• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Pemasaran pun sering dipandang sebagai suatu tugas untuk menciptakan, mempromosikan, dan menyalurkan produk dan jasa kepada konsumen. Tujuan pemasaran bukan hanya untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu sesuai dengan pelanggan, namun pemasaran berarti bekerja bersama pemasar untuk mewujudkan pertukaran potensial dengan tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Menurut Kotler dan Keller (2012:27) adalah :

“pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.”

Menurut Basu Swastha (2008) adalah :

“sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukan untuk menentukan harga, mempromosikan dan mendstribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi”

Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA) dikutip oleh Kotler dan Keller (2012:6) yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan adalah : “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunisasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya."

(2)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran (nilai) produk dengan yang lain, dimana dalam pemasaran ini kegiatan bisnis dirancang untuk menjual barang-barang dari produsen kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan organisasi

2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Aktivitas pemasaran dalam suatu perusahaan tentunya dipengaruhi oleh manajemen pemasaran. Oleh karena itu, maka manajemen pemasaran merupakan hal yang memiliki peranan yang kuat dalam mencapai tujuan. Tugas dari manajemen pemasaran itu sendiri adalah melakukan perencanaan mengenai bagaimana mencari peluang pasar untuk melakukan pertukaran barang dan jasa konsumen. Setelah itu, manajemen pemasaran mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategi-strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan konsumen demi tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut Kotler dan Keller (2011:5) adalah :

“Manajemen Pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.”

Sedangkan pengertian Manajemen Pemasaran menurut William J. Shultz yang dialih bahasa oleh Buchari Alma (2007:130) yaitu

“Merencanakan, pengarahan dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.”

Jadi dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu dalam merencanakan, mengarahkan, mengawasi seluruh kegiatan pemasaran baik dalam memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

(3)

2.1.3 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran. Bauran pemaran mencakup sistem atau alat-alat yang membantu mengaplikasikan konsep pemasaran itu sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan setelah memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan, perusahaan harus mulai menyiapkan perencanaan bauran pemasaran yang rinci.

Bauran pemasaran didefinisikan juga sebagai perangkat/alat bagi pemasar yang terdiri dari atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan penentuan posisi yang ditetapkan dapat berjalan sukses (Lupiyoadi, 2013:92).

Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion), sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti orang (people), fasilitas fisik (physical evidence), dan proses (process), sehingga dikenal dengan istilah 7P maka dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence, and process.

Adapun unsur-unsur dari variable pemasaran yang dapat dikontrol tersebut menurut Kotler and Keller (2012:62) adalah:

1. Produk (product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu, rumah tangga, maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli, maupun dimiliki.

2. Harga (price)

Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk, dan biasanya dihitung dengan nilai uang.

3. Promosi (promotion)

Promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan keunggulan atau kelebihan-kelebihan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Dengan sejumlah penyesuaian, empat elemen bauran pemasaran juga penting dalam pemasaran jasa, akan tetapi dalam

(4)

pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan jasa. 4. Tempat atau Distribusi (place)

Esensi dari istilah tempat adalah menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat kualitas yang tepat dan jumlah yang tepat, tempat yang dimaksud adalah dimana konsumen bisanya membeli produk tersebut.

5. Sumber Daya Manusia (people)

People merupakan asset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people yang merupakan karyawan dengan performance tinggi. Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas dan loyal.

6. Proses (process)

Proses, mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan system dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyaawan yang berkompeten, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

7. Sarana Fisik (physical evidence)

Sarana fisik (Physical Evidence), merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya.

2.1.4 Pengertian Reputasi

Reputasi merupakan perwujudan dari pengalaman seseorang terhadap produk ataupun pelayanan yang mereka dapatkan. Reputasi yang baik akan meningkatkan kredibilitas dan membuat konsumen lebih percaya diri bahwa

(5)

mereka akan mendapatkan apa yang telah dijanjikan kepada mereka. Reputasi menjadi sebuah jaminan bahwa yang konsumen dapatkan akan sesuai dengan ekspektasi yang mereka miliki. Dalam era komunikasi yang serba cepat seperti sekarang ini, reputasi menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan dengan perusahaan kompetitor.

Menurut Charles Fombrun (dalam Rosidah, 2011)

“Reputasi sebagai gambaran secara keseluruhan akan tindakan perusahaan di masa lalu dan prospek yang dimiliki perusahaan di masa yang akan datang melalui segala kebijakan yang telah diambil apabila dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya.”

