• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN MULTI METODE DALAM PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DESA UMEANYAR DALAM KONSERVASI LAMUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN MULTI METODE DALAM PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DESA UMEANYAR DALAM KONSERVASI LAMUN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Gede Iwan Setiabudi1, I Nyoman Dodik Prasetia2, I Made Oka Riawan3, I Gusti Bagus Cakra

Wijaya4, I Gede Riko Bunistar Sanjaya5, Putu Edy Mulyana6, Kadek Yogiyana7, I Kadek Yogi Pradinata8

ABSTRACT

Umeanyar Village is a coastal village that has a seagrass ecosystem. The benefits of these ecosystems are not widely known, so they are not well managed. The village already has POKMASWAS and POKDARWIS, which are community that care about coastal areas. However, they did not have the insight and skills in managing seagrass conservation activities. Therefore, it is necessary to provide assistance to increase the knowledge and skills of these community in terms of seagrass conservation. The method used is multi-method, namely: Focus Group Discussion (FGD), field training and mentoring. The material in the FGD session is the aspects of seagrass biology and the preparation of a plan document for seagrass conservation activities. The form of training is monitoring and surveying the condition of the seagrass ecosystem and its associated biota. The next process is assistance to compile an activity plan document. The result of this activity is a document plan for seagrass conservation activities for the coastal community group of Umeanyar village.

Keywords: Conservation, seagrass, community, Umeanyar Village

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Desa Umeanyar adalah salahsatu desa pesisir yang berada di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Bali. Kegiatan masyarakatnya yang beririsan dengan kawasan pesisir adalah aktivitas nelayan dan pariwisata. Khusus aktivitas wisata, desa tersebut terkenal dengan titik penyelaman (Dive Spot: istilah

populer) untuk penggemar selam dan fotografi makro bawah air.

Keberadaan beberapa organisme bawah laut menjadi daya tarik bagi penyelam karena sulit ditemukan di tempat penyelaman lain. Bahkan beberapa organisme hanya ditemukan di daerah luar Bali, seperti di selat Lembeh Sulawesi Utara. Kondisi yang menyebabkan hal itu adalah kondisi unik pada kawasan laut desa

PENDEKATAN MULTI METODE DALAM PENINGKATAN

KAPASITAS MASYARAKAT DESA UMEANYAR DALAM

KONSERVASI LAMUN

1278Program Studi Akuakultur FMIPA UNDISKHA;3 Program Studi Biologi FMIPA UNDIKSHA; 4 POKMASWAS Desa Umeanyar; 5POKDARWIS Banyu Mumbul; 6Kepala Desa Umeanyar.

Email: iwansetiabudi@undiksha.ac.id

Desa Umeanyar adalah desa pesisir yang memiliki ekosistem lamun. Manfaat ekosistem tersebut belum banyak diketahui, sehingga belum dikelola dengan baik. Di desa tersebut sudah ada POKMASWAS dan POKDARWIS yang merupakan organisasi masyarakat yang peduli kawasan pesisir. Tetapi, wawasan dan keterampilan mereka dalam mengelola kegiatan konservasi lamun masih belum dimiliki. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendampingan untuk menambah wawasan dan keterampilan kelompok masyarakat tersebut dalam hal konservasi lamun. Metode yang digunakan multi metode yaitu: Focus Group Discussion (FGD), pelatihan lapangan dan pendampingan. Materi pada sesi FGD berupa aspek biologi lamun dan penyusunan dokumen rencana kegiatan konservasi lamun. Pelatihan yang dilakukan berupa monitoring dan survei keadaan ekosistem lamun dan biota asosiatifnya. Pada proses selanjutnya adalah pendampingan untuk menyusun dokumen rencana kegiatan. Hasil dari pengabdian ini adalah berupa dokumen rencana kegiatan konservasi lamun bagi kelompok masyarakat pesisir desa Umeanyar.

(2)

tersebut. Laut desa tersebut masuk kategori Estuari, karena adanya beberapa muara sungai. Pemerintah desa dan beberapa komponen masyarakat sudah memiliki kesadaran dalam usaha-usaha menjaga kondisi dan kelestarian kawasan laut dan ekosistemnya. Di desa Umeanyar sudah ada KUB (kelompok usaha bersama) Nelayan Laut Biru,

POKMASWAS (Kelompok Masyarakat

Pengawas) Desa Umeanyar dan POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) Banyu Mumbul. Lembaga-lembaga tersebut secara aktif sudah melakukan berbagai kegiatan terkait pengelolaan wilayah laut dan aktivitas di dalamnya.

