• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia – Pacific Economic Cooperation), dan WTO (World Trade Organization) yang berlaku di tahun 2020 mensyaratkan dunia usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka mengantisipasi globalisasi. Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dikaitkan dengan perlindungan ketenagakerjaan dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari operasi perusahaan merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing (Sugeng,2003).

Perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya.Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan

(2)

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya (Aditama, 2002).

Secara sekilas ada potensi-potensi bahaya yang timbul dalam suatu proses yang menyebabkan kematian, kerugian, bencana, kehilangan produksi, menurunnya kualitas produk, dan bahaya bagi lingkungan. Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaannya untuk melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.Maka dari itu perlu dilakukan penilaian risiko pada tenaga kerja. Pada proses awal dari penilaian risikoadalah mengidentifikasi dari bahaya atau hazard dan efek dari hazard tersebut serta siapa/apa yang akan terkena dampaknya (ILO, 2013).

Tenaga kerja bongkar muat adalah pekerjaan penanganan material secara manual (manual material handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama keluhan pekerja. Tingginya tingkat kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan kerja juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan atau organisasi yaitu berupa penurunan produktivitas kerja, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.

Buruh angkut merupakan salah satu bagian dari masyarakat pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka lakukan banyak mengandung risiko terhadap kecelakaan dan kesehatan. Buruh angkut adalah pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut barang atau material dari

(3)

satu tempat ke tempat yang lain. Buruh angkut biasanya banyak terdapat di daerah yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar, pelabuhan maupun sarana lainnya.Pada umumnya pekerjaan tersebut mengunakan tubuh sebagai alat angkut seperti memikul, menjinjing dan memangkul.

Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaanya untuk kesejahteraannya dan meningkatkan produktivitasnya. Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja, Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang disurvei. Angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia masih tinggi. Fluktuasi angka kecelakaan dapat dilihat dari data yang diberikan oleh PT Jamsostek, yaitu pada 2007 ada 83.714 kasus kecelakaan kerja, pada 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 ada 96.314 kasus dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari. Disusul lagi dengan data kementrian tenaga kerja dan transmigrasi menyebutkan bahwa sampai tahun 2013 di Indonesia terdapat 6 orang meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja (Depkes, 2014).

Pada tahun 2013 terdapat 3 orang mengalami kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dua orang meninggal dan satu orang mengalami luka parah.Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilingkungan pelabuhan belum seutuhnya terlaksana. Kalangan buruh yang bekerja belum memiliki perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

(4)

(K3) yang memadai sebagai unsur bagian terdepan melakukan aktivitas bongkar muat barang. Kurangnya perhatian dan kepedulian perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan memberi fasilitas K3 berujung tidak sedikit diantara TKBM menjadi korban kecelakaan kerja dan nyawa menghilang (Martin, 2014).

Dalam penelitian Hardianto (2013), di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya disebutkan bahwa bahaya yang teridentifikasi pada pekerjaan bongkar muat barang secara manual oleh kuli di Terminal Kalimas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebanyak 46 potensi bahaya, dengan 6 bahaya fisika, 1 bahaya kimia, 3 bahaya biologi dan 2 bahaya ergonomi. Nilai risiko tertinggi dari analisis risiko sebesar 15 yaitu bahaya terjatuh dan tertabrak.

Menurut penelitian Yani (2009), yang dilakukan di Pelabuhan Sukamara tingkat risiko kecelakaan kerja memiliki tingkat risiko masing-masing dari setiap variabel, seperti: pekerja dengan kategori medium, alat kerja seperti katrol slang dan gerobak dengan kategori medium, bahan yang diangkut dengan kategori medium, proses kerja dengan kategori low dan medium, lingkungan kerja dengan kategori medium, sedangkan tumpahan limbah dengan kategori low dan medium.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Kuswanti (2013), di Pelabuhan Gresik bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya gravitasi, bahaya mekanik, bahaya listrik, bahaya kinetik, bahaya fisik, bahaya ergonomi, bahaya kimia dan bahaya biologis sebanyak 23 bahaya. Risk assessment didapatkan 42 risiko bahaya.Kategori risiko rendah 3, kategori risiko sedang 26 dan kategori risiko tinggi 13.

