• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan. Pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembiayaan. Pembangunan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Anggota Kelompok

Achmad Pahrevi M. S.

3610100052

Andrian Hadi S.

3611100023

Satrio Dwi Atmojo

3612100021

Try Ananda

3612100025

Riefki Rifandi

3612100029

Irwan Bisri Rianto

3612100068

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

(2)

i | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pembiayaan Pembangunan Prasarana Pengelolaan Air Bersih – Studi Kasus PDAM Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah Evaluasi III Pembiayaan Pembangunan ini bertujuan untuk mereview sebuah contoh kasus pembangunan instalasi PDAM, mulai dari tahap tipe sebuah proyek, besaran dana yang dibutuhkan, analisa-analisa yang akan menentukan besaran untung-rugi dari proyek tersebut, serta rekomendasi-rekomendasi dalam penyediaan dana.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen-dosen mata kuliah Ekonomi Kota :

1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. 2. Vely Kukinul Siswanto

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun pembahasan materi. Melalui makalah ini penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri serta kepada pembaca mengenai persoalan-persoalan yang terkait dengan pembiayaan pembangunan. Pada akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, 15 Desember 2014

(3)

ii | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Gambar ... iii

Daftar Tabel ... iv Bab I Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan Penelitian ... 2 1.4 Manfaat Penelitian ... 2 1.5 Sistematika Pembahasan ... 2

Bab II Tinjauan Pustaka ... 3

2.1 Tinjauan Teori Penyediaan Air Bersih ... 3

2.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Air Bersih ... 5

2.2.1 Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih ... 5

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan Air Bersih ... 6

2.3 Sumber-Sumber Pendanaan ... 6

2.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 8

Bab III Pembahasan ... 11

3.1 Gambaran Umum Permasalahan ... 11

3.2 Skema Penanganan Kasus ... 11

Bab IV Analisis ... 13

4.1 Analisis Finansial ... 13

Bab V Kesimpulan ... 18

(4)

iii | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Daftar Gambar

Gambar 3.1 Batas Kabupaten Indragiri Hilir ... 11

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Skema Penanganan Kasus ... 12 Tabel 4.1 Biaya tahunan pembangunan PDAM yang bersumber dari Sungai

Indragiri sebagai sumber air baku ... 14 Tabel 4.2 Rekapitulasi proyeksi pendapatan operasional ... 15

(5)

iv | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Air merupakan kebutuhan dasar hidup umat manusia. Air juga digunakan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan lain. Mulai untuk pendingin mesin, irigasi, hingga mandi-cuci-kakus (MCK). Namun, keterbatasan debit dan jumlah air suatu daerah menyebabkan daerah tersebut berada pada titik bahaya. Untuk itu, perlu adanya instalasi penyedia air bersih agar kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan industri (bila ada), perdagangan dan jasa daerah tersebut dapat terpenuhi. Tahapan awal dari pembangunan instalasi ini adalah dengan melakukan analisa-analisa pembiayaan, antara lain analisa kelayakan investasi dan analisa sensivitas. Untuk melaksanakannya, perlu adanya analisa pembiayaan. Dari kasus berikut, dapat diketahui bahwa biaya langsung untuk pembangunan instalasi ini membutuhkan dana sebesar Rp. 52.487.106.000,00. Sedangkan setelah pembangunan instalasi tersebut selesai, prediksi pendapatan yang diterima PDAM, selaku unit pelaksana dari pemerintah daerah bidang air bersih, sebesar Rp. 2.758.974.675.272,00.

Kata Kunci: pembiayaan pembangunan, modal biaya, prediksi benefit, analisa kelayakan investasi, analisa sensivitas.

(6)

1 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dimana keberadaannya harus dapat diandalkan untuk suatu kebutuhan baik dimusim hujan maupun kering. Di beberapa tempat, baik perkotaan mapun pedesaan, pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan masalah yang tidak mudah penyelesaiannya. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumber air yang terbatas, kebutuhan biaya, dan teknik pengolahan sebelum air tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluannya. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan kabupaten Indragiri Hilir membawa dampak terhadap kebutuhan dan peningkatan infrastruktur wilayah termasuk di dalamnya sektor air bersih.

