LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN
MEMBACA CERITA BAHASA INGGRIS BAGI GURU SD
DI KECAMATAN SERIRIT
Oleh:
Ida Ayu Made Istri Utami, S.Pd., M.Pd. (Ketua)
NIP: 198709172015042002
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd (Anggota)
NIP: 198805172012122002
G.A.P. Suprianti, S.Pd., M.Pd. (Anggota)
NIP: 199002242014042001
Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S,Pd., M.Hum. (Anggota)
NIP: 198004042003122001
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
1 Judul IbM : IbM Pelatihan dan Pendampingan Membaca Cerita Bahasa Inggris bagi Guru SD di Kecamatan Seririt 2 Nama Mitra Program IbM (1)
Nama Mitra Program IbM (2)
: :
SD Negeri 3 Lokapaksa SD Negeri Umeanyar 3 Ketua Tim Pengusul
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Ida Ayu Made Istri Utami, S.Pd., M.Pd..
b. NIDN : 0817098701
C Jabatan / Golongan : Tenaga Pengajar/IIIb
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha f. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris
g. Alamat Kantor/Tlp/Fax/Surel : Jl. Udayana No.11, Singaraja-Bali, 81117
4 Jumlah Anggota : 3 orang
a. Identitas Anggota 1 - Nama Lengkap - NIDN - Perguruan Tinggi : : :
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd. 0017058801
Universitas Pendidikan Ganesha b. Identitas Anggota 2 - Nama Lengkap - NIDN - Perguruan Tinggi : : : G. A.P. Suprianti, S.Pd., M.Pd. 0024029001
Universitas Pendidikan Ganesha c. Identitas Anggota 3 - Nama Lengkap - NIDN - Perguruan Tinggi : : :
Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S,Pd., M.Hum. 0004048001
Universitas Pendidikan Ganesha 5 Lokasi Kegiatan Mitra (1) :
a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Kecamatan Seririt
b. Kabupaten/Kota : Buleleng
c. Propinsi : Bali
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 22 KM 6 Lokasi Kegiatan Mitra (2)
a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Kecamatan Seririt
b. Kabupaten/Kota : Buleleng
c. Propinsi : Bali
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 22 KM
7 Luaran yang Dihasilkan : Peningkatan kemampuan membaca cerita oleh guru sd, RPP, Prosiding SENADIMAS
8 Jangka Waktu Pelaksanaan : 8 Bulan 9 Biaya Total
- DIPA Undiksha : Rp.
-Ringkasan
Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik menyampaikan cerita oleh seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara membacakannya (Gallets, 2005). Dalam implementasinya di sekolah, guru sangat berperan penting dalam mendorong antusiasme anak-anak untuk membaca pada teknik membaca cerita ini. Gerakan, efek suara, dan penggunaan alat peraga kurang menonjol dalam teknik ini.
Terdapat tiga target utama dari program P2M ini, yakni: (1) Guru SD di Kecamatan Seririt memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris, (2) Guru SD di kecamatan tersebut mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media yang mendukung kegiatan tersebut, (3) Guru SD di kecamatan tersebut menjadi terampil membacakan ceritan Bahasa Inggris. Adapun luaran dari program P2M ini adalah: Meningkatnya kemampuan guru SD di kecamatan seririt dalam membacakan cerita bahasa inggris serta terdapatnya artikel yang akan diajukan ke Jurnal Widya Laksana.
Berdasarkan hasil Kuesioner awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru belum pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernah membacakan, sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupa teks. Cerita tidak dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itu kegiatan dalam membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan dan meminta siswa menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimat dengan maksud membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malah menjadi bosan dan kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta dalam membacakan cerita bahasa inggris dengan menarik.
Selanjutnya, saat peberian materi oleh narasumber, peserta berpartisipasi aktif yang kemudian peserta dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan gugus untuk berlatih mempraktekan cara membacakan cerita. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait praktek yang dilakukan masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian, dapat disimpulkan bahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5 dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4 dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempat kelompok dengan nilai tertinggi tersebut akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasa inggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untuk itu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan.
