• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT INSPEKSI DAN KLASIFIKASI PRODUK KERAMIK LANTAI BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL (Studi Kasus : PT Kwali Mass)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN ALAT INSPEKSI DAN KLASIFIKASI PRODUK KERAMIK LANTAI BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL (Studi Kasus : PT Kwali Mass)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANCANGAN ALAT INSPEKSI DAN KLASIFIKASI PRODUK KERAMIK LANTAI

BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

(Studi Kasus : PT Kwali Mass)

Maria Christina, Yudha Prasetyawan

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: mariachristina9191@yahoo.com; yudhaprase@yahoo.com

Abstrak

Penelitian Tugas Akhir ini difokuskan pada perancangan prototype inspeksi dan klasifikasi

berbasis pengolahan citra digital. Dengan menggunakan sistem Automated Multiple View Inpection, yaitu

non-contact inspeksi terotomasi yang diamati dua atau lebih sudut pandang dan juga pendekatan

Pengolahan Citra Digital, Seven Tools of Quality, RCA, sistem ini diterapkan pada bidang manufaktur,

yaitu keramik lantai yang digunakan sebagai obyek penelitian. Mekanisme sistem yang dirancang terdiri

dari proses inspeksi, proses grading dan proses klasifikasi. Sistem tersebut juga didukung dengan

prototype dan software Eclipse yang terintegrasi. Pembuatan prototype dilakukan dengan merancang

bentuk prototype yang mengakomodasi tiga proses tersebut, sedangkan pembuatan software Eclipse

dilakukan dengan memodifikasi software Eclipse yang biasanya digunakan sebagai sistem dalam android

dan juga sudah pernah digunakan dalam penelitian Tugas Akhir sebelumnya.

Prototype yang dirancang telah melakukan proses inspeksi, grading dan klasifikasi. Prototype

yang dirancang dalam penelitian ini membutuhkan biaya Rp 11.118.450,-. Pengujian mekanisme sistem

inspeksi dan klasifikasi pada prototype tersebut dilakukan terhadap 150 sampel keramik lantai. Produk

amatan tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu prima, ekonomi dan KW, serta ke dalam

accepted dan rejected produk. Hasil pengujian tersebut didapatkan bahwa kecepatan inspeksi antara

operator dengan prototype sama, yaitu 3 detik. Selain itu juga terdapat 3 dari 150 keramik lantai yang

salah teridentifikasi (tingkat kesalahan 2%), sehingga tingkat akurasinya adalah 98%.

Kata kunci: Pengolahan Citra Digital, Automated Multi-View Inspection System, Seven Tools of Quality, RCA

Abstract

This final project is focused on designing an inspection and classification tools based on digital

image processing. By using Automated Multiple View Inspection, which is an automated non-contact

inspection that observed from two or more points of view and also using Digital Image Processing, Seven

Tools of Quality, RCA, this system is trying to apply to manufacture, which is floor tiles that used as

research objects. The designed mechanism consists of the inspection process, the process of grading and

classification process. The system is also supported by the integrated of prototyping and Eclipse software.

The making of prototype is done by designing a machine that accommodate those process, while Eclipse

software is done by modifying the Eclipse software that is usually used as android system and also has

been made in previous final research.

The prototype that was designed has done an inspection. Grading, and classification process.

Prototype designed in this study requires a cost of Rp 11.118.450,-. Testing the mechanism of inspection

and classification systems on the instrument was conducted on 150 samples of ceramics floor. Those

ceramics are classified into three types, namely Primary, Economy, and KW, as well as to the accepted or

rejected products. The test result is obtained that the speed of inspection between operator and machine is

same, which is 3 seconds. In addition, there are 3 of 150 ceramics floor mistakenly identified, so that the

accuracy was 98%.