Pembangunan yang diarahkan selama ini khususnya masalah air bersih di perkotaan atau di pedesaan sudah tentu terdapat kekurangan-kekurangan dan masih belum optimal, baik mengenai sarana dan prasarana yang disebabkan masih banyak kendala-kendala baik kondisi alam maupun menyangkut dana. SPAB yang ada sebelumnya tidak mampu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Untuk itu diperlukan adanya pembenahan di semua aspek terutama sarana dan prasarana air bersih, sehingga dengan demikian tahap demi tahap kebutuhan dari penduduk mengenai air bersih akan terpenuhi. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indragiri dihadapkan pada masalah kurangnya instalasi pengolahan air bersih yang diambil dari air tanah dan air permukaan. Demikian juga dengan pesatnya perkembangan penduduk pada kabupaten Indragiri Hilir.

Untuk melakukan perluasan dalam penyediaan air bersih, maka perlu adanya pembangunan prasarana pengelolaan air bersih yaitu PDAM yang baru dengan memanfaatkan sumber air yaitu sungai di Indragiri Hilir. Oleh karena itu, penyusun perlu membahas strategi pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih ini dengan studi kasus Kabupaten Indragiri Hilir.

1.2 Perumusan Masalah

`Untuk memperjelas permasalahan dalam pembahasan ini, maka rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

(7)

2 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

1. Bagaimanakah analisis pembiayaan pembangunan prasarana pengelolaan Air bersih? 2. Bagaimana strategi pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air bersih?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah:

1. Mengetahui analisis pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air bersih.

2. Menganalisa strategi pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pengelola Prasarana Air Bersih

Sebagai masukan yang bermanfaat bagi stakeholder untuk mengatur pembiayaan pembangunan prasarana air bersih dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi anggaran.

2. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses penyusunan anggaran dalam aplikasinya pada sebuah prasarana pengelolaan air bersih .

3. Pembaca

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang membutuhkan. 1.5 Sistematika Pembahasan

Adapun alur pembahasan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan makalah.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Merupakan kajian teoritis terkait sumber pendanaan dan mekanisme pembiayaan prasarana Pengelolaan Air bersih di Indonesia.

(8)

3 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Bab Pembahasan yang berisi uraian secara jelas mengenai data dan informasi yang mendukung analisa dan proses analisa.

Bab 4 Analisis

Merupakan hasil analisis yang berisi strategi yang dapat ditetapkan berdasarkan hasil

pengumpulan data – data pada bab 3. Bab 5 Kesimpulan

Berisi pembahasan akhir yang menyimpulkan tujuan awal pembahasan dengan hasil analisa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Penyediaan Air Bersih

Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial, sehingga perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai, selain untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan, karena melalui air dapat timbul berbagai jenis penyakit teruma penyakit perut , sehingga dengan adanya ketersediaan bersih dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang memadai, akan menjamin terciptanya kesehatan bagi masyarakat (Sutrisno, 2006 dalam Sumiyarsono). Dalam tinjauan aspek teknis, penyediaan air bersih di bedakan menjadi dua sistem (Chatib, 1996 dalam Sumiyarsono), yaitu:

1. Sistem Penyediaan Air Bersih Individual (Individual Water Supply System). Sistem penyediaan air bersih indi vidual adalah sistem penyediaan air bersih untuk penggunaan pribadi atau pelayanan terbatas. Sumber air yang digunakan dalam sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebabkan air tanah memiliki kualitas yang lebih baik di banding sumber lainnya. Sistem penyedi aan ini biasnya tidak memiliki komponen transmisi yang dibangun oleh pengembang untuk melayani suatu lingkungan perumahan yang dibangunnya. Berdasarkan uraian tersebut, yang termasuk dalam sistem ini adalah sumur gali, pompa tangan dan sumur bor (untuk pelayanan suatu lingkungan perumahan tertentu).

