• Tidak ada hasil yang ditemukan

Factors Related To Membership Social Security Agency Organizers Community Self In Villages In Tanjung Puri 2015 BUDI PRASETYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Factors Related To Membership Social Security Agency Organizers Community Self In Villages In Tanjung Puri 2015 BUDI PRASETYO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan Mandiri Pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri Tahun 2015

Factors Related To Membership Social Security Agency Organizers Community Self In

Villages In Tanjung Puri 2015

BUDI PRASETYO

Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang ABSTRAK

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan jaminan sosial yang diselengarakan Badan Penyelengara Jaminan Sosial. Target kepesertaan Badan Penyelengara Jaminan Sosial pada tahun 2015 sebesar 168 juta peserta, jumlah peserta pada tahun 2016 berjumlah 165 juta peserta, di kabupaten Sintang terdapat 184 ribu peserta, terdiri dari 130 ribu peserta PBI dan 53 ribu peserta Non PBI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepesertaan Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan Mandiri Pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri Tahun 2015 Meliputi Umur, Pendidikan, Penghasilan, Pengetahuan, dan sikap. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan pendekatan analitik dan desain cross sectional. Total populasi sebanyak 1167 jiwa. Mengunakan rumus random sampling oleh Notoatmodjo menjadi 93 responden. analisis data mengunakan uji Chi Square analisis univariat dan analisis bivariat dengan taraf signifikan 5% dengan tingkat kesalahan α = 0,05. Hasil penelitian ini sebesar, 37,6% responden sebagai peserta BPJS kesehatan mandiri. Terdapat hubungan umur dengan kepesertaan BPJS Kesehatan mandiri (p=0,041), tidak terdapat hubungan pendidikan dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan (p = 0,80), tidak terdapat hubungan penghasilan dengan Kepeserataan BPJS Kesehatan mandiri (p = 0,112), terdapat hubungan pengetahuan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan mandiri (p = 0,003), terdapat hubungan sikap dengan kepesertaan BPJS Kesehatan mandiri (p = 0,000). kesimpulan terdapat hubungan antara umur, pengetahuan, sikap dengan kepesertaan BPJS Kesehatan mandiri. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada BPJS Kesehatan untuk bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk melakukan promosi tentang manfaat

BPJS Kesehatan mandiri, diskusi bersama masyarakat.

Kata Kunci : kepesertaan BPJS Kesehatan, pengetahuan, sikap, pendidikan, Penghasilan, umur

ABSTRACT

The National Health Insurance is a social security held organizers of the Social Security Agency. Membership of the organizers of the Social Security Agency in 2015 amounted to 168 million people, the number of participants in 2015 amounted to 165 million participants, Sintang there are 184 thousand participants, consisting of 130 thousand participants PBI and 53 thousand participants Non PBI. The purpose of this study was to determine the Factors Associated With Body Membership of the organizers of the Social Security Health On Urban Village Community Tanjung Puri 2015 Covering age, education, income, knowledge, and attitudes. This research is a quantitative observational analytic approach and cross-sectional design. The total population of 1167 inhabitants. Using the formula of random sampling by Notoatmodjo to 93 respondents. Data analysis using Chi Square test of univariate and bivariate analysis with significance level of 5% with error rate α = 0.05. The results of this study amounted to, 37.6% of respondents as participants BPJS independent health. There is a relation of age with the participation of independent BPJS (p = 0.041), there is no relation between education and BPJS (p = 0.80), there are no income relationship with BPJS independent (p = 0.112), there is a relationship of knowledge with membership Health BPJS independent (p = 0.003), there is a relationship with the attitude of membership BPJS independent (p = 0.000). conclusion there is a relationship between age, knowledge, attitude and participation BPJS

(2)

independently. Based on the research results suggested to BPJS to work with community leaders to promote the benefits of independent Health BPJS, discussions with the community. Keywords :health insurance BPJS, knowledge,

attitudes, education, income, old Pendahuluan

Menurut World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sempurna baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2010). Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Upaya pemerintah dalam menjamin kesehatan tertuang dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009, Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Namun setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (UU No 36, 2009).

