• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SEKTOR PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SEKTOR PERTANIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

SEKTOR PERTANIAN BPTP Sumatera Utara

Jalan AH Nasution 1-B, Medan Johor 20143

PENDAHULUAN

Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600 tetapi mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas". Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif.

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status gunung sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.

Abu vulkanis selain menutupi jalanan, rumah-rumah penduduk juga menutupi tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam) kecamatan di sekitar gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Barusjahe, dan Kecamatan Berastagi. Letusan terkini terjadi pada tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan juga mengeluarkan lava.

Kajian Tim BPTP Sumatera Utara telah dilakukan untuk mengevaluasi dampak erupsi Sinabung terhadap perkembangan sektor pertanian.

METODOLOGI

Pengamatan dilakukan di kabupaten Karo, yaitu di 3 titik berdasarkan jarak dari pusat erupsi gunung Sinabung, yaitu Desa Sukanalu, Kecamatan Namanteran (5 km), Desa Sada Perarih, Kecamatan Merdeka (10 km), dan Desa Dolat Rakyat, Kecamatan Dolat Rakyat (15 km). Observasi points sampling ini mengarah kearah Timur yang sesuai dengan arah sebaran debu volkanik. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada tanggal 3-12 Oktober 2013 yaitu sekitar 1 bulan setelah erupsi gunung Sinabung yang terjadi pada tanggal 17 September 2013.

Pengamatan dilakukan menggunakan metode FGD dan RRA di 3 titik observasi yang telah ditetapkan. FGD dilaksanakan dengan peserta yang mewakili dusun-dusun yang ada di desa yang dikunjungi. Selain data primer yang dihasilkan FGD dan RRA, juga dikumpulkan data sekunder Kecamatan dan Desa. Tingkat kerusakan pada tanaman diukur melalui system

(2)

2 penilaian (scoring). Pada peternakan, diamati dinamika populasi sebelum dan sesudah erupsi serta kondisi keswan saat ini. Semua data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

1.1. Tanaman Pangan (Helmi, Loso Winarto, Sri Romaito, dan Vivi ariyati). 1.1.1. Permasalahan

Komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani di kawasan gunung Sinabung antara lain adalah tanaman padi sawah, padi gogo, jagung dan ubi jalar

Padi Gogo. Pada tanaman padi gogo, padi gogo yang ditanam petani baru berumur

lebih kurang 1,5 bulan. Tingkat kerusakan hanya terlihat pada bagian daun dimana daun padi gogo semuanya ditutupi oleh abu vulkanis yang menyebabkan daun padi gogo pada ujungnya menjadi kuning dan akhirnya mengering. Kondisi pertanaman padi gogo belum mengeluarkan bunga dan buah pada saat ini tanaman masih berumur 1,5 bulan. Daun yang rusak hanya pada bagian daun saja, hal ini diperparah lagi akibat tidak ada hujan turun dilokasi, sehingga tanaman kelihatan kusam dan daun masih ditutupi abu vulkanis erupsi gunung sinabung.

Jagung. Tanaman jagung yang ditanam petani berumur lebih kurang 2,5 -3 bulan.

Kondisi tanaman telah mengeluarkan tongkol. Luas pertanaman jagung di Desa ini tidak begitu luas. Tanaman jagung terlihat tidak merata hanya spot-spot, kebanyakan tanaman jagung ditanam sebagai tanaman pinggi/border dari tanaman cabe dan horti lainnya. Tingkat kerusakan tanaman jagung termasuk kategori ringan, dimana bagian tanaman yang rusak bagian daun dan bunga yang ditutupi oleh abu sedangkan buah dalam bentuk kelobot tidak terpengaruh walaupun ditutupi oleh abu.

Ubi Jalar. Kondisi pertanaman ubi jalar di Desa ini, juga tidak begitu luas. Kebetulan

ada petani yang telah memanen ubi jalar dan umbi dari ubi jalar tidak rusak oleh adanya erupsi gunung, namun daun tanaman kelihatan layu akibat tertutupnya oleh abu vulkanis.