(9)

4 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

2. Sistem Penyediaan Air Bersih Komunitas (Community/Municipality Water Supply System). Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan adalah suatu sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat umum atau skala kota, dan untuk pelayanan yang menyeluruh, termasuk untuk keperluan rumah tangga (domestik), sosial maupun industri. Pada umumnya sistem ini merupakan sistem yang lengkap dan menyeluruh bahkan kompleks, baik dilihat dari segi teknis maupun sifat pelayanannya. Sumber air yang di gunakan umumnya air sungai atau danau yang memiliki kuantitas cukup besar. Sistem ini juga dapat mempergunakan beberapa macam sumber sekaligus dalam satu sistem sesuai kebutuhannya. Sistem penyediaan air bersih meliputi berbagai peralatan seperti: tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa‐pompa, perpipaan dan sebagainya. Dalam peralatan ini, air minum haris dapat di alirkan ketempat‐tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran. Hal‐hal yang menyebabkan pencemaran antara lain:

a. Masuknya kotoran, tikus, serangga kedalam tangki . b. Terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa. c. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya.

d. Tercampurnya air minum dengan air jenis kualitas lainnya.

e. Aliran balik (backflow) air jenis kualitas air kedalam pipa air minum.

Pada saat ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sistem sambungan langsung 2. Sistem tangki atap

3. Sistem tangki tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)

Tangki‐tangki yang di gunakan untuk menyimpan air minum haruslah dibersihkan secara teratur, agar kualitas air dapat dijaga (Noerbambang, 1993). Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakat desa/kota, yaitu (Nace, 1976):

1. Air hujan, yaitu hasil dari kondensasi uap air yang jatuh ketanah.

2. Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil melalui sumur buatan.

3. Air permukaan, yaitu air sungai atau danau. 4. Desilinasi air laut, atau air tanah payau/asin.

(10)

5 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n 5. Hasil pengolahan air buangan.

Dari kelima sumber diatas, air yang sering dimanfaatkan untuk air bersih adalah air tanah dan air permukaan ini menjadi pilihan utama, disebabkan kedua sumber tersebut mudah di dapat, jumlahnya besar dan secara kualitas relatif lebih baik dan memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sebagai air bersih.

2.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Air Bersih

Penyedian air bersih untuk masyarkat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat , yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit khususnya yang berhubungan dengan air dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) no.14 tahun 1987 maka pengelolaan sarana dan prasarana air bersih diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat 1 provinsi. Sedangkan pengelolaanya di lakukan oleh pengusaha air minum yang berada di bawah kendali pemerintah daerah tingkat 2 kabupaten/kota.

2.2.1 Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih terdiri dari dua sistem penyediaan air bersih, yaitu Sistem Penyediaan Air Bersih individual dan komunal. Dengan pertimbangan jumlah penduduk, distribusi/sebaran penduduk, dan aktifitas dominan yang dilakukan penduduk, dapat diketahui bahwa perbedaan antara kedua sistem tersebut terletak pada; penerapan teknologi fisik, tingkat kapasitas pelayanan, tingkat jenis sambungan pelayanan, dan tingkat institusi pengelolaan sistem. Air Bersih Domestik Kebutuhan domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang berasal dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung adanya perkembangan sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan kebutuhan air bersih. Fasilitas penyediaan air bersih yang sering dikenal, yaitu;

- Fasilitas perpipaan, yaitu: sambungan rumah, sambungan halaman, sambungan umum.

- Fasilitas non perpipaan, berupa; sumur, mobil air, mata air.

Kebutuhan air bersih suatu kawasan dipengaruhi oleh jumlah penduduk kawasan tersebut. Jumlah penduduk suatu kawasan sangat mempengaruhi jumlah air bersih yang dibutuhkan kawasan tersebut. Air Bersih Non Domestik Kebutuhan air non domestik

(11)

6 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

ditentukan oleh adanya konsumen non domestik, yang memanfaatkan fasilitas - fasilitas antara lain:

1. Perkantoran, tempat ibadah.

2. Prasarana pendidikan, prasarana kesehatan.

3. Komersial (pasar, pertokoan, penginapan, bioskop, rumah makan dll). 4. Industri.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan Air Bersih

Dalam Pengaturan kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

- Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

- Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi. - Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. 2.3 Sumber-Sumber Pendanaan

Sumber – sumber pendanaan pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih dapat ditentukan sesuai dengan kriteria sudah ditentukan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Berikut adalah matriks penyusunan rencana induk pengembangan air bersih.

