• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh kondisi bahan yang diuraikan, di mana pada pupuk organik cair komposisi B lebih sedikit tomatnya daripada kom-posisi A, sedangkan untuk kontrol tidak menggunakan tomat sama sekali, dan air yang digunakan sebanyak 7000 ml, sehingga terjadi keterbatasan unsur C untuk aktivitas mikroorganisme.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar ni-trogen, phospor dan kalium dalam pupuk organik cair belum sesuai dengan stan-dar minimal yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia Tahun 2004.

SARAN

Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya sebelum membuat pupuk organik cair dari limbah tomat, bahan baku tomat yang digunakan dikeringkan terlebih da-hulu.

Sebaiknya juga dapat ditambahkan sayuran atau buah lain yang di dalam-nya mengandung unsur kalium, nitrogen ataupun phospor supaya mendapatkan hasil yang sesuai dengan Standar Na-sional Indonesia Tahun 2004.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alex, S. 2012. Sukses Mengolah

Sampah Organik Menjadi Pupuk

Or-ganik, Pustaka Baru Press

Yogya-karta.

2. Campbell, N. A. dan Reece, J. B., 2008. Biologi, edisi ke delapan Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

3. Cesaria, R. Y., Wirosedarmo, R., Suharto, B. Pengaruh penggunaan starter terhadap kualitas fermentasi limbah cair tapioka sebagai alternafif pupuk cair, Jurnal Sumberdaya Alam

dan Lingkungan.

4. Kotler, P., Benyamin, M. 2002.

Ma-najemen Pemasaran, Edisi Ke

sebe-las Jilid 1, PT Intan Sejati Klaten, Ja-karta.

5. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi

Ke-sehatan Teori dan Aplikasi, Rineka

Cipta, Jakarta.

6. Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan

Lingkungan. Depdikbud, Jakarta.

7. Undang-Undang No.112 Tahun 2007

tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Pembelanja-an dPembelanja-an Toko Modern, Sekretariat

Ne-gara, Jakarta

8. Purwendro, S., Nurhidayat, 2006.

Mengolah sampah untuk pupuk dan pestisida organik. Seri Agritekno.

Pe-nebar Swadya, Jakarta.

9. Susanto, R., 2006. Penerapan

Per-tanian Organik. Cetakan V, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

10. Yuli, A. H., Benito, T., Marlina, E. T., Harlia, E. 2011. Kualitas pupuk cair hasil pengolahan feses sapi potong menggunakan Saccharomyces cere-viceae., Jurnal Ilmu Ternak,11 (2).

ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI

TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR,

NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY

Nur Hasanah*, Achmad Husein**, Sigid Sudaryanto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293 email: nurrh1223@gmail.com

** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Rooms in boarding houses should meet some health requirements, such as room’s width or size, number of occupants, ventilation area, temperature and humidity, based on the set quality standards. This study was aimed to determine the effect of occupant density, floor area and ventilation area on temperature and humidity in Putri Kajor boarding house located in Kajor, No-gotirto, Gamping, Sleman, by conducting a cross sectional designed survey. The number of the rooms under study was 52. The density, floor area and ventilation were measured bu using roll-meter, meanwhile for temperature and humidity, thermohygrometer was used. Descriptively, the number of the rooms which fulfilled the requirement of occupant denisty was 5 (9,6 %), ful-filled the requirement of floor area was also 5 (9,6 %), fulful-filled the requirement of ventilation a-rea was 49 (94,2 %), fulfilled the requirement of room temperature was 52 (100 %), and none fulfilled the requirement of humidity. The results of statistical analysis at 5 % significance level conclude that occupant density, floor area and ventilation influence temperature of the rooms (p-value = 0,019), however, for room’s humidity the effect is not found (p-value = 0,513).