1.1.2. Rekomendasi

Pembenahan dampak erupsi gunung sinabung terhadap tanaman pangan dapat dilakukan melalui penerapan komponen-komponen teknologi yang mempunyai sifat yang bersinergisme terhadap peningkatan produktivitas. Komponen teknologi spesifik lokasi yang perlu diterapkan antara lain : 1). penggunaan varietas unggul yang adaptif sehingga mampu membuat titik ungkit dalam peningkatan produktivitas pada komoditas tanaman pangan. 2). Penerapan rekomendasi pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman melalui PUTS atau PUTK aplikasi pemupukan sesuai fase kebutuhan tanaman terhadap hara yang dibutuhkan. 3). Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu dengan terlebih dahulu memantau perkembangan hama/penyakit yang muncul akibat dampak erupsi gunung sinabung.

1.2. Hortikultura Sayuran (Besman Napitupulu, Sortha Simatupang, Dorkas Parhusip) 1.2.1. Permasalahan

Pada radius 5 km, pengamatan dilakukan di desa Sukanalu, dan Sigarang-garang, yang keduanya terletak dalam wilayah kec. Namanteran. Pada wilayah ini, komoditas sayuran mencakup kubis, kentang, cabai, tomat, sawi, dan jipang (ropa). Pengamatan pada radius 10 km dilakukan di desa Sada Perarih, dan desa Cinta Rakyat (Kec. Merdeka0. Di kedua desa ini ditemukan sayuran utama berupa kol bunga, kentang, cabai, tomat, dan wortel. Di desa Dolat Rakyat (kec. Dolat Rakyat) tidak dijumpai kenang, akan tetapi kubis, cabai, tomat, dan Brocoli diusahakan masyarakat setempat.

Pada saat pengamatan di radius 5 km, kentang baru tanam (bertunas) mati terkena abu vulkanik (info dari petani). Kentang jenis Granola umur 2 bulan rusak mencapai > 70 %. Diperkirakan ada 100 KK menanam kentang. Sebagian buah yang sudah merah maupun

(3)

3 hijau jadi mengering dan susut. Sebelum erupsi Gunung Sinabung panen masih diperoleh 100 kg, adanya erupsi gunung Sinabung pada menjadi 50 kg. Harga cabai bersih (tidak ada abu) : Rp. 25.000/kg, ada kotoran/abu Rp. 16.000/kg. Tidak ada kerusakan pada tomat sudah berbuah (siap panen). Hanya rontok bunga (bagian ujung) diperkirakan 50 %. Tanaman sawi di pembibitan tidak rusak karena langsung disiram abu yang ada pada daun. Pada tanaman jipang (ropa) tidak dijumpai kerusakan.

Di radius 10 km, tanaman kol bunga mengalami tingkat kerusakan 12,0% ditandai dengan daun yang mongering terkena abu vulkanik. Pada tanaman kentang terdeteksi 11,2% tanaman mengalami kerusakan yaitu terdapat daun dan batang yang mongering. Tingkat kerusakan yang cukup parah (34,66%) terlihat pada tanaman cabai umur 4 bulan. Tanaman cabai mengalami daun kriting dan tubuh yang relative kerdil. Tanaman tomat mengalami tingkat kerusakan 8% ditandai dengan menyusutnya buah matang dan ada yang berwarna agak kehitaman. Daun tomat 21,33% mengering. Pada tanaman wortel tidak dijumpai kerusakan akibat erupsi gunung.

Di radius 15 km, dijumpai tingkat kerusakan pada sayuran yang semakin ringan. Tanaman kubis hanya mengalami kerusakan sekitar 4% dimana daun luar mongering, abu vukanik masuk ke celah 2-3 daun krop kubis. Pada tanaman cabai tidak dijumpai kerusakan. Kerusakan pada tingkat 10,66% berupa daun mongering terlihat pada tanaman tomat. Tanaman broccoli daunnya rusak sekitar 25% yaitu terjadi kering dan rontok, sementara pada kropnya terlihat ada warfna kehitaman (16,66%).

