• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS

4.1. Keadaan Alam

4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, letaknya disebelah Barat hulu Sungai Musi dan sepanjang Sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas beribukota di Muara Beliti berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2005, dengan ketinggian 129 meter dari permukaan laut (dpl) dan terletak pada 102º,07’- 103º,45,10” BT dan 2º,20’- 3º,38’ LS. Kabupaten Musi Rawas mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Provinsi Bengkulu dan Kota Lubuk Linggau Sebelah Utara : Provinsi Jambi

Sebelah Timur : Kabupaten Musi Banyu Asin dan Kabupaten Muara Enim Sebelah Selatan : Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat

(2)

4.1.2. Topografi

Kabupaten Musi Rawas jika dilihat secara keseluruhan keadaan fisik topografinya merupakan wilayah bergelombang dengan ketinggian antara 25 meter diatas permukaan laut sampai dengan 1.000 meter dpl. Luas tanah berdasarkan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 11, dimana tabel tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang berada pada ketinggian 25 – 100 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah yang terluas, yaitu sebesar 650.901 Ha, berlokasi di bagian tengah dan timur Kabupaten Musi Rawas.

Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Musi Rawas

No Ketinggian dpl (m) Luas (Ha) Lokasi

1 25 – 100 650.901 Bagian Tengah & Timur

2 100 – 500 296.234 Bagian Tengah

3 500 – 1000 144.998 Bagian Barat

4 > 1000 144.449 Bagian Barat

Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011

Luas wilayah dominan merupakan daerah potensial untuk pertanian, selebihnya merupakan tanah perbukitan yang memiliki kemiringan yang sangat curam dimana sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang dari utara sampai selatan. Khusus di bagian barat wilayah ini termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang luas ke dalam empat propinsi. Tabel 12 dan Gambar 6. menunjukkan bahwa kemiringan lahan bervariasi yaitu antara 0 - > 40 persen dan yang terluas adalah wilayah dengan kemiringan lahan 2 – 15 persen, yaitu seluas 484.197 ha yang umumnya terdapat di bagian Selatan dan diikuti wilayah dengan kemiringan lahan 0 – 2 persen, yaitu seluas 462.938 ha yang terdapat di bagian Utara dan Selatan.

Tabel 12. Luas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

No Ketinggian (%) Luas (Ha) Lokasi

1 0 – 2 462.938 Bagian Selatan

2 2 – 15 484.197 Bagian Utara dan Selatan

3 15 – 40 144.998 Bagian Barat

4 > 40 144.449 Bagian Barat

(3)

Gambar 6. Peta Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

4.1.3. Keadaan dan Jenis Tanah

Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8, maka keadaan tanah dan jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas tujuh jenis tanah, yaitu : - Aluvial, dengan ciri warna coklat kekuningan. Terbentuk dari endapan liat dan

pasir, dijumpai di daerah Kecamatan Tugumulyo dan Muara Kelingi, tanah ini sangat cocok untuk tanaman padi dan palawija.

- Litosol, cocok untuk tanaman keras, rumput-rumputan dan usaha ternak. Seluas 7,17 persen wilayah Kabupaten Musi Rawas merupakan jenis tanah ini.

- Asosiasi Latisol: hanya seluas 0,77 persen dari luas Kabupaten Musi Rawas merupakan tanah jenis ini, terdapat di Kecamatan STL Ulu dan Rupit.

- Regosol, sangat cocok untuk padi sawah, palawija dan tanaman keras. Luasnya sama dengan tanah jenis Asosasi Latisol yakni hanya sekitar 0,77 persen dari luas wilayah dan 55,89 persen berada di Kecamatan Muara Beliti dan 13,34 persen di Kecamatan Rawas Ulu.

- Podsolik, tanah jenis ini seluas 37,72 persen dari luas kabupaten, merupakan jenis tanah terluas di Kabupaten Musi Rawas, baik untuk tanaman padi sawah,

(4)

padi ladang dan tanaman karet. Sebagian besar di Kecamatan Rupit, Rawas Ulu, Muara Lakitan dan Jayaloka.