Keywords : occupant density, floor area, ventilation area, room’s temperature, room’s humidity Intisari

Kamar kos harus memenuhi persyaratan luas atau ukuran kamar, jumlah penghuni, luas venti-lasi, serta suhu dan kelembaban, sesuai dengan baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk me-ngetahui pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap suhu dan ke-lembaban di rumah kos Putri Kajor yang berada di Nogotirto, Gamping, Sleman. Jenis pene-litian yang dilakukan adalah survei dengan menggunakan desain cross sectional, yang hasil-nya dianalisis secara deskriptif dan analitik. Jumlah kamar yang diteliti sebahasil-nyak 52 buah. Pe-ngukuran kepadatan, luas lantai dan luas ventilasi menggunakan meteran, sementara peng-ukuran suhu dan kelembaban menggunakan termohigrometer. Secara deskriptif, hasil peneliti-an menunjukkpeneliti-an bahwa kamar ypeneliti-ang memenuhi syarat kepadatpeneliti-an penghuni 5 buah (9,6 %), memenuhi syarat luas lantai 5 buah (9,6 %), memenuhi syarat luas ventilasi 49 kamar (94,2 %), memenuhi syarat suhu 52 buah (100 %), dan tidak ada yang memenuhi syarat kelembaban. Hasil analisis statistik pada taraf signifikan 5 % meyimpulkan bahwa kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi berpengaruh terhadap suhu (nilai p = 0,019), namun tidak berpengaruh terhadap kelembaban (nilai p = 0,513).

Kata Kunci : kepadatan penghuni, luas lantai, luas ventilasi, suhu ruang, kelembaban ruang

PENDAHULUAN

Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki banyak perguruan tinggi yang mempunyai daya pikat tinggi bagi calon mahasiswa, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Daerah Isti-mewa Yogyakarta. Menurut data dari BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah maha-siswa di perguruan tinggi negeri ber-jumlah 69.680 orang dan di perguruan tinggi swasta berjumlah 57.402 orang.

Adapun pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah mahasiswa di PTN adalah nyak 110.437 orang dan di PTS seba-nyak 56.976 orang 1).

Rumah kos adalah tempat tinggal yang disewakan kepada pihak lain de-ngan fasilitas-fasilitas tertentu dede-ngan harga yang terjangkau yang biasanya di-bayarkan per bulan atau per tahun. Ru-mah kos merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sementara bagi para mahasiswa mau-pun karyawan yang tempat tinggal

(2)

asal-nya berada jauh dari lokasi kampus atau kantor 2).

Rumah kos yang berada di Dusun Kajor berjumlah 9 rumah. Dari 9 rumah kos tersebut, 2 rumah kos ditujukan tuk mahasiswa laki-laki, 1 rumah kos un-tuk yang sudah berkeluarga, dan 6 ru-mah kos untuk ru-mahasiswa perempuan. Selain peruntukannya, rumah kos juga dibedakan berdasarkan jumlah kamar per rumah kos, luas kamar kos, jumlah penghuni, harga sewa rumah kos, dan fasilitas yang disediakan oleh masing-masing rumah kos.

Di dalam kamar kos tersebut pe-nyewa kamar menghabiskan sebagian besar waktunya. Oleh karena itu, kamar kos harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu diantaranya luas atau ukuran ka-mar, jumlah penghuni, luas ventilasi, serta suhu dan kelembaban yang harus sesuai dengan baku mutu yang diper-syaratkan.

Persyaratan kepadatan hunian ru-mah menurut Kepmenkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyarat-an KesehatPersyarat-an PerumahPersyarat-an dPersyarat-an Lingku-ngan, adalah luas kamar tidur minimal 8 m2/orang 3). Kondisi ruangan yang terlalu padat akan mengakibatkan ketersediaan oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan dan menyebabkan ruangan menjadi le-bih lembab serta memicu pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri tersebut dapat menyebabkan terjadinya kasus penyakit, salah satunya adalah ISPA. Dalam sanitasi permukiman, kepadatan penghuni kamar dan luas jendela berpe-ngaruh terhadap timbul dan menularnya penyakit pneumonia 4).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ru-ang Rumah menyatakan bahwa suhu yang baik dalam ruang kamar adalah antara 18-30 0C, sedangkan kelembaban yang baik dalam ruang kamar adalah antara 40-60 % 5). Kelembaban yang cukup tinggi dan didukung pula dengan suhu yang tinggi, akan menyebabkan biota seperti jamur dan serangga dapat tumbuh subur 6).

Lantai adalah penutup permukaan tanah di dalam ruangan dan sekitar ru-mah 7). Lantai yang baik tersusun dari ubin maupun semen. Namun, untuk ma-syarakat ekonomi menengah ke bawah cukup tanah yang dipadatkan, dengan syarat tidak berdebu pada saat musim kemarau dan tidak basah pada saat musim hujan 8). Lantai tersebut harus kedap air dan mudah dibersihkan 9). Lu-as lantai akan berpengaruh terhadap ke-padatan penghuni dan luas ventilasi ru-mah.