1.2.2. Rekomendasi.

Penanganan sayuran yang terkena dampak erupsi sinabung adalah sebagai berikut : a) Perlu penyediaan embung di daerah erupsi gunung Sinabung, karena tanaman sayuran yang terkena abu vulkanik perlu segera disiram air.

b) Daun tanaman yang sudah tua terkena abu gunung Sinabung sebaiknya dipangkas/ dihilangkan

1.3. Hortikultura Buah-buahan (Palmarum Nainggolan, Rasiska, Susilawati). 1.3.1. Permasalahan.

Abu vulkanik letusan Gunung Sinabung menyelimuti pemukiman masyarakat di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Letusan gunung yang disertai dengan gempa itu membuat masyarakat dilanda kepanikan. Tidak ada korban jiwa, tetapi lebih dari 7.542 jiwa penduduk yang bermukim di desa radius 5 km dari pusat erupsi mengungsi di 12 titik di Kota Kabanjahe dan Berastagi. Akibat letusan gunung berapi, beberapa material yang keluar dari kepundan gunung tersebut antara lain adalah awan panas, material pijar, hujan abu, kemungkinan gas beracun yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda – beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan dampak positif. Gunung Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan jatuh wilayah hingga mencapai > 25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin. Di Beberapa desa mengalami dampak langsung antara lain bangunan/rumah, lahan, dan tanaman diselimuti oleh debu dan diperparah lagi selama 3 minggu pasca erupsi tidak ada turun hujan. Akibat debu dari erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti atap seng bangunan rumah penduduk terlihat berwarna kekuningan dijumpai pada desa Sukanalu (5 km), Sadaperarih (10 km) dan Dolatrayat (15 km) diperkirakan akan merusap atas bangunan rumah. Debu yang menyelimuti tanaman diduga hanya sedikit mengandung logam berat, hal ini didasarkan pada hasil penelitian kandungan abu pada saat erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Tanaman Buah-buahan. Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi 15 September 2013

(4)

4 tetapi berakibat terganggu proses fisiologi tanaman, baik pada radius 5 km hingga 15 km dari pusat erupsi.

Tanaman Jeruk. Gejala kerusakan yang timbul pada tanaman jeruk setelah ± 3 minggu

setelah erupsi adalah terlihat tunas/daun muda bercak coklat, menggulung, daun seperti terbakar lalu mengering. Saat fase tanaman keluar bunga atau proses pembuahan mengalami gangguan yang paling fatal, menyebabkan tidak terjadi pembuahan sempurna. Dengan demikian buah yang dihasilkan tanaman akan menurun untuk panen berikutnya. Perkembangan buah ukuran kelereng ke atas juga mengalami gangguan. Gejala yang terlihat adalah sebagian kulit buah berwarna kuning kecoklatan seperti terbakar dan bila tangkai buah juga terserang maka buah akan gugur. Gejala ini lebih banyak terdapat di Desa Sada Perarih dibanding desa Sukanalu dan Dolatrayat. Saat erupsi Gunung Sinabung fase dominan buah tanaman jeruk di Kabupaten Karo adalah berbuah sebesar kelereng hingga bola pimpong yang akan panen bulan Desember 2013 hingga Februari 2014, sehinga tidak banyak menurunkan jumlah buah, tetapi ukuran buah yang tidak maksimal. Keberadaan hama tanaman menurut informasi petani dan pengamatan lapang akibat erupsi menguntungkan oleh karena perkembangan hama utama, antara lain lalat buah (Bactrocera spp), kutu hitam (Toxoptera aurantii) dan kutu dompolan (Planococcus citri) menurun secara significant oleh karena debu yang mengandung sulfur yang menyebabkan hama tersebut mati oleh karena unsur kimia sulfur sebagai bahan baku pestisida.

Tanaman Terung Belanda. Sama halnya pada jeruk tanaman terung belanda juga

mengalami gangguan akibat debu yang menyelimuti tanaman. Gejala yang terlihat di lapangan yaitu tunas/daun muda bercak coklat, menggulung, daun muda seperti terbakar dan selanjutnya mengering. Fase tanaman keluar bunga atau saat proses pembuahan tidak mengalami gangguan separah tanaman buah lainnya oleh karena letak bunga berada tepat dibawah daun terung belanda. Daun tanaman ini lebih lebar, debu yang jatuh tertahan pada daun dan tidak sampai menyelimuti bunga tanaman. Perkembangan buah tidak banyak terganggu oleh karena bentuk buah memanjang ke bawah dan juga kulit buah lebih licin sehingga abu tidak lengket pada buah.

