1
PERAN GURU SEJARAH DALAM PEMBENTUKAN SIKAP
NASIONALISME SISWA KELAS X DI SMAN 1 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
JURNAL
ISTRA NELLI
NIM. 11020037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
2
Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X Di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya
Istra Nelli1
Kaksim2
Ranti Nazmi3
Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research describes about “History Teacher's Role In Attitude Formation Nationalism at the Class X at SMA N 1 Pulau Punjung ,Dharmasraya. This type of research used in this research is a qualitative descriptive study research located in SMA N 1 Pulau Punjung, Dharmasraya. The informants in this research is the principal, teachers of history, and students. Through observation, interviews and documentation. The results showed that: (1) the role of history’s teachers in instilling patriotism from an early age by having students put pictures of the hero in the classroom. (2) the role of history’s teachers in the use of language that is good and right in the school environment is not going well because in school history teachers sometimes use Indonesian, sometimes using Minang language. (3) the role of history’s teachers in instilling values of heroism, has also been carried out by a history teacher by telling about leadership owned by Soekarno. (4) the role of history’s teachers in instilling and developing a sense of responsibility in preserving the environment has been carried out also by teachers of history by having students work together on every Saturday. The barriers experienced by teachers of history (1) barriers to teachers in instilling patriotism from an early age is a serious student does not respond to what is conveyed by the teacher. (2) barriers to teachers in the use of language is good and right, students were prefer called by teachers using Minang language. (3) barriers to teachers in instilling the values of heroism is when the teacher tells Soekarno leadership, students became sleepy in the class. (4) the obstacle is when the teacher asks students sharing work to each other many students who do not want to attend.
Key words: Roles, teacher of history, nationalism
1 Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
3
ABSTRAKIstra Neli (NPM: 11020037), Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X Di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2015.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang, Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X Di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru sejarah, dan siswa. Melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) peran guru sejarah dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini dengan cara menyuruh siswa memajang foto pahlawan di dalam kelas. (2) peran guru sejarah dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar di lingkungan sekolah belum berjalan dengan baik karena di lingkungan sekolah guru sejarah kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia, kadang-kadang menggunakan bahasa Minang. (3) peran guru sejarah dalam menanamkan nilai-nilai kepahlawanan juga telah dilaksanakan oleh guru sejarah dengan cara menceritakan tentang kepemimpinan yang dimiliki oleh Soekarno. (4) peran guru sejarah dalam menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara kelestarian lingkungan sudah dilaksanakan juga oleh guru sejarah dengan cara menyuruh siswa bergotong royong pada setiap hari Sabtu. Adapun hambatan yang dialami oleh guru sejarah (1) hambatan guru dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini adalah siswa tidak serius menanggapi apa yang disampaikan oleh gurunya. (2) hambatan guru dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar, siswa lebih suka di tegur oleh guru dengan menggunakan bahasa Minang. (3) hambatan guru dalam menanamkan nilai-nilai kepahlawanan adalah pada saat guru menceritakan kepemimpinan Soekarno siswa mengantuk di dalam kelas. (4) hambatannya adalah disaat guru menyuruh siswa gotong royong siswa banyak yang tidak hadir.
4
PENDAHULUANPermasalahan sikap nasionalisme sudah menjadi tugas bersama yakni dari keluarga, masyarakat, pemerintah. Baik orang tua, guru maupun masyarakat diharapkan mampu memberikan contoh yang kongkrit hingga akhirnya tertanam dalam diri generasi muda bagaimana sikap kebangsaan yang sebenarnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta terhadap tanah air. Seperti belajar dengan baik dalam menggapai cita-cita untuk mengisi kemerdekaan atau menunjukkan sikap peduli pada negara dengan tidak acuh pada sekitar, menjaga dan memelihara alam semesta, serta menjaga kekayaan bangsa yang telah sekian lama diperjuangkan dan dibangun oleh para pejuang terdahulu kita. Para ahli menyatakan pendapat tentang pengertian nasionalisme, seperti (Purcell Hugh, 2000; Benedict Anderson, 2001) menyebutkan bahwa nasionalisme dapat dinyatakan suatu paham berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu diserahkan kepada negara kebangsaan. Bagi Otto Bauer, nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib. Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar individu
dimana mereka menyatakan rasa
kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama didalam suatu bangsa (Prawiraningrat, 2012).
