• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keduanya menjadi kebutuhan pokok manusia dan sama-sama memiliki peran yang besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keduanya menjadi kebutuhan pokok manusia dan sama-sama memiliki peran yang besar"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dan sains adalah dua hal yang saling berhubungan satu sama lain. Keduanya menjadi kebutuhan pokok manusia dan sama-sama memiliki peran yang besar dalam sistem kehidupan manusia. Agama bagi manusia sebagai pedoman, petunjuk, kepercayaan, dan keyakinan bagi pemeluknya untuk hidup sesuai dengan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir.

Eksistensi agama yang diimani, diyakini dan diamalkan ajarannya akan membawa pemeluknya dalam hidup dan sistem kehidupan lebih baik, tertib dan berkualitas. Aspek kehidupan meliputi: agama, sains, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan, olahraga kesenian, kesehatan, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan.1

Agama Kristen berjumpa dengan sains modern pada abad ke-17 tanpa ada pertentangan di dalamnya. Orang-orang yang menggagas revolusi ilmiah adalah orang kristen taat yang menuntut ilmu demi mempelajari ciptaan Tuhan. Pada abad ke-18, beberapa ilmuwan berkeyakinan bahwa Tuhan Sang Perancang Alam Semesta—bukan lagi Tuhan yang personal—terlibat aktif dalam kehidupan manusia dan dunia. Pada abad ke-19, sejumlah ilmuwan mengabaikan agama—kendatipun Darwin sendiri masih berkeyakinan bahwa evolusi (bukan detail dari spesies tertentu) merupakan kehendak Tuhan itu sendiri.

1 Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 3-4.

▸ Baca selengkapnya: gagasan pokok yang dikemukakan penyair,gagasan pokok ini menjadi dasar digubahnya sebuah puisi

(2)

Interaksi antara agama dan sains pada abad ke-20 mengambil beragam bentuk. Temuan-temuan baru dalam sains menantang gagasan-gagasan keagamaan klasik. Sebagai respon atasnya, beberapa orang berupaya mempertahankan doktrin tradisional, sebagian yang lain meninggalkan tradisi dan merumuskan kembali konsep keagamaan secara ilmiah.2

Setelah abad itu, sains dan agama mulai dianggap bertentangan satu sama lain. Banyak konflik yang terjadi akibat pertentangan ini terutama dalam isu evolusi. Namun konflik tersebut tidak akan terjadi apabila agama dan sains berdiri sendiri dan tidak dikaitkan satu sama lain. Maka, apabila sains dan agama berdiri secara independen, sains akan bertugas dalam mencari hubungan sebab-akibat antar peristiwa, sedangkan agama mencari makna dan tujuan hidup. Dua pencarian ini menawarkan perspektif yang saling melengkapi tentang dunia—masing-masing berdiri sendiri, terpisah, dan tidak terlibat hubungan konflik.

Kenyataannya, sains tidak dapat menjelaskan pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia tentang kehidupan. Sains sendiri dapat memicu timbulnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Mengapa harus ada alam semesta? Mengapa jagat raya memiliki keteraturan? Apakah alam merupakan buatan Sang Perancang yang cerdas? Akal manusia memiliki keterbatasan sehingga pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak bisa dijawab oleh sains yang bersifat logis. Berapa teolog berupaya merumuskan kembali gagasan-gagasan tradisional tentang Tuhan dan manusia dengan mempertimbangkan temuan-temuan sains sembari tetap berpegangan pada ajaran utama agama mereka.