(2)

2

1. Pendahuluan

Dalam kondisi kemajuan jaman seperti ini, sektor industri khususnya bidang properti memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan sektor properti dapat menghasilkan devisa yang cukup besar dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Maka pembangunan di bidang properti perlu terus ditingkatkan dan diarahkan agar sektor properti makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien dan berdaya saing tinggi.

Industri keramik memiliki peran yang sangat signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional karena industri keramik merupakan sektor unggulan untuk menopang Produk Domoestik Bruto (GDP).

Salah satu permasalahan yang sering terjadi di perusahaan saat ini adalah pengendalian mutu dalam menghadapi permintaan yang semakin bervariasi untuk produk yang berkualitas. Persoalan ini timbul karena kurangnya kontrol produktifitas pada setiap

work station dan juga penerapan tools proses inspeksi

yang belum optimal.

Hingga saat ini, proses inspeksi keramik masih ada yang dilakukan secara manual satu per satu padahal jumlah produksi keramik bisa mencapai ratusan bahkan jutaan buah. Selain dapat memperlambat proses produksi, inspeksi manual juga memiliki kemungkinan error yang tinggi karena dilakukan oleh tenaga manusia. PT Kwali Mass sebagai salah satu perusahaan penghasil keramik lantai harus menunjukkan kualitas produk yang lebih baik tetapi dengan harga yang terjangkau supaya dapat bersaing dengan perusahaan penghasil keramik lainnya.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Melvyn L.Smith dan Richard J. Stamp (2000) dimana pada penelitian ini dalam melakukan inspeksi keramik lantai menggunakan metode topografi, yaitu mendeteksi cacat dengan menggunakan cahaya. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh L. Kehoe, G. Coyle, S.Murray, C.M. Flannery, dan G.M. Crean (2000) yang pada penelitiannya dalam melakukan inspeksi keramik lantai menggunakan laser ultrasonik, namun dengan menggunakan laser ultrasonik akurasi hasilnya sekitar 60-100%.

Berdasarkan permasalah di atas, maka dapat dilihat bahwa dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, maka sangat riskan sekali apabila sistem proses inspeksi dilakukan secara manual. Pada PT.Kwali Mass, inspeksi akhir masih dilakukan secara manual dengan adanya beberapa ketentuan atau jenis cacat yang berjumlah dua puluh enam jenis, sedangkan operator hanya dapat menginspeksi satu lantai keramik hanya dalam tiga detik saja. Oleh karena itu, untuk memudahkan Divisi Pengendalian Kualitas dalam melakukan sistem

inspeksi maka dibuatlah suatu perancangan prototype inspeksi otomasi yang dapat memberikan kemudahan sistem inspeksi untuk memperlancar produktifitas.

Prototype inspeksi otomatis yang telah dibuat ini

dapat digunakan untuk menginspeksi produk multi varian atau lebih dari satu macam produk yang belum pernah ada hingga saat ini.

2. Gambaran Umum Rancagan Software

Dalam peneilitian ini software Eclipse digunakan untuk membaca jenis cacat pada produk amatan yang telah di-capture oleh web camera. Secara umum langkah kerja dari software Eclipse dapat ditunjukkan dengan flow chart di bawah ini:

Gambar 1 Flow Chart Alur Kerja Software

Langkah kerja software Eclipse diawali dengan memasukkan data berupa citra produk master. Citra produk master atau produk yang dianggap paling baik kemudian diubah menjadi grayscale. Lalu data produk master ini digunakan sebagai pembanding dengan produk amatan nantinya. Selanjutnya dilakukan capture produk amatan yang diinspeksi dan diklasifikasi. Sama seperti produk master, citra produk amatan ini kemudian diubah menjadi

grayscale. Ketika software membaca bahwa produk

(3)

3

jenis cacat selain membingkai atau cacat printing, maka produk amatan masuk dalam klasifikasi KW. Begitu juga ketika software membaca bahwa produk amatan merupakan jenis cacat membingkai, maka produk amatan masuk dalam klasifikasi Ekonomi. Tetapi, ketika software membaca bahwa tidak ada jenis cacat apapun pada produk amatan, maka produk tersebut masuk dalam klasifikasi Prima.