- Asosiasi Podsolik, hanya terdapat di Rawas Ilir dan Kecamatan Muara Lakitan dengan luas keseluruhan 29,59 persen dari luas wilayah Kabupaten Musi Rawas.

- Komplek Podsolik, hanya terdapat di Kecamatan Rawas Ulu.

Gambar 7. Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas

(5)

4.1.4. Curah Hujan dan Keadaan Iklim

Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87,0 persen dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9 persen. Temperatur maksimum 32,9oC dan temperatur minimum 19,6oC. Sebagai daerah tropis basah, rata-rata curah hujan di Kabupaten Musi Rawas cukup tinggi, yaitu 2.285 per tahun dan rata-rata hari hujan 116 hari hujan per tahun dengan bulan kering hanya empat bulan (Juni, Juli, Agustus dan September), maka wilayah ini termasuk dalam tipe curah hujan B (sangat basah). Tahun 2010 terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim dimana bulan kering biasa terjadi pada bulan Juni hingga September, di tahun 2010 ini bulan kering terjadi pada Bulan Oktober dan Desember yang biasanya merupakan musim hujan. Curah hujan hampir merata tinggi di sepanjang tahun. Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh terhadap kondisi pertanian di Kabupaten Musi Rawas baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan. Perbandingan kondisi curah hujan antara tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 9. berikut :

Gambar 9. Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2009 - 2010

4.1.5. Luas Wilayah dan Penggunaan

Kabupaten Musi Rawas memiliki luas sebesar 1.236.582,66 Ha. Penggunaan wilayah di Kabupaten Musi Rawas bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel 13. berikut ini.

(6)

Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008-2010

No Macam Penggunaan

Tahun

2008 2009 2010

Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) 1. Luas Tanah Sawah 40.156 3,25 37.418 3,03 37.418 3,03

a. Sawah Irigasi Teknis 6.952 0,56 6.952 0,56 6.952 0,56 b. Sawah Irigasi Setengah Teknis 1,598 0,13 1.598 0,13 1.598 0,13 c. Sawah Irigasi Sederhana 2.813 0,23 2.813 0,23 2.813 0,23 d. Sawah Irigasi Desa 3.234 0,26 3.295 0,27 3.295 0,27 e. Sawah Tadah

Hujan

11.721 0,95 12.383 1,00 12.383 1,00 f. Lebak 11.133 0,90 10.377 0,84 10.377 0,84 g. Kolam/Tambak 2.705 0,22

2. Luas Tanah Kering 1.196.427 96,75 1.196.427 96,75 1.196.427 96,75 a. Pekarangan/Bangu nan 14.129 1,14 14.129 1,14 14.129 1,14 b. Perkebunan 317.890 25,70 317.890 25,71 317.890 25,71 c. Hutan 226.806 18,34 226.806 18,34 226.806 18,34 d. Lain-lain 637.601,66 51,57 637.602 51,56 637.602 51,56 Total 1.236.583 100,00 1.236.583 100,00 1.236.583 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Tabel 13. menunjukkan bahwa penggunaan wilayah di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas dua jenis yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan wilayah tanah sawah meliputi sawah irigasi teknis, setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, tadah hujan, lebak dan kolam/tambak. Total luas tanah sawah adalah 37.418 Ha (3,03 persen) dan penggunaan tanah kering seluas 1.196.427 Ha (96,75 persen). Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terbesar adalah sawah tadah hujan dengan luas 12.383 Ha (1,00 persen) terhadap luas total sedangkan penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terkecil adalah sawah setengah teknis dengan luas 1.598 Ha (0,13 persen) terhadap luas total. Penggunaan wilayah untuk tanah kering meliputi pekarangan/bangunan, perkebunan, hutan dan lain-lain (rumah). Penggunaan luas tanah kering terbesar adalah lain-lain (rumah) dengan luas 637.601,66 Ha (51,56 persen) terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahun dan peningkatan jumlah rumah tangga baru yang menetap di Kabupaten Musi Rawas. Penggunaan luas tanah kering terkecil adalah pekarangan/bangunan dengan luas 14.129 Ha (1,14 persen) terhadap luas total. Pembagian luas tanah kering untuk perkebunan adalah 317.890 Ha (25,71 persen)

(7)

terhadap luas total dan luas tanah kering untuk hutan adalah 226.806 Ha (18,43 persen) terhadap luas total, seperti terlihat pada Gambar 10. dibawah ini..

