• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberhasilan Ibu Menyusui Di Tiga Hari Pertama Post-Partum Berdasarkan Paritas Ibu Di RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keberhasilan Ibu Menyusui Di Tiga Hari Pertama Post-Partum Berdasarkan Paritas Ibu Di RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Keberhasilan Ibu Menyusui Di Tiga Hari Pertama Post-Partum Berdasarkan Paritas Ibu Di RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin

Fadhiyah Noor Anisa1, Nur Lathifah1

1 Akademi Kebidanan Sari Mulia

*correspondence author: Telepon: 0511-3268105, Fax: 0511-3270134, E-mail: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Menyusui merupakan suatu proses yang terjadi secara alami namun menyusui perlu dipelajari terutama oleh ibu yang pertama kali memiliki bayi agar tahu cara menyusui yang benar dan dapat mengatasi masalah pemberian asi. Masalah pemberian Asi dapat terjadi di tiga hari pertama post-partum, seperti belum keluarnya ASI, bayi gelisah saat disusukan, perlengketan ibu dan bayi yang belum benar dan bayi tidak mau menyusu, sehingga banyak ibu post-partum yang tidak berhasil memberikan ASI pada tiga hari pertama dan ini menentukan keberhasilan pemberian asi ekslusif. Tujuan: mengetahui keberhasilan menyusui tiga hari pertama post-partum berdasarkan paritas ibu. Metode, metode cross sectional. Populasi semua ibu post-partum pervaginam dengan keadaan ibu baik dan bayi sehat, tehnik sampling Accicental sampling, berjumlah 31 responden.

Hasil penelitian, Didapatkan 16 orang (51,6%) merupakan primapara dan sisanya multipara dan grandemultipara, yang berhasil memberikan asi sebanyak 18 orang (58,1%). Hasil perhitungan uji Chi-square didapatkan hasil p value 0,006 atau p < 0,05.

Kesimpulan: ada hubungan paritas ibu dan keberhasilan menyusui tiga hari pertama post-partum sehingga perlu peningkatan konseling pada ibu terutama primipara tentang cara pemberian ASI. Kata Kunci: Keberhasilan Menyusui, 3 hari Post-Partum, Paritas.

(2)

Abstract

Background: Breastfeeding is a naturally occurring process but breastfeeding needs to be studied especially by mothers who have their first babies in order to know how to breastfeed properly and to be able to overcome the problem of breastfeeding. The problem of breastfeeding can occur in the first three days of postpartum, such as the absence of breast milk, restless babies during breastfeeding, mother- baby bond errors and babies who do not want to breastfeed, so many post partum mothers who are unable to breastfeed in the first three days and this determines the success of exclusive breastfeeding.

Objective:The purpose of this study was to identify the success of breastfeeding the first three days of postpartum based on maternal parity.

Method: This research use cross-sectional method. The study population was all postpartum vaginal women with criteria of good general mother condition and having healthy baby. Sampling technique with the technique "Accidental sampling" The number of samples is 31 respondents.

Results: The most primipara parity was 16 respondents (51.6%), and those who succeeded in breastfeeding were the most of 18 respondents (58.1%). Chi-square test calculation resulted in p-value 0.006 or p <0.05

Conclusion: There is a correlation between parity to the success of breastfeeding, so counseling for mothers especially primiparas needs to be improved on how to breastfeed.

Keywords: success of breastfeeding, 3 days of Post-artum, Parity.

Pendahuluan

Membangun sumber daya manusia yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan Nasional untuk menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur merupakan salah satu tujuan pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya harus dibentuk sejak awal. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas karena

ASI adalah satu-satunya makanan yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama dan yang akan mendukung tumbuh kembang selanjutnya (Maritalia, 2012).

Secara naluriah setiap ibu setelah melahirkan mempu menjalankan tugasnya untuk menyusui bayi. Cara ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada buah hatinya serta cara terbaik untuk memenuhi gizi bayi adalah dengan menyusui. Selama ini masih banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk

(3)

menyusui bayinya, hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami bayi untuk menyusu sejak dilahirkan. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberikan pakaian, ternyata proses ini mengganggu proses alami bayi untuk menyusu (Khamzah. S. N, 2012).

Cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada setiap ibu, karena menyusui bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Dalam proses belajar menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, akan tetapi pada ibu yang pernah menyusui sekalipun juga harus dijarkan cara menyusui banyinya (Ridwan Amiruddin, 2009).

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara pemberian makanan bayi yang alamiah, bahkan sering

pemberian ASI. Namun sering kali ibu kurang mendapatkan manfaat ASI yang sebenarnya, seperti menyusukan bayi akan menjamin bayi tetap sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2005).