Hamparan ekosistem lamun cukup rapat dan beragam di kawasan laut dangkal Desa Umeanyar. Ekosistem tersebut menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberadaan organisme-organisme yang menarik untuk penggiat olahraga selam dan fotografi (GEF/UNEP, 2012; Unsworth et al., 2018) . Sehingga, keberadaan ekosistem lamun harus tetap ada dan lestari (Unsworth et al., 2019).

Pentingnya ekosistem lamun tidak dibarengi dengan pengetahuan dan keterampilan masyarakatnya pada bidang konservasi kawasan lamun. Pada beberapa kesempatan wawancara didapatkan bahwa pengetahuan tentang konservasi lamun masih sangat minimal bahkan tidak tahu sama sekali. Bahkan, keberadaan organisme yang menjadi daya tarik disana dan keterkaitannya dengan ekosistem lamun tidak masyarakat ketahui. Pengetahuan mereka justru tentang terumbu karang. Hal tersebut, disebabkan pada umumnya aktivitas penyelaman sangat terkait dengan terumbu karang, termasuk biota di dalamnya. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan peningkatan kapasitas untuk mengelola kawasannya (Nadiarti et al., 2012; Paredes et al., 2018). Pada kegiatan kemitraan kali ini akan mencoba meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir desa Umeanyar dalam usaha

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat pesisir Desa Umeanyar adalah multi metode (Unsworth et al., 2018). Ada tiga bentuk kegiatan yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir Desa Umeanyar yaitu FGD (Focus Group Discussion), Pelatihan dan Pendampingan.

Pada tahap awal pada kegiatan pengabdian ini dilakukan FGD. Sudah sejak lama metode ini digunakan karena efektif dalam menjaring informasi dan menambah wawasan mitra (O.Nyumba et al., 2017). Sebanyak 20 masyarakat yang merupakan anggota

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul akan diajak untuk melakukan FGD. Untuk memperkaya FGD akan ada peserta dari mahasiswa yang membantu prosesnya. Kegiatan ini awalnya dirancang melalui pertemuan secara langsung di balai POKMASWAS Desa Umeanyar. Tetapi, berdasarkan analisis situasi pandemi maka kegiatan dilaksanakan secara daring. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil analisis situasi lingkungan dan kondisi pengetahuan masyarakat.

Keberadaan POKMASWAS Desa Umeanyar dan POKDARWIS Banyu Mumbul merupakan jawaban terhadap dinamika pariwisata di Desa Umeanyar. Kelompok masyarakat menjadi ujung tombak strategis bagi pengembangan kawasan (Hidayat, 2013; Fika & Arif, 2017). Sebagai salahsatu DTW (daerah tujuan wisata) yang sudah terkenal, kawasan ini sudah memiliki akomodasi yang lengkap dan memadai. Tetapi, secara umum masyarakat dan kedua kelompok tersebut belum menyadari bahwa kemajuan pariwisata tirta di daerahnya disebabkan faktor keberadaan ekosistem lamun. Faktor atraktan yang terkenal dan mampu menarik wisatawan adalah Puri Jati. Nama tersebut dikenal secara luas oleh

(3)

keberadaan ekosistem lamun. Karena, biota-biota yang menjadi sasaran fotografer banyak ditemukan pada ekosistem lamun.

FGD ini bertujuan untuk menambah

wawasan pengurus dan anggota

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul akan

pentingnya ekosistem lamun. Pada tahap selanjutnya mereka mampu membuat perencanaan untuk mengelola ekosistem lamun sebagai kawasan konservasi yang berkelanjutan.

Pada tahap kedua adalah pelatihan lapangan. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah monitoring kawasan lamun (English et al., 1994; Azkab, 1999; Borum et al., 2004; Palau CRRC, 2009; Hutomo & Nontji, 2014; Fortes et al., 2018; Nelly et al., 2019). Metode yang digunakan adalah metode selam dengan bantuan reef finder 1.0. Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan karena anggota

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul perlu memiliki kemampuan untuk mengawasi dan mengelola kawasan lamunnya. Sehingga, tetap lestari dan bisa mendatangkan manfaat secara berkelanjutan.