2

(3)

Sementara itu, para intelektual Muslim, yang diharapkan masyarakat bisa mendiagnosa masalah-masalah dengan jujur dan memberikan obat, juga tersesat dalam badai penolakan yang kejam oleh Barat. Badai ini telah muncul pada abad yang lalu, yang ditiupkan oleh orang-orang yang mendasarkan diri pada sains-isme, rasionalisme, dan positivisme. Akibat kontradiksi antara temuan-temuan sains dan ajaran Nasrani yang diselewengkan serta sikap gereja terhadap sains dan ilmuwan, Eropa nyaris kehilangan keyakinannya. Dan konsekuensinya, wahyu dikalahkan oleh nalar manusia, menggoncang hingga ke akar-akar bangunan Islam, yang telah tua dan membusuk di hati dan pikiran, baik pada diri per orang maupun pada kehidupan masyarakat Islam secara keseluruhan.3

Said Nursi tampil sebagai seorang ulama besar Turki yang memperjuangkan gagasan-gagasannya demi membangkitkan kembali dunia Islam, ketika situasi dan kondisi kehidupan bangsa yang gawat dan saat bangsa dan negara dihadapkan pada perubahan di bidang sosial kemasyarakatan yang terjadi secara dipaksakan.

Ketika pimpinan berada di tangan Mustafa Kamal—presiden pertama Turki yang memperjuangkan sekularisme—terjadilah sejumlah perubahan besar di Turki: kekhalifahan ditanggalkan, undang-undang negara yang berdasarkan syariat Islam diganti dengan undang-undang Swiss. Banyak hal yang diubah dalam sistem pemerintahan Turki ketika pemerintah berusaha untuk menjadikan Turki sebagai negara Sekuler. Mereka menginginkan sebuah kehidupan yang berkiblat pada dunia Barat dan berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Arab. Mereka mulai

3

Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura Kencana, halaman x

(4)

mengganti huruf Arab dengan huruf Latin, hingga azan pun dikumandangkan dalam bahasa Turki.4

Said Nursi berjuang mengembalikan Turki ke masa kejayaannya dimana Islam menjadi dasar segala undang-undang dan hukum. Said Nursi berpendapat5 bahwa yang harus dilakukan umat Islam dalam menghadapi kemerosotannya adalah menghadirkan kembali pokok-pokok inti keimanan Islam beserta seluruh cabangnya ke semua aspek kehidupan manusia modern, termasuk dalam kekuatan nalarnya. Agar masyarakat Islam yang sekarang kandas di dunia modern itu bisa bangkit lagi.

Said Nursi hidup di masa ketika materialisme berada pada titik puncak kejayaannya dan ketika banyak orang menjadi gila akibat komunisme serta keadaan dunia mengalami krisis. Karena takjub dengan kemajuan sains dan militer Barat, juga akibat pengaruh tren-tren pemikiran modern, orang-orang di seantero dunia Islam terdorong untuk merusak akar kesejahteraan mereka. Banyak diantara mereka yang kehilangan keyakinan. Para periode kritis itu, banyak intelektual muslim yang menyimpang dari jalan yang benar dan hanya menyandarkan intelektualitas mereka pada apa saja yang datang dari Barat atas nama ide. Saat itulah Said Nursi menunjukkan kepada masyarakat sumber keimanan, dan menanamkan pada hati mereka harapan yang kuat akan sesuatu kebangkitan yang menyeluruh. Dia menulis untuk menunjukkan kebenaran dari dalil-dalil keimanan Islam dan dengan heroik menentang gerakan-gerakan penyelewengan.6

4

Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman 7

5 Ibid, halaman x 6

(5)

Hidup dalam dunia modern—dimana ilmu pengetahuan telah berkembang pesat— membuat Said Nursi beranggapan bahwa kerusakan yang terjadi di masa ini sesungguhnya bukan dikarenakan kebodohan. Said Nursi melihat kekafiran modern berakar dari sains dan filsafat, bukan dari kebodohan sebagaimana dikemukakan oleh orang-orang sebelum dia.

Terdapat sebuah paradoks yang menjadikan manusia modern berada dalam keadaan dilema. Kelemahan umat Islam dalam bidang sains membuat mereka berada jauh dari Barat. Umat Islam yang tak memiliki keunggulan dalam sains dan teknologi akhirnya mengalami banyak ketertinggalan di bidang ekonomi maupun militer. Namun sayangnya, Barat yang memiliki keunggulan dalam bidang sains dan teknologi justru mengalami kemerosotan dalam bidang spiritualitas. Akibatnya, mereka mengalami kemiskinan nilai-nilai rohani, dan jatuh ke dalam pesimisme yang berlebihan, tidak bahagia dan mengalami krisis rohani.