Ibu yang telah mempunyai anak tentunya mempunyai pengalaman dalam merawat bayi sehingga ibu lebih mengetahui tentang cara menyusui yang benar. Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun masalah pada bayi. Cara menyusui yang benar dapat menghindarkan ibu dari masalah pemberian ASI seperti payudara bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena pemakaian dot atau kempeng) (Maritalia, 2012).

Keberhasilan dalam menyusui dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu tingkat Pendidikan, pekerjaan, umur, dukungan keluarga, ekonomi, lingkungan kebudayaan

(4)

dapat diberikan pada ibu mulai dari masa kehamilan misalnya tentang keuntungan pemberian ASI dan manajemen laktasi, bimbingan khusus kepada ibu hamil yang belum pernah menyusui dan ibu yang mempunyai masalah laktasi (Roesli, 2004).

Jumlah ibu post partum pervaginam pada selama setahun terdapat 2.020 ibu melahirkan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Nifas RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dari 11 ibu nifas didapatkan hasil bahwa 6 dari 11 ibu nifas belum berhasil dalam memberikan ASI kepada bayinya pada 3 hari pertama post partum dan 5 diantara 11 ibu nifas sudah dapat menyusui anaknya. Dari 6 orang yang belum berhasil menyusui, 4 diantaranya adalah ibu yang melahirkan anak pertama dan 2 diantaranya adalah ibu yang sudah melahirkan anak lebih dari 1, sedangkan yang berhasil menyusui 4 ibu yang melahirkan anak lebih dari satu anak dan 1 ibu yang melahirkan anak pertama.

Bahan dan Metode

Lokasi penelitian merupakan tempat yang diplih peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Lokasi yang dipilih adalah RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang berada di wilayah Banjarmasin Utara Kotamadya Banjarmasin.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik, yaitu suatu penelitian yang menggali tentang terjadinya fenomena kesehatan. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko (faktor yang mengakibatkan terjadinya efek/ pengaruh) maupun faktor efek (suatu akibat dari adanya faktor risiko) (Notoatmodjo, 2012).

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu post partum pervaginam dengan kriteria keadaan umum ibu baik dan bayi sehat yang ada di ruang nifas RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Jumlah populasi penelitian adalah 581 ibu post partum pervaginam.

(5)

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data primer, untuk paritas data didapatkan dengan menanyakan langsung kepada ibu post partum kemudian diisi pada lembar ceklist dan untuk keberhasilan menyusui didapatkan dengan melakukan observasi dengan lembar ceklist. Keberhasilan menyusui ini diamati dari Kemampuan ibu menyusui bayinya dengan benar sehingga ditemukan tanda-tanda bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk ke dalam miulut bayi, bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan dan putting susu tidak terasa nyeri. Keberhasilan menyusui ini diobservasi selama tiga hari, jika tidak berhasil dihari pertama akan dilihat lagi paa hari kedua dan ketiga.

Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh responden sebanyak 31 responden. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data berdasarkan penelitian yang tersaji dalam tabel-tabel berikut :

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Menyusui di RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

Keberhasilan Menyusui N % Tidak Berhasil 13 41,9

Berhasil 18 58,1

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah yang berhasil dalam menyusui yaitu 18 orang.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas di RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Paritas N % Primipara 16 51,6 Multipara 14 45,2 Grandemultipara 1 3,2 Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden di ruang nifas RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin paritas terbanyak adalah paritas primipara yaitu 16 orang.

(6)

Tabel 3 Keberhasilan menyusui pada tiga hari pertama post partum berdasarkan paritas ibu.

Paritas Keberhasilan Menyusui Jumlah Tidak Berhasil Berhasil N % N % N % Primipara 11 35,5 5 16,1 16 51, 6 Multipara & Grandemultipa ra 2 6,5 13 41,9 15 48, 4 Total 13 42 18 58 31 10 0

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang tidak berhasil dalam menyusui terbanyak yaitu primipara 11 orang (35,5%) dan berhasil 5 orang (16,1%). Responden yang berhasil dalam menyusui terbanyak multipara dan grandemultipara 13 orang (41,%) dan tidak berhasil 2 orang (6,5%).

Hasil uji Chi-square diperoleh nilai 0,006 < 𝛼 (0,05) bahwa ada hubungan antara Keberhasilan menyusui pada tiga hari pertama post partum berdasarkan paritas ibu di Ruang Nifas RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

Pembahasan

a. Paritas ibu post partum

Pada penelitian ini, ibu dengan primipara lebih banyak dditemukan

dibandungkan yang multipara dan grandemultipara. Hal ini berkaiatan engan pemilihan tempat untuk persalinan, Primipara umumnya lebih memilih untuk melahirkan di Rumah Sakit karena merasa lebih aman, tenaga medis yang siap 24 jam untuk memberikan pelayanan, fasilitas yang lengkap dan program pemerintah yaitu BPJS yang dilaksanakan di Rumah Sakit Pemerintah. Alasan ini didapatkan dari wawancara saat peneliti melakukan observasi langsung kepada responden. Sehingga banyak terdapat ibu primipara pada responden yang didapat di tempat penelitian.

b. Keberhasilan menyusui

Hasil observasi pada sampel penelitian ini didapatkan ibu yang berhasil memberikan asi di tiga hari post-partum ini sebanyak 18 orang (5,1 %).