Tabel 2.1 Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM untuk Berbagai Klasifikasi Kota

N

o Kriteria teknik Metro Besar Jenis kota Sedang kecil 1 Jenis

perencan aan

Rencana induk Rencana induk Rencana induk

2 Horison perencan aan

20 tahun 15- 20 tahun 15- 20 tahun 15- 20 tahun

3 Sumber

air baku Investigasi Investigasi Identifikasi identifikasi 4 Pelaksan

(12)

7 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

pemerintah daerah /pemerintah

daerah ara/pemerintah daerah ara/pemerintah daerah 5 Peninjau

ulang Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun 6 Penangg

ung jawab

Penyelenggara/pem

erintah daerah Penyelenggara/pemerintah daerah Penyelenggara/pemerintah daerah Penyelenggara/ pemerintah daerah 7 Sumber pendana an - hibah LN - pinjaman LN - pimjaman DN - APBD - PDAM - SWASTA - hibah LN - pinjaman LN - pimjaman DN - APBD - PDAM - SWASTA - hibah LN - pinjaman LN - pinjaman DN - APBD - PDAM - SWASTA - Pinjaman LN - APBD

Sumber: Permen PU No. 18 Tahun 2007

Dari tabel di atas dapat disimpulkan Kabupaten Indragiri Hilir dengan klasifikasi kota sedang memiliki sumber pendanaan dari hibah luar negeri, pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, APBD, PDAM, dan swasta. Menurut sumbernya, sumber pembiayaan dapat dibagi dua, yaitu sumber pembiayaan konvensional dan non konvesional.

Sumber pembiayaan konvensional

Sumber pembiayaan konvensional adalah sumber-sumber penerimaan yang diperoleh oleh pemerintah (pembiayaan publik). Secara umum sumber-sumber penerimaan pemerintah dikelompokkan menjadi dua (Mangkoesoebroto, 2001), yaitu:

1. Sumber penerimaan yang berasal dari bukan pajak, misalnya penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah dari dalam maupun luar negeri, retribusi, laba BUMN/BUMD, penerimaan lelang, dll

2. Sumber penerimaan yang berasal dari pajak, misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan pajak-pajak daerah lainnya.

Sumber pembiayaan non-konvensional

Sumber pembiayaan non konvensional adalah sumber pembiayaan pembangunan daerah yang berasal dari mekanisme bukan anggaran pemerintah. Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah (public), swasta termasuk di dalamnya masyarakat (private), dan pemerintah-swasta (public-private). Bila dilihat dari kategori instrumen sumber penerimaan dapat dibedakan menjadi 3 yakni

(13)

8 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

pembiayaan melalui pendapatan (revenue financing), pembiayaan melalui hutang (debt financing), dan pembiayaan melalui kekayaan (equity financing).

Sumber pembiayaan melalui pendapatan yang dilakukan oleh swasta (private revenue financing) dapat dibedakan menjadi 2 jenis yakni :

a. Biaya dampak pembangunan (development impact fees)

Biaya dampak pembangunan adalah suatu biaya yang dikarenakan akibat suatu pembangunan baru dan merupakan salah satu cara untuk mengurangi beban biaya penyediaan sarana dan prasarana bagi pembangunan baru (Nelson, 1988:3).

b. Biaya sambungan (connection fees)

Biaya sambungan merupakan pungutan yang dikenakan oleh perusahaan jasa pelayanan kepada individu misalnya air bersih, telepon. Tujuannya yaitu untuk menutupi biaya yang timbul akibat adanya tambahan konsumen dalam jaringan yang sudah ada.

Sedangkan, sumber pembiayaan melalui hutang yang dilakukan oleh swasta (Private Debt Financing) dapat berbentuk development exactions. Development exactions dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana di dalam lingkungan area pembangunan, sebagai salah satu syarat sebelum pembangunan itu dimulai.

2.4 Analisis Kelayakan Investasi Metode NPV

NPV didefinisikan sebagai selisih antara Present Value dari komponen manfaat dan Present Value komponen biaya. Secara matematis rumusnya adalah sebagai berikut:

NPV = PV B – PV C NPV =

𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+1)𝑡 𝑡

Dimana:

PV B = Present Value Benefit Ct = Besaran total dari komponen PV C = Present Value Cost i = Tingkat suku bunga (%/tahun) Bt = Besaran total dari komponen t = jumlah tahun

Kriteria NPV :

NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan

(14)

9 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam bentuk present Value

Metode BCR

Metode ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang diterima (dihitung pada kondisi saat ini) dengan semua pengeluaran yang telah dilakukan (dihitung pada kondisi saat ini). secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