Menurut Fombrun (2016), reputasi merupakan perwujudan dari pengalaman seseorang dengan produk, ataupun pelayanan yang mereka dapatkan. Reputasi yang baik akan meningkatkan kredibilitas, membuat konsumen lebih percaya diri bahwa mereka akan mendapatkan apa yang telah dijanjikan kepada mereka. Reputasi menjadi sebuah jaminan bahwa yang konsumen dapatkan akan sesuai dengan ekspektasi yang mereka miliki.

Menurut Roy Marthin Tarigan (2015) reputasi perusahaan adalah asset yang tidak nyata (intangible asset). Keadaan reputasi akan tergantung kepada apa yang dilakukan perusahaan sebagai entitas. Lebih jauh dari itu, akan tergantung kepada komunikasi dan tandatanda yang dipilih untuk diberikan kepada pasar. Simbol dari reputasi, nama perusahaan, jika dikelola dengan baik, akan mempresentasikan perusahaan agar didukung oleh masyarakat. Bahkan akan sangat bernilai bagi konsumen.

Menurut Herbig, Millewicz, Golden (2015) pada dasarnya reputasi perusahaan merupakan penghargaan yang didapat oleh perusahaan karena adanya keunggulan-keunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga perusahaan akan terus dapat mengembangkan dirinya untuk terus dapat mencipatakan hal-hal baru bagi pemenuhan kebutuhan konsumen.

Teori - teori di atas dapat disimpulkan bahwa reputasi merupakan pendapat atau opini seseorang yang diperoleh atau dilihat dari masa lalu atau masa

(6)

yang akan datang, serta reputasi suatu perusahaan dapat berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Oleh karna itu perusahaan harus sangat menjaga reputasi perusahaan yang mereka miliki, karena reputasi akan membentuk citra suatu perusahaan.

Reputasi dari sebuah perusahaan menjadi sangat penting dan dibutuhkan karena dengan reputasi yang baik akan membuat konsumen menjadi percaya atas kualitas yang dimiliki oleh perusahaan bahkan produk yang dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karna itu perusahaan harus sangat menjaga reputasi perusahaan yang mereka miliki, karna reputasi perusahaan juga sebagai citra bagi perusahaan. Pada dasarnya reputasi perusahaan merupakan penghargaan yang didapat oleh perusahaan / instansi karena adanya keunggulan-keunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, yaitu kemampuan yang dimilki oleh perusahaan sehingga perusahaan akan terus dapat mengembangkan dirinya untuk terus dapat menciptakan hal-hal yang baru bagi pemenuhan kebutuhan konsumen.

Downling mendefinisikan reputasi perusahaan sebagai “hasil evaluasi (penilaian) yang menggambarkan citra perusahaan menurut masyarakat.”Oleh karena itu, reputasi merupakan penilaian terhadap sebuah organisasi atau produk yang didalamnya melekat faktor trust (kepercayaan) dari khalayak.” Menurut Fombrun (1996) yang dikutip dari Cempakasari dan Yoestini (2003) reputasi perusahaan merupakan cara pandangan atau persepsi atas perusahaan oleh orang-orang baik yang berada di dalam ataupun di luar perusahaan.

Reputasi adalah intangible asset perusahaan yang sulit diukur dan dijelaskan keberadaannya karena reputasi bukan sebuah produk yang dapat dilihat.Meski demikian keberadaan reputasi yang baik dapat memperkuat posisi perusahaan ketika berhadapan dengan pesaing.

2.1.5 Dimensi Reputasi

Ada 7 indikator dari reputasi yang diungkapkan oleh Urde dan Greyser (2014) yang disajikan pada tabel 2.1 ini :

(7)

Tabel 2.1 Indikator Reputasi

Unsur Reputasi Definisi Pertanyaan Pemandu

Relevance Berkaitan erat atau sesuai terhadap

masalah yang dihadapi. Sebuah kondisi yang bersangkutan. Berkaitan dengan tujuan, yang berlaku, sesuai.

Seberapa menarik dan berarti nilai yang mereka tawarkan?

Trustworthiness Teguh keyakinan dalam kehandalan,

kebenaran, atau kemampuan. Sebuah hubungan yang meliputi rasa saling percaya dan hormat : kepercayaan diri, keyakinan, iman.

Seberapa jauh kata dan perbuatan mereka dapat diandalkan?