Tanaman Strawberry. Sama halnya pada, tanaman strowberry juga mengalami

gangguan akibat debu yang menyelimuti tanaman. Gejala yang terlihat yaitu tunas/daun bercak coklat, menggulung, daun seperti terbakar dan akhirnya mengering. Fase keluar bunga atau saat pembuahan mengalami gangguan yang paling fatal, menyebabkan tidak terjadi pembuahan sempurna, sehingga buah yang akan dihasilkan tanaman menjadi berkurang untuk panen berikutnya. Gejala yang terlihat adalah sebagian kulit buah berwarna kuning kecoklatan seperti terbakar. Gejala ini terdapat di Desa Dolatrayat sentra produksi strowberry di Kabupaten Karo. Buah yang menjelang panen debu lengket disekitar buah menyebabkan sebagian buah menjadi busuk dan pada buah yang siap panen abu yang melekat tidak laku dijual dan bila dicuci dengan air buah menjadi busuk.

1.3.2. Rekomendasi

Teknologi yang dibutuhkan dan rekaya sosial untuk mencegah kerusakan tanaman buah-buahan antara lain :

a) Bila kondisi cuaca atau curah hujan tidak ada tetapi abu melekat pada daun-daun tanaman, maka diupayakan penyemprotan tanaman menggunakan air sehingga keberadaan abu dan awan dapat dihilangkan. Dengan demikian abu yang melekat tidak sampai mengganggu aktifitas tanaman.

b) Untuk mengatasi dampak dari kandungan kimia pada debu seperti belerang (sulfur), Aluminium (Al), dan besi (Fe) yang akan menyebabkan kondisi tanah menjadi asam (pH rendah) maka upaya yang dapat dilakukan antara lain pemberian kapur pertanian, sehingga pH tanah menjadi normal kembali dan efek negatif yang disebabkan kandungan S, Al, dan Fe dapat dikurangi.

(5)

5 c) Bila debu yang jatuh pada tanah dengan ketebalan lebih dari 5 mm menyebabkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah, maka perlu dilakukan penggemburan tanah agar curah hujan yang jatuh dapat meresap ke dalam tanah selanjutnya dapat diserap oleh akar tanaman.

d) Untuk mencegah berkembangnya hama tertentu akibat terbunuhnya predator atau berkembangnya hama tertentu akibat kondisi lingkungan yang memungkinkan hama menjadi berkembang cepat, maka perlu dilakukan pengamatan tanaman secara intensif. Bila hasil pengamatan diketahui terjadi peningkatan populasi atau melampaui ambang kendali, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida anjuran.

e) Informasi perkembangan aktifitas gunung Sinabung dari pihak yang berkompeten perlu disampaikan secara benar kepada kepada masyarakat melalui Camat atau Kepala Desa.

f) Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya dampak letusan terhadap kehidupan masyarakat dan mahluk hidup, terutama untuk pertanian. Serta dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.

g) Diperlukan sosialisasi tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat bila terjadi letusan berikutnya, seperti penggunaan masker dan sarana prasarana lainnya untuk mencegah dan mengurangi dampak terhadap kesehatan masyarakat.

h) Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang komoditas hortikultura, terutama konsumen bahwa kandungan abu yang melekat pada produk tidak mengandung unsur yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga aktifitas perdagangan tidak sampai terganggu dan petani tidak juga dirugikan akibat tidak laku dijual ke pasaran.

1.4. Perkebunan (Loso Winarto, Helmi, Sri Romaito, dan Vivi ariyati). 1.4.1. Permasalahan

Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan petani di kawasan gunung sinabung ini hanya tanaman kopi. Jenis tanaman kopi yang ditanam, petani banyak menyebut dengan nama kopi Ateng. Kondisi tanaman kopi telah mulai berproduksi dengan kisaran umur antara 3 sampai 4 tahun. Dari hasil identifikasi di lapang, tingkat kerusakan yang disebabkan erupsi gunung sinabung terhadap pertanaman kopi di daerah ini termasuk kategori ringan.