Berdasarkan pengamatan peneliti pada bulan November 2014 di SMA Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya ditemukan fenomena bahwa terlihat masih banyak siswa yang belum mampu mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah diantaranya perihal berpakaian seragam, beberapa diantaranya ditemukan siswa yang tidak mengenakan kelengkapan seragam. Kelengkapan tersebut seperti nama pada baju, kalaupun ada namanya tidak dijahit secara permanen, hal lain yang terjadi adalah siswa masih menggunakan
jaket sampai kedalam kelas dan
mengeluarkan bajunya. Hal tersebut menunjukkan sikap kurang disiplin siswa. Tingkat kedisiplinan yang rendah turut berdampak pada sikap nasionalisme. Perwujudan nasionalisme dapat dilihat
ketika mengikuti upacara bendera hari senin, beberapa siswa masih saja
berbincang-bincang dengan teman
disebelahnya. Hal ini mengindikasikan permasalahan dalam menurunnya sikap nasionalisme siswa dibuktikan dengan mereka tidak peduli lagi dengan apa yang dimiliki oleh bangsanya sendiri.
Peranan guru menjadi sangat penting dalam pembentukan sikap siswa yang mempunyai sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme yakni sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang khususnya siswa sehingga dalam proses pembangunan menjadi modal penting demi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang guru dalam proses belajar mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi tetapi juga harus berupaya agar materi pelajaran yang disampaikan menjadi kegiatan yang menyenangkan serta dapat
mengupayakan tumbuhnya sikap
nasionalisme pada diri siswa. Faktor kemampuan sangat penting dimiliki oleh setiap guru dalam membentuk sikap nasionalisme siswa. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti “Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya”.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan di teliti dibatasi tentang peran guru sejarah dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA
N 1 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana peran guru sejarah dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya?2.
Hambatan-hambatan apa saja yang muncul dalam proses pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya yang dilakukan oleh guru Sejarah?2
Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan peranan guru sejarah dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. b. Mendeskripsikan hambatan-hambatan
apa saja yang muncul dalam proses pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya yang
dilakukan oleh guru sejarah.
Manfaat Penelitian
a. Bagi akademis khususnya program studi PIPS, menjadi bahan informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam membentuk karakter dan sikap nasionalisme dalam meningkatkan kualitas belajar anak didik melalui proses pembelajaran yang berkualitas. b. Bagi guru dapat dijadikan pegangan
untuk membentuk sikap nasionalisme siswa agar siswa menanamkan sikap yang baik, toleransi dan disiplin disekolah.
c. Bagi siswa supaya dapat meningkatkan kedisiplinannya dan meningkatkan motivasi pembelajaran sejarah yang lebih baik.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Meliana. (2011). Skripsi: Universitas Negeri Padang dengan judul ”Pengaruh
PKN Dalam Megembangkan Sikap
Nasionalisme Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 13 Padang”. Hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa sikap cinta tanah air rata-rata bersikap setuju dengan presentase 54,11%, sikap persatuan dan kesatuan rata-rata 56,3%, siswa bersikap setuju sedangkan untuk sikap rela berkorban 50,3%, rata-rata siswa bersikap setuju, sikap pantang menyerah rata-rata siswa bersikap setuju yaitu 51,7%, dari beberapa indikator diatas rata-rata sikap nasionalisme siswa adalah 53,1% bersikap setuju dengan sikap nasionalisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap cinta tanah air, sikap persatuan dan kesatuan, sikap rela berkorban dan sikap pantang menyerah siswa SMA Negeri 13 Padang bersikap setuju. Hal ini membuktikan bahwa sikap yang dimiliki siswa di SMA Negeri 13 Padang terbilang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sa’diyah, Lailatus. (2013). Skripsi: Universitas Gajah Mada (UGM) “Upaya Pendidikan Karakter dalam membentuk Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Kudus Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menjelaskan tentang pendidikan karakter terlihat pada internalisasi nilai-nilai nasionalisme, nilai tanggung jawab, nilai disiplin, nilai toleransi, nilai kerja keras, dan nilai peduli sosial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Karni Indra. (2008). Skripsi: Universitas Negeri Padang dengan judul
“Upaya Guru Dalam Meningkatkan
Keterampilan Sikap Siswa Mengikuti Pelajaran”. Hasil penelitian ini mengungkapkan upaya guru pembimbing
dan guru mata pelajaran dalam
meningkatkan keterampilan sikap siswa mengikuti pelajaran. Dari hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa guru pembimbing dan guru mata pelajaran sudah melakukan upaya dalam meningkatkan keterampilan sikap siswa mencatat materi pelajaran, namun upaya tersebut berada pada kategori cukup, upaya yang dilakukan guru pembimbing dan guru mata pelajaran dalam membantu siswa meningkatkan keterampilan sikap bertanya dan menjawab juga masih berada pada kategori cukup, kemudian upaya guru pembimbing dalam
membantu siswa meningkatkan
keterampilan sikap mengemukakan
pendapat sudah berada pada kategori baik. Berdasarkan penelitian relevan diatas maka penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda dengan penelitian diatas, yang mana bedanya penelitian ini terfokus pada “Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X Di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya”.
Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti, jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Alasan penulis menggunakan studi evaluasi dengan analisis kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
3
Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.
Informan Penelitian
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, maka informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah dan guru Sejarah di SMA Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya, karena kepala sekolah termasuk orang yang cukup berpengaruh besar terhadap pengembangan sikap siswa secara umum dan keseluruhan, sehingga melalui kepala sekolah sebagai informan dapat diperoleh hasil penelitian secara umum dan luas. Perolehan informan penelitian selanjutnya yang terakhir adalah siswa itu sendiri siswa kelas X.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan langsung turun kelapangan untuk
mendapatkan sejumlah data yang
dibutuhkan berkenaan dengan Peran Guru Sejarah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Sesuai dengan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi dilakukan adalah observai terbuka, artinya penulis melakukan pengamatan diketahui oleh subjek penelitian, dengan demikian penulis dapat mengamati secara bebas dan mendapatkan informasi yang detail, karena diketahui oleh subjek penelitian.
2. Wawancara
Dalam wawancara berlangsung peneliti mencatat hasil wawancara tersebut, kemudian peneliti menjadikan satu kesatuan yang utuh supaya dapat dianalisa secara kualitatif. Dalam penelitian dilapangan, objek yang diteliti yaitu Kepala sekolah, guru Sejarah di SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Dalam melakukan penelitian ini menggunakan alat penelitian berupa pedoman wawancara
berupa rumusan pertanyaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan, catatan harian penelitian yang menulis bawa setiap pergi ke lapangan. Adapun pencatatan dan wawancara dilakukan dengan menggunakan beberapa alat wawancara, yakni berupa catatan lapangan dan pedoman wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian, data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder melalui arsip sekolah yakni standar penelitian yang dibuat oleh guru Sejarah SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
Validitas Data
Berdasarkan hal di atas, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber menurut Moleong (2009:330) adalah membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara, dengan demikian data-data yang diperoleh dilapangan sudah teruji keberadaannya dan dapat dibuatkan kedalam suatu laporan penelitian.
Teknik Analisa Data
Menurut Sugiyono (2012:244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dilakukan menurut model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai peran guru sejarah dalam
4 pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Peran guru sejarah dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa itu akan dijelaskan di bawah ini.
1. Peran guru sejarah dalam
menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini
Berdasarkan hasil wawancara terlihatlah bahwa peran guru sejarah dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia
dini sudah dilaksanakan dalam
pembelajaran sejarah oleh guru sejarah. Karena peran guru sejarah sangat penting dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini agar kedepannya siswa lebih bisa menjadi generasi muda yang berguna. Peran yang dilakukan oleh guru sejarah dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini kepada siswa di sekolah adalah: (1) menyuruh siswa memajang foto pahlawan di dalam kelas, (2) menceritakan tentang peristiwa sejarah Indonesia dari zaman penjajahan.
2. Peran guru sejarah dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar kepada siswa
Hal ini dapat terlihat disaat guru menegur siswa yang tertidur di dalam kelas siswa tidak menghiraukan guru mereka. Namun ketika guru menggunakan bahasa Minang pada saat menegur siswa baru mereka bisa memahami apa yang dimaksud guru mereka.
3. Peran guru sejarah dalam
menanamkan nilai-nilai keteladanan
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, bahwasannya peran guru sejarah seperti yang dikemukakan oleh bapak Syafridon Syamsir, nasionalisme (nation) harus berasal dari siswa itu sendiri, mereka harus melihat tokoh-tokoh nasional yang terdahulu. Karena anak bangsa yang menjadi penerus 5 tahun atau 10 tahun kedepannya.
