal abad ke-20. Persepsi visual yang diterapkan oleh Gestalt mempertimbangkan bagaimana pikiran mengatur kebermaknaan dari sebuah obyek yang dilihat. Dikutip dari media online adorama.co.id, bahwa prinsip Gestalt berawal ketika se-kelompok psikolog Jerman mengikuti jejak pendiri mereka Max Wertheimer dalam mengembangkan prinsip yang mencoba menggambarkan bagaimana orang melihat dan memproses informasi visual.

Perkembangan definisi dari kata Gestalt sendiri (psikologi.or.id yang diakses pada tanggal 28 April 2016), sudah ada

(3)

sebelum Wertheimer dan rekannya menggunakannya sebagai nama. Palland mengatakan bahwa pengertian Gestalt sudah pernah dikemukakan pada jaman Yunani Kuno, Plato dengan ilmu pasti-nya. Dalam situs psikologi.or.id dikata-kan bahwa Plato telah menunjukdikata-kan dalam kesatuan bentuk terdapat bagian-bagian atau sifat-sifat yang tidak terdapat (tidak dapat terlihat) pada bagian-bagiannya.

Penamaan Gestalt merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari ter-jemahannya dalam bahasa lain. Bila dilakukan pencarian, akan ditemukan berbagai macam arti, yaitu ‘form’, ‘shape’, atau bentuk, hal, peristiwa. Pada akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah 'Gestalt' tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa lain (Sarwono, 1986: 127). Tokoh-Tokoh yang terkenal dalam me-ngembangkan psikologi Gestalt di antaranya, Max Wertheimer (1880-1943) yang mengemukakan hukum-hukum Gestalt seperti hukum-hukum kedekatan (Law of Proximity), Hukum Keter-tutupan (Law of Closure), Hukum Ke-samaan (Law of Equivalence). Tokoh kedua yaitu Kurt Koffka (1886-1941), yang lahir di Berlin. Teori Koffka dalam belajar yang telah memperluas psikologi gestalt, yaitu Jejak ingatan (memory Traces), perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan, dan latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan. Tokoh ketiga yaitu Wolfgang Kohler (1887-1967). Menurutnya, apa-bila organisme dihadapkan pada suatu masalah, maka akan terjadi ketdak-seimbangan kognitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah terpecah-kan. Tokoh keempat adalah Kurt Lewin (1890-1947). Salah satu teori yang ber-sifat praktis adalah teori tentang konflik.

Dua dari keempat tokoh di atas (Koffka dan Kohler) percaya bahwa sejumlah kecenderungan pengorganisasian yang dibawa sejak lahir akan memengaruhi cara melihat sesuatu, sedangkan psikolog kontemporer merasa bahwa ke-cenderungan tersebut adalah hasil dari pengalaman dan pembelajaran. Ke-cenderungan pengorganisasian itu ada pada prinsip-prinsip Gestalt tentang pe-ngelompokkan (gestalt principles of grouping) seperti figure&ground, Proximity (kedekatan), similarity (kemiripan), closure (ketertutupan), continuity (kesinambungan), dan symmetry (simetris) (Darley, 1986: 116). Proses organisasi persepsi terjadi pada diri penglihat ketika dirinya me-ngelompokkan informasi dari berbagai sumber yang akan dijadikan menjadi sebuah bentuk pemahaman menyeluruh dari sebuah stimulus/objek yang dilihat lalu bertindak atas pemahamannya itu. Prinsip pengorganisasian Gestalt hipotesiskan bahwa manusia meng-organisasikan persepsi untuk mem-bentuk gambar yang lengkap dari sebuah karya (Bedjo, 2005:60).

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN TEKNIS KARYA FOTO HENRI CARTIER BRESSON Melalui proses data yang didapatkan maka dipilih beberapa karya foto Henri Cartier Bresson (HCB) yang kemudian akan dianalisis secara teknikal. Teknik fotografi yang digunakan dalam me-nelaah karya-karya HCB adalah:

1. Komposisi foto dengan teknik Rule of Third, yaitu membagi foto menjadi 3 zona, melalui 3 garis vertikal dan 3 garis horizontal, sehingga meng-hasilkan 9 zona kotak imaghiner. 2. Point of Interest (POI), yaitu subjek

titk utama yang menjadi fokus dari cerita pada setiap foto.

(4)

3. Deep of Field (Dof) yaitu ruang tajam yang terlihat dalam foto. Dof ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diafragma, jarak dan peng-gunaan Focal Length.

4. Angle, yaitu posisi fotografer dalam mengambil foto, hal tersebut juga

bisa dilihat pada penggunaan lensa yang dipakai.