Gambar 10. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

4.2. Keadaan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas

4.2.1. Jumlah Penduduk

Pertambahan jumlah penduduk memiliki dua sisi pandangan, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Segi positifnya adalah bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat sehingga akan memacu kegiatan produksi dan menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi. Sedangkan dari sisi negatif, jika potensi jumlah penduduk tidak dimanfaatkan maka terjadinya pertambahan penduduk akan memungkinkan bertambahnya masalah sosial, seperti pengangguran dan kemiskinan. Penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 525.508 jiwa, sedangkan penduduk tahun 2009 berjumlah 505.940 jiwa, meningkat 3,86 persen dari tahun 2009. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebesar 104,27 persen, hal ini berarti bahwa dari setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Hampir

(8)

semua kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas memiliki rasio jenis kelamin diatas seratus kecuali Kecamatan Rawas Ulu dan Kecamatan Karang Dapo memiliki rasio lebih kecil yaitu 99,93 persen di Kecamatan Karang Dapo dan 98,78 persen di Kecamatan Rawas Ulu.

Secara administratif Kabupaten Musi Rawas terbagi menjadi 21 kecamatan yang meliputi 19 kelurahan dan 258 desa. Penduduk merupakan salah satu faktor utama pembangunan, dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan potensi sumber daya untuk melakukan program pembangunan, tetapi jumlah penduduk yang besar juga dapat menjadi beban pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 sebanyak 498.592 jiwa yang terdiri dari 116.210 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 berdasarkan tiap kecamatan seperti terlihat pada Tabel 14.

Pada Gambar 18. menunjukkan bahwa Kecamatan Megang Sakti merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 48.091 jiwa dan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu sebanyak 10.772 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 adalah 42,50 jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Tugumulyo yaitu 637,09 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya yakni hanya 7,41 jiwa/km2. Kondisi seperti ini menjelaskan bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Rawas belum merata di tiap kecamatannya, hal ini dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Tingginya angka kelahiran disebabkan oleh rata-rata umur perkawinan pertama wanita di Kabupaten Musi Rawas tergolong usia muda yaitu berusia 18 tahun. Semakin muda usia untuk menikah, wanita akan mempunyai rentang masa subur yang panjang sehingga peluang untuk mempunyai anak besar. Berikut ini disampaikan luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010.

(9)

Tabel 14. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Kecamatan Luas Wilayah

(KM2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2) Rawas Ulu 49.816,88 31.037 62,30 Ulu Rawas 145.287, 89 10.772 7,41 Rupit 40.975,73 31.602 77,72 Karang Jaya 140.803,48 27.855 19,78 STL Ulu 59.692,40 28.820 48,28 Selangit 71.733,91 17.866 24,91 Sumber Harta 10.378,03 16.892 162,77 Tugumulyo 6.770,91 43.137 637,09 Purwodadi 6.325,77 14.486 229,00 Muara Beliti 17.562,87 22.363 127,33 TP. Kepungut 32.642,43 11.704 35,86 Jayaloka 16.045,82 14.433 89,95 Suka Karya 12.153,13 12.852 105,75 Muara Kelingi 64.581,90 35.386 54,79 BTS Ulu 75.153,61 26.030 34,64 Tuah Negeri 26.345,09 25.042 95,05 Muara Lakitan 196.353,62 38.974 19,85 Megang Sakti 39.977,66 48.091 120,29 Rawas Ilir 108.813,45 28.178 25,90 Karang Dapo 54.875,51 17.720 32,29 Nibung 60.292,57 22.268 36,93 Jumlah 1.236.582,66 525.508 42,50 2009 1.236.582,66 505.940 40,91