Ventilasi rumah dibedakan menjadi ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ven-tilasi alami dapat berupa lubang yang di-buat khusus untuk ventilasi, berupa jen-dela maupun pintu yang terbuka. Se-dangkan ventilasi buatan adalah proses pergerakan udara yang menggunakan alat atau mesin untuk menghasilkan per-bedaan tekanan atau temperatur sehing-ga terjadi aliran udara, misalnya densehing-gan pemasangan ekshauster, AC (air

conditi-oner) dan kipas angin 16).

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan pe-ngeluaran udara kotor dari suatu ruang-an tertutup, baik secara alamiah ataupun dengan cara mekanis 10). Rumah harus memiliki sistem pertukaran udara yang baik, karena penghuni memerlukan uda-ra yang segar. Setiap ruang/kamar me-merlukan ventilasi yang cukup untuk menjamin kesegaran penghuninya. Me-nurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 persyarat-an luas ventilasi rumah adalah 10 % dari luas lantai 3).

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 10 kamar kos, di-dapatkan hasil yaitu ada 3 kamar yang kepadatan penghuninya kurang dari 8 m2/orang dan luas ventilasinya kurang dari 10 % dari luas lantai. Adapun rerata hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu 26,6 0C dan 92,8 %. Jika diban-dingkan dengan baku mutu suhu dan ke-lembaban yang tercantum pada Kepu-tusan Menkes RI No.1077 di atas, dapat disimpulkan bahwa suhu di kamar-kamar kos tersebut sudah memenuhi baku

(3)

mu-nya berada jauh dari lokasi kampus atau kantor 2).

Rumah kos yang berada di Dusun Kajor berjumlah 9 rumah. Dari 9 rumah kos tersebut, 2 rumah kos ditujukan tuk mahasiswa laki-laki, 1 rumah kos un-tuk yang sudah berkeluarga, dan 6 ru-mah kos untuk ru-mahasiswa perempuan. Selain peruntukannya, rumah kos juga dibedakan berdasarkan jumlah kamar per rumah kos, luas kamar kos, jumlah penghuni, harga sewa rumah kos, dan fasilitas yang disediakan oleh masing-masing rumah kos.

Di dalam kamar kos tersebut pe-nyewa kamar menghabiskan sebagian besar waktunya. Oleh karena itu, kamar kos harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu diantaranya luas atau ukuran ka-mar, jumlah penghuni, luas ventilasi, serta suhu dan kelembaban yang harus sesuai dengan baku mutu yang diper-syaratkan.

Persyaratan kepadatan hunian ru-mah menurut Kepmenkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyarat-an KesehatPersyarat-an PerumahPersyarat-an dPersyarat-an Lingku-ngan, adalah luas kamar tidur minimal 8 m2/orang 3). Kondisi ruangan yang terlalu padat akan mengakibatkan ketersediaan oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan dan menyebabkan ruangan menjadi le-bih lembab serta memicu pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri tersebut dapat menyebabkan terjadinya kasus penyakit, salah satunya adalah ISPA. Dalam sanitasi permukiman, kepadatan penghuni kamar dan luas jendela berpe-ngaruh terhadap timbul dan menularnya penyakit pneumonia 4).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ru-ang Rumah menyatakan bahwa suhu yang baik dalam ruang kamar adalah antara 18-30 0C, sedangkan kelembaban yang baik dalam ruang kamar adalah antara 40-60 % 5). Kelembaban yang cukup tinggi dan didukung pula dengan suhu yang tinggi, akan menyebabkan biota seperti jamur dan serangga dapat tumbuh subur 6).

Lantai adalah penutup permukaan tanah di dalam ruangan dan sekitar ru-mah 7). Lantai yang baik tersusun dari ubin maupun semen. Namun, untuk ma-syarakat ekonomi menengah ke bawah cukup tanah yang dipadatkan, dengan syarat tidak berdebu pada saat musim kemarau dan tidak basah pada saat musim hujan 8). Lantai tersebut harus kedap air dan mudah dibersihkan 9). Lu-as lantai akan berpengaruh terhadap ke-padatan penghuni dan luas ventilasi ru-mah.