5. Faktor teknik non teknikal seperti Gesture, posisi tubuh dan ekspresi dari subjek yang difoto.

Berdasarkan komposisi karya HCB dapat dibahas sebagai berikut:

Foto 1

Gambar 1. FRANCE. The Var department. Hyères. 1932. (sumber: magnumphotos.com)

1. Segi Teknikal

Secara teknik Rule of Third foto tersebut, menempatkan subjek foto pada zona pojok kiri atas, anak yang bermain sepeda menjadi POI dari foto tersebut dengan ruang tajam yang luas, serta menggunakan speed lambat. Hal tersebut terlihat dari motion yang tercipta. Angle yang di-gunakan yaitu high angle, yaitu posisi dari atas, sehingga gesture tubuh yang terlihat adalah tampak atas

2. Segi Ideasional

Dalam foto terdapat dua daerah obyek yang masing-masing

mem-punyai kekuatan perhatian tersendiri. Stimulus atau objek yang pertama ialah susunan anak tangga yang se-cara nyata sudah memiliki alur yang dinamis (melengkung). Objek yang kedua adalah seorang pria yang sedang bersepeda dan direkam dengan penggunaan speed agak lambat. Sebagai foto pertama yang akan dibahas dalam penelitian ini, foto Bresson tersebut apabila di-perhatikan terdapat prinsip continuity (kesinambungan). Pe-ngambilan posisi angle memotret sangat tepat dipilih oleh fotografer.

(5)

Bresson memilih elemen tangga ber-ada di latar depan (foreground) se-cara utuh dari sisi kiri hingga kanan foto. Penempatan tangga tersebut sengaja dipilih oleh Bresson sebagai stimulus yang mengantarkan mata penglihat kepada objek kedua, yakni seseorang bersepeda yang sudah di-ketahui sebelumnya oleh fotografer akan melewati jalan tersebut. Se-seorang yang sedang bersepeda ter-lihat sebagai figur yang

pergerakan-nya diabadikan dengan kecepatan rana lebih sedikit lambat daripada laju sepeda tersebut. Hal ini secara sadar digunakan agar 'movement' dari sepeda itu terlihat, sehingga fokus ketertarikan (interest) dari objek bersepeda dapat terjadi secara terus menerus yang juga dibantu oleh keberedaan elemen tangga pada latar depan.

Foto 2

Gambar 2. FRANCE. Paris. Place de l'Europe. Gare Saint Lazare. 1932. (sumber: magnumphotos.com)

1. Segi Teknikal

Secara komposisi penempatan subjek foto berada di zona sebelah kanan tengah, juga menjadi POI dari foto tersebut, meskipun latar belakang juga banyak bentuk yang

terlihat. Namun, karena subjek foto melakukan pergerakan, mata tertuju pada subjek foto ter-sebut. Angle yang diambil fotografer adalah sejajar dengan mata, tidak begitu tinggi atau rendah.

(6)

Ruang tajam masih terlihat luas pada foto, karena tidak nampak yang blur. Gesture tubuh subjek foto nampak berlari dan diambil secara me-nyamping, dan pengambilan gambar tepat pada momennya, saat subjek sedang melompat.

2. Segi Ideasional

Foto berikutnya merupakan salah satu foto fenomenal yang dibuat oleh Bresson. Foto yang diciptakan di tanah kelahirannya, Paris, pada tahun 1932 ini menggambarkan ketepatan waktu (timing) pada figur yang sedang melompat. Figur tersebut di-rekam dengan kecepatan agak

lambat, sehingga figur atau obyek utama tidak terlalu dibekukan. Dengan kata lain, apa yang ingin disampaikan pada figur di foto kedua serupa dengan foto yang pertama, yakni memperlihatkan 'movement'. Apabila ditinjau lebih mendalam, pada foto tersebut ternyata terdapat prinsip Gestalt yakni prinsip kesama-an (similarity). Kesamakesama-an adalah kesamaan gerak figur seorang pria melompat dengan gambar gerakan melompat yang terdapat di tembok, yang berada di latar belakang. HCB dinilai sangat cerdik dalam merekam gambar ini. Ia paham apa yang ada dan apa yang akan terjadi se-persekian detik berikutnya.

Foto 3

Gambar 3. GREAT BRITAIN. London. Coronation of King George VI. 12 May 1937. (sumber: www.magnumphotos.com)

(7)

1. Segi Teknikal

Point of Interest dari foto tersebut adalah seorang pria yang sedang tertidur di bagian bawah. Berada di zona bgaian tengah bawah, subjek foto seolah terlihat dominan di-bandingkan pada bagian atas. Angle yang diambil adalah sejajar dengan mata, dengan ruang tajam yang luas. Nampak tidak ada ekspresi yang terlihat dari subjek foto, kecuali pada bagian wajah orang-orang yang duduk di bagian atas.

Meskipun terlihat banyak orang pada bagian atas, subjek foto atau POI tetap pada orang yang tidur di bagian bawah. Ekspresi yang berbeda men-jadikan subjek tersebut menjadi me-narik perhatian bagi yang melihat foto. Inilah yang menjadi emosi bagi para penikmat foto.

2. Segi Ideasional

Foto ini menggambarkan peristiwa atau momentum yang cukup menarik perhatian penglihat. Bresson ber-upaya mengabadikan upacara pen-obatan Raja George keVI. Partisipasi masyarakat untuk menyaksikan acara tersebut sudah terlihat sejak hari sebelumnya. Mereka rela me-nginap agar tidak ketinggalan acara pada esok harinya. Namun, pada pagi harinya, ada satu orang yang belum bangun dari tidurnya untuk me-nyaksikan upacara, dan bisa dipasti-kan ia telat. Dalam foto tersebut, ter-lihat ada prinsip kesamaan. Kesama-an dari arah mata dKesama-an fokus melihat yang dilakukan oleh rakyat. Figur dari sosok pria yang masih tertidur menjadi kontras dalam kesatuan pemahaman akan foto tersebut.