Pelatihan lapangan dilakukan untuk mengasah kemampuan menyelam dan melakukan monitoring bagi anggota. Hal ini perlu dilakukan karena tipe ekosistem lamun di Desa Umeanyar adalah lamun menengah, artinya lamun tumbuh pada perairan yang cukup dalam berkisar dari 3 -10 meter. Kondisi ini memerlukan kemampuan menyelam dan melakukan monitoring menggunakan alat selam dan alat bantu lainnya.

Pada tahap akhir pengabdian dilakukan pendampingan penyusunan dokumen rencana kegiatan konservasi lamun. Pendampingan adalah bentuk partisipasi ahli dalam memastikan dokumen yang terwujud menjadi efektif, efiseien dan implementatif (UNDP, 2011; Nadiarti et al., 2012). Hal ini dilakukan untuk memberikan kemampuan bagi anggota

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul untuk bisa menyusun sendiri dokumen konservasi lamun, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayahnya. Dokumen tersebut akan manjadi rujukan bagi kegiatan-kegiatan yang akan disusun dan menjadi kelengkapan bagi kelompok.

Gambar 1. Skema pengabdian kepada masyarakat pesisir Desa Umeanyar dalam pengelolaan kawasan ekosistem lamun.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk peningkatan kapasitas masyarakat desa Umeanyar pada konservasi lamun mencakup kegiatan sosialisasi kepada

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul. Disamping itu, kegiatan awal yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan beberapa pihak antara lain:

1. Kepala Desa Umeanyar

2. Penyuluh perikanan wilayah binaan Desa Umeanyar

3. Masyarakat Desa Umeanyar..

Koordinasi bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan pelatihan dan menentukan peserta pelatihan. Peserta pelatihan adalah anggota

POKMASWAS Desa Umeanyar dan

POKDARWIS Banyu Mumbul. Peserta akan diberikan pengetahuan tentang berbagai jenis lamun dan ciri-cirinya, konservasi, mengelola kegiatan dan membuat dokumen rencana kegiatan konservasi lamun. Jumlah peserta pelatihan yang ikut serta adalah 10 orang. Disamping itu, pada sesi kelas juga diikuti oleh beberapa pihak yang terkait seperti dari desa Umeanyar dan Desa Adat. Pelatihan sendiri telah dilaksanakan pada tanggal Agustus 2020.

Pada kegiatan pengabdian ini melibatkan beberapa pihak antara lain: Desa Dinas, penyuluh perikanan dan mahasiswa. Hal tersebut untuk memberikan dampak maksimal bagi peserta FGD. Adapun pemateri dalam kegiatan ini adalah: 1. Dr. Gede Iwan Setiabudi. Pada kegiatan ini memberikan materi tentang aspek-aspek ekosistem lamun, konservasi dan penyusunan dokumen rencana kegiatan konservasi, 2. Dr. I Nyoman Dodik Prasetia, memberikan materi mengenai monitoring bawah air dan I Made Oka Riawan, S.Pd., M.Sc., memberikan materi mengenai penggunaan reef finder 1.0 untuk monitoring bawah air.

FGD menekankan pada aspek

Umeanyar. Kegiatannya dilaksanakan pada tanggal Agustus 2020. Berdasarkan rencana awal pada tahap pertama dilakukan dalam kelas. Tetapi, karena kondisi tidak memungkinkan bertemu dalam satu ruangan maka dilakukan secara daring. Materi yang diberikan mencakup beberapa hal yaitu:1. Ekosistem lamun. Pada topik ini peserta diberikan modul yang berisi informasi tentang jenis-jenis lamun dan ciri-cirinya, ekosistem lamun, fungsi ekologis lamun, cara mengenali jenis-jenis lamun, konservasi lamun dan contoh dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi lamun, 2. Monitoring dan survei bawah air. Pada topik ini diberikan modul berisi informasi berbagai metode monitoring dan survei bawah air. Topik selanjutnya, bagaimana melakukan monitoring dan survei khusus untuk ekosistem lamun dan Reef finder 1.0. pada topik ini adalah pengenalan alat bantu dalam monitoring dan survei bawah air menggunakan reef finder 1.0. pada ekosistem lamun.