Gangguan erupsi gunung sinabung terhadap tanaman kopi terlihat pada bagian daun, bunga dan buah. Semua daun kopi ditutupi oleh abu, sehingga tanaman kelihatan tidak segar karena tertutup abu. Sedang tanaman kopi yang sedang berbunga jelas terlihat terganggu oleh pengaruh erupsi, dimana bunga-bunga kopi berguguran akibat pengaruh erupsi gunung sinabung. Sedangkan buah kopi yang ada, ditutupi oleh abu, terlihat buah kopi berwarna kusam dan tidak segar. Namun pengaruhnya tidak begitu jelek terhadap buah, dibandingkan dengan bunganya, semua bunga yang ada berguguran akibat pengaruh abu yang ada.

Hampir semua hama yang ada pada tanaman perkebunan hilang akibat adanya abu yang disebabkan erupsi ini. Hama yang hilang seperti penggerek batang kopi, penggerek buah dan hama lainnya. Biasanya pada tanaman kopi banyak dijumpai semut, namun setelah terjadi erupsi ini semua semut hilang dan mati dari tanaman yang ada. Hal ini dikewatirkan kalau peredator hama juga ikut mati, maka ditakutkan nanti lonjakan hama akan muncul maka perlu diwaspadai perkembangan hama unntuk kedepan.

1.4.2. Rekomendasi

Komponen teknologi spesifik lokasi yang perlu diterapkan antara lain : a). Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu dengan terlebih dahulu memantau perkembangan hama/penyakit yang muncul akibat dampak erupsi gunung sinabung. b). Teknologi pemangkasan untuk tanaman perkebunan, dimana tanaman kopi terlihat kanopinya sangat padat dan perlu

(6)

6 dilakukan pemangkasan dalam upaya mengurangi tutupan abu yang masih ada pada tajuk tanaman.

1.5. Peternakan (Khairiah dan Tatang M. Ibrahim). 1.5.1. Permasalahan.

Erupsi Sinabung yang terjadi pada tahun 2010 mengakibatkan kepanikan dan bahkan meninggalnya 1 orang warga akibat gangguan pernafasan. Selanjutnya terjadi erupsi yang sifatnya relative kecil pada tahun 2013 namun tetap mengganggu kehidupan social ekonomi kecamatan di wilayah bencana Erupsi Sinabung dalam bentuk semburan debu vulkanik memang tidak sedahsyat erupsi Merapi yang secara langsung menimbulkan kematian pada ternak, namun berdampak langsung kepada pencemaran sumber air minum dan hijauan pakan ternak, yang selanjutnya mengakibatkan daya tahan tubuh ternak menurun sehingga mudah terkena serangan hama dan penyakit. Hal ini berdampak terhadap penurunan populasi sejalan dengan meningkatnya penjualan ternak, walaupun ternak dijual dengan harga dibawah semestinya. Mayoritas ternak yang dievakuasi tidak dikembalikan ke desa masing-masing karena masyarakat merasa waswas tidak mampu menyediakan pakan ternak yang cukup dan adanya potensi terjadinya serangan hama dan penyakit ternak. Hal ini secara langsung mengakibatkan gangguan terhadap ketahanan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, seperti halnya manusia, ternak juga mahluk hidup yang perlu mendapatkan pertolongan saat terkena dampak erupsi gunung.

1.5.2. Rekomendasi.

Penanganan ternak yang terkena dampak erupsi Sinabung seharusnya merupakan tanggung jawab bersama dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini sebaiknya juga diperkuat oleh pihak akademisi yang mencakup Perguruan Tinggi dan unit kerja pemerintahan. Pada saat bencana terjadi, belum terlihat adanya koordinasi yang rapi dari ketiganya, sehingga penanganan ternak masih bersifat individual. Oleh karena itu, perlu ditetapkan titik-titik evakuasi ternak, dimana pada titik tersebut kebutuhan ternak terhadap kandang, air minum, pakan dan pengendalian kesehatan dapat terpenuhi dengan baik (Gambar 8).

