• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020

“Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19”

Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) sebagai Pakan Alternatif untuk

Meningkatkan Average Daily Gain, Konsumsi serta Tingkat Kecernaan Pada

Ternak Ruminansia: Review

Sri Desky Eka Viomalini dan Yosephine Laura Raynardia Esti Nugrahini

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tidar, Magelang, Jawa Tengah

Abstrak

Pakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi produktifitas ternak. Kualitas pakan yang rendah dapat menurunkan produktifitas ternak,begitu pula sebaliknya, pakan dengan kualitas tinggi dapat menaikkan produktifitas ternak tersebut. Maka kita perlu mencari pakan alternatif yang potensial, murah, mudah diperoleh, serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Tanaman eceng gondok yang pada saat ini dianggap sebagai tanaman pengganggu atau gulma dikarenakan tingkat pertumbuhannya yang relatif cepat sehingga tanaman ini sulit untuk di basmi, namun dibalik itu semua eceng gondok juga memiliki sumber protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak. Tujuan dari dilakukannya penulisan karya ilmiah ini yaitu mengetahui penggunaan eceng gondok sebagai pakan alternatif ternak ruminansia serta mengetahui efek fisiologis ternak terhadap pakan yang diberikan. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah kajian pustaka dan pendekatan deskriptif. Kualitas eceng gondok sebagai bahan pakan alternatif dapat dilihat dari kandungan proksimatnya baik itu protein, serat kasar, serta lemak kasar di dalamnya. Semakin baik pakan yang diberikan maka dapat menunjang produktivitas ternak tersebut dan dari beberapa uji penelitian terhadap ternak ruminansia. Hasil yang di dapat setelah dilakukannya beberapa uji menunjukan bahwasannya pemberian eceng gondok dalam pakan belum dapat meningkatkan average daily gain, komsumsi pakan serta konverensi pakan, namun dapat meningkatkan kecernaan pakan pada ternak ruminansia.

Kata kunci: eceng gondok, produktifits ternak ruminansia

Pendahuluan

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting yang akan menentukan keberhasilan dari suatu usaha peternakan sehingga tinggi rendahnya nilai bahan pakan di tentukan dari kualitas nutrien yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Unsur–unsur penyusun bahan pakan tersebut terdiri atas air, protein, mineral, karbohidrat, dan juga lemak. Dari unsur–unsur tersebut dapat digunakan oleh ternak untuk menunjang keberlangsungan hidupnya seperti untuk pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan produksinya sehingga pakan yang diberikan harus dapat memiliki kandungan nutrien yang baik dan mampu memenuhi kebutuhan ternak tersebut.

(2)

Ternak ruminansia merupakan ternak yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ternak yang lain karena terdapat empat ruang dalam lambungnya yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Dan yang termasuk kedalam ternak ruminansia ini diantaranya sapi, kambing, dan domba. Pemberian pakan pada ternak sebaiknya dalam keadaan segar dengan perbandingan hijauan : konsentrat yakni sebesar 60 : 40 (berdasarkan bahan kering ransum). Apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah maka perbandingan itu dapat menjadi 55:45. Apabila hijauannya berkualitas sedang sampai tinggi maka perbandingan itu dapat menjadi 64:36 (Siregar, 2008).

Salah satu jenis hijauan yaitu eceng gondok yang merupakan tumbuhan asli Brazil dengan nama latin Eichornia crassipes,tanaman ini biasa di jumpai di perairan seperti danau, sungai, hingga selokan dan di anggap sebagai tanaman pengganggu dikarenakan tingkat pertumbuhannya yang cepat dan dalam kurun waktu 3–4 bulan saja bisa menutupi 70% dari luas permukaan perairan. Cepatnya pertumbuhan dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sulit untuk dihilangkan, di beberapa negara pemberantasan eceng gondok secara mekanik, kimia, maupun biologis tidak membuahkan hasil yang optimal. Dan hasil penelitian pun mengatakan bahwa eceng gondok dapat menghilangkan air permukaan hingga 4 kali lipat selain itu juga menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya aliran sungai dan danau. Eceng gondok ternyata juga bermanfaat karena mampu menyerap zat organik, anorganik serta logam berat lain yang merupakan bahan pencemar (Widajanti, 2007). Selain itu menurut Setiawan (2013) eceng gondok memiliki kelebihan lainnya yaitu mempunyai kandungan nutrisi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif ternak karena adanya kandungan pigmen karotenoid terutama pigmen β-karoten dan xantofil.