PENUTUP

Fotografi sebagai salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui visual juga mempunyai visi yang sama dengan bentuk komunikasi yang lain, yakni memengaruhi persepsi orang lain yang kita sebut sebagai audiens, peng-lihat ataupun penikmat foto. Sebagai pengantar yang mampu membawa fotografer ke arah tujuan komunikasi itu, ada salah satu pendekatan yang bisa mereka dipakai. Prinsip tersebut adalah Gestalt.

Gestalt menjadi salah satu pendekatan yang paling tepat untuk diterapkan dalam komunikasi visual seperti desain dan juga fotografi karena ia selalu ber-korelasi dengan kemampuan melihat seorang fotografer. Kemampuan melihat menjadi definisi utama ketika banyak orang menanyakan apa itu fotografi. Ketika kemampuan melihat seseorang sudah terlatih, kecepatan merekamnya pun sudah pasti teruji. Seperti halnya yang dilakukan oleh pionir fotografi terkenal berkebangsaan Perancis, Henrie Cartier Bresson. Ia telah menciptakan lebih dari 500.000,- foto semasa hidupnya. Semua fotonya dihasilkan dari jalanan, yang artinya kemampuan melihatnya menjadi yang pertama diandalkan sebelum faktor teknis. Tujuh foto dari sekian banyak karya Henri Cartier Bresson yang peneliti kaji, kesemuanya menampilkan kedinamisan yang dibalut dengan prinsip Gestalt. Bentuk dinamis yang tercipta hadir karena adanya momentum yang dihadir-kan dari figur atau objek pada foto. Salah satu momentumnya adalah pergerakan. Secara teknis, Bresson seperti ingin mengatakan bahwa foto yang bagus itu tidak selalu harus dibekukan, tetapi juga bisa dimanfaatkan denan speed rendah.

(8)

Secara umum, segala hal yang direkam oleh Bresson, terbagi menjadi dua level, yakni editorial level (5W+1H), dan juga visual level (body languange of visual). Dalam tataran editorial, hampir seluruh fotografer mampu melakukannya. Namun, Bresson menampilkan segala informasi yang dibutuhkan oleh para penglihat dengan lebih jelas. Pada tataran visual level, tidak semua fotografer mampu berbicara melalui visual. Dari ketujuh foto yang peneliti kaji, Bresson membalut informasi dan mengelola persepsi penikmat foto dengan mengelompokkan informasi dari berbagai atribut, seperti kesamaan (similarity), ketertutupan (closure), dan kesinambungan (continuity).

DAFTAR PUSTAKA

Darley, J. M. (et al). (1986). Psychology 3rd edtion. New Jersey:

Prentice-Hall.

Irwandi dan M. Fajar A. (2012). Membaca Fotografi Potret:

Teori, Wacana dan Praktik. Yogyakarta: Gama Media. Prasetya, E. (2014). On Street

Photography. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Sarlito, W. S. (1978). Berkenalan

dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Soedjono, S. (2007). Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.

Tanudjaja, B. B. (2005). "Aplikasi Prinsip Gestalt Pada Media Desain Komunikasi Visual". Nirmana, Vol. 7, No.1, hal. 56-66.

Website:

www.psikologi.or.id, diakses 28 April 2016

Gambar

Foto  berikutnya  merupakan  salah  satu foto fenomenal yang dibuat oleh  Bresson.  Foto  yang  diciptakan  di  tanah kelahirannya, Paris, pada tahun  1932  ini  menggambarkan  ketepatan  waktu  (timing)  pada  figur  yang  sedang melompat

Referensi

Dokumen terkait

One form of the 80x86 MOV instruction (see appendix D) uses the binary encoding 1011 0rrr dddd dddd to pack three items into 16 bits: a five-bit operation code (10110), a

pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik melalui Online Single Submission (OSS) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

yang diteliti.Sedangkan pada umur 3 minggu, terdapat perbedaan nyata antara kontrol dan dengan perlakuan perendaman 50% dan 60% air kelapa.Pertunasan rimpang jahe merah pada

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada reaksi elektrolisis. Reaksi oksidasi atau reduksi yang terjadi tergantung pada nilai potensial reduksi standar masing- masing zat yang

Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer adalah (1) pemberdayaan orangtua dilakukan kepala sekolah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk ikut andil

Wakil pimpinan BCA Kebon Jeruk menambahkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan customer gathering adalah engage , membina hubungan baik dengan nasabah,

Dan dari hasil observasi yang peneliti lakukan juga diperoleh hasil bahwa bersikap pasrah dalam menjalankan tugas belajarnya tanpa mela- kukan usaha-usaha yang lebih

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2012 ini ialah analisis efikasi insektisida, dengan judul Efektivitas Sipermetrin terhadap Kutu Menopon gallinae