Said Nursi berpendapat7 bahwa alam adalah kumpulan tanda-tanda Ilahi dan karena itu sains dan agama bukanlah dua bidang yang berseberangan. Keduanya adalah ekspresi yang tampak berbeda dari satu kebenaran yang sama. Pikiran harus dicerahkan dengan sains, sedangkan hari harus diterangi dengan agama.

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas, penulis bermaksud untuk memaparkan pemikiran Said Nursi tentang integrasi antara agama dan sains modern yang menjadi buah pikirannya dalam menentang sekularisme yang membuat Turki nyaris kehilangan keyakinannya. Namun buah pikirannya itu justru mengakibatkannya diasingkan di tempat terpencil. Tapi di situlah Said Nursi mengawali maha karyanya berjudul Risalah Nur, sebuah buku yang menjelaskan tentang keagungan Allah sebagai

7

(6)

penguasa langit dan bumi. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa seluruh dunia ini tidak mungkin dapat terpisahkan dari urusan agama, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan atau sains.

Berdasarkan pemikiran Said Nursi tentang integrasi antara agama dan sains modern, maka timbul niat untuk mendirikan sebuah sistem pendidikan di mana teori-teori dan penemuan-penemuan dalam sains akan bersatu padu dengan penjelasan agama. Hal tersebut tak lain bertujuan agar masyarakat Turki tidak mengalami kekosongan spiritual yang berpotensi membawa masyarakatnya pada ateisme.

Penelitian ini tidak menjelaskan secara rinci tentang sistem pendidikan yang dicetuskan oleh Said Nursi, melainkan tentang bagaimana gagasan-gagasan Said Nursi mengenai hubungan sains modern dengan keimanan manusia yang terwujud dalam kesadaran beragama. Alasan penulis mengangkat tokoh ini dikarenakan pemikirannya yang sangat mendalam mengenai akar-akar kemerosotan dunia Islam. Said Nursi menjelaskan kemerosotan umat Islam disebabkan oleh pondasi yang tidak kokoh, yaitu iman. Selain itu, Said juga mengatakan bahwa kebodohan umat Islam dalam hal sains modern menjadi salah satu faktor utama kemerosotan. Said memiliki gagasan-gagasan yang seimbang mengenai keimanan dan modernitas. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahasnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini terdiri dari dua pokok permasalahan, yaitu: 1. Apa gagasan Said Nursi tentang hubungan antara agama dan sains modern?

(7)

2. Bagaimana implementasi pemikiran Said Nursi tentang integrasi agama dan sains modern?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gagasan Said Nursi tentang hubungan antara agama dan sains modern. 2. Mengetahui implementasi pemikiran Said Nursi tentang integrasi agama dan sains

modern.

D. Manfaat Penelitian

Peneltian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemikiran Said Nursi tentang hubungan agama dan sains modern, serta bagaimana gagasan Said tentang penyatuan antara keduanya. Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi rujukan bagi penelitian lain yang ingin mengkaji pemikiran Said Nursi.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini akan membahas pemikiran Said Nursi tentang hubungan antara agama dan sains modern. Mendeskripsikan bagaimana pemikiran Said Nursi mengenai esensi masing-masing, dan menjelaskan gagasannya tentang integrasi antara keduanya.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang digunakan oleh peneliti adalah buku yang membahas kasus terkait penelitian yang diangkat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hisyam Nur (mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon) dalam tesisnya Pendidikan Akhlak Menurut Said Nursi, penelitian ini menjelaskan tentang pandangan Said

(8)