Angka keberhasilan sudah cukup bagus, namun angka kegagalan masih termasuk tinggi yaitu 41,9%, diharapkan seluruh ibu nifas yang mempunyai bayi sehat dapat berhasil dalam menyusui.

(7)

Keberhasil ibu memberikan asi di observasi dari kemampuan ibu menyusui bayinya dengan benar sehingga ditemukan tanda-tanda bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk ke dalam miulut bayi, bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan dan putting susu tidak terasa nyeri.

Dengan melihat adanya tanda tanda tersebut, maka bayi telah nyaman dan mendapat menyusu dengan baik.

Pada umumnya pada tiga hari pertama terdapat kesulitan dalam memberikan asi,hal ini biasa dikarenakan faktor dari ibu maupun dari bayi. Faktor dari ibu seperti ibu yang masih sulit bergerak karena nyeri bekas jahitan perineum. Namun seharusnya dengan posisi ibu duduk ibu yang benar saat menyusui akan mengurangi nyeri perineum.

Faktor dari bayi yang membuat kesulitan dalam meberikan asi salah

penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi yang sehat. Sehingga Kesulitan pada pemberian asi di tiga hari pertama harusnya tidak membuat ibu tidak berhasil menyusui, karena pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah lahir atau paling tidak antara 30-60 menit setelah lahir. Lama disusui satu dua menit pada payudara, dengan menghisapnya terjadi rangsangan pembuatan air susu secara tidak langsung rangsangan isap membantu proses pengecilan uterus. Air susu yang pertama keluar disebut colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes tetapi sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya. Pada hari ketiga, bayi sudah bisa menyusu selama 10 menit pada mamae ibu dengan jangka waktu 3-4 jam sekali.

Perbagai penjelasan di atas mendukung emua ibu post partum yang sehat seharusnya dapat berhasil memberikan asi di tiga hari pertama post partum.

(8)

c. Keberhasilan Menyusui berdasarkan paritas ibu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa paritas primipara lebih banyak yang gagal yaitu 11 orang (35,5) dan paritas multipara dan grandemultipara lebih banyak yang berhasil yaitu 12 orang (38,7%).

Pada saat penelitian didapatkan lebih banyak paritas multipara yang berhasil dalam menyusui, dikarenakan sudah memiliki pengalaman menyusui dengan anak sebelumnya, pengetahuan dari keluarga dan lingkungan sekitar dan sumber informasi. Paritas primipara yang berhasil dalam menyusui dikarenakan ibu sudah mendapat pengetahuan tentang menyusui dari keluarga, pada saat keluarganya menyusui ibu memperhatikan tentang cara menyusui. Selain itu ibu primipara yang berhasil merupakan ibu yang berlatarbelakang pendidikan kesehatan, sehingga ibu sudah mengetahui tentang cara menyusui yang benar.

Pada paritas primipara lebih banyak yang gagal dalam menyusui

dikarenakan ibu masih kurang pengalaman dalam menyusui, kesalahan dalam teknik menyusui sehingga tidak terjadi perlengketan yang benar antara ibu dan bayi dan menyebabkan bayi tidak dapat menyusu dengan benar. Pada paritas multipara didapatkan 2 responden yang belum berhasil, disebabkan oleh pada anak sebelumnya ibu tidak melakukan pemberian ASI kepada bayi, sehingga ibu belum ada pengalaman untuk menyusui, ibu belum mengetahui tentang cara menyusui dan pengetahuan tentang menyusui yang masih kurang.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Lisda tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar yaitu ibu yang paritasnya lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang paritasnya lebih kecil hal ini disebabkan karena ibu yang paritasnya lebih tinggi memiliki pengalaman dan informasi yang didapatkan dari pengalaman yang sebelumnya, sedangkan

(9)

ibu primipara mungkin akan mengalami berbagai masalah karena tidak mengetahui cara menyusui yang benar, dan kurangnya pengalaman serta informasi tentang cara menyusui.

