• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ERGONOMI FURNITUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN (STUDI KASUS : MEJA DAN KURSI DI JURUSAN ARSITEKTUR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ERGONOMI FURNITUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN (STUDI KASUS : MEJA DAN KURSI DI JURUSAN ARSITEKTUR)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

STUDI ERGONOMI FURNITUR JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

(STUDI KASUS : MEJA DAN KURSI DI JURUSAN ARSITEKTUR)

Syarif Beddu, Rahmi Amin Ishak & Effendy Rauf

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245

Telp./Fax: (0411) 586265/(0411) 587707

Abstrak

Furnitur merupakan suatu perabot kebutuhan atau sarana bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya, baik dalam ruangan (interior) ataupun di luar ruangan (eksterior). Furnitur yang baik adalah yang memenuhi kaidah-kaidah atau standar (norma) berdasarkan tuntutan kebutuhan “human dimension” setiap pengguna atau pemakai furnitur tersebut. Tidak semua jenis atau tipe furnitur yang telah diperjual-belikan telah memenuhi standar ergonomi yang dipersyaratkan. Dalam penelitian ini studi ergonomi akan dilakukan terhadap furnitur di jurusan arsitektur khususnya pada ruang-ruang; kuliah, studio dan laboratorium. Tujuan utama adalah untuk mengetahui sejauhmana furnitur-furnitur tersebut telah memenuhi syarat atau nilai unsur ergonomi dan dampaknya terhadap penggunanya. Sedangkan tujuan kedua dari hasil penelitian ini adalah menjadi tolok ukur , untuk pemilihan kebutuhan furnitur selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitian deskriktif- eksploratif, dengan mencari korelasi antara ergonomi furnitur yang telah ada dengan para pengguna atau pemakai furnitur tersebut. Dalam hal ini unsur ergonomi akan memberi pengaruh secara tidak langsung terhadap beraktivitas atau bekerja dengan menggunakan furnitur tersebut

Kata Kunci: “Furnitur yang ergonomis”

PENDAHULUAN

Silih satu jenis industri yang mulai berkembang di Indonesia dewasa ini adalah “Industri Furniture”, dengan berbahan baku kayu solid, bahan kayu olahan (kayu lapis), rotan, bambu, aluminium, besi cetak, fiberglass, plastik dan lain-liannya. Disadari memang bahwa bahan baku (raw material) dari jenis-jenis furnitur tersebut sebagian sudah kurang dijumpai dipasaran. Akibatnya beberapa industri furnitur mencari bahan pengganti, seperti furnitur yang berbahan baku rotan sintetis, kayu diganti plastik (MDF) dengan tetap meniru motif serat kayu.

Terlepas dari ditemukannya berbagai bahan-bahan pengganti material yang cukup solid dan awet, sehingga para desainer furnitur tetap mencoba produk rancangannya dengan bahan sintetis tersebut. Selama ini setiap rancangan furnitur yang banyak dijumpai dipasaran, tidak semuanya melalui proses desain yang maksimal (tidak diawali dengan test desain). Hal ini disadari bahwa produksi furnitur telah banyak dihasilkan oleh para “tukang mebel” (pembuat perabot) dan ia hanya berdasarkan permintaan pasar, sehingga kualitas rancangan terkadang diabaikan. Prinsip desain yang manusiawi yaitu memperhatikan keselamatan bagi setiap pengguna mebel tersebut, termasuk standarisasi ukuran-ukuran dan dimensi, bahan material daripada mebel yang direncanakan.

Selain dari kurang diperhatikannya rancangan furnitur, maka berdampak pula terhadap kurangnya inovasi-inovasi dan kreasi-kreasi yang mengarah pada pengembangan serta peningkatan kualitas desain atau rancangan furnitur. Masyarakat selaku konsumen dan pengguna produk-produk furnitur terkadang masalah desain dikesampingkan artinya “bukan sesuatu yang mutlak harus diperhatikan”, dan akan tetapi lebih mengutamakan fungsi dan modelnya (style). Kalau diperhatikan produk furnitur yang banyak diperjual-belikan secara kasat mata memang menarik tampilannya, dari segi warna, purnarupa (finishing), model (style), dan bahan (material) yang digunakan. Sejatinya setiap konsumen (pemakai) produk furnitur, selayaknya mempertimbangkan dan menjadi perhatian setiap rancangan furnitur adalah, dari segi kenyamanan (comportable), keindahan/seni furnitur (aesthetic), kekuatan (structure) dan norma-norma ukurannya (standard). Norma ukuran furnitur langsung berpengaruh terhadap pemakai furnitur tersebut. Merancang furnitur yang standard bagi setiap orang, membutuhkan berbagai variabel berdasarkan tingkat kenyamanan dan kesehatan bagi pemakainya.