3. Rancangan Prototype

Rancangan prototype ini terdiri dari beberapa komponen penting, yaitu tiga webcam camera, lintasan conveyor, dan limit switch. Komponen penting inilah yang mendukung fungsi inspeksi dan klasifikasi pada prototype.

Gambar 2 Rancangan Prototype

4. Verifikasi Rancangan Sistem

Verifikasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dari prototype tersebut dapat berjalan dan bebas error. Verifikasi yang dilakukan adalah dengan mengecek apakah software tersebut bebas

error. Selain itu juga dicek apakah prototype tersebut

dapat berjalan dengan baik (sensor, motor, web

camera, conveyor, dan limit switch mampu berfungsi

sesuai tugasnya). Kemudian dilihat apakah software tersebut telah sinkron dengan prototype dan dapat berjalan dengan penyesuaian yang ada. Hasil uji verifikasi menunjukkan bahwa sistem terverifikasi, hal ini dapat ditunjukkan dengan tidak muncul lagi tampilan seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini:

Gambar 3 Textbox Error

Jika terdapat textbox ini usahakan untuk tidak melanjutkan “RUN”. Selain itu error dapat dilihat jika dalam suatu baris terdapat tanda “X”, seperti gambar berikut ini:

Gambar 4 Error dengan Tanda X

Ketika ada tanda seperti itu, maka harus dilakukan perubahan coding hingga tanda “X” tersebut menghilang seperti berikut ini:

Gambar 5 Tidak Ada Error

5. Pengujian Software Eclipse

Pengujian dilakukan dengan men-capture keramik lantai. Berikut contoh hasil capture produk amatan dari berbagai jenis cacat yang diolah dalam

software Eclipse:

Gambar 6 Interface Glaze Mengelupas

Gambar 7 Interface Cacat Printing

Setelah diketahui interface dari beberapa defect, maka berikut ini adalah contoh hasil running video dengan satu produk amatan dalam satu klasifikasi:

Gambar 8 Running untuk Klasifikasi KW

Produk amatan pada gambar 13 merupakan produk yang memiliki jenis cacat glaze mengelupas, maka ketika software selesai membaca jenis cacatnya, produk tersebut masuk sesuai klasifikasinya, karena produk merupakan produk cacat glaze mengelupas maka limit switch ketiga membuka dan limit switch kedua menutup dimana limit switch ketiga membawa produk ke samping menuju conveyor klasifikasi KW.

6. Uji Validasi

Mekanisme validasi dilakukan dengan dua langkah. Langkah pertama adalah uji validasi proses klasifikasi dimana akan membandingkan antara hasil proses klasifikasi software terhadap proses klasifikasi manual. Sedangkan langkah yang kedua adalah uji validasi proses klasifikasi antara menggunakan

prototype dan menggunakan operator. Dan operator

yang digunakan dalam pengujian ini adalah operator baru.

Dari hasil running yang telah dilakukan didapatkan tiga error yang terjadi pada software saat membaca jenis cacat.Kesalahan ini dikarenakan cacat membingkai tidak terlalu tampak karena cacat tersebut berada di tepi keramik dan garis bingkai sangatlah tipis sehingga kamera tidak terlalu dapat

menjangkau atau men-capture dari cacat

(4)

4

adalah sebesar 2%.Hal ini menunjukkan berarti

software pada prototype tersebut dapat membaca

jenis cacat dengan akurat.

Dan dari hasil pengujian operator didapatkan dua

error yang terjadi karena operator kebingungan saat

membaca jenis cacat tersebut termasuk dalam klasifikasi yang mana kerugian yang didapatkan tiap hari sebesar Rp 374.774.400,-. Hal ini sangat merugikan karena angka kerugian yang diperoleh sangat tinggi.Dengan demikian maka menggunakan

prototype lebih baik dibandingkan menggunakan

operator.