Differentiation Pembedaan, kekhasan, berlawanan,

perbedaan, pembatasan

Sejauh mana tingkat kekhasan posisi mereka di pasar?

Credibility Sebuah kualitas yang meyakinkan

dan dapat dipercaya

Sejauh mana mereka dapat meyakinkan dan daapat dipercaya?

Reliability Baik dalam kualitas dan kinerja

secara konsisten,dapat dipercaya

Seberapa tangguh dan seberapa konsistenkah kualitas dan kinerja mereka?

Responsibility .. Sebuah kewajiban moral untuk

bersikap baik atau rasa hormat

Sejauh mana mereka berkomitmen dan bertanggung jawab?

Recognisability Identifikasi dari pertemuan

sebelumnya atau pengetahuan. Ingatan, ingat, mengingat

Seberapa jelas, nyata, dan konsisten kah keseluruhan cara berkomunikasi mereka? Sumber : Urde dan Greyser (2014)

2.1.6 Harga

Peranan harga tak lepas dari proses jual beli suatu produk atau jasa. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Harga membantu

(8)

konsumen untuk menentukan seseorang akan membeli barang atau tidak. Suatu perusahaan menentukan nilai untuk mendapatkan laba dari produk yang dijual perusahaan tersebut.

Perlu dipahami bahwa masalah harga selalu berhubungan antara penjual dan pembeli baik produk maupun jasa. Melalui harga dan pembayaran akan dapat menutupi biaya produksinya dan menentukan kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan. Begitu pula dengan pembeli, akan mempertimbangkan harga, sebab berkaitan dengan jumlah uang yang harus dikorbankan untuk memperoleh atau menikmati suatu produk atau jasa, berikut beberapa pengertian harga menurut para ahli:

Kotler & Keller (2012:25) mengatakan, harga merupakan sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.

Tjiptono (2008:151) pun mengatakan bahwa harga merupakan indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Harga juga merupakan elemen penting dalam bauran pemasaran ini. Karena para konsumen bersedia membayar dengan harga yang tinggi jika ada persepsi nilai tambahan dalam produk. Peningkatan nilai ini bisa jadi dikarenakan oleh kualitas makanan dan pelayanan, suasana yang bagus dan sesuai dengan selera para konsumen (Haryadi, 2009:33).

Kotler & Amstrong (2015) mengatakan harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa.

Definisi-definisi diatas menunjukkan bahwa harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa.

(9)

Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk sehingga suatu perusahaan harus mampu memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual. Dalam jurnal malik dan yaqoob (2012:487) dalam jurnal yang berjudul “THE IMPACT OF PRICE PERCEPTION, SERVICE QUALITY, AND BRAND IMAGE ON CUSTOMER LOYALTY”. Persepi harga adalah proses dimana konsumen menafsirkan nilai harga dan atribut ke barang atau jasa yang diinginkan.

Watchravesringan, Nan-yan dan Yurchisin (2008:761) mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul “Cross-cultural invarianceof consumers’ price perception measures Eastern Asian perspective”, persepsi harga adalah pandangan psikologis menjelaskan bahwa konsumen mungkin menganggap harga tinggi sebagai indikasi kualitas, status, dan prestise, yang positif mempengaruhi keputusan mereka, dalam pandangan ini, harga produk atau jasa mempengaruhi konsumen bahwa produk atau jasa yang berkualitas tinggi atau prestise berdasarkan harga.

2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Harga

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kewajaran suatu harga, yaitu :

1. Perception of Price Difference

Nagle & Hogan (2006:133) mengatakan, pembeli cenderung untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan harga antara harga yang ditawarkan dan harga dasar yang diketahui.

2. Price Reference

Schiffman & Kanuk (2010:194) berpendapat bahwa harga bersifat eksternal dan internal. Harga-harga yang didapat dari informasi luar yaitu iklan dan pengalaman orang lain (external references). Sedangkan harga yang didapat dari pengalaman konsumen atau ingatan konsumen sendiri (internal references)

(10)

2.1.8 Persepsi positif harga

Watchravesringan, Nan-yan dan Yurchisin (2008:761) mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul “Cross-cultural invarianceof consumers’ price perception measures Eastern Asian perspective” persepsi positif harga adalah pandangan psikologis menjelaskan bahwa konsumen mungkin menganggap harga tinggi sebagai indikasi kualitas, status, dan prestise, yang positif mempengaruhi keputusan mereka dalam pandangan ini, harga produk sinyal konsumen bahwa produk yang berkualitas tinggi atau prestise berdasarkan harga. Ada dua dimensi yang terkait dengan peran positif harga:

1. Harga-kualitas skema mengacu pada konsumen keyakinan umum bahwa tingkat harga secara positif terkait dengan tingkat kualitas. Dari pandangan psikologi, harga tinggi pembelian produk dapat meningkatkan salah satu sudah merasa tentang diri sendiri karena konsumen cenderung untuk menyamakan harga tinggi dengan tinggi kualitas.