(2)

Studi Ergonomi Furnitur Jurusan… Syarif Beddu, Rahmi Amin Ishak & Effendy Rauf

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Setiap desain furnitur yang mengabaikan standar-standar ukuran dan dimensi berdasarkan pemakainya atau penggunanya, maka dapat dipastikan bahwa desain furnitur tersebut telah gagal dari segi rancangan dan standar. Akibatnya adalah akan menimbulkan gangguan secara fisik bagi siapa saja yang menggunakannya. Sering didengar keluhan dari pemakai furnitur tertentu bahwa setelah ia duduk bekerja dengan menggunakan perabot sekitarnya (meja,kursi, lemari, bupet dan lain-lain), maka ia merasa lelah,capek dan lain sebagainya. Secara fisik mungkin ia lelah karena bekerja sepanjang hari, namun perlu diperhatikan bahwa “kelelahan” itu banyak penyebabnya.

Salah satu penyebabnya adalah perabot yang digunakan tidak memenuhi standarisasi penggunanya. Dalam hal ini unsur anatomi, fisiologi, antropometri, dan psikologi sangat berpengaruh terhadap penilaian “ergonomi” (sering juga disebut “Human Factors”) setiap rancangan furnitur menurut Eko Nurmianto [1]. Furnitur yang dipasarkan dan diperjual-belikan, tidak semuanya dirancang berdasarkan kebutuhan “ergonomi” penggunanya. Namun rancangan furnitur tersebut pada umumnya hanya didasari oleh kemampuan dan pengetahuan sebatas fungsionalnya semata. Standar ukuran yang diperlakukan pada furnitur menganut “trial and error”, yaitu mencoba dan memperkirakan kesesuaikan bagi penggunanya.

Pada era global sekarang ini setiap lingkah laku manusia dituntut aktivitas yang serba efisien dan efektif dalam melakukan pekerjaannya. Dan setiap melakukan kegiatan maka secara otomatis manusia akan bersentuhan dengan berbagai macam peralatan. Setiap peralatan termasuk furnitur diperlukan tata cara penanganan yang didasari oleh “Human Factors” atau “ergonomi” yang benar sesuai dengan “Human Dimension” (dimensi ukuran tubuh manusia) dikala mereka beraktivitas. Kegunaan ergonomi akan berpengaruh secara tidak langsung pada pelaku kegiatan dengan menggunakan furnitur tersebut. Pengguna atau pemakai furnitur akan merasa lebih nyaman dan rileks apabila mereka menggunakan furnitur secara benar dan tepat dengan standar unsur ergonomi yang manusiawi.

Menciptakan desain furnitur yang kreatif dan ergonomi bukanlah pekerjaan yang sulit. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi menjadi desainer menurut Marizar [2]. Akan tetapi menciptakan furnitur tanpa konsep desain yang rasional merupakan pekerjaan yang ekspresif-emosional tanpa kendali. Oleh sebab itu, konsep desain akan menjadi sangat penting untuk mengendalikan keseimbangan antara olah pikiran dan perasaan penciptanya. Kreatifitas sebuah desain furnitur selalu mengacu pada keselarasan antara fungsi dan emosi. Fungsi akan lebih tertuju pada aspek kegunaan dan emosi akan lebih berperan pada aspek rasa (comportable).