Ventilasi rumah dibedakan menjadi ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ven-tilasi alami dapat berupa lubang yang di-buat khusus untuk ventilasi, berupa jen-dela maupun pintu yang terbuka. Se-dangkan ventilasi buatan adalah proses pergerakan udara yang menggunakan alat atau mesin untuk menghasilkan per-bedaan tekanan atau temperatur sehing-ga terjadi aliran udara, misalnya densehing-gan pemasangan ekshauster, AC (air

conditi-oner) dan kipas angin 16).

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan pe-ngeluaran udara kotor dari suatu ruang-an tertutup, baik secara alamiah ataupun dengan cara mekanis 10). Rumah harus memiliki sistem pertukaran udara yang baik, karena penghuni memerlukan uda-ra yang segar. Setiap ruang/kamar me-merlukan ventilasi yang cukup untuk menjamin kesegaran penghuninya. Me-nurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 persyarat-an luas ventilasi rumah adalah 10 % dari luas lantai 3).

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 10 kamar kos, di-dapatkan hasil yaitu ada 3 kamar yang kepadatan penghuninya kurang dari 8 m2/orang dan luas ventilasinya kurang dari 10 % dari luas lantai. Adapun rerata hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu 26,6 0C dan 92,8 %. Jika diban-dingkan dengan baku mutu suhu dan ke-lembaban yang tercantum pada Kepu-tusan Menkes RI No.1077 di atas, dapat disimpulkan bahwa suhu di kamar-kamar kos tersebut sudah memenuhi baku

mu-tu, namun kelembabannya tidak meme-nuhi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai analisis kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap suhu dan kelembaban di rumah kos Putri Kajor di Nogotirto, Gamping, Sleman.

METODA

Jenis penelitian ini adalah survei de-ngan menggunakan desain cross

sectio-nal, yang hasilnya dianalisis secara

des-kriptif dan analitik. Tiap subyek peneliti-an diobservasi sekali saja dpeneliti-an pengukur-an dilakukpengukur-an terhadap status karakter a-tau variabel pada saat pemeriksaan 11). Populasi penelitian adalah 6 rumah kos khusus putri yang berada di Dusun Kajor yang berjumlah 64 kamar namun yang dihuni ada 52 kamar. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan total sam-pling.

Variabel bebas yang diteliti adalah kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi yang diukur menggunakan me-teran. Variabel terikat yang diamati ada-lah suhu dan kelembaban di rumah kos, yang diukur menggunakan alat termo-higrometer.

Data dianalisis secara deskriptif un-tuk menggambarkan hasil klasifikasi da-ta yang diperoleh dari pengukuran yang telah dilakukan; serta dianalisis secara analitik untuk mengetahui pengaruh ke-padatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap suhu dan kelembaban di dalam kamar kos. Analisis statistik menggunakan uji regresi linier berganda (multiple regression) pada taraf signifi-kansi (Į) 5 % dengan program SPSS 16 for Windows.

HASIL

Hasil pengukuran kepadatan peng-huni, luas lantai, luas ventilasi, suhu dan kelembaban di Rumah Kos Putri Kajor disajikan pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat diketahui bahwa

kepadat-an penghuni ykepadat-ang memenuhi syarat se-banyak 5 kamar (9,6 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 47 kamar (90,4 %). Luas lantai yang memenuhi syarat sebanyak 5 kamar (9,6 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 47 kamar (90,4 %). Luas ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 49 kamar (94,2 %) dan yang tidak memenuhi sya-rat sebanyak 3 kamar (5,8 %).

Tabel 1.

Hasil pengukuran kepadatan penghuni di kamar kos Putri Kajor

Kepadatan penghuni f %

Memenuhi syarat 5 9,6

Tidak memenuhi syarat 47 90,4

Jumlah 52 100,0

Tabel 2.

Hasil pengukuran luas lantai di kamar kos Putri Kajor

Luas lantai f %

Memenuhi syarat 5 9,6

Tidak memenuhi syarat 47 90,4

Jumlah 52 100,0

Tabel 3.

Hasil pengukuran luas ventilasi di kamar kos Putri Kajor

Luas ventilasi f %

Memenuhi syarat 49 94,2

Tidak memenuhi syarat 3 5,8

Jumlah 52 100,0

Tabel 4. Hasil pengukuran suhu di kamar kos Putri Kajor

Suhu f %

Memenuhi syarat 52 100,0

Tidak memenuhi syarat 0 0,o

Jumlah 52 100,0

Dari Tabel 4 dan Tabel 5 diketahui bahwa seluruh 52 kamar kos Putri Kajor

(4)

telah memenuhi syarat suhu, namun de-mikian, keseluruhan 52 kamar tersebut ternyata juga tidak memenuhi syarat ke-lembaban.