Upaya untuk menciptakan suatu program jaminan kesehatan yang menyeluruh merupakan salah satu strategi dalam Rencana Jangka Panjang Kesehatan menuju Indonesia sehat 2025, yang memiliki tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Kemenkes-RI, 2009).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselengarakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terdiri dari tiga cakupan. Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU),

dan Bukan Pekerja (BP). PBPU ini yang disebut peserta mandiri, dimana peserta membayarkan setiap bulan sesuai iuran yang dipilih oleh peserta tersebut.

Pada tahun 2014, jumlah peserta BPJS Kesehatan di Indonesia tercatat sebanyak 133,4 juta jiwa (53% dari jumlah penduduk), dan target hingga tahun 2015 menjadi 168 juta jiwa. Menurut data BPJS Kesehatan, hingga Januari 2015 terdapat 135,7 juta peserta. Mereka terdiri atas 86,4 juta peserta Penerima Bantuan Iuran, 8,89 juta peserta dari Jamkesda, 11 juta peserta dari golongan Pekerja Penerima Upah (yang iurannya dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja), serta 9,8 juta dari peserta mandiri atau penerima upah bukan pekerja yang membayarkan iuran sendiri. Sisanya, 19,61 juta dari PNS, TNI, Polri, dan bukan pekerja. Pada April 2015 tercatat peserta yang terdaftar di BPJS Kesehatan sebanyak 165.332.746 peserta (66% dari jumlah penduduk) (BPJS, 2015). Sementara pada tahun 2019 seluruh masyarakat di harapkan memiliki kartu BPJS (Tim JKN, 2014).

Di Provinsi Kalimantan Barat Peserta BPJS Kesehatan sudah mencapai 2,49 juta (44% dari jumlah penduduk). Pontianak merupakan kabupaten kota dengan jumlah peserta terbanyak di Kalimantan Barat dengan jumlah sebanyak 266 ribu peserta. Dari data BPJS Kesehatan Kabupaten Sintang, terdapat 184.844 peserta (46 % dari jumlah penduduk).

Puskesmas Tanjung Puri merupakan penyedia pelayanan kesehatan (Yankes) tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pukesmas Tanjung Puri merupakan Provider Yankes dengan peringkat 7 peserta BPJS Kesehatan terbanyak di Kabupaten Sintang dari 30 provider pelayanan kesehatan primer. Puskesmas Tanjung Puri memiliki jumlah peserta Non PBI atau peserta mandiri terbanyak, yaitu 9.900 peserta. Peserta Non PBI adalah peserta yang membayar iuran secara mandiri tanpa bantuan atau upah yang dibayarkan pemberi kerja, dengan demikian peserta Non PBI memiliki kemampuan dan kesadaran untuk mengupayakan jaminan kesehatan secara mandiri.

Kelurahan Tanjung Puri adalah wilayah yang memiliki penduduk terbanyak ke-2 setelah Kelurahan Ladang yakni 5.370 jiwa.

(3)

Kelurahan Tanjung Puri merupakan wilayah yang memiliki akses terdekat dengan Puskesmas Tanjung Puri, (Profil Puskesmas Tanjung Puri, 2015).

Metode

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan pendekatan analitik dan

desain cross sectional. Total populasi sebanyak 1167 jiwa. Mengunakan rumus random sampling oleh Notoatmodjo menjadi 93 responden. analisis data mengunakan uji Chi Square analisis univariat dan analisis bivariat dengan taraf signifikan 5% dengan tingkat kesalahan α = 0,05.