DAFTAR ISI Halaman Judul ……….. i Halaman Pengesahan ……….. ii Ringkasan ……….. iv Daftar Isi ……….. v I. Pendahuluan ……….. 1
II. Target dan Luaran ……….. 7
III. Motode Pelaksanaan Kegiatan ……….. 8
IV. Kelayakan Perguruan Tinggi ……….. 12
V. Hasil yang Dicapai ……….. 14
VI. Rencana Tahap Berikutnya ……….. 21
VII. Kesimpulan dan Saran ……….. 22
Daftar Pustaka ……….. 24 LAMPIRAN
Lampiran 1. Absensi Peserta Pelatihan Membaca Cerita Bahasa Inggris Lampiran 2. Foto-Foto Pelatihan Membaca Cerita Bahasa Inggris Lampiran 3. Peta Lokasi Pelatihan
Lampiran 4. Lembar Observasi
Lampiran 5. Evaluasi Membaca Buku Cerita Lampiran 6. Kuesioner 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sudah lebih dari 10 tahun diajarkan di sekolah dasar. Kebijakan tentang dimungkinkannya pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar secara resmi dinyatakan dalam kebijakan pemerintah, diantaranya adalah Kebijakan Depdikbud RI No. 0487/4/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolahdasar dapat menambah matapelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kebijakan ini kemudian disusul dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris di sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD.
Dengan adanya dasar kebijakan tersebut, Bahasa inggris kemudian menjadi Bahasa lain yang diperkenalkan kepada anak SD selain Bahasa Ibu. Reilly dan Ward (1997) menyatakan bahwa Belajar bahasa baru, apalagi bahasa asing bagi anak-anak merupakan pengalaman “traumatic” yang dekat kaitannya dengan rasa takut dan malu.Untuk itu, perlu dipikirkannya proses belajar bahasa yang mampu membuat anak merasa nyaman dan tenang. Proses belajar bahasa asing yang dipercaya membuat anak merasa nyaman dan tenang biasanya dapat dicapai melalui pembelajaran bahasa yang sederhana dan menyenangkan sesuai dengan dunia anak.
Kegiatan belajar bahasa asing yang sesuai dengan dunia anak kemudian dijabarkan lagi menjadi kegiatan pembelajaran yang mampu menarik perhatian anak. Pada hakekatnya, menurut Curtain dan Pesola (1994), anak-anak akan belajar bahasa asing dengan baik apabila proses belajar terjadi dalam konteks yang komunikatif dan bermakna bagi mereka. Ur (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga sumber perhatian untuk anak-anak di dalam kelas, yaitu gambar, dongeng, dan permaianan. Anak-anak senang melihat gambar terutama yang menarik, jelas dan berwarna. Semikian pula anak senang mendengar dongeng/cerita, kemudian suka membaca apalagi dilengkapi dengan gambar-gambar.
Terkait dengan bahan ajar yang dapat menarik minat anak-anak, bahan ajar atau materi merupakan sumber penting bagi guru dalam membantu siswanya untuk belajar Bahasa inggris. Bahan ajar anak-anak SD dapat berupa buku teks, lembar kegiatan siswa (LKS), gambar, poster, atau buku cerita. Moon (2000) menyatakan bahwa bahan ajar yang bermanfaat tidak hanya tergantung dari bahan ajar itu saja, namun bagaimana bahan ajar tersebut digunakan untuk membantu siswa belajar bahasa. Untuk itu, peran guru amatlah penting sebagai pelakasana yang harus memiliki kemampuan dan keterampulan berbahasa Inggris yang mumpuni dan menguasai
teknik-teknik mengajar bahasa Inggris yang sesuai untuk anak-anak. Dengan kata lain, untuk membantu siswanya agar berhasil dalam belajar bahasa, guru diharapkan mampu menguasai Bahasa inggris dan pembelajaran bahasa agar dapat melaksanakan evaluasi ketepatan berbagai macam metode, materi yang digunakan, serta pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa khususnya anak-anak SD adalah membaca cerita atau yang lebih dikenal dengan Story Reading. Menurut Amstrong (2002), metode bercerita adalah teknik dengan membacakan buku cerita yang bertujuan untuk mengenalkan kepada anak huruf-huruf yang membentuk sebuah kata dan mendorong tumbuhnya kesiapan membaca pada anak. Metode ini merupakan sebuah upaya untuk menciptakan lingkungan belajar mengajar yang memiliki manfaat antara lain: (1) Menanamkan kecintaan anak untuk membaca buku, (2) Membuat anak menjadi lebih tenang dan nyaman, (3) Membantu anak mengenal kata dan kalimat, serta (4) Menyampaikan pesan moral untuk anak.