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011 4.2.2. Komposisi Penduduk

Menurut Jenis kelamin

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan besarnya tenaga yang dihasilkan antara laki-laki dan perempuan berbeda. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 465.682 penduduk dimana 244.094 untuk penduduk laki-laki dan 221.558 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2010 adalah jumlah penduduk yang terbesar yaitu 528.508 penduduk dimana 268.252 untuk penduduk laki-laki dan 257.256 untuk

(10)

perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2004-2008 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan. Dilihat dari nilai sex ratio yang selalu diatas 100 persen seperti pada tahun 2010 sebesar 104,27 persen artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 104 orang laki-laki di Kabupaten Musi Rawas.

Tabel 15. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2010

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Sex Ratio (%)

Laki-laki Perempuan Jumlah

2004 244.094 221.558 465.682 110,11 2005 247.163 231.026 478.189 106,98 2006 251.768 232.513 484.281 108,28 2007 257.605 234.832 492.437 109,69 2008 255.860 243.378 499.238 105,13 2009 259.202 246.738 505.940 105,05 2010 268.252 257.256 528.508 104,27

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011 Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan dalam pertumbuhan penduduk. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun (Lansia), sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan jumlah usia non produktif lebih banyak dapat menghambat potensi penduduk usia produktif. Hal ini dikarenakan penduduk produktif harus menanggung banyaknya penduduk non produktif sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Musi Rawas berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini dimana terlihat bahwa jumlah penduduk usia produktif sebanyak 311.821 orang dan jumlah penduduk usia non produktif sebanyak 194.119 orang. Hal ini berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non produktif. Angka beban tanggungan lebih dikenal dengan dependency ratio (DR). Ukuran ini merupakan persentase

(11)

antara jumlah penduduk usia non produktif yaitu usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas per jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. Nilai DR menunjukkan banyaknya jumlah penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh 100 penduduk berusia produktif. Angka beban tanggungan Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 adalah 38,36 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 38,36 (≈ 38 orang) yang tidak produktif.

Tabel 16. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Angka Beban Tanggungan (%)

1 0 – 14 175.693

2 15 – 64 311.821

3 > 65 18.426

Total 505.940 38,36

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Menurut Lapangan Usaha

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk dan pada akhirnya akan menimbulkan kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Data distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja dapat digunakan sebagai salah satu indikator guna melihat kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian suatu daerah. Komposisi penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 16 dimana dapat diketahui bahwa untuk tahun 2010, lapangan usaha mayoritas penduduk yang bekerja di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor pertanian yaitu 75,40 persen atau 194.695 orang, baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian yang luas. Biasanya sektor pertanian lebih didominasi oleh pekerja keluarga, kebanyakan pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga itu sendiri sehingga sebagian penduduk yang bekerja pada sektor ini berstatus sebagai pekerja tak dibayar. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk

(12)

tersebut tidak mendapatkan pendapatan sebagaimana pekerja pada umumnya, tetapi tetap dikategorikan sebagai penduduk yang bekerja.

Tabel 17. Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 – 2010

No. Lapangan Usaha

Tahun 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk (jiwa) persentase (%) Jumlah Penduduk (jiwa) persentase (%) Jumlah Penduduk (jiwa) persentase (%) 1. Pertanian 186.940 78,44 177.169 74,00 194.695 75,40 2. Pertambangan dan Penggalian 1.668 0,70 1.526 0,64 1.807 0,70 3. Industri Pengolahan 7.960 3,34 6.580 2,75 5.252 2,04 4. Listrik, Gas dan