Hasil

a. Hubungan umur responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Tabel 1. Hubungan umur responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Umur Responden

Kepesertaan BPJS

Kesehatan Mandiri Total OR 95% CI P value Ya Tidak n % N % N % Dewasa 29 45,3 35 54,7 64 100 3,176 (140-8,847) 0,041 Lansia 6 20,7 23 79,3 29 100 Total 35 37,6 58 62,4 93 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa responden yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan umur dewasa berjumlah 29 responden (45,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan umur lansia berjumlah 6 responden (20,7%). Responden tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan usia dewasa berjumlah 35 responden (54,7% ) lebih banyak dibandingkan dengan responden berusia lansia berjumlah 23 responden (79,3)

Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,041 dari kemaknaan α = 0,05 maka p value < nilai α, artinya bahwa ada hubungan signifikan antara umur responden dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Hasil analisis diperoleh OR= 3,176 yang artinya responden dengan usia dewasa memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan secara mandiri sebesar 3 kali dibanding usia lansia.

b. Hubungan pendidikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Tabel 2. Distribusi Hubungan Pendidikan Responden Dengan Keiukut Sertaan Dalam BPJS Kesehatan Mandiri

Pendidikan Responden

Kepesertaan BPJS

Kesehatan Mandiri Total 95%OR CI P value Ya Tidak n % N % N % Pendidikan lanjut 27 45 33 55 60 100 2,557 (994-6,576) 0,80 Pendidikan dasar 8 24,2 25 75,8 33 100 Total 35 37,6 58 62,4 93 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan pendidikan tingkat lanjut berjumlah 27 responden (45,%) lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan pendidikan tingkat dasar berjumlah 8 responden (24,2%). Responden tidak terdaftar

sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan pendidikan tingkat lanjut berjumlah 33 responden (55% ) lebih banyak dibandingkan dengan responden pendidikan tingkat dasar berjumlah 25 responden (75,8%).

Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,80 dari kemaknaan α = 0,05 maka p value >

(4)

nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Hasil analisis diperoleh OR= 2,557 yang artinya responden dengan pendidikan tingkat lanjut memiliki

peluang untuk ikut BPJS Kesehatan mandiri sebesar 2 kali dibanding pendidikan tingkat dasar.

c. Hubungan Penghasilan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Tabel 3. Distribusi Hubungan Penghasilan Responden Dengan Keiukut Sertaan Dalam BPJS Kesehatan Mandiri

Penghasilan responden

Kepesertaan BPJS

Kesehatan Mandiri Total OR 95% CI P value Ya Tidak n % N % N % Diatas UMR 20 47,6 22 52,4 42 100 2,182 (929-5,126) 0,112 Dibawah UMR 15 49,4 36 70,6 51 100 Total 35 37,6 58 62,4 93 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan penghasilan diatas UMR berjumlah 20 responden (47,6%) lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan penghasilan dibawah UMR berjumlah 15 responden (49,4%). Responden tidak terdaftar sebagai peserta BPJS kesehatan dengan penghasilan di bawah UMR berjumlah 36 responden (70,6% ) lebih banyak dibandingkan dengan responden penghasilan diatas UMR berjumlah 22 responden (52,4).

Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,112 dari kemaknaan α = 0,05 maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan signifikan antara penghasilan dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Hasil analisis diperoleh OR= 2,182 yang artinya responden dengan penghasilan diatas UMR memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan secara mandiri sebesar 2 kali dibanding penghasilan dibawah UMR.

d. Hubungan Pengetahuan dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Tabel 4. Distribusi Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Keiukut Sertaan Dalam BPJS Kesehatan Mandiri

Pengetahuan responden

Kepesertaan BPJS

Kesehatan Mandiri Total OR 95% CI P value Ya Tidak n % N % N % Baik 22 56,4 17 43,6 39 100 4,081 (1,678-9.926) 0,003 Kurang Baik 13 24,1 41 75,9 54 100 Total 35 37,6 58 62,4 93 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa responden yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan pengetahuan baik berjumlah 22 responden (56,4%) lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan kurang baik berjumlah 13 responden (24,1%). Responden tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan pengetahuan kurang baik berjumlah 41 responden (75,9% ) lebih banyak dibandingkan

dengan responden dengan pengetahuan baik berjumlah 17 responden (43,6%).

Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,003 dari kemaknaan α = 0,05 maka p value < nilai α, artinya bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Hasil analisis diperoleh OR= 4,081 yang artinya responden dengan pengetahuan baik memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan sebesar 4 kali

(5)

85 dibanding responden dengan pengetahuan kurang baik.

e. Hubungan Sikap dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Tabel 4. Distribusi Hubungan Sikap Responden Dengan Keiukut Sertaan Dalam BPJS Kesehatan Mandiri

Sikap responden

Kepesertaan BPJS

Kesehatan Mandiri Total OR 95% CI P value Ya Tidak n % N % N % Baik 26 81,2 6 18,8 32 100 8,156 (23,837-3,042 0,000 Kurang baik 9 14,8 52 85,2 61 100 Total 35 37,6 58 62,4 93 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan sikap baik berjumlah 26 responden (81,2%) lebih banyak dibanding responden dengan sikap kurang baik berjumlah 9 responden (14,8%). Responden tidak terdaftar sebagai peserta BPJS kesehatan dengan sikap kurang baik berjumlah 52 responden (85,2% ) lebih banyak dibanding responden yang memiliki sikap baik berjumlah 6 responden (18,8).

Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,000 dari kemaknaan α = 0,05 maka p value < nilai α, artinya bahwa ada hubungan signifikan antara sikap dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Hasil analisis diperoleh OR= 8,156 yang artinya responden dengan sikap baik memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan sebesar 8 kali dibanding sikap kurang baik

Pembahasan

1. Hubungan Umur Dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Arini H,2012). Usia merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang dalam kepesertaan BPJS Kesehatan. Hasil analisis diperoleh p value = 0,041 atau nilai p < 0,05. dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara umur dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Hasil OR = 3,176 yang artinya responden dengan usia dewasa memiliki

peluang untuk ikut BPJS Kesehatan Mandiri sebesar 3 kali dibanding usia lansia.

Peserta BPJS Kesehatan usia dewasa lebih besar dibandingkan dengan peserta usia lansia, dengan perbandingan 45,3% berbanding 20,7%. Bukan peserta BPJS Kesatan usia lansia lebih besar dibandingkan dengan usia dewasa, dengan persentase 79,3% berbanding 54,7%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihombing pada tahun 2014 dalam hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikutsertaan menjadi peserta JKN di kota Medan, menunjukan antara variabel umur responden dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai p < 0,001 (Sihombing 2014). Menurut Arini (2012) semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja hal ini sama dengan kepesertaan BPJS Kesehatan semakin cukup umur individu maka akan semakin baik individu berfikir dan bertindak dalam melakukan pencegahan dari penyakit.

Dengan bertambahnya usia, maka resiko terkena penyakit juga akan semakin tinggi, kemampuan tubuh untuk melawan suatu penyakit akan semakin berkurang, menyebabkan banyak individu yang terserang oleh penyakit. Karna itu banyak individu yang mendaftar diri sebagai

(6)

peserta BPJS Kesehatan sebagai bentuk pencegahan.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Pendidikan merupakan jenjang sekolah formal yang telah ditempuh oleh responden sampai saat ini. Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p= 0.080 atau nilai p > 0.05. Dengan demikian, maka Ho gagal ditolak, berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Bukan peserta BPJS Kesehatan pendidikan tingkat lanjut memiliki persentase lebih besar dibandingkan peserta BPJS Kesehatan tingkat lanjut dengan perbandingan 55% berbanding 45%.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) dalam hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikutsertaan menjadi peserta JKN di kota Medan menunjukan adanya hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan Jaminan Kesehatan Nasional (Sihombing, 2014).

Karakteristik responden tersebut diatas ditemukan tidak bermakna. Asumsi peneliti disebabkan oleh karena program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan asuransi kesehatan sosial, dimana kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak.

Penerapan program ini telah disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat tanpa membedakan faktor sosiodemografi masyarakat. Pengetahuan yang didapatkan tentang Jaminan Kesehatan Sosial lebih sering didapatkan dari media elektronik seperti telivisi, keikutsertaan juga lebih dipengaruhi oleh sikap responden itu sendiri.

3. Hubungan Penghasilan Dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan

memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.

Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value = 0.112 atau nilai p > 0.05. Dengan demikian, maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara penghasilan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban kuisoner yang diisi langsung oleh responden bahwa responden dengan penghasilan dibawah UMR berjumlah 51 responden (54.8%) lebih banyak dibandingkan responden dengan penghasilan di atas UMR berjumlah 42 responden (45,2%).

Hal ini berbeda dengan peneltian yang dilakukan oleh sihombing (2014) dalam hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat tentang jaminan kesehatan nasional (JKN) terhadap keikutsertaan menjadi peserta jkn di kota medan menunjukan adanya hubungan antara pekerjaan/penghasilan dengan keikutsertaan Jaminan Kesehatan Nasional (Sihombing, 2014).

Hal ini karena dalam kepesertan Jaminan Kesehatan Nasional ada kelas 3, dimana peserta akan dibayarkan oleh pemerintah. Walaupun masyarakat dengan penghasilan dibawah UMR mereka tetap bisa ikut dalam BPJS Kesehatan.

4. Hubungan Pengetahuan dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri

Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan tindakan. Jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka seseorang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi untuk diaplikasikan dalam kehidupannya (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang BPJS Kesehatan sangat

(7)

87 berpengaruh terhadap status kepesertaan

masyarakat dalam keikutsertaan BPJS Kesehatan.

Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value = 0.001 atau nilai p < 0.05. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan rekapitulasi jawaban responden menunjukkan bahwa dari 93 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 54 responden (58,1%) lebih banyak dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik sebanyak 39 responden (41,9). Hasil uji chi squre menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan di kelurahan Tanjung Puri Kabupaten Sintang tahun 2015. Dimana p value = 0,001 dengan nilai OR= 5,667 artinya responden dengan pengetahuan baik memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan sebesar 5 kali dibandingkan dengan pengetahuan kurang baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Firri Sastradimulya, 2014) dalam hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Jaminan Kesehatan Nasional dengan setatus kepesertaan BPJS Kesehatan di Puskesmas Majalaya yang menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan setatus kepesertaan BPJS Kesehatan. Dalam penelitian ini diperoleh responden dengan pengetahuan baik akan berpeluang lebih banyak untuk ikut dalam kepesertaan BPJS Kesehatan, semakin baik pengetahuan maka akan semakin tinggi peluang untuk ikut dalam kepesertaan BPJS Kesehatan. Dengan pengetahuan yang baik maka seorang individu akan bertindak untuk mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan

5. Hubungan Sikap dengan Kepesertaan BPJS Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Dalam kata lain fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetap merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).

Sikap merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Sikap baik masyarakat tentang BPJS Kesehatan sangat berpengaruh terhadap status kepesertaan masyarakat dalam keikutsertaan BPJS Kesehatan.

Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value = 0.000 atau nilai p < 0.05. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara sikap dengan kepesertaan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan rekapitulasi jawaban responden menunjukkan bahwa dari 93 responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 61 responden (65,6%) lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki sikap baik sebanyak 32 responden (34,4).

Hasil OR = 8,156 yang artinya responden dengan sikap baik memiliki peluang untuk ikut BPJS Kesehatan secara mandiri sebesar 8 kali dibanding sikap kurang baik. Selain itu penelitian yang dilakukukan Precilla Roesalya pada tahun 2014 dalam hubungan terpaan sosialisasi BPJS Kesehatan dan sikap masyarakat pada program dengan keputusan masyarakat sebagai peserta BPJS Kesehatan, menunjukan antara variabel sikap masyarakat pada program BPJS Kesehatan dengan variabel keputusan sebagai peserta BPJS Kesehatan terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,000 yang lebih kecil dengan sig 1% sedangkan besarnya koefisien korelasi adalah 0,405 (Precilla Roesalya, 2014).

Sikap masyarakat untuk mengikuti Jaminan Kesehatan, ini disebabkan mereka merasa dengan adanya jaminan Kesehatan Nasional akan membantu pembiyayaan kesehatan bagi mereka yang tidak mampu, dan mereka sendiri akan terbantu saat mereka memerlukan jaminan kesehatan

(8)

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap responden dikelurahan Tanjung Puri Kabupaten Sintang tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan bahwa t :

1. Ada hubungan umur dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri tahun 2015, dengan p value < 0,05.

2. Ada hubungan pendidikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri tahun 2015, dengan p value < 0,05.

3. Tidak ada hubungan penghasilan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri tahun 2015, dengan p value > 0,05.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri tahun 2015, dengan p value < 0,05.