7. Control Charts, Pareto Chart, Cause and Effect

Diagram

Dalam control charts ini menggunakan S charts dan P charts, menggunakan dua variabel control

charts dikarenakan output yang dihasilkan berupa

variabel dan atribut. Untuk variabel menggunakan S

charts, sedangkan untuk atribut menggunakan P charts.

X Bar-S Chart untuk sisi A, sisi B dan luas didapatkan dengan mencari nilai UCL dan LCL lalu diplotting dengan menggunakan software Minitab.Nilai UCL untuk X pada sisi A adalah 10.49 dan LCL 9.29. sedangkan nilai UCL untuk S adalah 1.21, LCL sisi B 0.33. Dan nilai UCL untuk X pada sisi B adalah 10.58 dan LCL 9.45. Untuk UCL S adalah 10.58 dan LCL 9.45. Dan UCL untuk X pada luas adalah 107.26 dan LCL 90,84. Sedangkan untuk S nilai UCL 16.36 dan LCL 4.46. Contoh perhitungan nilai UCL dan LCL X bar pada sisi A adalah sebagai berikut

CL = = 9,89

= 9,89 + (0.789 x 0,76) = 10.49 = 9.89 - (0.789 x 0.76) = 9.29 Sehingga hasil plottingnya adalah sebagai berikut:

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10.50 10.25 10.00 9.75 9.50 Sample Sa m p le M e a n __ X=10.016 UC L=10.553 LC L=9.479 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 Sample Sa m p le St D e v _ S=0.6807 UC L=1.0699 LC L=0.2915 1 1 Xbar-S Chart of C1, ..., C15

Gambar 9 Peta Pengendali Kontrol X Bar-S Charts untuk Sisi A

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10.50 10.25 10.00 9.75 9.50 Sample Sa m p le M e a n __ X=10.016 UC L=10.553 LC L=9.479 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 Sample Sa m p le St D e v _ S=0.6807 UC L=1.0699 LC L=0.2915 1 1 Xbar-S Chart of C1, ..., C15

Gambar 10 Peta Pengendali Kontrol X Bar-S Charts untuk Sisi B

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 105 100 95 90 Sample Sa m p le M e a n __ X=99.05 U C L=107.26 LC L=90.84 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 15.0 12.5 10.0 7.5 5.0 Sample Sa m p le St De v _ S=10.41 U C L=16.37 LC L=4.46 Xbar-S Chart of C1, ..., C15

Gambar 11 Peta Pengendali Kontrol X Bar-S Charts untuk Luasan

Berdasarkan grafik yang ada maka dapat dilihat ada sisi yang out of control, yaitu pada pengamatan 8 dan 9, hal ini dikarenakan jumlah sampel dalam pengamatan tersebut banyak yang jauh dari ukuran sebenarnya, yaitu 10 cm. Begitu juga dengan grafik pada sisi B, dimana pada pengamatan 8 dan 9 pada sisi B mengalami out of control. Dan penyebabnya pun sama, yaitu sampel pada pengamatan tersebut banyak yang jauh dari dimensi yang sebenarnya. Sedangkan untuk grafik luasan, jika dilihat dari S

Chart, maka dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

yang out of control sehingga X bar-S Charts pada gambar 5.4 adalah reliable. UCL dan LCL ini dapat direkomendasikan untuk menjadi batas spesifikasi yang baru, jika memang dimensi (proses pengukuran) tidak memungkinkan untuk dilakukan perbaikan sistem lebih lanjut.