Air Minum

0 0 118 0,05 120 0,05

5. Bangunan 2.693 1,13 3.069 1,28 3.069 1,19 6. Perdagangan,

Hotel & Restoran

19.474 8,17 26.577 11,10 25.427 9,85 7. Angkutan &

Komunikasi

7.769 3,26 6.180 2,58 8.413 3,26 8. Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan

405 0,17 848 0,35 1.028 0,40

9. Jasa-jasa 11.415 4,79 17.355 7,25 18.380 7,12 Jumlah Total 238.324 100,00 239.422 100,00 258.071 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu 9,85 persen atau 25.427 orang. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas yang terkecil adalah penduduk yang bekerja pada sektor listrik, gas dan air minum yakni sebanyak 120 orang atau 0,05 persen. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di luar sektor pertanian sehingga penduduk Kabupaten Musi Rawas lebih banyak menumpukan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan.

4.3. Keadaan Sosial

4.3.1. Pendidikan

Pencapaian pendidikan, terutama pendidikan dasar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan standar kehidupan di daerah berkembang dan juga mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pendidikan juga menjadi salah satu variabel yang bisa menggambarkan keadaan sosial penduduk di Kabupaten Musi Rawas. Dalam bidang pendidikan ditampilkan variabel-variabel

(13)

seperti jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru untuk melihat situasi pendidikan salah satunya dengan menghitung rasio antara murid dan guru.

Gambar 12. Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Musi Rawas, 2009/2010

Jika dilihat dari Gambar 12 diatas, pada tahun 2009/2010 untuk rasio murid guru pada SD negeri sebesar 15,84, SD swasta sebesar 21,69. Pada tahun yang sama rasio murid guru untuk SMP negeri sebesar 13,17 dan SMP swasta sebesar 13,02. Untuk SMA Negeri sebesar 15,18 dan SMA swasta sebesar 19,98. Jika dibandingkan dengan tahun ajaran 2008/2009, rasio guru-murid SMP Negeri, SMP Swasta dan SMA Swasta meningkat, sebaliknya rasio ini menurun pada SD Negeri, SD Swasta dan SMA Negeri. Pada tahun ajaran 2009/2010, Kabupaten Musi Rawas memiliki gedung sekolah sebanyak 553 sekolah yang terdiri atas 427 Sekolah Dasar (SD), 90 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 36 Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas sekolah negeri dan swasta.

4.3.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana

Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas dan Puskesmas pembantu merupakan salah satu variabel–variabel yang dapat menunjukkan pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Musi Rawas. Tahun 2010, jumlah rumah sakit di Kabupaten Musi Rawas berjumlah 2 buah rumah sakit umum yang terletak di Kecamatan Muara Beliti dan Kecamatan Rupit. Fasilitas kesehatan lainnya yaitu puskesmas sebanyak 27 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 145 buah. Perkembangan di bidang Keluarga Berencana (KB)

(14)

mengalami kemajuan dimana dari target pencapaian peserta KB baru telah terlampaui dengan persentase realisasi peserta KB baru sebesar 108,60 persen. Dari 29.631 orang peserta KB baru sebagian besar peserta menggunakan alat kontrasepsi jenis suntikan yaitu sebesar 40,59 persen disusul dengan jenis alat kontrasepsi pil sebesar 28,70 persen dan jenis implant sebesar 16,98 persen.

4.3.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit dari tiga indeks yang masing-masing mewakili dimensi pembangunan manusia. Indeks harapan hidup dibentuk dari indikator angka harapan hidup. Indeks Pendidikan dibentuk dari indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks daya beli dibentuk oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Berikut ini disampaikan nilai IPM Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebagai berikut.