(5)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan tenaga kerja bongkar muat berjumlah sebanyak 135 orang dan terdiri dari 3 regu kerja.Masing-masing berjumlah 44 tenaga bongkar muat dan 1 orang kepala regu dan masing-masing regu bertanggung jawab membongkar barang dalam 1 kapal. Banyak pekerja yang bekerja dengan sembarangan seperti cara mengangkat barang dengan membungkuk, bekerja dibawah jala-jala yang berisi barang, sehingga berpotensi tertimpa barang dan terjatuh ke laut saat pekerja berada di dermaga atau kapal. Pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan,diketahui bahwa pernah terjadi pekerja terjatuh kelaut dikarenakan kurangnya keseriusan dalam bekerja.

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerja yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Adapun barangyang diangkut seperti besi-besi dan mesin yang sudah di kemas dalam kotak dan ada juga yang dikemas dalam karung, sayur-sayuran dan buah-buahan, kain juga sudah dalam bentuk yang sudah kemas. Adapun berat beban yang diangkat oleh tenaga kerja sekitar 15-25 kg dengan rata-rata frekuensi angkat yang berulang-ulang.

Proses bongkar muat barang oleh tenaga kerja bongkar muat dimulai dari pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB. Adapun proses kerja bongkar muat yaitu: pertama, stevedoring dari dermaga ke kapal, dan sebaliknya tenaga kerja mengangkat barang dari kapal ke dermaga. Kedua, cargoding pekerja membawa barang dari dermaga diangkut ke gudang dan sebaliknya.Selain itu pekerja juga mensortir barang sesuai dengan jenis, merek dan tujuan dari barang

(6)

tersebut.Ketiga,delivery pekerja memindahkan barang dari tempat penumpukan di gudang atau lapangan dan mengangkat barang sampai tersusun di atas truk.

Pekerja bekerja menggunakan alat-alat seperti crane, kereta sorong dan dalam proses bongkar muat dan membawa barang dari dermaga ke gudang atau sebaliknya. Pekerja berisiko tinggi untuk tertimpa barang pada saat mengangkat barang yang akan mengakibatkan kaki bengkak. Risiko lain pada tenaga kerja bongkar muat seperti terpeleset pada saat membawa barang dengan menggunakan kereta sorong. Pekerja bekerja berada di luar ruangan yang terpapar langsung oleh matahari dan juga dapat terkena hujan sehingga dermaga menjadi licin. Pajanan yang dialami oleh pekerja dari sisi kimia banyak paparan debu dari barang yang mereka angkat yang akan mengakibatkan gangguan pernafasan pada pekerja. Selain itu ditemukan tumpahan oli di kapal pada saat perbaikan dan perawatan. Kondisi ergonomi seperti cara mereka mengangkat barang pada pekerja tersebut dengan cara manual. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja oleh karena itu aspek keselamatan perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan selamat.Hal ini lah yang menjadi latar belakang peneliti unuk melakukan penilaian risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

(7)

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko yang terdiri dari mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi kecelakaan kerjapada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam mengkaji suatu permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya penilaian risikokecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

1.4.2 Bagi Pekerja

Memberi masukan mengenai berbagai risiko kecelakaan kerja sebagai upaya penanggulangan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja kepada para tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan. 1.4.3 Bagi Instansi Terkait

Sebagai masukan informasi tentang risiko kecelakaan kerja dan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan dan peningkatan efisiensi di tempat kerja.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi dunia pendidikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat dapat bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, terjawab bahwa hasil dari analisis secara parsial menunjukan bahwa variabel Reability (X1), variabel Responsiveness

13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai

Semenjak Islam masuk dan berkembang di Aceh, tradisi yang terdapat pada masyarakat Aceh yang sebelumnya terdapat unsur-unsur budaya Hindu, kini telah disesuaikan dengan ajaran

Pengujian korelasi yang digunakan adalah korelasi produk moment, digunakan untuk mengetahui sejauh mana dan kuat tidaknya hubungan antara variabel (X) yaitu

Prediksi perolehan genetik dihitung berdasarkan data pengukuran umur 24 bulan setelah tanam dengan variabel berupa tinggi tanaman, diameter setinggi dada (dbh) dan kelurusan

ekstraksi kobal, tembaga dan mangan dengan pengompleks DDC dalam kloroform dengan penopengan EDTA ditunjukkan pada gambar 9.. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil

BUSS adalah saluran komunikasi dan kendali yang digunakan oleh mikroprosesor untuk berhubungan dengan unit memori dan unit I/O dalam sebuah sistem mikroprosesor. Perbedaan

Dalam kegatan inipun memerlukan bimbingan, bimbingan ini dilakukan oleh koordinator guru pamong untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk menyusun laporan