Pelatihan sesi selanjutnya adalah pelatihan lapangan. Pada sesi ini dilakukan kepada beberapa perserta yang memiliki kemampuan selam minimal open water. Mengingat tipe ekosistem lamun di Desa Umeanyar cenderung agak dalam, maka membutuhkan kegiatan penyelaman. Pada kegiatan diikuti juga oleh mahasiswa sebagai pendamping lapangan dan mendampingi peserta pelatihan. Penyelaman dilakukan untuk melakukan kegiatan monitoring di bawah air terhadap kondisi ekosistem lamun.

(5)

Pada tahap awal dilakukan simulasi monitoring dan survei di pantai, pengarahan penyelaman, tahapan kegiatan bawah air dan

membentuk pasangan dalam kegiatan penyelaman. Materi pertama yang dilakukan adalah melakukan pemasangan transek garis untuk melakukan identifikasi luas tutupan lamun pada dasar perairan. Pada tahap kedua adalah pemasangan transek untuk mengetahui persen tutupan dan identifikasi jenis. Pada tahap ketiga adalah monitoring dan survei menggunakan underwater visual sensus berbantukan reef finder 1.0. kegiatan ini ditujukan untuk menilai kondisi biota yang beraosiasi dengan ekosostem lamun di desa Umeanyar (Gambar 2).

Pada tahap terakhir adalah pendampingan pada kelompok masyarakat yang sudah mengikuti FGD dan pelatihan monitoring ekosistem lamun untuk menyusun dokumen rencana kegiatan konservasi ekosistem lamun di Desa Umeanyar. Pengalaman dan penambahan wawasan yang telah diperoleh pada 2 proses sebelumnya akan menjadi bahan yang sangat berguna untuk memunculkan beragam ide. Berawal dari hal tersebut akan terwujud dokumen rencana kegiatan yang komprehensif, yang memiliki sekala waktu tertentu. Dokumen tersebut kemudian di review oleh pihak pengabdi, kepala desa, Desa Adat, perwakilan resort KSDA Kabupaten Buleleng dan penyuluh kelautan dan perikanan. Hasilnya akan dijadikan bahan perbaikan dan selanjutnya akan dibawa ke forum rapat untuk mendapat persetujuan anggota kelompok dan pihak pemangku kepentingan terkait.

Dokumen yang sudah tersusun akan menjadi bahan rujukan bagi kelompok untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait

dengan pengelolaan konservasi lamun di pesisir desa Umeanyar. Disamping itu, dokumen ini akan disebarluaskan kepada berbagai pihak seperti penyuluh, BPSPL (badan pengelola sumberdaya pesisir dan laut) Denpasar. Dokumen tersebut juga akan berguna dalam berbagai aktivitas yang melibatkan pihak luar kelompok di Umeanyar.

SIMPULAN

Pendekatan multi metode pada kelompok masyarakat pesisir berjalan efektif dalam meningkatkan wawasan dan keterampilannya mengelola kawasan lamun Desa Umeanyar. Metode FGD yang mampu menambah wawasan anggota kelompok masyarakat. Metode pelatihan menambah keterampilan dalam memonitoring kawasan ekosistem lamun. Imbal baliknya adalah terjadi peningkatan kemampuan dalam menyusun dokumen rencana kegiatan konservasi lamun.

DAFTAR RUJUKAN

Azkab, M. H. (1999). Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, 16(1), 1- 16.

Borum, J., Duarte C. M., Krause-Jensen D., & Greve, T. M. (2004). European seagrasses: an introduction to monitoring and management. EU: author.

English, S., Wilkinson, C., & Baker, V. (1994). Survey manual for tropical marine Gambar 2. Kegiatan pelatihan monitoring ekosistem lamun oleh anggota POKMASWAS Desa Umeanyar dan POKDARWIS Banyu Mumbul Desa Umeanyar. Alat yang digunakan adalah peralatan selam, meteran roll un tuk transek, reef finder 1.0. Target yang di monitoring adalah tutupan lamun, jenis

(6)

resources. ASEAN-Australia: Author Fortes, M. D., Ooi, J. L. S., Tan, Y. M., Prathep

A., Bujang, J. S., & Yaakub, S. M. (2018). Seagrass in Southeast Asia: a review of status and knowledge gaps, and a road map for conservation. Bot. Mar. 61(3): 269–288. https://doi.org/10.1515/bot-2018-0008.