Tabel 18. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Rawas, 2009

Angka Harapan Hidup (e0) Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran per kapita disesuaikan (tahun) (%) (Tahun) (Rp.000) 64,44 96,51 7,05 603,49

Indek Pembangunan Manusia (IPM) 67,33

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2010 4.4. Keadaan Perekonomian

4.4.1. Struktur Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2007 hingga tahun 2010 atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 di Kabupaten Musi Rawas untuk setiap sektornya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana terlihat bahwa besarnya PDRB tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Sektor pertanian merupakan sektor yang berada pada urutan pertama dalam pembentukan PDRB Kabupaten Musi Rawas yaitu 40,01 persen untuk tahun 2009 dan 40,81 persen untuk tahun 2010. Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup sebagian besar penduduk Kabupaten Musi Rawas. Sektor pertambangan dan

(15)

penggalian merupakan sektor yang berada pada urutan kedua yaitu 34,45 persen pada tahun 2010. Bahan tambang yang menjadi andalan di kabupaten ini adalah minyak dan gas bumi, selain itu potensi bahan tambang seperti batu bara yang melimpah walaupun belum sampai tahap produksi.

Tabel 19. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah)

Sektor Tahun

2007 2008 2009 2010

Pertanian 1.214.865 1.300.965 1.388.334 1.489.561

(38,84) (39,29) (40,01) (40,81)

Pertambangan dan Penggalian 1.153.732 1.200.986 1.230.250 1.257.378

(36,88) (36,26) (35,46) (34,45)

Industri Pengolahan 250.239 262.551 272.025 284.051

(8,00) (8,00) (7,84) (7,78)

Listrik, Gas dan Air Minum 2.499 2.680 2.848 3.051

(0,08) (0,08) (0,08) (0,08)

Bangunan 118.164 129.187 139.548 148.720

(3,77) (3,90) (4,02) (4,07)

Perdagangan, Hotel & Restoran 133.900 142.488 148.375 156.289

(4,30) (4,30) (4,28) (4,28)

Angkutan & Komunikasi 13.402 14.965 16.601 18.834

(0,43) (0,45) (0,48) (0,52)

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 49.904 52.799 56.000 60.072 (1,60) (1,60) (1,61) (1,65) Jasa-jasa 190.816 202,750 215.870 232.178 (6,10) (6,12) (6,22) (6,36) Total 3.127.521 3.310.371 3.469.851 3.650.134 (100) (100) (100) (100)

Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase PDRB tiap lapangan usaha terhadap total PDRB

4.4.2. Pendapatan Per Kapita

Pertumbuhan ekonomi akan selalu dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk. Meningkatnya nilai nominal PDRB selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Musi Rawas. Pendapatan per kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata selama satu tahun. Besaran ini terbentuk dari jumlah pendapatan yang timbul dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Pendapatan per kapita akan semakin tinggi apabila pertumbuhan pendapatan

(16)

diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin menurun. Pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2007 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini

Tabel 20. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2007 – 2010

Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 PDRB (Jutaan Rp.) 3.127.521 3.310.371 3.469.851 3.650.134 Penduduk pertengahan Tahun (Jiwa) 492.437 498.592 505.940 525.508 PDRB Per Kapita (Rp.) 6.351.109 6.639.439 6.858.226 6.945.915 Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011

Berdasarkan Tabel 20 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 dari tahun 2007-2010 mengalami peningkatan. Pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari Rp. 6.351.109,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 6.945.915,- pada tahun 2010. Dilihat dari pendapatan perkapita Kabupaten Musi Rawas yang terus meningkat, maka dapat diketahui bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Musi Rawas telah mampu meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Musi Rawas.

4.5. Keragaan Umum Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas

Sektor pertanian sebagai sektor yang menjadi mata pencaharian dominan masyarakat di Kabupaten Musi Rawas, dimana hampir 60 persen penduduknya mengusahakan komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang diusahakan sebagian besar berupa tanaman karet. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas areal tanaman perkebunan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 21. berikut ini

Usaha perkebunan karet rakyat tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas kecuali di wilayah Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Purwodadi. Pada tahun 2010, produksi karet rakyat menghasilkan 245 ribu ton, dengan rata-rata produksi per hektar sebanyak 1,21 ton. Pengembangan kebun karet unggul di Musi Rawas, diusahakan oleh berbagai