2. Gengsi sensitivitas mengacu pada persepsi yang menguntungkan isyarat harga berdasarkan perasaan pembeli dari keunggulan dan status saat membeli barang-barang dari pandangan konsumsi mencolok, harga sensitivitas dikaitkan dengan perilaku konsumtif terlihat sosial. Dengan membeli harga tinggi pada suatu produk dapat meningkatkan citra diri seseorang. Perasaan prestise yang terkait dengan harga tinggi positif dapat mempengaruhi pembelian perilaku konsumen.

2.1.9 Persepsi negatif harga

Watchravesringan, Nan-yan dan Yurchisin (2008:761) mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul “Cross-cultural invarianceof consumers’ price perception measures Eastern Asian perspective” persepsi negatif harga dari perspektif ekonomi, harga produk negatif dapat mempengaruhi konsumen, perilaku pembelian, harga yang lebih tinggi dapat mengusir konsumen jauh dari pembelian produk sebagai hasil dari pengorbanan moneter tersirat konsumen, dalam hal uang pengeluaran, dan pengorbanan non-moneter, dalam hal psikologis

(11)

konsekuensi atau kurangnya manfaat yang diterima dari produk. Ada empat dimensi yang terkait dengan negatif : kesadaran nilai, kesadaran harga, penjualan wilayah rawan, dan harga mavenism.

1. Nilai adalah keseluruhan penilaian konsumen terhadap kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan. Dengan demikian, nilai konsumen dianggap mewakili tradeoff antara kualitas dan manfaat yang mereka terima dalam relatif produk mengorbankan mereka memandang dengan membayar harga. Berdasarkan definisi tersebut, kesadaran nilai dikonseptualisasikan karena kekhawatiran konsumen mengenai rasio kualitas yang diterima dengan pengorbanan moneter dalam suatu transaksi

2. Harga kesadaran untuk merujuk ke berbagai kognisi terkait harga antar budaya invariant, kesadaran harga sejauh mana konsumen memfokuskan secara eksklusif pada membayar harga rendah. Harga telah ditemukan memiliki dampak pada perilaku pencarian konsumen untuk produk murah. 3. Penjualan wilayah rawan didefinisikan sebagai meningkatkan

kecenderungan untuk menanggapi tawaran pembelian karena bentuk penjualan di mana Harga disajikan positif mempengaruhi pembelian evaluasi, Thaler (1985) menjelaskan bahwa setiap pembelian produk tidak hanya untuk menerima kenikmatan dari pembelian utilitas akuisisi, tetapi juga untuk memperoleh nilai atau manfaat dari kesepakatan utilitas transaksi. Dengan demikian, mereka yang dijual rawan cenderung merasakan harga produk yang disajikan dalam bentuk penjualan sebagai kesepakatan yang baik, yang kemudian dapat mempengaruhi kecenderungan mereka untuk.

4. Mavenism Harga: Gelar dari mana seorang individu merupakan sumber untuk informasi harga untuk berbagai jenis produk dan tempat-tempat untuk berbelanja untuk harga terendah, memulai diskusi dengan konsumen, dan merespon permintaan dari konsumen untuk informasi harga pasar.

(12)

2.1.10 Dimensi Harga

Kotler dan Amstrong (2012:52) mengatakan, didalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran.

Dalam penelitian ini, pengukuran persepsi harga diukur dengan indikator sebagai berikut :

1. Kesesuaian harga Produk dengan Kualitas Produk

Konsumen akan melihat terlebih dahulu harga yang tercantum pada sebuah produk, karena sebelum membeli, konsumen sudah berfikir tentang sistem hemat yang tepat. Selain itu konsumen dapat berfikir tentang harga yang ditawarkan memiliki kesesuaian dengan produk yang telah dibeli. (Schiffman dan Kanuk dalam Rahma, et, al., 2012:4)

2. Daftar Harga (List Price)

Daftar harga adalah informasi mengenai harga produk yang ditawarkan agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli. (Kotler dan Kevin Lane Keller, 2012:63).