Menurut Marizar [2] bahwa dalam konteks merancang desain furnitur yang kreatif ada 9 (sembilan) langkah yang harus dilalui untuk mencapai desain furnitur yang optimal. Silih satu diantara kesembilan itu adalah “Analisa Ergonomi”. Ergonomi juga mempelajari gerakan tubuh manusia yang berkaitan dengan aktivitasnya. Tujuannya adalah menciptakan kenyamanan sebuah sarana. Ukuran manusia yang berkaitan erat dengan kenyamanan dapat ditelusuri melalui ilmu “antropometri”.

Ergonomi sendiri digunakan sebagai dasar dari pengukuran antropometrik tehadap fungsi-fungsi tubuh manusia, kaitannya dengan lingkungan, agar tercapai kenyamanan yang fungsional. Furnitur yang benar-benar menerapkan ergonomi akan terasa bedanya dengan furnitur yang dirancang tanpa sentuhan ergonomi. Menurut Kristianto [3] bahwa norma umum atau standarisasi, akan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan norma anatomi, penanganan yang banyak berkaitan dengan fungsi dan pemakaian perabot/ furnitur dalam mendukung aktivitas. Perlu diperhatikan, supaya tujuan-tujuan perabot/furnitur sebagai penunjang aktivitas benar-benar berfungsi dengan baik.

Setiap desain furnitur baru, maka tak lepas dari inovasi dan estetika dari perancangnya. Furnitur dengan gaya

(style) yang baru tidak akan bermakna lebih dalam, apabila tidak disertai dengan kemampuan ergonomi yang

baik. Karena setiap rancangan pasti akan berfungsi bagi kemaslahatan hajat hidup manusia, manusialah akan merasakan kelebihan ataupun kekurangan sebuah furnitur. Model furnitur akan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, khususnya dalam hal ini adalah perkembangan industri material yang semakin hari semakin baik. Begitu banyak material-material sintetis yang sifatnya artificial diciptakan oleh ahli material. Permasalahan yang dihadapi adalah kurang berperannya atau tidak diterapkan unsur-unsur ergonomi secara maksimal pada setiap rancangan furnitur. Gagasan-gagasan idea kreatif yang dilahirkan oleh produk furnitur yang dapat disaksikan sekarang ini terkadang tidak ditunjang oleh penerapan ergonomis yang memadai.

Permasalahan yang spesifik yang dihadapi oleh Jurusan Arsitektur, sekaitan dengan pengadaan meja dan kursi adalah tidak adanya standar yang baku, dan menjadi pedoman (guidelines) dalam pemilihan atau penentuan

(3)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

perabot pada setiap ruang. Menurut Nurmianto [1] faktor ergonomi sangat penting bagi setiap rancangan furnitur. Istilah “ergonomi” dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan Nurmianto Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia/pemakai di tempat kerja,di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya/pemakainya. Masalah ergonomi dianggap spesifik karena akan bersentuhan langsung dengan pemakai furnitur tersebut, yaitu terkait dengan tingkat kenyamanan, kesehatan, efektifitas, efisiensi, keselamatan dan lain sebagainya; akan menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi orang yang menggunakan furnitur tersebut.

Furnitur yang menyalahi unsur ergonomi, bagi siapa saja yang memakainya pasti ia akan merasa cepat bosan, lelah, dan tidak menikmati kenyamanan menggunakan meubel tersebut. Malahan furnitur yang ia pakai sangat menyulitkan, dan merasa serba salah yang pada akhirnya akan mencari furnitur lain.

Tujuan penelitian yang ingin capai dalam kasus ini adalah mengevaluasi dan mengetahui nilai-nilai unsur ergonomi furnitur yang dimiliki Jurusan Arsitektur khususnya furnitur pada ruang kuliah, studio dan laboratorium dengan fokus pada furniture :meja dan kursi”.

Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah untuk men-standarisasikan furniture (perabot) yang digunakan pada Jurusan Arsitektur, khususnya pada ruang-ruang kuliah, studio dan laboratorium. Ke tiga jenis ruangan ini cukup refresentatif untuk mewakili ruang yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan target pemenuhan unsur ergonomi setiap furnitur dapat terpenuhi. Untuk itu hasil temuan tentang penyimpangan unsur ergonomi pada setiap furnitur, akan ditindak-lanjuti dengan upaya inovatif-inovatif khususnya untuk kebutuhan terhadap furnitur (perabot) yang akan datang.