(17)

pihak. Selain dikembangkan secara swadaya petani juga dikembangkan oleh pihak swasta antara lain oleh PT. Haruma Amin dan PT. Nibung Arta Mulya, Tabel 21. Luas Areal, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Perkebunan Rakyat di

Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

No Jenis Tanaman

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) Jumlah KK / Persh. Muda (TBM) Menghasil- kan (TM) Tdk Menghasil kan (TR/TT) Jumlah A. Perkebunan Rakyat 1 Karet 72.840,50 202.481,50 54.199,50 329.521,95 245.003,15 1,21 126.527 2 K. Sawit 7.918,50 25.925,30 954,00 34.440,00 321.473,72 12,40 13.722 3 Kopi 1.103,50 2.056,15 841,00 40.006,00 2.076,71 1,01 3.717 4 Kelapa 381,91 1.882,95 175,90 2.340,75 2.223,90 1,18 25.716 5 Lada 3,50 0,00 0,00 3,50 0,00 0,00 35 6 K. Manis 63,00 48,25 3,00 114,25 52,30 1,08 155 7 Cengkeh 0,00 0,00 2,50 2,50 0,00 0,00 21 8 Pinang 63,70 110,45 20,70 194,85 78,58 0,71 1.069 9 Kakao 60,00 57,50 7,00 124,50 74,52 1,29 192 10 Kemiri 33,50 48,80 6,75 89,05 40,20 0,82 417 11 Mengkudu 3,00 5,00 0,00 8,00 10,00 2,00 25 12 Tembakau 0,00 2,50 0,00 2,50 1,25 0,50 36 13 Jahe 2,50 3,00 0,00 5,50 6,75 2,25 43

B Perkebunan Besar Swasta

1 Karet 18,00 40,00 62,00 120,00 31,20 0,78 - 2 K. Sawtit 0,00 138.042,77 0,00 138.041,77 880.722,92 6,90 19 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, 2011

Berdasarkan Tabel 22 dibawah. menunjukkan bahwa komoditas karet menduduki nilai produksi urutan pertama pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 83,09 persen dari total nilai produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dan dengan kemampuan menghasilkan produksi total sebanyak 131 ribu ton. Adapun perusahaan perkebunan besar swasta komoditas karet yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT. Haruma Amin yang memiliki luas lahan sebesar 120 hektar dan mampu mengelola produksi karet sebanyak 31 ribu ton di Kabupaten Musi Rawas. Untuk komoditas kelapa sawit memiliki nilai produksi tertinggi kedua pada sektor tanaman perkebunan yakni sebesar Rp. 238,5 milyar atau 14,94 persen. Komoditas kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak kelapa sawit mentah untuk diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT. Juanda Sawit Lestari yang mampu mengelola dan menghasilkan kelapa sawit berupa tandan buah segar dan memproduksi CPO, secara keseluruhan Kabupaten

(18)

Musi Rawas mampu menghasilkan lebih dari 35 ribu ton kelapa sawit dengan luas tanam total sebesar 7.411 hektar. Selain kedua komoditas diatas, komoditas kopi juga memiliki nilai produksi tertinggi ketiga yakni sebesar Rp. 27,59 milyar atau sebesar 1,72 persen. Berikut ini disampaikan nilai produksi dari komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut.

Tabel 22. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 dan Tahun 2010 (Juta Rp.)

No. Nama Komoditas Nilai Produksi (Rp.)

2008 2010

1. Karet (Ficus elastica nois.x bl) 680.840,58 1.325.971,3 2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) 202.151,90 238.501,43

3. Kelapa (Cocos Nucifera) 1.947,30 1.947,30

4. Kopi (Coffea arabiva I) 49.447,02 27.594,25 5. Kayu Manis (Cinnamomum burmani (nees) Bl.) 93,90 96,83 6. Kemiri (Aleurites moluccana) 219,82 219,82