Nursi terhadap pendidikan yang didasari atas pemahamannya terhadap Al-Qur‟an dan ilham dari Allah Swt. Menerangkan tentang tugas pokok dari pendidikan akhlak,yaitu memperkokoh prinsip-prinsip yang dimiliki oleh manusia untuk mencapai tingkatan manusia seperti Nabi yang harmonis dan seimbang secara positif yang melahirkan sikap hidup mulia dengan akhlak karimah. Hal yang paling prinsip dalam memperkuat pemahamannya adalah interpretasinya tentang manusia, alam semesta dan Allah. Prinsip menguatkan iman sangat relevansi bagi sikap akidah generasi muda. Said Nursi meyakini bahwa iman pokok dalam menjalani kehidupan. Iman yang dimaksud adalah iman yang tercukup dalam rukun iman. Dasar keimanan adalah kalimat Tiada Tuhan Selain Allah yang mengakui secara totalitas kekuasaan Allah. Akidah generasi muda cenderung tidak didasari keyakinan yang kokoh, karena itu Said Nursi menekankan agar menguatkan iman.

2. Rose Familia Octaviani (mahasiswi program pascasarjana Universitas Indonesia) dalam makalahnya berjudul Pemikiran Pembaharuan Agama dan Sosial Badiuzzaman Said Nursi dan Critical Review Buku “The Historyof Islamic Political Thought” Karya Antony Black, makalah ini menjelaskan tentang pemikiran Said Nursi mengenai pembaharuan agama dan politik di Turki. Kedua ranah pembaharuan tersebut dibagi menjadi dua pembahasan mengenai revitalisasi iman dan pembaharuan agama, dan usaha politik Said Nursi dalam gerakkan Nursiyyah. Penulis membahas perjuangan mulia Badiuzzaman Said Nursi dalam pembaharuan agama yang diarahkan pada revitalisasi iman berdasarkan 6 rukun Iman yang fundamental. Melalui revitalisasi ini, umat Islam dapat berdiri tegak melawan gempuran pemikiran materialisme Barat yang merusak nilai-nilai moral Islam.

(9)

Dengan menjadikan Risālatu’n-nūr poros gerakan Nursiyyah, Said Nursi berharap dengan demikian memperkuat rasa persatuan umat Islam melalui strategi kepribadian kolektifnya yang terinspirasi dari gerakan politik Utsmani Muda. Sebuah konsep kolektivisme, melawan individualisme, yang aksi-aksinya lebih dilakukan oleh pengikut Nursi tanpa bermaksud menggulingkan pemerintahan yang ada secara anarkis. Kebangkitan Turki sebagai pusat peradaban Islam modern dengan demikian, meski perlahan, akhirnya mulai menunjukkan hasil di era modern.

3. Mirza Ilman Ridho (mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya) dalam skripsinya berjudul Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan Perspektif Said Nursi dan Paulo Freire, penelitian ini membahas tentang pemikiran humanistik Said Nursi dalam pendidikan yang didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia terutama pada potensinya. Pendidikan humanistik bertumpuh pada proses pembelajaran yang bukan sekedar hasil, karena proses pendidikan yang cenderung menekankan hasil akan menjadikan matinya mental dan kreatifitas peserta didik. Sedangkan Pemikiran humanistik Paulo Freire dalam pendidikan, dapat dilihat dari usaha-usaha pendidikan yang digagasnya, yaitu harus melepaskan diri dari kecenderungan hegemoni dan dominasi, karena menurutnya pendidikan yang mempunyai karakteristik hegemonik dan dominasi tidak akan pernah mampu membawa para peserta didik pada pemahaman diri dan realitasnya secara utuh, hal inilah yang menjadikan peserta didik terhambat kreatifitas serta daya kritisnya. Penelitian ini juga membahas tentang beberapa persamaan dan perbedaan antara pemikiran pendidikan humanistik Said Nursi dan Paulo Freire. Adapun persamaannya dapat dilihat dari pandangan mereka tentang konsep manusia dan pendidikan, meliputi: 1. Pengakuan terhadap keberadaan