BCR = PV B/PV C BCR =

𝐵𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑡

𝐶𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑡

Dimana: Bt = Besaran total dari komponen manfaat proyek pada tahun t Ct = Besaran total dari komponen biaya pada tahun t

i = tingkat suku bunga (%/tahun) t = jumlah tahun

Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak atau tidak setelah melalui metode ini adalah :

BCR >1 Artinya investasi layak

BCR < 1 Artinya investasi tidak layak. Metode IRR

IRR adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV sama dengan nol. IRR sering disebut sebagai laju pengembanlian modal. Kriteria untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah bila IRR-nya lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga). Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor (DF) sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol. Rumus umum yang digunakan untuk penghitungan IRR adalah sebagai berikut:

IRR =

𝐴𝑡

(1+𝑖)𝑡

= 0

𝑛

𝑡=0

Dimana: At = Cash Flow untuk periode t i = tingkat bunga (%/tahun)

(15)

10 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

)

(

2 1 ) ( ) ( ) ( 1

I

I

NPV

NPV

NPV

I

IRR

n = periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan atau

Keterangan :

I1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif. I2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif

Adapun petunjuk (indikator ) yang digunakan dalam menentukan tingkat kelayakan adalah:

IRR > Tingkat suku bunga komersil, maka proyek diterima IRR < Tingkat suku bunga komersil, maka proyek ditolak.

Kriteria penilaian dengan menggunakan metode ini adalah bila nilai IRR yang didapat lebih besar dari tingkat bunga uang yang berlaku dalam masyarakat, maka investasi diterima. Dan sebaliknya, bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat, maka investasi ditolak (H.M. Yacob Ibrahim , 1997:150) Metode BEP

Break Even Point (BEP) merupakan keadaan dimana suatu kegiatan usaha dalam keadaan tidak beruntung dan tidak rugi. Keadaan BEP ini terjadi saat total kumulatif pendapatan yang diterima sama dengan total kumulatif pengeluaran atau BEP adalah tahun dimana NPV = 0. Suatu kegiatan usaha layak untuk diteruskan jika BEP < umur rencana pembangunan.

Analisis Sensitivitas

Analisa sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter investasi telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil. Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisis sensitivitas antara lain:

1. Investasi

2. Benefit/pendapatan 3. Cost/pengeluaran 4. Suku Bunga (i)

(16)

11 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

NPV = Investasi + benefit + nilai sisa – pengeluaran

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Permasalahan

Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang banyak terdapat anak sungai, dan dilalui oleh sungai Indragiri yang cukup panjang, bahkan Indragiri Hilir disebut juga sebagai negeri seribu parit karena daerah Indragiri terdiri dari perairan, sungai, rawa-rawa, dan perkebunan kelapa yang dipisahkan oleh paritparit kecil. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki iklim tropis basah dengan curah hujan 1.300mm, musim hujan datang pada bulan oktober hingga maret dan musim kemarau tanpa hujan berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan menimbulkan masalah dalam memperoleh air bersih, irigasi dan lain-lain. Indragiri Hilir memang di lalui oleh sungai Indragiri yang cukup panjang, bahkan di kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat anak-anak sungai dan kondisi tanahnya rawa-rawa. Namun kualitas dari air tanahnya kurang baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk memasak dan untuk minum, airnya keruh dan berwarna kemerahan serta rasanya pun sedikit asin.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan kabupaten Indragiri Hilir membawa dampak terhadap kebutuhan dan peningkatan infrastruktur wilayah termasuk di dalamnya sektor air bersih. Pembangunan yang diarahkan selama ini khususnya masalah air bersih di perkotaan atau di pedesaan sudah tentu terdapat kekurangan-kekurangan dan masih belum optimal, baik mengenai sarana dan prasarana yang disebabkan masih banyak kendala-kendala baik kondisi alam maupun menyangkut dana.

Ketidakmampuan SPAB yang ada sebelumnya dalam memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat membuat urgensi pembangunan pengelolaan air bersih yang baru perlu diadakan, sehingga masyarakat dapat menikmati air bersih. Pembangunan PDAM yang baru bisa menjadi solusi untuk memecahkan masalah ini.