Bahan pakan adalah suatu bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi (Blake, 2002). Sedangkan menurut Darmono (1999) menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik yaitu yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat membahayakan ternak. Pemberian pakan gizi yang efisien merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktifitas ternak. Ketersediaan pakan yang baik dan berkualitas sangat diperlukan dalam meningkatkan produktivitas kambing. Menurut Ginting. (2005), ada empat kategori pakan yang memiliki potensi sebagai sumber pakan ruminansia yaitu tanaman pakan ternak (rumput alam maupun rumput intoduksi leguminosa, dan tanaman multi guna), sisa tanaman pangan, hasil samping industri agro, bahan pakan nonkonvensional yang belum umum digunakan namun memiliki potensi sebagai pakan.

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan ternak dalam periode tertentu, biasanya dalam satuan waktu per hari. Sedangkan menurut Matturi (1984) kemampuan ternak ruminansia mengonsumsi ransum dipengaruhi oleh faktor ternak (bobot tubuh, status fisiologis, dan potensi genetik), faktor ransum (bentuk dan sifat; komposisi zat-zat gizi; fluktuasi pemberian, toksitas

(3)

ataupun zat anti nutrisi), faktor lingkungan yakni suhu, kelembapan udara, curah hujan, keadaan kandang, dan tempat ransum.

Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu (Rasyaf, 2004). Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1979). Indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis. Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubunganya terhadap sejumlah faktor,seperti umur hewan, bangsa, derajat masa dini, daya produksi dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, umur, berat badan, tingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon (Campbell dan Lasley, 1985).

Eceng Gondok Sebagai bahan pakan Alternatif

Daun enceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tanaman air dan biasa tumbuh pada permukaan air seperti di kolam, sungai, rawa, danau, dan beberapa tempat dengan genangan air lainnya. Di berbagai daerah, tanaman enceng gondok sering dianggap sebagai hama karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini cukup cepat dan memenuhi sungai, danau, atau rawa. Banyak yang beranggapan bahwa eceng gondok menjadi penyebab tersumbatnya saluran air di sungai-sungai karena air tidak mengalir dengan benar dan menimbulkan tumpukan sampah. Namun dibalik semua itu eceng gondok memiliki banyak manfaat yang salah satunya yaitu sebagai pakan ternak. Hal itu dikarenakan eceng gondok sangat mudah dijumpai serta memiliki kandungan nutrient yang cukup yakni kalsium. Berdasarkan hasil analisis proksimat yang dilakukan oleh Ramlan (2018) daun dan batang eceng gondok memiliki kandungan nutrient yang dapat dijadikan bahan pakan alternative, kandungan ini terdiri atas 17,20% Bahan Kering (BK), 3,55% Protein Kasar (PK), 4,08% Serat Kasar (SK), 8,22% Karbohidrat, 1,50% Lemak, dan 3,93% Kadar Abu. Sedangkan menurut hasil analisis kimia Laboratorium Gizi Dasar didapatkan komposisi tepung eceng gondok dalam bentuk bahan kering adalah: protein kasar 6,31%, lemak kasar 2,83%, serat kasar 26,61%, Ca dan P masing-masing 0,47 dan 0,66%, abu 16,12% serta BETN 48,14%. Dada (2002) juga menambahkan bahwa pakan dengan tambahan eceng gondok yang dikeringkan tanpa melalui proses fermentasi memiliki kadar serat kasar yang tinggi yakni antara 22-31%. Fungsi kalsium itu sendiri, yaitu untuk menetralkan asam organik hasil metabolisme seperti asam oksalat berupa racun bagi ternak. Selain itu, per 100 gram daun eceng gondok juga memiliki kandungan karoten yang tinggi sekitar 109.000 UI. Karoten tinggi ini mampu menggantikan konsentrat protein daun (pengganti bekatul). Selain itu kandungan lain dari eceng gondok yaitu nutrisi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan

(4)

alternatif ternak karena adanya kandungan pigmen karotenoid terutama pigmen β-karoten dan xantofil (Setiawan et al., 2013). Karotenoid adalah pigmen merah, oranye dan kuning yang disintesisi pada kloroplas dan kromoplas makhluk hidup yang mengalami fotosintesis seperti tanaman, bakteri dan fungi. Fungsi karotenoid pada tanaman, bakteri dan fungi adalah untuk menyerap energi cahaya untuk keperluan fotosintesis dan mencegah kerusakan akibat cahaya pada klorofil. Manusia dan hewan tidak dapat memproduksi sendiri karotenoid sehingga mendapatkannya dari makanan yang mengandung karotenoid. Dalam sel-sel yang melapisi usus (enterosit), karotenoid dimasukkan ke dalam lipoprotein yang kaya trigliserida disebut kilomikron dan dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Lama kelamaan Trigliserida dalam kilomikron akan habis oleh enzim yang disebut lipoprotein lipase sehingga terbentuk sisa-sisa kilomikron. Sisa-sisa kilomikron diambil oleh hati, di mana karotenoid dimasukkan ke dalam lipoprotein dan disekresi kembali ke dalam sirkulasi. Lycopene, β-kriptosantin dan β-karoten paling mudah diserap oleh tubuh karena konsntrasi dalam tubuh yang cukup melimpah. Dalam usus dan hati, karotenoid provitamin A dapat dibelah untuk menghasilkan retinal yang merupakan jenis vitamin A. Konversi karotenoid provitamin A menjadi vitamin A dipengaruhi oleh vitamin status A individu. Sebenarnya mekanisme mekanisme regulasi konversi tersebut belum jelas pada manusia, namun pembelahan karotenoid provitamin A akan terhambat ketika konsntrasi vitamin A yang tinggi. Sedangkan untuk kandungan nutrient dari bahan pakan hijauan lain yaitu :

Tabel 1. kandungan nutrient bahan pakan hijauan ternak

No Nama Rumput/Hijauan B.K. (%) PrK. (%) S.K. (%) Lemak (%) Abu (%) BETN (%) Ca (%) P (%) 1. Rumput gajah 18,98 10,19 34,15 1,64 11,73 42,29

2. Silase rumput gajah * 6,20 44,74 2,65 11,54 34,87

3. Rumput lapangan 35,41 6,69 34,19 1,78 9,70 47,64 4. Rumput Brach brizantha 18,21 11,01 34,12 1,18 10,12 43,57 5. Rumput Brach decumbens 16,98 11,42 27,00 2,14 10,78 48,66 0,29 0,60 6. Digitaria decumbens 15,82 12,72 37,97 1,76 9,34 38,22 7. Setaria sphacelata 13,95 12,67 34,95 1,99 9,60 40,79 8. Andropogon nodosis * 3,54 39,39 0,68 5,12 51,27 0,63 0,17 9. Rumput benggala * 18,37 27,40 3,81 13,08 37,34 10. Stylosanthes 18,80 16,62 36,45 1,59 7,06 38,28

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program studi Peternakan Fakultas Pertanian USU, 2009

Pengaruh Eceng Gondok Terhadap PBBH Ternak Ruminansia

Pemberian tanaman eceng gondok pada ternak ruminansia berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa pemberian eceng gondok dapat digunakan sebagai