METODA PENELITIAN

Penelitian direncanakan pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Lokasi penelitian difokuskan pada ruang-ruang; kuliah,studio, dan laboratorium yang digunakan oleh mahasiswa dan dosen sewaktu proses akademik berlangsung setiap saat.

Metoda yang digunakan adalah deskritif kualitatif dan ekporatif (pengukuran kembali dimensi-dimensi furniture yang menjadi obyek penelitian). Dalam penelitian ini meja dan kursi yang akan menjadi obyek penelitian. Kategori meja adalah (meja gambar, meja kerja dosen, meja kerja laboratorium), sedangkan kategori kursi adalah (kursi kuliah, kursi studio, kursi laboratorium).

Adapun ergonomi pada furnitur akan menjadi variabel penelitian, sekaitan dengan pengguna atau pemakai furnitur tersebut. Furnitur (meja dan kursi) akan diteliti (diukur) dimensinya sebagai berikut ; (a) Tinggi meja dan kursi dari muka lantai, (b) Ukuran luas daun meja (panjang xlebar) (c) Kemiringan dudukan dan sandaran kursi/jok kursi, dan (d) Materail/bahan yang digunakan furniture tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Rona Awal (exsisting condition) Furnitur Jurusan Arsitektur

Sejak jurusan arsitektur dibuka pada tahun 1963, sampai sekarang sudah kurang lebih 50 tahun sejak berdirinya (tahun 2013 jurusan arsitektur berulang tahun “emas” yaitu 50 tahun). Dan kampus Baraya sebagai tempat kuliah pertama, serta kampus Tamalanrea menjadi tempat kuliah kedua, kemudian sejak tahun akademik 2012 semua mahasiswa baru jurusan arsitektur melaksanakan perkuliahan di kampus Gowa (kampus II Fakultas Teknik Unhas).

Gambaran dan kondisi furnitur jurusan arsitektur sejak berdirinya sampai saat ini, telah sekian kali mengalami perubahan baik dari segi bentuk, material/bahan, serta warnanya. Untuk penelitian gambaran rona awal furnitur difokuskan di jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di kampus Tamalanrea (Tabel 1dan Tabel 2).

(4)

Studi Ergonomi Furnitur Jurusan… Syarif Beddu, Rahmi Amin Ishak & Effendy Rauf

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

b. Furnitur Berdasarkan “Ergonomi” yang Benar

Menurut Nurmianto Eko [1] bahwa,aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja (furniture) adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Sedangkan menurut Marizar Eddy [2] bahwa kreativitas sebuah desain furnitur selalu mengacu pada keselarasan antara “logika” dan “estetika”; serta juga keselarasan antara “fungsi” dan “emosi”. Unsur logika pada furnitur lebih mengutamakan nilai-nilai kebenaran sedangkan unsur estetika lebih mengutamakan nilai-nilai keidahan atau “gaya”.

Sebuah furnitur yang didesain berdasarkan konsepsi yang benar akan melahirkan karya-karya yang berkualitas, karena memenuhi semua unsur-unsur keselarasan; di mana ergonomi akan menjadi penentu kelayakannya dan fungsionalnya. Furnitur ergonomis akan memenuhi kebutuhan para pengguna atau pemakainya sehingga ia akan merasa nyaman dan comportable (Tabel 3).

Tabel 1. Jenis-jenis Furnitur (Kursi) di Jurusan Arsitektur

No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis-Jenis Furnitur (Kursi) Fungsi Kursi Kuliah, Seminar, Kursi Kuliah, Seminar, Kursi Studio,Kulia h, Seminar, Kursi Studio Tugas Akhir Kursi Studio Tugas Akhir Kursi Dosen, Rapat,Se minar Kursi Ketua/Sekre taris Jurusan Material Kayu Jati Lokal Kayu Jati Lokal Kayu Jati Lokal Logam/ Stainless Still/Plastik /Spons Logam/ Stainless Still/Plastik/ Spons Logam/ Stainless Still/Kain/ Spons Logam/ Stainless Still/Plastik/ Spons Warna. Coklat/ Warna Kayu Coklat/ Warna Kayu Coklat/ Hitam Hitam/ Stainless Hitam/ Stainless Biru Muda/ Stainless Hitam