(10)

fitrah manusia. 2. Humanisasi pendidikan. 3. Sama-sama memandang pendidik sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memberi arahan atau tuntunan, juga menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik. 4. Memandang peserta didik sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami diri sendiri menurut kodratnya. Adapun hasil analisis mengenai perbedaanya meliputi: 1. Pendidikan Said Nursi lebih mengutamakan nilai luhur, kebudayaan atau budi pekerti, yang dari situ, nantinya akan tercipta rasa kasih sayang atau saling menghormati sesama dalam diri setiap individu, sedangkan Freire ingin mengkonstruk pendidikan sebagai media untuk keluar dari belenggu penindasan. 2. Dalam Proses pembelajaran, Said Nursi disini mengajarkan peserta didik diperlukan ketegasan atau keras maupun dengan bersendagurau, hal tersebut dapat disesuaikan dengan kecenderungan pesera didik, serta menggunakan bahasa ibu yang bersifat menuntun atau membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan potensi secara utuh, sedangkan Freire dengan metode hadap masalah, mengembangkan paserta didik untuk berfikir lebih kritis dalam menghadapi masalah dan memecahkan masalahnya.

4. Sujiat Subaidi (mahasiswa pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya) dalam disertasinya berjudul Tafsir Kontemporer Bediuzzaman Said Nursi Dalam Risale-i Nur: Studi Konstruk Epistemologi. Dalam penelitiannya penulis membahas mengenai model pemikiran Nursi sehingga menghasilkan metode tafsir yang spesifik dalam Risālatu’n-nūr, mengetahui corak dan metodologi tafsir Nursi dalam magnum

opusnya Risālatu’n-nūr, menemukan bagaimana konstruk epistemologi tafsir Nursi.

Penulis menemukan bahwa Metode penafsiran yang diterapkan oleh Nursi adalah metode kesatuan tematik kritis. Metode yang menggabungkan dari segi sasaran dan

(11)

turunnya ayat dengan aliran penafsiran. Suatu metode tafsir yang menggabungkan antara dua entitas metode tafsir kontemporer; metode tematis dan metode nalar kritis. Dua metode ini, dipadukan oleh Nursi, dengan memberi sentuhan kuat pada spirit perubahan positif, namun tetap memperhatikan keseimbangan antara teks dan konteks, antara otentisitas dan elastisitas. Penulis menemukan pula bahwa Nursi tidak merujuk pada referensi lain selain al-Qur‟an, dan memadukannya dengan elastisitas nalar yang bersumber dari otentisitas teks, mengacu pada kesesuaian konteks yang dialektis dan dinamis, sehingga produk tafsirnya lebih mampu “menyapa dan berdialog” dengan zaman. Selain itu, adanya prinsip logika proses dalam keutuhan konsep al-Qur‟an, menjadikan tipologi tafsirnya tampak lebih aplikatif, dan bersemangat kekinian. Variabel kebenaran tafsir yang dipakai Nursi selaras dengan sumber kebenaran primer yakni Al-Qur‟an dan Sunnah.

(12)

5. Lina Dya Ambarwati (mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya) dalam skripsinya berjudul Pendidikan Akhlak Perspektif Badiuzzaman Said Nursi dan Sayed Muhammad Naquib Al-Attas, yang membahas tentang pandangan-pandangan Badiuzzaman Said Nursi dan Sayed Muhammad Naquib Al-Attas tentang pendidikan akhlak. Penulis menjelaskan mengenai pendidikan akhlak perspektif Said Nursi yaitu dimensi akhlak kepada Allah, yang diwujudkan melalui keyakinan, pengakuan, dan kesadaran sepenuhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, kemudian penyerahan diri pada Allah dan menjadi hamba yang setia. Dimensi selanjutnya, akhlak kepada manusia didasarkan atas prinsip persaudaraan, maka manusia yangg satu membutuhkan yang lainnya dan Said Nursi menentang segala bentuk jalan kekerasan. Dan akhlak kepada alam didasarkan pada mandat manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka manusia dituntut untuk tidak melakukan tindakan keji dan destruktif kepada alam. Penulis juga menjelaskan mengenai pendidikan akhlak menurut al-Attas, yaitu dimensi akhlak kepada Allah yang diwujudkan melalui penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam gagasan itu sendiri sudah tercakup perasaan iman dan perbuatan. Kemudian, akhlak manusia yang satu kepada manusia yang lain didasarkan atas konsep mengenal. Ketika seseorang itu hanya “tahu”, maka dikhawatirkan hubungan tersebut terjalin kurang erat. Dan Akhlak kepada Alam, menurut al-Attas didasarkan pada amanah yang diberikan Tuhan pada manusia, yang mana manusia tidak boleh dzalim pada alam karena alam merupakan tanda dan lambang-lambang Tuhan. Kemudian penulis menerangkan tentang relevansi pendidikan akhlak perspektif Said Nursi dan al-Attas yang mencakup persamaan dan perbedaan pendidikan akhlak perspektif keduanya. Persamaan yang terlihat pada