Sumber air minum yang umumnya berupa sumur perlu dihindarkan dari cemaran debu vulkanik dengan jalan membuat tutup sumur secara permanen, dan air minum bagi ternak selanjutnya diperoleh melalui pompa air. Kandang dibuat secara koloni dengan rancangan yang memudahkan untuk mengoleksi kotoran sebagai bahan baku pupuk organic sebagai

Air Minum - Bebas Debu Vulkanik

Kandang - Memudahkan Koleksi Pukan

Pakan - Bebas Debu Vulkanik

Petugas Medis Peternakan Manajemen Teknis Evakuasi

(7)

7 bagian yang tidak terpisahkan dari system usaha tanaman hortikultura masyarakat Karo. Ketersediaan pakan dapat dipenuhi dengan mengupayakan adanya cadangan pakan. Hijauan pakan yang berlimpah dapat disimpan lama dengan teknologi silase, sedangkan hijauan berupa jerami (padi atau jagung) dapat disimpan dengan menggunakan teknologi fermentasi. Penyimpanan pakan tersebut dapat menggunakan silo yang tertutup rapat bagai pakan silase. Jerami fermentasi dapat disimpan dengan lebih mudah bila sebelumnya dibuat menjadi hay dengan mesin “hay maker”, dan dapat ditumpuk dengan mudah di saung pakan yang sederhana. Pada titik evakuasi disiapkan tenaga medis peternakan yang siap setiap saat melayani aspek kesehatan hewan. Jumlah titik evakuasi ternak disesuaikan dengan populasi ternak, domisili masyarakat pemilik ternak, dan kemampuan daya dukung pakan. Melalui model seperti ini, dapat diharapkan ternak yang dievakuasi akan hidup dengan cukup nyaman dan memberikan hasil sesuai harapan para pemiliknya.

Pada setiap titik evakuasi ternak perlu ada yang berwenang untuk melakukan koordinasi pemeliharaan ternak, sehingga diharapkan pemeliharaan berjalan secara professional. Untuk itu perlu dibentuk Manajemen Teknis Evakuasi yang dipimpin oleh seorang manajer, dan dibantu oleh 2 orang asisten yaitu ternak/kandang, dan kesehatan hewan. Lama ternak ditempatkan di kandang evakuasi disesuaikan dengan kondisi di daerah asal yang diperkirakan aman dalam mendukung pemeliharaan ternak dengan baik.

Musyawarah pembentukan manajemen teknis difasilitasi oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten, dan dibantu oleh akademisi termasuk lembaga litbang peternakan yang ada.

(8)

8

Kondisi Tanaman Pangar (3-12 Oktober 2013).

Kondisi Tanaman Kopi (3-12 Oktober 2013)

Kondisi Tanaman Sayuran (3-12 Oktober 2013)

Daun padi gogo ditutupi oleh abu vulkanis- ujung daun kuning dan mengering.

Daun dan bunga jagung ditutupi oleh abu sedangkan buah dalam bentuk kelobot tidak terpengaruh walaupun ditutupi oleh abu.

Gangguan erupsi gunung sinabung terhadap tanaman kopi terlihat pada bagian daun, bunga dan buah.

Tidak ada kerusakan pada tomat yang berbuah, namun bunga rontok (50%)

Krop agak kehitaman pada Broccoli

(9)

9 Kelinci di Dolat Rakyat Keguguran Ayam kampung di Dolat Rakyat – sehat

tapi produksi telur menurun

Babi di Dolat Rakyat Cukup Sehat Kambing di Sada Perarih – cukup sehat tapi pakan sangat kurang

Sapi di Dolat Rakyat – mata dan hidung leleran – dugaan penumonia

Sapi di Sukanalu – gembala terbatas - cukup sehat walau pakan kurang

Gambar

Gambar 1.  Model Titik Evakuasi Ternak

Referensi

Dokumen terkait

Jln. 37 Mataram-NTB Telp. ” yang diusulkan dalam skim penelitian yang dibiayai dengan dana PNBP Universitas Mataram tahun anggaran .../Swadana *) bersifat original

Herminarto Sofiian rozin,

Menyerahkan foto copy dokumen perusahaan dan kualifikasi serta dokumen penawaran asli sesuai yang diupload pada sistem LPSE.. Membawa Cap

[r]

Dari percakapan diatas manakah yang menunjukkan kalimat penolakan.. Perhatikan gambar

[r]

The JEE tool assesses country capacity under the International Health Regulations (2005).. The JEE tool can be used for internal self-assessment or

Allah Swt. akan memberikan tambahan pahala bagi kaum muslimin yang mau mengerjakan shalat Witir. Apalagi jika shalat Witir dikerjakan pada malam bulan Ramadhan dan bertepatan