Tabel 5.

Hasil pengukuran kelembaban di kamar kos Putri Kajor

Kelembaban f %

Memenuhi syarat 0 0,0

Tidak memenuhi syarat 52 100,0

Jumlah 52 100,0

Tabel 6.

Analisis data pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap suhu dan kelembaban

di kamar kos Putri Kajor

No Analisis data p-value

1 Pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap

suhu di rumah kos Putri Kajor 0,019

2 Pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap

kelembaban di rumah kos Putri Kajor 0,513 Berdasarkan data pada Tabel 6, di-ketahui bahwa kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi berpengaruh ter-hadap suhu di rumah kos Putri Kajor

(p-value = 0,019). Namun demikian,

terha-dap kelembaban ruang kamar, kepadat-an penghuni, luas lkepadat-antai dkepadat-an luas venti-lasi ternyata tidak ada pengaruhnya

(p-value = 0,513). PEMBAHASAN

Pengukuran di rumah kos Putri Ka-jor dilakukan selama tujuh hari, yaitu pa-da sore hari antara pukul 16.00–18.00 WIB dan pada malam hari antara pukul 19.00–21.00 WIB. Penelitian dilakukan pada waktu-waktu tersebut karena pada pagi dan siang hari penghuni kos tidak berada di tempat.

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa kepadatan penghuni, serta luas lantai dan luas ventilasi mempenga-ruhi suhu di kamar rumah kos Putri Ka-jor. Luas lantai akan berkaitan dengan kepadatan penghuni dan luas ventilasi.

Kepadatan penghuni merupakan hasil perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tinggal.

Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak berkurangnya oksi-gen di dalam ruangan sehingga daya ta-han tubuh penghuninya dapat turun, ke-mudian memicu timbulnya penyakit sa-luran pernafasan seperti ISPA.

Ruangan yang sempit juga akan membuat penghuninya sesak nafas dan mudah tertular penyakit dari penghuni yang lain. Kepadatan hunian akan me-ningkatkan suhu ruangan yang disebab-kan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan tersebut.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka akan se-makin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksi-gen di dalam ruangan akan turun dan diikuti oleh peningkatan CO2 ruangan di mana dampak dari peningkatan CO2 ter-sebut adalah penurunan kualitas udara dalam ruang itu sendiri 12).

Menurut Keputusan Menteri Kese-hatan R.I. No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Penyehatan Udara dalam Ru-ang sebagaimana sudah disebutkan se-belumnya, persyaratan suhu di dalam ru-mah adalah antara 18-30 0C5). Suhu da-lam ruang rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan kesehat-an seperti hipotermia, sedkesehat-angkkesehat-an suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi dan heat stroke 13).

Selain itu, pada suhu tertentu ter-dapat bakteri patogen yang ter-dapat tum-buh subur, yaitu bakteri Mycobacterium

tuberculosa. Bakteri ini merupakan

bak-teri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang suhu antara 25-40 0C, dan akan tumbuh secara optimal pada suhu antara 31-37 0C14).

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa kepadatan penghuni, serta luas lantai dan luas ventilasi tidak ber-pengaruh terhadap kelembaban di ka-mar rumah kos Putri Kajor.

(5)

telah memenuhi syarat suhu, namun de-mikian, keseluruhan 52 kamar tersebut ternyata juga tidak memenuhi syarat ke-lembaban.

Tabel 5.

Hasil pengukuran kelembaban di kamar kos Putri Kajor

Kelembaban f %

Memenuhi syarat 0 0,0

Tidak memenuhi syarat 52 100,0

Jumlah 52 100,0

Tabel 6.