3. Potongan Harga Khusus (Allowance)

Potongan harga khusus oleh potongan harga yang diberikan produsen / penjual kepada konsumen pada saat event tertentu. (Kotler dan Kevin Lane Keller, 2012:63).

4. Harga yang dipersepsikan

Merupakan persepsi pelanggan terhadap harga yang diterima, apakah tinggi, rendah, atau adil. (Schiffman dan Kanuk dalam Rahma, et, al., 2012:4).

2.1.11 Niat Beli

Niat beli merupakan keinginan yang muncul pada dalam diri konsumen terhadap suatu produk barang atau jasa sebagai dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran konsumen atau indiviu tersebut terhadap suatu produk barang atau jasa. Niat beli juga merupakan suatu proses dalam pembelian konsumen untuk memebeli suatu barang atau jasa pada waktu yang akan datang

(13)

Mowen dan Miror (2007:43) mengatakan bahwa :

“Niat beli adalah penentuan dari pembelian untuk melakukan suatu tindakan seoerti membeli produk atau jasa”

Schieffman dan Kanuk (2007:228) pun mengatakan, niat beli adalah Suatu model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu.

Kotler dan Keller (2015:12) mengatakan bahwa niat beli adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilh suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.

Alma (2014:96) berpendapat bahwa :

“niat beli adalah suatu sikap ketertarikan dan tindakan yang dilakukan konsumen dalam proses pengambilan keputusan.”.

Slemeto (2014:180) menyatakan bahwa :

“niat beli adalah sesuatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa adanya pembahasan.”

Teori-teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa niat beli adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang atau jasa dengan mengukur sikap terhadap golongan produk atau merek tersebut.

2.1.12 Niat Beli Ulang

Niat beli ulang merupakan suatu kegiatan membeli produk barang atau jasa yang dilakukan oleh konsumen untuk membeli kembali produk barang atau jasa yang pernah dibeli sebelumnya. Niat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan secara positif terhadap kualitas serta kepuasan yang didapatkan konsumen dari perusahaan dimana hal tersebut akan membuat konsumen untuk melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi atau membeli kembali produk atau jasa yang telah digunakan sebelumnya.

Pembelian ulang merupakan tindakan setelah pembelian yang disebabkan oleh adanya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen atas produk yang telah dibeli atau di konsumsi sebelumnya. Keinginan membeli atau niat beli ulang timbul setelah melakukan pembelian yang dilakukan sebelumnya. Engel,

(14)

Blackwell, dan Miniard (2001:283) mengatakam, niat beli ulang adalah a specific type of purchase intentions is repurchase intentions, which reflect whether we anticipate buting the same product or brand again.

Bentuk spesifik dari niat pembelian adalah niat pembelian ulang, yang mencerminkan harapan untuk membeli ulang produk atau merek yang sama.

Sedangkan menurut James F Engel, Blackwell Roger D, and Winiard Paul W (1995:283) dalam Hellier et al (2003), niat beli ulang adalah keputusan terecana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi yang terjadi dan tingkat kesukaan.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan niat beli ulang adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli kembali barang atau jasa dengan mengukur sikap terhadap golongan produk atau merek tertentu.

2.1.13 Dimensi Niat Beli Ulang

Menurut Dr. Agusty Ferdinand (2006:129), salah satu dimensi dari perilaku pembelian adalah niat membeli ulang. Berdasarkan teori – teori niat membeli ulang yang ada, beliau menyimpulkan bahwa niat beli ulang dapat dikenali atau didefinisikan melalui indikator – indikatir sebagai berikut :

1. Niat Transaksional

Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang berkeinginan untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsi

2. Niat Refrensial

Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki peferensi utama pada produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti apabila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. 3. Niat Eksploratif

Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diniatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilangganinya

(15)

Niat ini menggambarkan perilaku seseoranng yang selalu memiliki prefensi utama pada produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. 2.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Kuncoro (2009:45) Kerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yang menggambarkan ruang lingkup dan pola hubungan serta sasaran yang akan dicapai oleh penelitian ini, yaitu reputasi, harga, dan niat beli ulang.