7. Kakao (Theobroma cacao L.) 41,64 41.64

8. Aren (Arenga pinnata) 607,16 607,16

9. Tebu (Saccharum officinarum) 334,39 334,39

10. Pinang (Areca Catechu) 409,46 414,72

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011

Komoditas perkebunan yang memiliki nilai produksi terkecil tahun 2010 adalah komoditas kakao dengan nilai produksi sebesar Rp 41,6 juta. Komoditas kakao mampu menghasilkan jumlah produksi sebanyak 5.100 kg di Kabupaten Musi Rawas . Tanaman kakao tidak saja mempunyai arti ekonomi, tetapi disisi lain juga memiliki nilai tambah yaitu dapat dijadikan tanaman yang bermanfaat untuk konservasi tanah khususnya untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis. Selain itu, komoditas kayu manis merupakan komoditas yang memiliki nilai produksi terkecil kedua setelah komoditas kakao, kayu manis memiliki nilai produksi sebesar Rp 96,8 juta dan menghasilkan sebesar 14 ton pada tahun 2010. Kemampuan petani untuk meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih rendah, dimana rendahnya mutu kayu manis disebabkan dalam proses pengeringan sering tidak sempurna sehingga kadar airnya tinggi dan terjadi pelapukan.

(19)

Sebagai suatu wilayah, Kabupaten Musi Rawas mempunyai karekteristik yang menarik, hal ini disebabkan antara lain pertama, letaknya berada di ujung barat Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jambi, dengan letak geografis tersebut maka Kabupaten Musi Rawas merupakan pintu gerbang perekonomian Sumatera Selatan bagian barat. Kedua, Kabupaten Musi Rawas mempunyai potensi besar untuk mengembangkan perekonomiannya maupun untuk menarik daerah lainnya di wilayah perbatasan. Sehubungan dengan itu, kondisi perekonomian dari Kabupaten Musi Rawas masih relatif tertinggal dibanding daerah lainnya di Sumatera Selatan, hal ini disebabkan daerah ini belum dapat memobilisasi sumberdaya alam yang dimilikinya serta masih sangat tergantung dengan sektor pertanian dalam struktur perekonomiannya. Salah satu strategi yang diambil untuk memacu perkembangan perekonomian Kabupaten Musi Rawas adalah dengan cara mengembangkan potensi-potensi lokal, yaitu mengembangkan komoditas-komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dibanding daerah lain di Sumatera Selatan. Sektor perkebunan merupakan sektor yang mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Musi Rawas karena berdasarkan agroklimat dan kondisi fisik geografis lainnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2011-2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas memiliki beberapa program kerja agar sektor tanaman perkebunan tetap menjadi sektor penghasil pendapatan terbesar bagi perekonomian dengan mengusahakan program kerja dan kegiatan antara lain: a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian / Perkebunan c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi

d. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan e. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan

Gambar

Gambar 5. Peta Orientasi Kabupaten Musi Rawas
Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Musi Rawas  No  Ketinggian dpl (m)  Luas (Ha)  Lokasi
Gambar 6. Peta Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas
Gambar 7. Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar afektif merupakan perubahan pada aspek sikap yang dimiliki oleh siswa terhadap obyek tertentu seperti materi yang diajarkan, proses belajar, guru,

Proses verifikasi dilakukan dengan menggunakan variabel dan parameter yang memberikan nilai R 2 yang tertinggi dalam tahap kalibrasi untuk masing – masing

Pengaruh dari kondisi ruangan yang menggunakan material dinding (kayu tripleks tanpa dicat) yang terlihat gelap dan berdekatan dengan kuda–kuda atap yang berwarna tua

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) IPA Sekolah Dasar terdapat empat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu kompetensi dasar tersebut

Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan

Melihat pentingnya pencegahan komplikasi kehamilan untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar PLTGU yang diproyeksikan pada tahun 2050 sudah 100% menggunakan gas, kondisi infrastruktur gas di wilayah Jawa-Bali diasumsikan sudah

Setelah draf buku Proposal Skripsi disusun oleh mahasiswa dan melalui proses pembimbingan maka calon dosen pembimbing dan atau dosen MK Seminar Proposal akan