4. Peran guru sejarah dalam
menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara kelestarian lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa guru harus disiplin, agar siswanya disiplin dan
mencintai guru sejarahnya. Karena guru adalah pemberi contoh yang baik terhadap sikap siswanya. Peran guru disini mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara lingkungan sekolah. Salah satu contoh yang dilakukan guru adalah: (1) menyuruh siswa membuang sampah pada tempatnya, (2) bergotong royong setiap hari sabtu agar lingkungan sekolah bersih dan rapi.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan penelitian mengenai peranan guru sejarah dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa kelas X di SMA
N 1 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. (a) peran guru sejarah dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini dengan cara menyuruh siswa memajang foto pahlawan di dalam kelas. (b) peran guru sejarah dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar di lingkungan sekolah belum berjalan dengan baik karena di lingkungan sekolah guru sejarah kadang-kadang menggunakan bahasa
Indonesia, kadang-kadang
menggunakan bahasa Minang. (c) peran guru sejarah dalam menanamkan nilai-nilai kepahlawanan juga telah dilaksanakan oleh guru sejarah dengan
cara menceritakan tentang
kepemimpinan yang dimiliki oleh Soekarno. (d) peran guru sejarah dalam
menanamkan dan mengembangkan
sikap bertanggung jawab dalam memelihara kelestarian lingkungan sudah dilaksanakan juga oleh guru sejarah dengan cara menyuruh siswa bergotong royong pada setiap hari Sabtu.
2. Adapun hambatan yang dialami oleh guru sejarah (a) hambatan guru dalam menanamkan rasa cinta tanah air sejak usia dini adalah siswa tidak serius menanggapi apa yang disampaikan oleh gurunya. (b) hambatan guru dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar, siswa lebih suka di tegur oleh guru dengan menggunakan bahasa Minang. (c) hambatan guru dalam menanamkan nilai-nilai kepahlawanan adalah pada saat guru menceritakan
5
kepemimpinan Soekarno siswa
mengantuk di dalam kelas. (d) hambatannya adalah disaat guru menyuruh siswa gotong royong siswa banyak yang tidak hadir.
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan melalui skripsi peneliti ini adalah :
1. Bagi guru sejarah
a. Agar selalu berusaha meningkatkan kreativitas untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada diri siswa b. Agar selalu berusaha meningkatkan
inovatif dan kreatif dalam penggunaan metode dan media pembelajaran
2. Bagi SMA N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya
a. Supaya pihak sekolah melengkapi fasilitas sekolah guna menunjang pembelajaran sejarah
b. Supaya pihak sekolah melakukan rapat kerja mengenai penanaman nilai dalam pelaksanaan semua mata pelajaran
c. Supaya pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa.
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku
Ilahi, M. T. (2012). Nasionalisme Dalam
Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma
Pembangunan&Kemandirian Bangsa. Depok: Ar-ruzz Media.
Imam wahyudi. 2012. Mengejar
Profesionalisme Peran Guru.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Iskandar. 2009. Metodelogi Penelitian
Pendidikan dan Sosial.
(kuantitatif dan kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press. Magdalia Alfian, dkk. 2003. Sejarah Untuk
SMA dan MA Kelas IX .
Bandung: PT Gelora Aksara Pratama.
Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bina Ilmu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Fungsi Pendidikan
Nasional.
Sanapiah Faisal. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya:
Usaha Offset Printing
Smith, A. D. (2003). Nasionalisme: Teori,
Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Susanto& Hika D. Asril Putra. 2010.
Memupuk Semangat
Kebangsaan. Jakarta: CV
Binamuda Ciptakreasi.
Sutarjo Adisusilo. 2012. Pembelajaran
Nilai-Krakter. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Syamdani. 2011. Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Teras.
Zusmelia, dkk. 2010. Panduan Penulisan
Skripsi STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang.
2. Skripsi
Meliana. (2011). Pengaruh PKN Dalam
Mengembangkan Sikap
Nasionalisme Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 13 Padang. Skripsi:
Universitas Negeri Padang.
Sa’diyah, Lailatus. 2013. Upaya
Pendidikan Karakter dalam membentuk Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Kudus Tahun Ajaran 2012/2013.
Skripsi: Universitas Gajah Mada (UGM).
Karni Indra. (2008). Upaya Guru Dalam
Meningkatkan Keterampilan
Sikap Siswa Mengikuti
Pelajaran. Skripsi: Universitas