Kondisi Permanen Permanen Permanen Rusak Rusak Permanen Permanen

Ukuran (PxLxT) 47x45x 45+46 cm 47x45x 45+46 cm 30 x 30 x 60 cm 45x45x 45+30 cm 45x45x 45+30 cm 39x39x 47+38 cm 52x50x 47+70 cm Sumber : Hasil Survey 2012

Tabel 2. Jenis-jenis Furnitur (Meja) di Jurusan Arsitektur

No 1 2 3 4 5

Jenis-Jenis Furnitur (Meja)

Fungsi Meja Gambar Studio 1 s/d 5 Meja gambar Studio Tugas Akhir Meja Seminar Dosen/ Mahasiswa Meja Sekre-taris Jurusan Meja Ketua Jurusan Material Kayu Jati Lokal,

besi pipa, multipleks

Logam/Stain-less, Papan Press

Kayu Jati Lokal, besi kotak

Kayu Agathis Kayu Lapis Finisng Sungkai Warna. Putih, Hitam Putih, Abu-abu Putih, Abu-abu Kuning Muda Coklat Hitam

Kondisi Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen

Ukuran (PxLxT) 120 x 80 x 75 cm 140 x 90 x 75 cm 120 x 90 x 75 Cm 140 x 70 x 75 cm 160 x 90 x 75 cm

(5)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Tabel 3. Gambar-gambar Posisi Anggota Badan terhadap Furnitur

No. Posisi Anggota Badan terhadap Furnitur Bentuk Nilai-nilai Ergonomis terhadap Desain Furnitur

A B

1 Gambar A :

Tradisi duduk manusia dari belahan Timur cenderung tanpa kursi (lesehan atau duduk di atas lantai). (Sriwarno 1998, Marizar 2005)

Gambar B :

Duduk dalam tradisi Barat memiliki standar antropometrika agar tercapai kenyamanan dalam

menggunakan kursi, duduk yang ideal (V). (Borretti 1988, Marizar 2005)

2 Gambar A :

Bentuk dudukan kursi ideal secara ergonomis (lihat tanda V) gambar A tengah dan tidak ergonomis gambar A atas gambar A bawah. (Marizar 2005)

Gambar B :

Alas dudukan kursi ideal secara ergonomis gambar B kiri (tanda V) dan tidak ergonomis gambar B kanan. (Marizar 2005)

3 Gambar A :

Sandaran kursi yang ergonomis harus mengikuti posisi tulang belakang manusia yang cenderung berbentuk huruf S. (Panero 1979,Grandjean 1978, Borretto 1988, Marizar 2005)

Gambar B :

Postur tubuh dan posisi duduk manusia mempunyai hubungan erat dengan kelenturan tulang belakang manusia agar ergonomis. (Grandjean 1978, Marizar,2005)

4 Gambar A :

Profil bentuk ideal sebuah kursi yang dikaitkan dengan ergonomi. (Grandjean 1978, Marizar 2005)

Gambar B :

Penampang bentuk ergonomisebuah kursi. (Grandjean 1978, Marizar 2005)

5 Gambar A :

Rekomendasi ukuran kursi secara umum (tinggi 40/42,5/45 cm, dudukan miring 3o, tinggi sandaran 37 cm, membentuk

sudut 101o antara dudukan dan sandaran). (Borretti 1988)

Gambar B :

Rekomendasi ukuran kursi-kursi yang paling sederhana (tinggi dudukan sisi depan 35,7/40/42 cm, lebar dudukan 52 cm, panjang dudukan 43/46/49 cm,tinggi sandaran min. 45 cm, kemiringan dudukan 10-20o,tinggi sandaran

tangan 16,6/25 cm, kemiringan sandaran 105 – 110o).

(Borretti 1988)

6 Gambar A :

Posisi badan dan kaki pada saat duduk mempengaruhi sirkulasi darah dalam tubuh yang berdampak pada kenyamanan duduk ergonomis. (Panero 1979).