Analisis data pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap suhu dan kelembaban

di kamar kos Putri Kajor

No Analisis data p-value

1 Pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap

suhu di rumah kos Putri Kajor 0,019

2 Pengaruh kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi terhadap

kelembaban di rumah kos Putri Kajor 0,513 Berdasarkan data pada Tabel 6, di-ketahui bahwa kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi berpengaruh ter-hadap suhu di rumah kos Putri Kajor

(p-value = 0,019). Namun demikian,

terha-dap kelembaban ruang kamar, kepadat-an penghuni, luas lkepadat-antai dkepadat-an luas venti-lasi ternyata tidak ada pengaruhnya

(p-value = 0,513). PEMBAHASAN

Pengukuran di rumah kos Putri Ka-jor dilakukan selama tujuh hari, yaitu pa-da sore hari antara pukul 16.00–18.00 WIB dan pada malam hari antara pukul 19.00–21.00 WIB. Penelitian dilakukan pada waktu-waktu tersebut karena pada pagi dan siang hari penghuni kos tidak berada di tempat.

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa kepadatan penghuni, serta luas lantai dan luas ventilasi mempenga-ruhi suhu di kamar rumah kos Putri Ka-jor. Luas lantai akan berkaitan dengan kepadatan penghuni dan luas ventilasi.

Kepadatan penghuni merupakan hasil perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tinggal.

Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak berkurangnya oksi-gen di dalam ruangan sehingga daya ta-han tubuh penghuninya dapat turun, ke-mudian memicu timbulnya penyakit sa-luran pernafasan seperti ISPA.

Ruangan yang sempit juga akan membuat penghuninya sesak nafas dan mudah tertular penyakit dari penghuni yang lain. Kepadatan hunian akan me-ningkatkan suhu ruangan yang disebab-kan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan tersebut.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka akan se-makin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksi-gen di dalam ruangan akan turun dan diikuti oleh peningkatan CO2 ruangan di mana dampak dari peningkatan CO2 ter-sebut adalah penurunan kualitas udara dalam ruang itu sendiri 12).

Menurut Keputusan Menteri Kese-hatan R.I. No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Penyehatan Udara dalam Ru-ang sebagaimana sudah disebutkan se-belumnya, persyaratan suhu di dalam ru-mah adalah antara 18-30 0C5). Suhu da-lam ruang rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan kesehat-an seperti hipotermia, sedkesehat-angkkesehat-an suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi dan heat stroke 13).

Selain itu, pada suhu tertentu ter-dapat bakteri patogen yang ter-dapat tum-buh subur, yaitu bakteri Mycobacterium

tuberculosa. Bakteri ini merupakan

bak-teri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang suhu antara 25-40 0C, dan akan tumbuh secara optimal pada suhu antara 31-37 0C14).

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa kepadatan penghuni, serta luas lantai dan luas ventilasi tidak ber-pengaruh terhadap kelembaban di ka-mar rumah kos Putri Kajor.

Hasil pengukuran kelembaban di kamar kos menunjukkan rata-rata sebe-sar 84,67 %. Jadi, dapat diketahui bah-wa kelembaban rata-rata di rumah Kos Putri Kajor, tidak memenuhi persyaratan jika dibandingkan dengan baku mutu ke-lembaban udara di dalam ruang rumah yang telah dipersyaratkan. Kelembaban udara yang tinggi akan mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan pa-nas dari dalam tubuh penghuni dapat terganggu 15).

Beberapa penyebab tingginya ke-lembaban di rumah kos lokasi penelitian adalah karena kurangnya ventilasi se-bagai akses masuk cahaya matahari ke dalam kamar kos. Selain itu, kebiasaan penghuni kos dalam membuka dan me-nutup jendela kamar serta penggunaan kipas angin yang terus menerus dinyala-kan sepanjang waktu selama berada di kamar kos juga harus diperbaiki. Faktor lain yang bersifat eksternal adalah ke-adaan cuaca.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa di rumah kos Putri Kajor yang terletak di Nogotirto, Gamping, Sle-man, kepadatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi memiliki pengaruh yang rendah terhadap suhu kamar; na-mun, terhadap kelembaban kamar, ke-padatan penghuni, luas lantai dan luas ventilasi tidak memiliki pengaruh.

SARAN

Penghuni Kamar Kos Putri Kajor disarankan untuk membuka jendela pa-da pagi pa-dan siang hari agar apa-da sirkulasi udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam kamar. Pemilik rumah kos per-lu menambah per-lubang ventilasi pada ka-mar yang belum memiliki serta menam-bah genteng kaca pada setiap kamar.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan studi mengenai hubu-ngan kecepatan angin, arah ventilasi dan luas ventilasi terhadap suhu dan ke-lembaban di rumah kos tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Provinsi D. I. Yogyakarta, 2014. Jumlah

Mahasis-wa di Perguruan Tinggi SMahasis-wasta dan Negeri (diunduh 1 Desember 2015

dari http://yogyakarta.bps.go.id/web site/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Istimewa-Yogyakarta-2014.pdf). 2. Mulianto, P., dkk. 2011. 21 Desain

Rumah Kos, Griya Kreasi, Depok.