Untuk control charts kedua adalah capability process dan

untuk mencari Cp diperlukan nilai standar deviasi ( ) yang telah diperoleh dari hasil pengukuran 150 sampel keramik, yaitu sebesar 10.55. perhitungan Cp adalah sebagai berikut:

Keterangan:

USL = 99,50,LSL= 98,75, = 10.55

Untuk lebih memastikan persentase fraksi jumlah produk cacat (fraction of nonconforming) maka estimasinya adalah sebagai berikut:

= 0,972 = 97,2% Hal ini menunjukkan bahwa dimensi pada sampel produk tidak baik,sehingga perlu dilakukan pengendalian kualitas yang lebih ketat dan perbaikan terhadap proses pengukuran untuk memenuhi kepuasan konsumen.

Nilai Cp hanya digunakan sebagai estimasi dan untuk mengetahui yang aktual maka dilakukan perhitungan Cpk. Berikut ini perhitungan Cpk:

Cpk = min (Cpu, Cpl)

= min = min

(5)

5

Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai Cp. Nilai ini menunjukkan bahwa proses berada di luar center. Hal ini dikarenakan spesifikasi yang telah ditetapkan terlalu tinggi, yaitu selisih antara UCL dan LCL yang ditetapkan hanya berjarak 0,2 cm.

Setelah melakukan perhitungan pada S Charts maka selanjutnya melakukan perhitungan untuk P Charts untuk mengetahui dalam sekali running dengan 15 sampel produk keramik lantai terdapat ada berapa jumlah produk yang cacat. Berikut ini adalah perhitungan untuk CL, UCL dan LCL pada P Charts:

= 0.43

= 0.81 = 0.05

Setelah didapatkan nilai UCL dan LCL maka dapat di plotting dengan menggunakan

software Minitab. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 Sample P rop or ti on _ P=0.4333 UCL=0.8172 LCL=0.0495

P Chart of Jumlah Cacat

Gambar 12 Peta Pengendali Kontrol untuk P Charts

Jika dilihat dari P Charts, maka dapat dilihat bahwa tidak ada sampel yang out of control.Akan tetapi, nilai jumlah cacat tertinggi didapatkan pada pengamatan pertama.Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel yang dilakukan acak, terdapat banyak produk cacat yang terambil.

Pareto Chart digunakan untuk mengetahui

jenis cacat yang sering terjadi.

Count 84 11 9 9 8 8 6 5 5 4 3 3 7 Percent 52 7 6 6 5 5 4 3 3 2 2 2 4 Cum % 52 59 64 70 75 80 83 86 90 92 94 96 100 Jenis Cacat Othe r Reje ct Gopil Men tah Tete s Glaz e Memb ingka i Lamina si Glaze M eng elupas Gopil Matan g Caca t Prin ting Kelai nan Warna Bubb le Tetes an A ir No D efec t 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 100 80 60 40 20 0 C o unt Pe rc e n t

Pareto Chart of Jenis Cacat

Gambar 13 Hasil Pareto Chart dengan Minitab

Cause and Effect Diagram digunakan untuk

mengetahui penyebab-penyebab dari jenis cacat yang sering terjadi, yaitu cacat tetesan air.

Gambar 14 Cause and Effect Diagram Cacat Tetesan Air

Cacat tetesan air adalah cacat yang berupa tetesan air yang membekas pada permukaan keramik akibat ada cairan yang jatuh pada biscuit tile yang menyebabkan pembekasan pada keramik setelah dibakar. Adapun faktor-faktor penyebab masalah cacat tetesan air antara lain:

1. Man (Manusia) : Operator kurang jeli dalam melihat masalah-masalah kecil seperti ini. 2. Method (Metode) : Tidak pernah dilakukan

pengecekan terhadap tabung penampung sebelum diisi dengan air. Dan sering melakukan pengisian tanpa melakukan pembersihan terlebih dahulu.

3. Machines (Mesin) : Conveyor yang berjalan terlalu cepat.

4. Equipment (Alat) : Lempengan sebagai tempat cairan ada lubang kecil di bagian belakang sehingga saat keramik sudah disiram air, keramik tersebut sebagian ada yang tertetes oleh air yang keluar dari lubang tersebut sehingga keramik seperti ada benjolan ketika selesai dibakar.