(13)

pemikiran kedua tokoh tersebut adalah pada aspek akhlak manusia kepada Allah dan akhlak kepada alam. Akhlak manusia kepada Allah yang pertama adalah pondasi keimanan yang kemudian dilanjutkan dengan ibadah. Yang kemudian kesemuanya itu bermuara pada penyerahan diri kepada Allah. Kesamaan berikutnya adalah terletak pada tujuan kehidupan manusia. Said Nursi dan al-Attas memiliki kesamaan yakni orientasi pada hari akhir, al-Attas menyebutnya sebagai „nasib terakhir‟. Akhlak kepada alam dalam pandangan Said Nursi dan al-Attas juga memiliki kesamaan dalam hal hakikat dibalik penciptaan alam. Al-Attas dengan jelas menyatakan bahwa alam ini adalah suatu tanda dan lambang Ketunggalan Allah. Berikutnya perbedaan yang terlihat adalah pada pendapat mereka tentang manusia dan hubungannga dengan manusia lain. Menurut Said Nursi manusia yang satu dengan yang lainnya hubungannya dilihat secara utuh, bukan secara parsial. Namun, menurut al-Attas untuk menciptakan hubungan yang baik antar manusia dalam masyarakat maka dimulai dari membentuk individu yang baik pula. Pada awalnya metode pendidikan akhlak Said Nursi lewat dakwah yang disampaikannya dalam masjid dan lewat kutbah, serta diskusi-diskusi dengan khalayak umum. Kemudian dia mulai mengajar di madrasah, namun tidak meninggalkan metode dakwah sebelumnya. Kontribusi al-Attas dalam pendidikan akhlak adalah lewat karya-karya dan pendidikan yang dilakukannya lewat lembaga pendidikan formal. Selain itu, Al-Attas gemar melakukan seminar dan kajian terkait Islam.

(14)

6. Fitri Hastuti (mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta) dalam skripsinya berjudul Peranan Bediuzzaman Said Nursi Pada Keterlibatan Turki Utsmani Dalam Perang Dunia I (1914-1918), yang membahas tentang riwayat hidup Bediuzzaman Said Nursi, keterlibatan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I, serta peranan Bediuzzaman Said Nursi pada Perang Dunia I. Penulis membahas tentang latar belakang Turki Utsmani yang terlibat dalam Perang Dunia I. Penyebabnya adalah permusuhan dengan Rusia, persahabatannya dengan Jerman, keinginan pemerintah Turki Utsmani mengembalikan kejayaannya, munculnya gerakan Turki Muda, munculnya Pan-Turkisme, dan isolasi diplomatik terhadap Turki Utsmani. Penulis juga menjelaskan bagaimana Said Nursi mengabdi sebagai seorang relawan demi membela Turki. Saat Said Nursi memimpin pertempuran di Kaukasus dan Bitlis, namun di Bitlis adalah tempat dimana Said Nursi berhasil ditangkap oleh tentara Rusia. Akhirnya Nursi menjadi tawanan Rusia dan hidup di dalam tahanan hingga akhirnya bisa kembali bebas.