5. Ada hubungan sikap dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri tahun 2015, dengan p value < 0,05.

Daftar Pustaka

Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang, Binarupa Aksara.

Azwar, Azrul. Prihartono, Joedo. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Binarupa Aksara: Jakarta Barat

Balqis (2013). Kesiapan Badan Penyelenggara Kesehatan Dalam Menghadapi Jaminan Kesehatan Nasional. Administrasi Kebijakan dan Kesehatan 2.

Bestari, R. B. (2014). Kualitas Pelayanan Program Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. 1-24.

BPJS Kesehatan. 2014. Buku panduan praktis skrining kesehatan Skrining Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan.

__________. 2014.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan.

__________.2014. Peserta. http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php /pages /detail/ 2014/ 11. Di Akses : 01 april 2015

__________.2014.Buku Paham BPJS Badan Penyelengara Jaminan Sosial. Jakarta: BPJS Kesehatan.

Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Departemen Pendidikan Nasional. 2005.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta.

Dewi eti, 2014. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intesi masyarakat kota cirebon menjadi peserta mandiri jaminan kesehatan. Artikel ilmiah. Universitas Padjadjaran : Cirebon Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan

Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung

Etni (2014). Berlakunya Sistem Jaminan Sosial Nasional .

Hastono, sutanto priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKMUI: Depok

Masyhuri. Zainuddin, M. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dan Aplikatif. PT Refika Aditama: Bandung

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Ciawi Bogor Selatan Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta __________.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.

Rineka Cipta: Jakarta

_________.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta

(9)

89 __________.2007. Promosi Kesehatan Teori

& Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta __________.2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Nursafe, A. (2015). Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pasien Bpjs Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar. Universitas Hasanudin Makassar. Nursafe, A. (2015). Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pasien Bpjs Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar Skripsi diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar 2015

Potter, P. A. Perry, A. G. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. EGC: Jakarta

Puskesmas Tanjung Puri. 2014. Profil Puskesmas Tanjung Puri tahun 2014. Sintang : Puskesmas Tanjung

Roesalya, A. (2014). Hubungan terpaan Sosial BPJS Kesehatan Dan Sikap Masyarakat Pada Program Dengan Keputusan Masyarakat Sebagai Peserta BPJS Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang

Sastradimulya, F. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Jaminan Kesehatan Nasional Dengan Status Kepesertaan BPJS. Universitas Islam Bandung

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktos Untuk Peneliti Pemula. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktos Untuk Peneliti Pemula. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

[Koperasi didefinisikan sebagai suatu perkumpulan orang yang biasanya dengan tujuan tertentu, yang bergabung secara sukarela untuk meningkatkan taraf ekonomi melalui

saat didalam aku disapa temanku yang bernama sendy dia teman sd ku yang sangat menyebalkan karena dia suka membuli orang “ hai rae , mana pacarmu sendirian aja ?” sindir nya

Dalam penulisan ini yang menjadi kesimpulan adalah mengenai pengaturan nasional mengenai batas wilayah laut di Indonesia yang merupakan sebagai negara kepulauan

thc apparcnr mcan would changc to a ncw valuc, hopcfully approaching morc and morc closcly thc rruc mean of an infinitc numbcr of

Standar pembiayaan pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang komponen dan besaran biaya investasi dan biaya operasional yang disusun dalam rangka pemenuhan capaian

• Bahasa C dan C++, selain digunakan untuk menulis software aplikasi, juga bisa digunakan untuk menulis software sistem, yaitu software yang melakukan tugas-tugas yang diperlukan

Penelitian ini merupakan aplikasi travel cost method (TCM) yang bertujuan untuk mengestimasi nilai manfaat dari Taman Balekambang bagi pengunjung.. Tujuan dari