3.2 Skema Penanganan Kasus Gambar 3.1 Batas Kabupaten Indragiri Hilir

(17)

12 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum sumber pendanaan dapat dari hibah luar negeri, pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, APBD, PDAM, dan swasta. Dari perhitungan kelayakan investasi pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih PDAM Indragiri Hilir dirumuskan skema penanganan terkait sumber pembiayaan dan biaya yang dibutuhkan. Sumber pembiayaan dari PDAM menjadi alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Tabel 3.1 Skema Penanganan Kasus

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Skenario APBD

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri mengusulkan RAPBD untuk mendapatkan pembiayaan dalam pembangunan PDAM baru di Kabupaten Indragiri Hilir.

Skenario PDAM

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri menggunakan modal dari PDAM itu sendiri untuk pembangunan PDAM baru di Kabupaten Indragiri Hilir.

Skenario Pinjaman Dalam Negeri

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri menggunakan pinjaman dalam negeri seperti dari bank-bank di Indonesia untuk pembangunan PDAM baru di Kabupaten Indragiri Hilir.

(18)

13 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Finansial

Untuk melihat apakah pembangunan ini layak/ tidak layak dijalankan berikut ini dilakukan analisa-analisa apakah investasi terhadap pembangunan PDAM ini memberikan keuntungan dalam waktu yang singkat/sewajarnya. Penghitungan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah penghitungan kriteria investasi. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis.

Analisis finansial terhadap rencana pengembangan yang telah ditetapkan adalah dengan membandingkan pembiayaan dan keuntungan yang didapat dalam setiap tahap pengembangan. Analisis ini dilakukan secara menyeluruh termasuk semua biaya yang diperlukan dalam pengembangan seperti penanganan peralatan, tenaga kerja, pelayanan, serta hal-hal lain yang signifikan dan berhubungan terhadap aspek pembangunan proyek ini. Proyeksi penduduk dihitung dengan angka pertumbuhan yang terdapat pada RT/RW Kabupaten Indragiri Hilir 2011 yaitu sebesar 2,68 %.

a. Biaya Modal (biaya langsung + biaya tidak langsung)

Biaya konstruksi yang disajikan sudah sampai pada tahap Detail Engineering Desain (DED)sehingga bahan dan kuantitas untuk beberapa item pekerjaan sudah secara detail. Biaya konstruksi dalam pembangunan PDAM sebagai sarana air bersih bagi masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari beberapa item pekerjaan. Total biaya langsung yang digunakan yaitu sebesar : Rp 52.487.106.000,00

Biaya tak langsung terbagi 2, yaitu biaaya kemungkinan/hal yang tak terduga dan biaya teknik. Masing-masing mempunyai persentase 8% dan 5% dari biaya langsung. Total dari biaya modal adalah jumlah biaya langsung dan tidak langsung yaitu sebesar Rp 59.310.429.780,00

b. Biaya Tahunan

Biaya tahunan ini terdiri dari biaya pinjaman investasi, biaya operasional, nilai depresiasi. Biaya pinjaman invesatsi dihitung dengan menggunakan persamaan 2 dengan tingkat suku bunga 12%. Didapat nilai biaya bunga pinjaman investasi Rp. 4.123.499.814,00. Turunnya atau penyusutan harga pada pembangunan ini dihitung dengan menggunakan persamaan yang digunakan untuk menghitung depresiasi adalah Faktor Deret Seragam (Sinkin Fund Factor). Biaya depresiasi pertahun dari pembangunan

(19)

14 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

ini dengan suku bunga yang sama dengan bunga pinjaman investasi sebesar 12% ,terhadap biaya investasi pada 2010 dan 2011 yang sebesar Rp 66.427.681.354,00 hal ini merujuk ke persamaan 3 yang didapat nilai depresiasi sebesar Rp 588.187537,00.