(5)

pengganti hijauan segar, tetapi untuk efektivitas terhadap PBBH atau ADG (Average Daily Gain) tidak berpengaruh nyata. Purbowati (2001) menyebutkan bahwasannya PBBH pada ternak ruminansia kecil yang diberi pakan konsentrat dengan aras berbeda berkisar antara 84,29 – 139,49g. Sedangkan Mathius (2001) menyebutkan bahwasannya efisiensi pakan pada domba berkisar antara 6.78 – 13,72%. Efisiensi pakan pada sapi yang diberikan konsentrat berkisar antara 6,39 – 10,52% (Adiwinarti, 2004). Berdasarkan jurnal penelitian Nurtati (2011) tentang pemanfaatan eceng gondok fermentasi sebagai pakan domba jantan lepas sapih pengaruh pemberian eceng gondok tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan, PBBH dan konversi pakan. Nurtati (2011) melakukan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan ini terdiri atas P0 (konsentrat + 100% rumput); P1 (konsentrat + 40% rumput + 60% eceng gondok fermentasi MOL); P2 (konsentrat + 40% rumput+ 60% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum); P3 (konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi MOL); P4 (konsentrat + 100% eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum). Hasil penelitian menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), dimana rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) dengan perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 adalah 472,04; 425,27; 433,93; 435,12 dan 402,69. Rataan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) 28,10; 28,72; 28,57; 28,24 dan 28,93. Rataan konversi pakan 16,79; 14,83; 15,12; 15,39 dan 13,95.

Berikut adalah tabel rancangan percobaan dari ketiga parameter konsumsi pakan, PBBH dan konversi pakan yang ada dalam jurnal (Nurtati, 2011).

Tabel 2. Hasil penelitian pengaruh eceng gondok terhadap PBBH

Pengaruh Eceng Gondok Terhadap Konsumsi Pakan Dan Kecernaan Ternak Ruminansia

Penggunaan eceng gondok dalam ransum pakan komplit ternyata tidak mampu memberikan hasil yang nyata terhadap konsumsi BK dan BO dengan perlakuan pakan yang diberikan pada domba menghasilkan tingkat konsumsi BK dan BO berkisar 71,87-87,75 g/hari (Ekawati, 2014) hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan Tanuwiria (2013) dengan menambahkan berbagai macam mineral dapat menghasilkan tingkat konsumsi BK dan BO berkisar antara 493-750 g/ekor. Namun hal ini akan berpengaruh baik jika diterapkan pada peternakan domba penggemukan yaitu dengan menggunakan silase dari pakan komplit berbahan dasar eceng gondok tanpa penambahan starter hal

(6)

ini kemungkinan disebabkan oleh adanya bakteri selain yang ditambahkan pada ransum komplit yang di dapatkan.

Sedangkan untuk tingkat kecernaan pakan menurut jurnal yang ditulis Ekawati (2014) pada efisiensi dan kecernaan ransum domba yang diberi silase ransum komplit eceng gondok ditambahkan starter lactobacillus plantarum menyebutkan bahwa adanya penggunaan silase eceng gondok dan starter L. plantarum dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecernaan BK dan BO. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwasannya pada T0 (ransum konsentrat + rumput gajah) sebesar 70.51±0.39%; 71.74±0.43%, T1 (ransum komlit + silase eceng gondok dan starter L. plantarum) sebesar 69.82±0.34%; 72.59±0.55%, dan T2 (ransum komplit + silase eceng gondok dan starter L. plantarum) sebesar 73.75±0.51%; 71.75±0.62%. dan jika hasil dari ketiga perlakuan ini dibandingkan dengan penelitian milik Tanuwiria (2013), Putro (2010), Purbowati (2009) pada domba lokal jantan dengan hasil kecernaan BK berkisar antara 57-69% dan kecernaan BO berkisar antara 55-71%. Nilai kecernaan pakan dapat mencerminkan tingkat nilai nutrient yang mampu dimanfaatkan oleh tubuh ternak dan dapat digunakan untuk memenuhi kehidupan pokok maupun kenaikan bobot badan ternak.