Gambar B :

Adjustable Chair (kursi nyaman) untuk kenyamanan

optimal saat diduduki. (Wikhehn, 1990, Marizar, 2005) Sumber : Eddy S. Marizar, 2005 (Desingning Furniture)

(6)

Studi Ergonomi Furnitur Jurusan… Syarif Beddu, Rahmi Amin Ishak & Effendy Rauf

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

c. Hasil Temuan Penyimpangan “ergonomi” dan Pembahasannya Tabel 4. Analisa nilai-nilai ergonomi furnitur (kursi) jurusan arsitektur

No. Jenis-jenis Furnitur (Kursi) Jurusan Arsitektur

Pembahasan Analisa Nilai-nilai Ergonomi

1. Gambar A :

Kursi kuliah, tidak ergomis dari segi bentuk, kenyamanan, tidak memenuhi kriteria ergonomic.

Gambar B :

Kursi Kuliah, tidak ergonomis dari segi bentuk, kenyamanan, tidak memenuhi kriteria ergonomi.

Gambar C :

Kursi Studio , tidak ergonomis dari segi bentuk, kenyamanan, tidak memenuhi kriteris ergonomi.

2. Gambar A :

Kursi Studio Tugas Akhir, memenuhi kriteria ergonomi, (ketinggian dapat diatur, adjustable & mobile/punya roda) cuma kursinya sudah lama sehingga mengalami beberapa kerusakan. Gambar B :

Kursi Studio Tugas Akhir, memenuhi kriteria ergonomi, (ketinggian dapat diatur, adjustable & mobile/punya roda) cuma kursinya sudah lama sehingga mengalami beberapa kerusakan.

3. Gambar A :

Kursi dosen, seminar, ruang rapat, memenuhi kriteria ergonomi,

comfortable, nyaman dan standard.

Gambar B :

Kursi Ketua/Sekretaris Jurusan , memenuhi kriteria ergonomi,

comportable, adjustable, mobile, standard.

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5. Analisa nilai-nilai ergonomi furniture (meja) Jurusan arsitektur

No. Jenis-jenis Furnitur (Meja) Jurusan Arsitektur

Pembahasan Analisa Nilai-nilai Ergonomi

1. Gambar A :

Meja gambar Studio 1 – 5 meja gambar manual produk lokal semi

adjustable (kemiringan dapat diatur) dan semi ergonomis.

Gambar B :

Meja gambar Studio Tugas Akhir produk pabrikasi, cukup ergomis, kemiringan/ketinggian dapat diatur (Adjustable & mobile).

Gambar C :

Meja Seminar Produk local, cukup ergonomis memenuhi fungsinya.

2. Gambar A :

Meja Ketua Jurusan (kategori 2 biro)cukup ergonomis dari fungsi, cuma volume pekerjaan yang besar sehingga space daun meja terasa sempit karena dipenuhi buku-buku dan lain-lain.

Gambar B :

Meja Sekretaris Jurusan (kategori 1 biro) cukup ergonomis, Cuma space daun meja agak sempit , sehingga buku-buku tersa sesak di atas meja. Sumber : Hasil Analisis

d. Akibat tidak Ergonomisnya Furnitur

Akibat tidak ergonomisnya beberapa furnitur di jurusan arsitektur, khususnya kursi-kursi yang dipakai di ruang kuliah atau studio gambar; sehingga para mahasiswa menggunakan/memakai kursi tersebut dengan berbagai gaya dan cara hanya untuk ingin merasa nyaman (comfortable). Berikut ini memperlihatkan beberapa gambar fose (model) mahasiswa saat duduk pada kursi yang tidak ergonomis (perekaman visual dilakukan secara tidak sengaja) lihat gambar 1 di bawah ini.

A B C

A B

A B

A B C

(7)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Gambar 1. Model (fose) cara duduk mahasiswa di ruang kuliah dan studio gambar

Keterangan gambar :

Gambar A : Mahasiswa menduduki kaki kursi studio, sehingg kursi harus direbahkan, karena kursi studio tidak

adjustable & mobile.

Gambar B : Mahasiswa duduk secara benar, namun tulang punggung terlalu bungkuk, karena tinggi kursi studio tidak ergonomis dengan tinggi meja gambar.