8. Nilai Ekonomis

Nilai ekonomis ini diawali dengan penetapan

defender dan challenger, dimana operator proses

inspeksi adalah sebagai defender sedangkan

prototype yang dibuat ini adalah sebagai challenger. Prototype yang dibuat diperkirakan memiliki umur

ekonomis selama tiga tahun. Nilai Present Worth (P) dapat dihitung dengan rumus A*(P/A. 6,2%,12). Diketahui nilai bunga bank saat ini (BI Rate) adalah 6% per tahun, dimajemukkan per bulan selama setahun. Sehingga didapatkan i efektif per bulan adalahb 6,2%. Dengan rumus tersebut didapatkan P sebesar Rp 19.963.234,32. Nilai P sebagai pengeluaran ini juga sama di tahun ke-2 dan ke-3 dianggap sebagai nilai A1. Berdasarkan sumber dari

perusahaan dan ada error yang terjadi dengan operator adalah sebesar 1,3% maka terdapat 3.744 pcs per bulan yang salah identifikasi. Sehingga nilai kerugian adalah sebesar Rp 34.070.400,-. Nilai ini dapat dianggap sebagai kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan tiap bulannya. Selanjutnya akan dihitung nilai Present Worth (P) dari prototype baru ini dan dihasilkan biaya investasi atas satu prototype tersebut,sehingga didapatkan total

(6)

6

biaya investasinya adalah Rp 53.361.963,89 + Rp 66.710.700 = Rp 120.072.663,89

Setelah didapatkan nilai Present Worth dari

biaya investasi dan profit, selanjutnya dapat dihitung selisih di antara keduanya. Sehingga dari hasil perhitungan Rp 1.052.507.168 – (Rp 53.361.963,89 + Rp 66.710.700) = Rp 932.434.504,1 yang merupakan pendapatan bagi perusahaan apabila mengaplikasikan

prototype ini. Dari perhitungan ini dapat

dibandingkan nilai Present Worth dari aset lama (operator sortir) dengan aset baru (prototype yang dirancang). Didapatkan bahwa pada aset lama aliran kasnya berupa outflow sebesar Rp 61.920.000,- yang merupakan biaya atau upah bagi operator sortir yang akan dikeluarkan perusahaan selama umur ekonomis. Sedangkan pada aset baru aliran kasnya berupa

inflow sebesar Rp 932.434.504,1, yang merupakan

pendapatan bagi perusahaan apabila mengaplikasikan

prototype tersebut selama umur ekonomisnya. Jadi

akan lebih menguntungkan perusahaan ketika mengaplikasikan prototype tersebut.

9. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter. Dengan melihat grafik analisis sensitivitas tornado untuk defender maka dapat diketahui bahwa dengan upah turun 10%, maka biaya akan berkurang sebesar Rp 597.951,45, sedangkan dengan upah naik 10%, maka biaya akan bertambah yaitu sebesar Rp 586.883,89. Tetapi jika dilihat dari nilai bunga dapat diketahui bahwa apabila bunga turun 10%, maka biaya akan bertambah sebesar Rp 5.336.196,39, sedangkan jika bunga naik 10%, maka biaya akan berkurang sebesar Rp 10.672.392,78.

Sedangkan dengan melihat grafik analisis sensitivitas tornado untuk challenger dapat diketahui bahwa dengan operasional turun 10%, maka biaya akan berkurang sebesar Rp 2.085.877,17, sedangkan dengan operaional naik 10%, maka biaya akan bertambah yaitu sebesar Rp 2.047.269,39. Tetapi jika nilai bunga turun 10%, maka biaya akan bertambah sebesar Rp 18.614.538,57, sedangkan jika bunga naik 10%, maka biaya akan berkurang sebesar Rp 37.229.277,14. Dan dapat disimpulkan bahwa biaya upah dan juga biaya operasional lebih sensitif dibandingkan nilai bunga.