2.2.1 Hubungan Reputasi (X1) dengan Niat beli Ulang (Y)

Pendapat Herbig dkk (2009:5) pada dasarnya reputasi adalah estimasi mengenai konsistensi suatu atribut dari suatu entitas, dari waktu ke waktu. Reputasi yang baik itu berarti bahwa orang cenderung percaya pada kehendak baik perusahaan. Sehingga perusahaan yang memiliki reputasi yang baik; iklan-iklannya cenderung dipercaya oleh audiens, masyarakat cenderung lebih mudah menerima merek perusahaan, demikian pula logo perusahaan juga lebih mudah dikenali, dan pada gilirannya konsumen menjadi lebih loyal. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Andreassen (2004) dalam penelitian mengenai orientasi pelanggan, mengemukakan bahwa reputasi adalah faktor penting yang saling berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan, dan ciri ciri dari loyalitas adalah niat pembelian ulang.

2.2.2 Hubungan Harga (X2) dengan Niat Beli Ulang (Y)

Pendapat Dodds, Monroe dan Grewal (1991) menyatakan dalam evaluasi produk dapat diketahui bahwa harga mempengaruhi kualitas dan keinginan untuk membeli. Dengan harga yang relatif rendah dan memiliki kualitas yang baik, maka hal tersebut akan mengundang timbulnya niat konsumen untuk membeli ulang.

(16)

Hal ini dipertegas dengan adanya penelitian-penelitian yang dilakukan Dasanti Jiwaning Winahyu (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Persepsi Harga, Kualitas Produk dan Daya Tarik Iklan Terhadap Niat Beli Air Minum Axogy” menunjukkan bahwa harga berpengaruh terhadap niat beli konsumen.

Menurut Gupta dan Kim (2007) Konsumen yang membeli kembali dari perusahaan yang sama memiliki kecendrungan untuk menjadi konsumen yang loyal dan memberikan pengaruh langsung bagi kesuksesan perusahaan di masa yang akan datang. Terlebih lagi dengan mempertahankan konsumen yang ada saat ini lima kali lebih menguntungkan daripada mencari konsumen baru. Penelitian Emy Ratnasari (2015) menyatakan bahwa reputasi perusahaan dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.

2.2.3 Model Kerangka Pemikiran

Berikut adalah kerangka pemikiran antar variabel Reputasi (X1), Harga (X2), dan Niat Beli Ulang (Y)

Gambar 2.1

Model Kerangka Penelitian Parsial Reputasi (X1) RelevanceTrustworthiness Differentiation Credibility Reliability Responsibility Recognisability Urde dan Greyser (2014)

Harga (X2)

 Kesesuaian harga Produk dengan Kualitas Produk  Daftar Harga

 Potongan Harga Khusus  Harga yang

dipersepsikan Kotler dan Amstrong (2012)

Niat Beli Ulang (Y)

 Niat Tradisional  Niat Prefensial  Niat Refrensial  Niat Eksploratif Dr. Agusty Ferdinand (2006)

(17)

2.3 Hipotesis Penelitia

H1: Reputasi memiliki pengaruh terhadap niat beli ulang mahasiswa Manajemen S1 untuk Melanjutkan Studi di Program MM Universitas Widyatama.

H2: Harga memiliki pengaruh terhadap niat beli ulang Mahasiswa Manajemen S1 untuk Melanjutkan Studi di Program MM Universitas Widyatama.

H3 : Reputasi dan Harga memiliki pengaruh terhadap niat beli ulang mahasiswa Manajemen S1 untuk Melanjutkan Studi di Program MM Universitas Widyatama.

Gambar

Tabel 2.1  Indikator Reputasi

Referensi

Dokumen terkait

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sampai 2014

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... SISTEM INFORMASI INVENTORI BENGKEL DI PT. CBU WORLD DENGAN MENGGUNAKAN

PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur melaksanan prosedur pemotongan, pemungutan, penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Pemasangan Tiang

Pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap motivasi pasien hipertensi di desa Kobo Kecil Kecamamatan Kotamobagu timur yaitu kunjungan puskesmas, jarak ke pelayanan kesehatan,

Rencana pengembangan yang terkait dengan kegiatan Bidang Cipta Karya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap isu peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi portofolio optimal yang dibentuk dengan Model Indeks Tunggal, untuk mengetahui proporsi dana yang digunakan

Model pembelajaran think pair share sangat sesuai dengan tema peristiwa dalam kehidupan, dengan menggunakan model pembelajaran think pair share, guru dapat mengkaitkan

[r]