Gambar C : Mahasiswa duduk dengan silih satu kaki ditekuk, akibat kursi yang tidak ergonomis dan tidak

adjustable & mobile.

Gambar D : Mahasiswa duduk dengan silih satu lutut di kursi studio tugas akhir, karena kursi barangkali sudah tidak berfungsi “hydraulic-nya”.

KESIMPULAN

Pada umumnya furniture “kursi” produk lokal, berbahan kayu tidak terlalu memperhatikan unsur ergonomi pada setiap produk rancangannya. Ia hanya lebih mengutamakan strukturalnya dan sejauhmana furnitur itu berfungsi. Dalam penelitian ini ternyata kursi-kursi kuliah, studio tidak memenuhi standar ergonomi yang dipersyaratkan. Sedangkan meja-meja untuk kuliah, seminar, studio 1 – 5 dan studio tugas akhir, meja ketua atau sekretaris jurusan secara fungsional semuanya terpenuhi. Meja gambar studio 1 – 5, (produk lokal) di mana kemiringan sudut daun mejanya dapat diatur (tergolong semi egronomi), Meja gambar studio tugas akhir dengan sistem

“hydraulic”sehingga sudut kemiringan dan ketinggian daun mejanya dapat diatur sesuai ergonomi penggunanya.

Meja ketua atau sekretaris jrusan sudah termasuk meja kerja yang standar kategori 1 (satu) biro untuk meja sekretaris jurusan dan 2 (dua) biro untuk meja ketua jurusan. Secara fungsional kedua meja tersebut telah memenuhi ergonomis, walaupun dari segi aktivitas kelihatannya luasan daun meja masih terasa sempit karena menjadi tempat menyimpan/transit beberapa buku-buku dan benda lain di atas meja.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto Eko,2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Surabaya : Guna Widya.

Marizar Eddy S, 2005. Designing Furniture Teknik Merancang Furnitur Kreatif (Konsepsi,solusi,inovasi,dan

implementasi). Yogyakarta : Media Pressindo

Kristianto M Gani, 1993. Teknik Mendesain Perabot yang Benar. Yogyakarta : Kanisius

.

Panero Julius and Martin Zelnik, 1979. Human Dimension & Interior Space. Jakarta : Erlangga. Akmal Imelda, 2006. Furnitur. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cornella, Huelva, 2004. Furniture/Meubels Bamboo, Rattan & Fibres. Barcelona,Spain : Idea Books S.A. Moleong, Lexy J,2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

(8)

Studi Ergonomi Furnitur Jurusan… Syarif Beddu, Rahmi Amin Ishak & Effendy Rauf

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis Furnitur (Kursi) di Jurusan Arsitektur
Tabel 3. Gambar-gambar Posisi Anggota Badan terhadap Furnitur
Gambar A : Mahasiswa menduduki kaki kursi studio, sehingg kursi harus direbahkan, karena kursi studio tidak  adjustable & mobile

Referensi

Dokumen terkait

Desain kursi tersebut harus bisa membuat operator tidak cepat merasakan lelah dan bisa mengurangi rasa sakit pada pinggang seperti yang dirasakan sebelumnya dengan desain kursi

JURUSAN (Studi Kasus Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta) telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan penguji Tugas Akhir sebagai salah

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka penelitian yang berjudul Pembuatan Sistem Database Berbasis Web Studi Kasus Laboratorium CNC-CAD/CAM Jurusan Teknik Mesin

Bangunan asrama ini dirancang dengan menerapkan konsep arsitektur tropis, dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan kepada penghuni yang tinggal di dalamnya..

BAB V PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN KAMPUS JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

ƒ Ir.Daryanto, MSA, selaku Mentor dan Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, yang selama berlangsungnya Tugas Akhir telah banyak meluangkan waktu dan tenaga

Akulturasi arsitektur tradisional Makassar dalam perpaduan unsur budaya local dan asing dapat menyatu tetapi makna dan symbol budaya local masih dipertahankan,

Saran Penjadwalan yang ada pada jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Unpatti saat ini belum bisa menjawab pendistribusian sebagai nama yang talah dibahas pada bab 4 untuk itu