Pengaruh Pakan Terhadap Fisiologis Ternak

Menurut jurnal yang ditulis Harmoko (2019) menyebutkan bahwasannya perlakuan pakan dengan penambahan fermentasi daun jarak dan silase eceng gondok yang diberikan pada kambing kacang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap suhu rektal, frekuensi respirasi, dan suhu tubuh ternak. Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi suhu tubuh dari kambing kacang berada pada kisaran normal, dengan kisaran normalnya yaitu antara 36,5-39,9oC, pada hasil frekuensi respirasi kambing kacang berkisar antara 22,01-22,69 kali/menit, dan untuk hasil frekuensi pulsus kambing kacang berkisar antara 91,42-94,46 kali/menit.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak adanya perbedaan dari hasil penelitian tersebut diantaranya yaitu ternak yang digunakan berasal dari daerah penelitian tersebut sehingga dapat beradaptasi dengan baik dan tidak menunjukkan adanya pengaruh akibat perbedaan pakan yang diberikan, sedangkan untuk perbedaan dari frekuensi respirasi disebabkan oleh tidak berpengaruhnya penggunaan indikator tersebut, dan untuk faktor tidak adanya perbedaan frekuensi pulsus dikarenakan perlakuan jumlah konsumsi yang digunakan pada penelitian tersebut tidak jauh berbeda sehingga tidak berdampak pada frekuensi pulsus ternak.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data review yang telah dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwasannya tanaman eceng gondok merupakan tanaman gulma yang biasa terdapat pada perairan dan dapat

(7)

menyebabkan tersumbatnya aliran air akibat pertumbuhannya yang sangat cepat. Tingginya kandungan karotein yang terdapat pada eceng gondok dapat menjadi alternatif pengganti bekatul. Pemberian eceng gondok pada pakan sebanyak 5 % belum dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan pakan, pertambahan bobot badan harian, serta konverensi pakan pada ternak ruminansia. Pemberian eceng gondok dan daun jarak pada pakan belum dapat mempengaruhi status fisiologi pada ternak.

Ucapan Terimakasih

Terima kasih yang sebesar – besarnya saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena petunjuk dan rahmat-nya saya dapat menyusun makalah review jurnal ini dengan lancar dan sesuai perencanaan dan tak luput saya ucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing saya ibu Yosephine Laura Raynardia Esti Nugrahini, S.Pt., M.Sc. yang telah membimbing saya dengan penuh sabar dan ikhlas hati sehingga makalah review jurnal ini dapat terselesaikan tepat waktu dan terima kasih untuk Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tidar yang telah mendukung saya baik itu dalam bentuk dukungan moril maupun finansial sehingga saya pribadi dapat mengikuti Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020.

Daftar pustaka

Adiwinarti, R., Lestari, C. M. S., & Sukarno, S. D. (2004). Efisiensi Pakan Sapi Yang Dipelihara Dengan Pakan Konsentrat Yang Ditambah Ampas Bir. Laporan Penelitian. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia,

Blake, S. (2002). Forest buffalo prefer clearings to closed-canopy forest in thr primary forest of northern. Congo. Oryx 36(1): 81–86.

Campbell. J. R. & Lasley, J. F. (1985). The science of animals that served mankid. 3th ed. Tata mc graw. Hill publishing company limited. Pp 390-392.

Dada, S. (2002). The Utilization Of Water Hyacinth (Eichornia Crassipes). In W. A. Goats, Vol 4 (Pp. 147-149). Afr.J.Biomed.

Darmono. 1999. Tatalaksana usaha sapi kereman. Kanisius.

Ekawati, E., & Muktiani, A. (2014). Efisiensi dan Kecernaan Ransum Domba yang Diberi Silase Ransum Komlit Eceng Gondok Ditambahkan Starter Lactobacillus Plantarum. Agripet,

14(2), 107-114.

Ginting, P, S. (2005). Sinkronisasi degradasi protein dan energy dalam rumen untuk memaksimalkan produksi protein mikroba. Loka penelitian kambing potong , sungai putih. Sumatra utara.

Wartazoa 15(1), 1-10.

Harmoko., P. 2019. Kondisi Performa dan Status Fisiologi Kambing Kacang Dengan Pemberian Pakan Tepung Daun Jarak (Jatropha Gossypifolia) Fermentasi. Jurnal Peternakan

Indonesia 21(3), 183-191.