Hasil penelitian Kurniawan (2013) menjelaskan ibu yang tidak pernah memiliki permasalahan menyusui memiliki peluang untuk berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dilihat dari faktor determinan positif yaitu keyakinan dan persepsi ibu yang kuat tentang menyusui, sedangkan determinan negative yang paling kuat adalah pemberian MPASI [9]. Ibu yang tidak pernah mengalami permasalahan dalam menyusui bayinya akan memiliki keberhasilan dan keyakinan yang kuat dalam menyusui (breastfeeding self-efficcy) untuk pemberian ASI Eksklusif. Beberapa penelitian juga berpendapat bahwa ketidak berhasilan dalam menyusui dapat berpengaruh pada pemberian ASI Eksklusf seperti pemberian MPASI dini. Freeman Et al dan Haiek et al

Eksklusif dini merupakan kontra produktif terhadap upaya pemberian ASI Eklusif di banyak negara berkembang [Agampodi SB, 2007).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan peritas primipara merupakan paritas terbanyak sebanyak 16 orang (51,6%), Ibu yang berhasilan menyusui sebanyak 18 orang (58,1%). Hasil analisis yang diketahui bahwa paritas dengan keberhasilan menyusui ada hubungan yang bermakna. Dengan hasil Uji chi square didapatkan angka P = 0,006 < 𝛼 (0,05) ini berarti Ho = ditolak, Ha = diterima, artinya ada hubungan antara paritas dengan keberhasilan menyusui.

Ucapan Terima Kasih

Syukur Alhamdulliah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dalam penyusunan publikasi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Universitas Sari Mulia sebagai institusi yang mendukung dosen

(10)

dalam bidang penelitian dan kepada RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh sebagai tempat penelitian dan sudah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

Daftar Pustaka

Agampodi SB, Agampodi TC, and Piyaseeli UK. 2007. Breastfeeding Practies in a Public Health Field Praktice Area in Sri Lanka: A survival Analusis.

International Breastfeeding Journal. 2:13.

Aghaji MN. 2002. Exclusive Breastfeeding Practices Anda Associated Factor In Enugu, Nigeria. Wes African Journal of Medicine. 21 (1): 66-69.

Fatmawati, Ari. 2018. Gambaran Pengeluaran ASI pada Ibu Post-Partum di Rumah Bersalin Nurani Sleman Tahun 2018.

Yogyakarta: Jurnal Kesehatan. (di akses 10 Mei 2019).

Freeman V, van’t Hof M, and Hascke F. 2003.

Patterns of Milk and Food Intake in Infants from Birth to 36 Months: The Euro-Growth Study. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 31 (1): S76-S85.

Huliana, Melyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara.

Haiek LN, Gauthier DL, Brosseau D, and Rocheleau L. 2007. Understanding Breastfeefing Behavior: Rates and Shifs in Patterns in Quebec. Journal of Human Lactation. 23 (1): 24-31. Khamzah, S. N. 2012. Segudang Keajaiban

ASI yang Harus Anda Ketahui.

Jogjakarta : Flash Books.

Khoriyah, Ansik. 2011. Hubungan Paritas dengan Keterampilan Menyusui yang Benar pada Ibu Nifas. Jurnal Medpro Edisi 2, (di Akses 9 Mei 2019).

Kurniawan, Bayu. 2013. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 17, No. 4, (di akses 10 Mei 2019).

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka belajar : Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

Pranajaya, R & Rudiyanti, Novita. 2013.

Determinan Produksi ASI pada Ibu

Menyusui. Lampung: Jurnal

Keperawatan, Volume IX, No. 2. ISSN 1907-0357.

Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Roesli, Utami, 2004. Kesehatan Anak. Jakarta: Trubus Agriwidya

Ridwan Amiruddin. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI, (di akses 9 Mei 2019).

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Menyusui di  RSUD  DR.  H.  Moch  Ansari  Saleh  Banjarmasin
Tabel 3 Keberhasilan menyusui pada tiga hari pertama  post partum berdasarkan paritas ibu

Referensi

Dokumen terkait

Konsep ini membentuk inti dari teori disonansi kognitif (Cognitive Dissonance Theory- CDT) Festinger, teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah

Baterai Lithium juga hampir sama dengan baterai Alkaline, efek self dischargenya sangat kecil dibandingkan dengan baterai NiMH, sehingga jika kita charge

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non

Pada siklus satu pertemuan dua kegiatanyang dilakukan hampir sama dengan kegiatan pada siklus satu pertemuan satu namun pada kegiatan penutup siswa mengerjakan

Karakteristik limnologis lahan basah di Distrik Kimaam, Pulau Dolak saat peralihan musim hujan ke kemarau pada bulan Mei 2014 memiliki karakteristik rawa dengan

Abstrak : Pengembangan Bahan Ajar Modul Berorientasi Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Sekolah Menengah Kejuruan.Tujuan

Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang meliputi hal-hal berikut. a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan

Rencana Strategi Stikes Hang Tuah Surabaya 2017-2021 22 4 Peningkatan Sistem pengelolaan prasarana dan sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan akademik dan