7. Muchamad Arifin (mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya) dalam skripsinya yang berjudul Sejarah Perjuangan Bediuzzaman Said Nursi Dalam Kemajuan Perkembangan Islam Di Turki (1877-1960), yang membahas tentang kondisi Islam di akhir kerajaan Turki Usmani sampai awal kemerdekaan Turki Usmani dan peranan Bediuzzaman Said Nursi dalam memajukan Islam di Turki. Penulis menerangkan tentang peranan Bediuzzaman Said Nursi dalam menegakkan syariat Islam dengan metode dakwah yang sederhana. Said mengutamakan metode yang mampu memberi penerangan dan penjelasan. Said menggunakan medium mediamassa untuk menyampaikan ide-idenya. Metode yang menyebabkan pertumpahan darah sesama

(15)

Islam tidak diterima sama sekali. Bagi Said Nursi, metode ini tidak menepati syariat dan mengundang kesan negatif atas agama dan negara.

8. Akhmad Risqon Khamami (mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya) dalam skripsinya berjudul Hubungan Sains dan Islam Dalam Perspektif Fethullah Gulen, yang membahas tentang pemikiran seorang tokoh bernama Fethullah Gulen mengenai hubungan Sains dan Islam dalam lingkup ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Gulen memiliki pandangan mengenai harmonisasi antara modernitas dan spiritualitas serta semangat melayani dan perduli pada manusia. Gulen menentang materialisme yang menyertai berdirinya Republik Turki. Ia melakukan perlawanan terhadap hegemoni wacana sains yang dimunculkan oleh rezim Kemalis. Penulis juga menjelaskan bahwa Gulen dan pengikutnya merupakan kelompok yang memfokuskan diri pada pengajaran sains. Sekolah sains menjadi salah satu kendaraan utama Gulen dalam merebut sains dari tangan kelompok materialis. Untuk itu, Gulen mendirikan sekolah-sekolah sains. Lantas ia pun mengembangkan jaringan sekolah dalam skala internasional.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis mendapati bahwa di antara penelitian tersebut belum terdapat penelitian yang secara khusus membahas tentang pemikiran Said Nursi mengenai integrasi agama dan sains modern. Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pemikiran Said Nursi tentang integrasi agama dan sains modern demi menambah kekayaan pengetahuan yang selanjutnya akan menambah referensi bagi peneliti yang berniat menulis tentang Said Nursi.

(16)

Penelitian ini menerapkan teori fungsionalisme budaya yang dipelopori oleh Malinowski. Pandangan fungsionalisme cenderung melihat dunia dari wawasan pemilik budaya. Budaya akan terintegrasi secara keseluruhan dalam konteks budaya pendukungnya. Berarti budaya memiliki makna utilitarian. Budaya merupakan kesatuan mutualistik. Budaya akan memenuhi kebutuhan seperti biologis, psikologis, sekunder dan lain-lain. Budaya akan membentuk totalitas karena budaya merupakan satuan yang berproses atau bekerja. Eksistensi budaya akan memenuhi tujuan tertentu, dan tentu saja akan bermakna tertentu pula bagi pendukungnya.8

Model analisis fungsionalisme memungkinkan secara pragmatik tentang suatu simbol dan untuk membuktikan bahwa realitas budaya tindakan verbal maupun tindakan yang lain baru menjadi jelas setelah melalui efek yang dihasilkannya. Titik terpenting dari fungsionalisme adalah analisis budaya berdasarkan pada analogi organisme. Maksudnya, sistem fenomena budaya tak jauh berbeda dengan organisme yang bagian-bagiannya tidak sekedar saling berhubungan melainkan saling memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup organisme tersebut. Asumsi fungsionalisme adalah semua sistem budaya memiliki syarat fungsionalisme tertentu untuk memungkinkan eksistensi hidupnya. 9

Pengertian fungsi merujuk pada manfaat budaya bagi sesuatu. Dalam penelitian ini, penulis mengeksplorasi budaya tertentu—dalam hal ini religi—yang memiliki fungsi dalam memberikan andil bagi kehidupan masyarakat. Said Nursi, melalui gagasannya tentang integrasi agama dan sains modern, telah mengambil peran tersendiri dalam membentuk serangkaian prinsip komunitas yang di dalamnya ada kerja sama, aktivitas

8 Suwardi Endraswara. 2006.Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarya: Gadjah Mada University Press, halaman 105

9

(17)

dan aspek-aspek lainnya. Gagasan tersebut mengangkat permasalahan sifat dasar manusia, sikap, dan perilaku mereka dalam kehidupan.