Francis, J., Celliers, L., & Rosendo, S. (2015). Coastal and Marine Research and Capacity Building. In Paula, J. (Ed). Regional States of Coast Report: Western Indian Ocean (pp. 472 – 572). Nairobi,

Kenya. DOI:

10.13140/RG.2.1.3100.0805.

Fyka, S. A., Arif, L. O. K. (2017). Kajian Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kawasan Daerah Perlindungan Laut Masyarakat di Kabupaten Wakatobi. Bul. Sosek., 36. GEF/UNEP Project On the Dugong and

Seagrass Conservation (2012). Indonesia: Author.

Hidayat. (2013). Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Nelayan. Jur. Sej. Citra Lekha, 16(1): 43-58.

Hutomo, M., & Nontji A. (2014). Panduan Monitoriong Padang Lamun. COREMAP CTI LIPI. Indonesia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2019). Panduan Survei dan Monitoring Dugong dan Seagrass. Bandung, ITB Press.

Nadiarti, Riani, E., Djuwita, I., Budiharsono, S., Purbayanto A., & Asmus, H. (2012). Challenging for Seagrass Management In Indonesia. J Coast. Develop. 15(3): 234-242.

O.Nyumba, T., Wilson, K., Derrick, C. J., & Mukherjee, N., (2017). The use of focus group discussion methodology: Insights from two decades of application in conservation. Methods Ecol Evol. 9:20– 32. DOI: 10.1111/2041-210X.12860. Palau Coral Reef Research Center. (2009).

Manual Monitoring for Seagrass in Palau. Palau: Author.

knowledge: The empowerment of the local community for marine consservation in Rapa Nui. Aquatic Conserv: Mar

Freshw Ecosyst. 29:130–137. DOI:

10.1002/aqc.3114.

UNDP (2011). Practitioner’s Guide: Capacity Development for Environmental Sustainability. New York, USA.

Unsworth, R. K. F., Cullen, L. C., Pretty, J. N., Smith, D. J., & Bell, J. J. (2018). Economic and subsistence values of the standing stocks of seagrass fisheries: Potential benefits of no-fishing marine protected area management. Ocean & Coastal Manag. 53: 218-224. doi:10.1016/j.ocecoaman.2010.04.002. Unsworth, R. K. F., McKenzie, L. J., Collier, C.

J., Cullen-Unsworth, L. C., Duarte, C. M., Eklo, J. S., Jarvis, J. C., Jones, BL., & Nordlund, L M. (2019). Global challenges for seagrass conservation. Ambio, 48:801–815.

https://doi.org/10.1007/s13280-018-1115-y.

Gambar

Gambar 1. Skema pengabdian kepada masyarakat pesisir Desa Umeanyar dalam pengelolaan kawasan  ekosistem lamun

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan

sangat kompleks, umumnya terdiri dari tiga lapisan: bagian paling dalam atau lapisan penghubung yang menempel pada permukaan dari jaringan atau bahan kateter, lapisan dasar

Tingkat dan tipe inhibisi dari inhibitor ditentukan dengan cara menambahkan inhibitor dengan konsentrasi bervariasi pada reaksi enzimatik antara polifenol oksidase dengan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa dari

Dimana, perlu diadakannya Analisa berkaitan aspek yuridis praktis (human rights due diligence) yang berupaya untuk mengkonkritkan hal yang abstrak yang dihadapi

Tujuan pembatasan secara ketat terhadap nadzir yang akan melakukan perubahan peruntukan atau status wakaf (khususnya tanah), adalah untuk menghindari atau mencegah

Rancangan hasil implikasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data kurs tengah pada tahun 2008 dari bulan januari-november dan harga BBM pada tahun 2008 khususnya harga premium

Setelah mengamati cerita “Pak Welly, Kepala Sekolah” melalui power point , peserta didik dapat menemukan tokoh teladan dalam cerita tersebut dengan benar. Setelah