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2005. Pemanfaatan Daun Eceng Gondok Sebagai Bahan Pakan Unggas. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro.

(8)

Mathius, I.W., Yulistiani, D., Puastuti, W., & Martawidjaja, M. (2001). Pemanfaatan Energy Terlindung Untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan Pada Domba Induk. Jurnal Ilmu Ternak

Dan Veteriner, 6 (1), 7-13.

Matturi, A. S. (1984). The requirement for iron, zink, manganese and cobalt for cellulose digestion by rumen microorganism. Proceeding of a symposium, University of Western Australia, 7-16.

Nurtati, N. N. (2011). Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi Sebagai Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Jurnal Peternakan Integratif 2(2), 173 – 182.

Purbowati, E., Sutrisno, C. I., Baliarti, E., & Budhi, S. P. S. (2001). Balance Energy Dan Nitrogen Domba Yang Mendapat Berbagai Aras Konsentrat Dan Pakan Dasar Yang Berbeda.

Seminar Nasional Teknologi Peternaka Dan Veteriner, 292-300.

Purbowati, E., Sutrisno, C. I., Baliarti, E., dan Budhi, S. P. S. (2009). Penampilan Domba Lokal Jantan Dengan Pakan Komplit Dari Berbagai Limbah Pertanian Dan Agro Industry.

Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang, 130-138.

Putro, G. A. (2010). Pengaruh Suplementasi Probiotik Cair EM4 Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organic Ransum Domba Local Jantan. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta..

Ramlan, P. & Merita, A. I. (2018). Analisa Potensi Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Danau Limboto Sebagai Pakan Ternak. Prosiding Seminar Nasional Integrated Farming System.

Gorontalo, 108 – 110.

Rasyaf, M. (2004). Makanan ayam broiler. Penebar Swadaya.

Setiawan, A. S., Mahfudz, L. D. & Sumarsono. (2013). Efisiensi penggunaan protein itik pengging jantan yang diberi eceng gondok (Eichhornia crassipes) fermentasi dalam ransum.

Agromedia 31(2), 10.

Siregar, S. B. (2008). Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya.

Tanuwiria, U. H. (2013). Efek Suplementasi Kompleks Mineral-Minyak dan Mineral-Organik Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Ransum, Populasi Mikroba Rumen Dan Performa Produksi Domba Jantan. Seminar Nasional Dan Kongres Asosiaso Ahli Nutrisi Dan Pakan

Indonesia, 327-334.

Widajanti, W., Rizka, R., & Melviana. (2007). Studi pengolahan air sirkulasi proses painting dengan menggunakan lumpur aktif. Departemen Kimia, Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 2. Hasil penelitian pengaruh eceng gondok terhadap PBBH

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E di SMA Negeri 5 Pekanbaru, telah diujikan dalam

Sedangkan secara terminologis, menurut jumhur ushuliyyin, hukum yaitu: “Khitab (Kalam) Allah yang berhubungan dengan perbuatan seseorang mukallaf, baik berupa iqtidha’

Sebab bagaimanapun mereka memiliki hak yang tetap dilindungi dan meskipun warga binaan lansia tidak secara maksimal dapat mengikuti program pembinaan tetapi sistem pemasyarakatan

Karena tingkat probabilitas t-hitung dari variabel pendidikan lebih besar dari tingkat signifikansi (α=5%) maka H0 diterima, berarti secara parsial variabel umur, masa

Rockin Spades sendiri sebuah komunitas yang berada di Yogyakarta dan berkembang di Yogyakarta (wawancara dengan Athonk Sapto Raharjo pada Minggu, 13 Desember

Ada yang sedikit berbeda di Rapat Dewan Paroki Pleno Paroki Ibu Teresa Cikarang yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2013 yang lalu. Rapat Dewan Paroki Pleno umumnya

Kompos TKKS mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis, yang pada akhirnya akan menghasilkan asimilat yang digunakan

Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta menyerap