10. Kesimpulan dan Saran

Alat yang dirancang dapat mengidetifikasi kualitas accept atau reject dan mana produk tipe prima, ekonomi, dan KW. Hasil identifikasi menggunakan metode RCA, yaitu adanya operator lalai, peralatan yang mulai rusak dan lingkungan

yang panas. Selain itu, kapabilitas proses pengukuran dimensi dalam kondisi sangat jauh dari baik dikarenakan spesifikasi yang ditentukan terlalu ketat hanya 0,2 cm. Dan dengan tingkat akurasi sebesar 98% sehingg dapat dikatakan bahwa alat tersebut dapat membaca jenis cacat secara akurat

Adapun saran yang dapat diberikan adalah alat dan software masih diperlukan perbaikan kecil agar siap dipasarkan. Dan dalam pengembangan penelitian selanjutnya dapat ditambahkan sensor dimensi dan kecepatan konveyor dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dhillon, B. 2006. Maintenability, Maintenance, and

Reliability for Engineers. Boca Raton,

Florida: CRC Press Taylor & Francis Group. Granovetter, Mark. 2004. Threshold Models of

Collective Behavior. The American Journal

of Sociology: Volume 83 No. 6

Groover, Mikell. P. 2001. Automation, Production

Systems, and Computer Integrated Manufacturing. London : Prentice Hall Inc.

Indonesia, Bank. 2013. BI Rate. Dipetik Juli 9, 2013, dari

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rat e/Data+BI+Rate/

Kehoe, L., G. Coyle, S. Murray, C. M. Flannery, dan G.M. Crean. 2000. Laser Ultrasonic Surface

Wave Inspection of Alumina Ceramics of Varying Density. Journal of Ultrasonics 38: 508-512.

Mery, Domingo dan Miguel Carrasco. 2005.

Automated Multiple View Inspection Based on Uncalibrated Image Sequences.

SCIA-LNCS 3540, pp. 1238-1247.

Montgomery, Douglas C. 2005. Statistical Quality

Control: A Modern Introduction. Arizona:

John Wiley & Sons, Inc.

Schon, John A. 1999. Introduction to Manufacturing

Processes: Proses Manufaktur. Yogyakarta :

Andi. templates/pareto/pareto-chart-bar- chart-histogram-and-pareto-principle-8020-rule/.

Smith, Melvyn L., dan Richard J. Stamp. 2000.

Automated Inspection of Textured Ceramic Tiles. Journal of Computer in Industry 4:

73-82. dari http://lorien.ncl.ac.uk/ming/spc/spc0.htm.

Wasista, Sigit. 2009. “Transformasi Derajat Keabuan”, Dipetik Februari 14,2013, dari

http://wasista- eepis.blogspot.com/2009/03/transformasi-derajat-keabuan.html

Gambar

Gambar 1 Flow Chart Alur Kerja Software
Gambar 9 Peta Pengendali Kontrol X Bar-S Charts untuk  Sisi A
Gambar 12 Peta Pengendali Kontrol untuk P Charts

Referensi

Dokumen terkait

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis, spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di

(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa kekayaannya diperoleh bukan berasal dari tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim

Operasi pada Jtable yang meliputi penambahan baris, penghapusan baris, atau refresh tabel berguna apabila Jtable akan digunakan sebagai fasilitas untuk melakukan input

Teori plate tektonik berasal dari teori continental drift (hanyutan benua) yang pertama kali dikemukanan oleh Alfed Wegener di tahun 1912 yang menyatakan

Kenaikan surplus perdagangan terbesar tejadi pada sektor agroindustri non pengolahan makanan, sementara surplus perdagangan sektor agroindustri pengolahan makanan

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga

BRI  memiliki  2  jenis  tabungan  yang  dipasarkan  untuk  segmen  yang  berbeda, . yaitu  Tabungan  BRI  BritAma  untuk  segmen  korporat