Biaya operasional dihitung dengan menjumlahkan total gaji karyawan pertahun, biaya bahan kimia, biaya listrik dan BBM. Biaya operasional ini akan mengalami kenaikan setiap 5 tahun sebesar 10%. Nilai biaya operasional pada tahun awal tahun proyek sebesar Rp 8.215.702.552. Maka untuk menghitung biaya tahunan setiap tahunnya dengan cara menjumlahkan nilai biaya pinjaman investasi, nilai depresiasi dan biaya operasional. Total biaya tahunan yaitu : Rp 776.484.324.426. Biaya Tahunan untuk setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Biaya tahunan pembangunan PDAM yang bersumber dari Sungai Indragiri sebagai sumber air baku

(Sumber: Jurnal Aulia, 2013) c. Prediksi manfaat dengan adanya PDAM (benefit)

Pendapatan operasional adalah penjualan air ditambah dengan penjualan sambungan baru. Penjualan air pertahun dihitung dengan mengalihkan tarif air dengan jumlah volume air yang dibayar konsumen. Total penjualan sambungan baru dihitung dengan mengalikan jumlah sambungan baru setiap tahun dikalikan dengan harga jual sambungan baru. Untuk mendapatkan pendapatan penjualan air dapat dihitung dengan

(20)

15 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

cara mengalikan tarif air dengan jumlah air yang dibayar oleh konsumen total pendapatan yang diperoleh yaitu : Rp 2.758.974.675.272. Total pendapatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi proyeksi pendapatan operasional

(Sumber: Jurnal Aulia, 2013) d. Analisis Kelayakan Investasi PDAM Tirta Indragiri

Analisa kelayakan investasi digunakan untuk menganalisa biaya atau pengorbanan yang harus ditanggung dan manfaat yang diperoleh suatu investasi proyek. Tahap selanjutnya, membandingkan tingkat biaya dan manfaat tersebut sehingga dapat disimpulkan apakah proyek tersebut layak atau malah sebaliknya.

Analisa kelayakan investasi didasarkan pada perkiraan pendapatan, biaya konstruksi atau investasi, biaya operasional dan pemeliharaan serta manajemen yang bersifat rutin, biaya investasi setelah operasional untuk peningkatan. Analisa mengikuti metodologi “discounted cash flow dalam penentuan nilai NPV, BCR dan IRR. Dengan metode ini semua pendapatan dan biaya dalam pembangunan harus dikonversikan ke tahun basis yaitu tahun 2011 dengan memperhitungkan tingkat suku bunga yang ditetapkan. Dalam analisa kelayakan investasi pembangunan sistem penyediaan air bersih di Bagansiapiapi dipakai tingkat suku bunga sama dengan bunga pinjaman investasi yaitu 12%.

(21)

16 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n Metode NPV

Perhitungan NPV dalam analisa kelayakan investasi pembangunan sistem penyediaan air bersih di Bagansiapiapi pada tingkat suku bunga 12%. Nilai sekarang dihitung dengan menggunakan faktor suku bunga (DF) adalah :

Untuk mendapatkan nilai NPV Benefit dapat dihitung dengan mengalikan Discount faktor dengan pendapatan yang sudah diperoleh sebelumnya. Akan didapat nilai sekarang dari pendapatan dan biaya pembangunan PDAM dengan tingkat suku bunga 12% yaitu : Rp 413.210.741.999 dan Rp 157.610.009.123, dan nilai NPV yaitu selisih antara NPV pendapatan dan NPV biaya yaitu sebesar Rp 255.600.732.875.

Metode BCR

Nilai Benefit Cost Ratio didapat dari perbandingan total pendapatan yang dihasilkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Didapat nilai BCR 2,62 %.

Metode IRR

Untuk mencari nilai IRR dilakukan dengan cara interpolasi, dengan mengambil nilai-nilai NPV dan BCR yang sudah didapat sebelumnya dari tingkat suku bunga yang diketahui. Untuk mendapatkan nilai NPV Cost yang kumulatifnya nantinya akan menghasilkan nilai yang negatif dapat dihitung dengan mengalikan Discount faktor yang mempunyai tingkat suku bunga 29% yang akan menghasilkan nilai NPV bernilai negatif. Berdasarkan hasil perhitungan dalam menentukan nilai tingkat pengembalian (IRR) melalui perhitungan interpolasi terhadap tingkat suku bunga 12% dibandingkan terhadap suku bunga lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman, bahwa pembangunan proyek dengan nilai IRR sebesar 28,77% dapat dikatakan layak karena nilai NPV telah mendekati sama dengan nol.