H. Data dan Sumber Data

a. Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan yang benar dan nyata. Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian.

b. Sumber Data

Sumber data merupakan subyek dari mana data diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Adapun data primer dari penelitian ini adalah buku yang dalamnya terdapat pemikiran Said Nursi tentang agama dan sains modern, serta buku-buku yang membahas sejarah tentang Said Nursi. Di antaranya adalah:

1. Risālatu’n-nūr: Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan karya Said Nursi

2. Risālatu’n-nūr: Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya karya Said Nursi 3. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 karya Ihsan Kasim Salih 4. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi karya Sukran Vahide

Adapun data sekunder (pendukung) akan diambil dari penelitian-penelitian tentang Said Nursi berupa karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal, maupun artikel.

(18)

Metode penelitian adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat.10 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berorientasi pada kajian kepustakaan (library research). Penelitian kualitatif ini berkaitan dengan analisis data dan tidak menggunakan perhitungan statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka di berbagai perpustakaan, di antaranya:

1. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Perpustakaan Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Perpustakaan Pusat Muhammadiyah Surakarta

4. Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Adapun teknik pengolahan data yang terkumpul dilakukan melalui proses sebagai berikut:

1. Deskriptif, yaitu berupa pendeskripsian atau penjelasan mengenai obyek yang diamati. Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan tentang perjalanan hidup Said Nursi, perjuangannya dalam membangun universitas, keterlibatannya dalam perang dunia I, karya-karyanya, dan pemikirannya mengenai integrasi agama dan sains.

2. Analitik, yaitu proses menganalisis data-data yang diperoleh untuk kemudian dibentuk menjadi satu konsep pemikiran tokoh.

Tahap selanjutnya adalah penulisan laporan tertulis berdasarkan data-data yang telah dianalisis. Setelah itu diakhiri dengan kesimpulan.

10

Nyoman Kutha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada

(19)

J. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari tiga bab yang saling berkaitan yaitu bab I berupa pendahuluan, bab II merupakan isi dan pembahasan. Bab III merupakan hasil kesimpulan dan saran. Penjabaran sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan pembahasan, batasan masalah, teori, sumber data, metode dan teknik penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini merupakan landasan pemikiran dalam penelitian yang digunakan untuk menguraikan bab-bab selanjutnya.

Bab II berisi pembahasan tentang biografi Said Nursi yang membahas kelahiran, pendidikan dan karya-karyanya. Selanjutnya dijelaskan tentang pemikiran Said Nursi mengenai integrasi agama dan sains modern. Yaitu dengan menjelaskan esensi agama dan sains, penggabungan antara hati nurani dan akal, asumsi tentang integrasi agama dan sains, pesan-pesan Said Nursi dan wujud nyata pemikiran Said Nursi.

Bab III merupakan penutup yang terdiri dari hasil kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran merupakan suatu hasil yang diperoleh oleh peneliti setelah meneliti dan menganalisis pokok-pokok permasalahan pada pembahasan yang dikaji.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penelitian terdahulu tentang promosi oleh Rendy Gulla, Sem George Oroh dan Ferdy Roring (2015) dan Resty Avita Haryanto (2013) menunjukan hasil promosi secara

Dalam konteks penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah yang sasaran utamanya adalah masyarakat yang secara struktural terpinggirkan oleh sistem (keterbatasan

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang dimaksudkan sesuai dengan peraturan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk

Maka dari itu, penelitian ini akan menjelaskan tentang Persepsi Siswa Terhadap Media Pembelajaran Berbasis Whatsapp Group pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Bab ini menjelaskan analisis yang berkaitan dengan sistem, yaitu analisis masalah yang menjelaskan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada sistem sehingga aplikasi

Penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan secara rinci tentang pembelajaran Activity of Daily Living (ADL) dalam keterampilan memelihara diri pada peserta didik

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan masukan dan bahan informasi tertutama bagi Dinas Pendidikan Kota Binjai agar dapat memberikan