3. Kepmenkes R. I. No. 829/Menkes/

SK/VII/1999 tentang Persyaratan Ke-sehatan Perumahan dan Lingkung-an, Depkes RI, Jakarta.

4. Sarudji, D., 2010. Kesehatan

Ling-kungan, Karya Putra Darwati,

Ban-dung.

5. Kepmenkes RI No. 1077/Menkes/Per

/V/2011 tentang Pedoman Penye-hatan Udara dalam Ruang Rumah,

Depkes RI, Jakarta.

6. Muchlis, 2014. Pengaruh Thermal

dalam Ruangan Perpustakaan terha-dap Kondisi Buku dan Kenyamanan Pembaca (diunduh 5 Februari 2016

dari http://perpusnas.go.id/iFileDown-loadttachment%5CmajalahOnline%5 CMuchlis_Pengaruh_Termal.pdf). 7. Surowiyono, Tutu, T. W., 2004.

Me-rawat dan Memperbaiki Rumah An-da, Restu Agung, Jakarta.

8. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi

Ke-sehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka

Cipta, Jakarta.

9. Keman, S., 2006. Kesehatan

Peru-mahan dan Lingkungan Pemukiman

(diunduh 2 Februari 2016 dari id/filer PDF/KESLING-2-1-04.pdf).

10. Gunawan, R., 2009. Rencana

Ru-mah Sehat., Kanisius, Yogyakarta.

11. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi

Ke-sehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka

Cipta, Jakarta.

12. Isnaeni, D. N., 2013. Hubungan

Ke-padatan Penghuni, Luas Ventilasi dn Intensitas Cahaya dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Rumah Warga di Kelurahan Pringgokusuman Ge-dongtengen Yogyakarta Tahun 2013,

Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kesehat-an LingkungKesehat-an Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, tidak diterbitkan.

(6)

13. Oktavia, M., 2014. Hubungan Jumlah

Pohon terhadap Suhu, Kelembaban, Pencahayaan dan Kecepatan Angin di Perumahan Graha Mandiri Keca-matan Mojosongo, Kabupaten Boyo-lali, Karya Tulis Ilmiah Jurusan

Kese-hatan Lingkungan Poltekkes Kemen-kes Yogyakarta, tidak diterbitkan. 14. Lubis, P., 1989. Perumahan Sehat.

Jakarta, Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

15. Frick, H., 2008. Ilmu Fisika Seri

Ko-nstruksi Arsitektur 8, Kanisius,

Yog-yakarta.

16. Djumiko, 2012. Kajian Luas Rumah

Sederhana Sehat bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (diunduh 5

Februari 2016 dari http://download.-portalgaruda.org/article.php?article= 129920&val=1411).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) model blended learning pada pembelajaran IPA Terpadu dengan

Sementara akad Murabahah masuk dalam golongan akad Natural Certainty Contract (NCC), yakni memberikan return pasti dan tetap. Penentuan margin keuntungan Bank adalah

Pelaksanaan tindakan siklus II dapat memperbaiki kekurangan pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I untuk kemampuan guru dalam persiapan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenjangan digital di kalangan mahasiswa FISIP Universitas Sriwijaya berbentuk perbedaan kepemilikan, biaya komunikasi yang

Berdasarkan hasil pada Tabel 1 dan grafik Gambar 4 terlihat bahwa perbandingan kinerja dari sistem menggunakan dengan dan tanpa teknik pengkodean kanal type RS

Kelemahan dari desain ketiga adalah kurang mempertimbangkan dari segi cost, contohnya, untuk mendapatkan efek spring pada tumit tanpda menggunakan pegas, maka diperlukan

Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan angka lebih dari 250 koloni per cawan petri, hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung hasilnya dilaporkan

Keluarga penulis adalah salahsatu dari pemelihara kuda, saat itu kudanya ada dua satunya diberi nama “hercules” seperti nama pesawat tempur TNI saja, warna hitam terdapat tanda