Metode BEP

Kondisi Break Eventercapai saat total kumulatif pendapatan sama dengan total kumulatif pengeluaran. BEP adalah tahun dimana NPV = 0. Untuk mendapatkan nilai BEP dengan cara mengurangi nilai NPV Benefit dan NPV Cost dengan tingkat suku bunga

(22)

17 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

12%. Nilai BEP dihitung dengan menggunakan interpolasi. BEP terjadi pada tahun ke 11 dan 12. Dengan menginterpolasi nilai keduanya, didapat nilai BEP terjadi pada tahun ke 11 bulan ke 6 (tahun 2021 bulan 6).

Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas dihitung dengan menggunakan rumus : NPV = -Investasi + benefit + nilai sisa – pengeluaran

Dengan mengetahui nilai:

Total Pv Investasi = Rp 59.310.429.780 Total Pv Benefit = Rp 413.210.741.999 Total Pv Cost = Rp 110.746.521.623 NPV = Rp 255.600.732.875

Nilai sisa = Rp 52.899.367.994 Maka didapat nilai analisa sensitivitas :

Sensitivitas investasi = Rp 99.762.855.495,- meningkat 68,2% Sensitivitas benefit = Rp 372.758.316.285,- menurun 10% Sensitivitas cost = Rp 151.198.947.338,- meningkat 36,5% Suku bunga = diizinkan hingga 28,77 %

Hasil penilaian parameter analisa kelayakan investasi PDAM Tirta indragiri disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil penilaian parameter kelayakan investasi pembangunan proyek

(23)

18 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n BAB V KESIMPULAN

Dari pembahasan dan analisis pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih PDAM Indragiri Hilir didapat beberapa kesimpulan antara lain:

1. Nilai investasi pembangunan PDAM Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebesar Rp 59.310.429.780,00

2. Hasil analisa parameter-parameter kelayakan investasi mendapatkan NPV sebesar Rp 255.600.732.875, BCR sebesar 2,62 dengan IRR sebesar 28,77 % dan kondisi BEP pada tahun 2021 bulan 6 atau selama 11 tahun 6 bulan.

3. Hasil analisa kelayakan investasi pembangunan PDAM Kabupaten Indragiri Hilir yang dilakukan pada penelitian ini untuk semua parameter kelayakan investasi menunjukan layak untuk diteruskan pada semua alternatif analisa yang dilakukan, karena pada tingkat suku bunga sebesar 12% menunjukan indikator kelayakan yaitu nilai NPV positif, nilai IRR lebih besar dari 12% (bunga pinjaman investasi) dan BEP kurang dari 24 tahun.

4. Sumber pendanaan dapat diusulkan dalam APBD, biaya investasi PDAM sendiri, dan pinjaman dari dalam negeri

(24)

19 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Dedek dan Komara, Rian Tri. 2013. Analisis Kelayakan Ekonomi Pembiayaan Air Bersih Kabupaten Indragiri Hilir. Pekanbaru: Universitas Riau

Sumiyarsono, Elmi. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan Prasarana Penyediaan Air Bersih Di Desa Wawoosu Dan Desa Mataiwoi Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Semarang: Undip

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM untuk  Berbagai Klasifikasi Kota
Tabel 3.1 Skema Penanganan Kasus
Tabel 4.1 Biaya tahunan pembangunan PDAM yang bersumber dari Sungai Indragiri  sebagai sumber air baku
Tabel 4.2 Rekapitulasi proyeksi pendapatan operasional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat dari penyuluhan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS dari mahasiswa sebesar 25,87% tentang cara penularan, 17,48% tentang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, dapat diambil kesimpulan yaitu pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan menulis teks

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal

(a) orang tersebut tidak akan ditahan, dituntut atau dihukum di Negara Peminta, untuk pelanggaran apapun, atau tidak menjadi pihak dalam perkara perdata apapun,

WAN (Wide Area Network) : Jaringan komputer yang menghubungkan banyak LAN ke dalam suatu jaringan terpadu, antara satu jaringan dengan jaringan lain dapat

Dalam penelitian ini dilakukan kajian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi perawat tentang discharge planning dengan pelaksanaan dischrge planning yang

Beberapa masalah yang ditimbulkan dari proses pembakaran secara konvensional ini adalah masalah asap dari kayu bakar yang menimbulkan polusi udara, penggunaan

Jika ruangan itu tidak tertutup, maka tidaklah mungkin siklus udara dapat terjadi karena udara yang sudah dikondisikan melalui lubang saluran masuk akan mengalir ke udara bebas..