1.2.Analisis Situasi
Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Buleleng, Kecamatan Seririt pernah menjadi ibu kota Provinsi Bali. Dengan letak geografis yang menjadikan kecamatan ini sangat strategis sebagai pusat perdagangan karena dekat dengan pantai dan pelabuhan, Seririt hingga kini menjadi kecamatan yang padat penduduk. Terkait dengan keberlangsungan pendidikan, ditunjang dengan kondisi alamnya yang heterogen dengan perbukitan dan pantai, masih banyak terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sarana pendidikan. Disamping itu, masih terbatasnya pengembangan industri membuat kecamatan tersebut tetap nyaman dan asri. Kecamatan Seririt merupakan kecamatan dengan 21 desa, yakni Desa Banjar Asem, Desa Bestala, Desa Bubunan, Desa Gunungsari, Desa Joanyar, Desa Kalianget, Desa Kalisada, Desa Lokapaksa, Desa Mayong, Desa Munduk Bestala, Desa Pangkungparuk, Desa Patemon, Desa Pengastulan, Desa Rangdu, Desa Ringdikit, Desa Seririt, Desa Sulanyah, Desa Tangguisia, Desa Ularan, Desa Umeanyar, dan Desa Unggahan. Berdasarkan Referensi Data
Lebih lanjut, sebagai kecamatan dengan potensi perdagangan serta dekat dengan kawasan pariwisata (Lovina), dan kondisi lingkungan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan masyarakatnya, Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran penting untuk diajarkan, baik sebagai muatan lokal maupun mata pelajaran wajib, sedini mungkin. Bahasa merupakan sebuah proses interaksi dimana anak-anak belajar bahasa dan memerlukan kesempatan yang cukup untuk berinteraksi pada konteks yang bermakna dan menyenangkan dan juga kesempatan bermain dengan bahasa itu sendiri saat secara tidak disadari menguasai kosakata dan struktur bahasa tersebut (Samantaray, 20014). Dengan demikian, jika terdapat keinginan membuat siswa SD menguasai bahasa dengan baik, sepatutnya diajarkan sedini mungkin dengan konsep yang menyenangkan dan kontekstual.
Namun sangat disayangkan, kualifikasi guru Bahasa Inggris di SD belum sesuai dengan bidang keilmuannya. Hampir 90% guru yang mengajar Bahasa Inggris di SD di kecamatan Seririt merupakan guru kelas dengan kualifikasi Sarjana Pendidikan Guru SD. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) Kecamatan Seririt, guru bahasa Inggris yang ada di Kecamatan seririt untuk tingkat sekolah dasar hanya berjumlah 10 orang. Dari 54 SD, hanya 10 SD di Kecamatan Seririt yang memiliki guru bahasa Inggris. Dampak dari hal ini adalah guru-guru yang tidak berlatarbelakang Bahasa Inggris hanya mengajar seadanya. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru SD, mereka hanya mengajar berdasarkan buku paket atau mengajar materi sesuai kemampuan mereka. Beberapa kepala sekolah membenarkan hal tersebut dan menyatakan juga bahwa ketersediaan buku paket sangat minim, satu buku paket diberikan untuk dua orang siswa, selain itu, tidak ada media pembelajaran khusus untuk pelajaran bahasa Inggris kecuali beberapa flashcard yang sangat terbatas. Ditambahkan oleh kepala sekolah SD di daerah tersebut, alokasi dana lebih diarahkan pada mata pelajaran regular, bukan pada bahasa Inggris yang hanya muatan lokal.
Secara faktual, telah dilakukan berbagai usaha peningkatan kompetensi mengajar Bahasa Inggris bagi guru-guru SD khususnya di kecamatan Seririt. Hal ini disebabkan karena guru merupakan motor utama penggerak perbaikan kualitas pendidikan. Secara teoritis, pengajaran Bahasa, khususnya Bahasa Inggris sebagai bahasa asing perlu diajarkan dengan menggunakan strategi yang menyenangkan bagi anak-anak, salah satunya dengan membacakan cerita (Story Reading). Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik menyampaikan cerita oleh seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara membacakannya (Gallets, 2005). Ellis & Brewster (1991) menyatakan bahwa buku cerita mampu memperkaya pengalaman belajar siswa, memotivasi dan menyenangkan selain
cerita di dalam kelas, siswa dapat berbagi pengalaman sosial satu dengan yang lain (Ellis & Brewster, 1991). Siswa, khususnya anak-anak, menyukai cerita yang terus menerus diulang sehingga penguasaan bahasa dapat terjadi secara tidak disadari.
Pada kenyataannya, kemampuan guru membacakan cerita masih sangat rendah. Selain karena tidak terbiasa membacakan buku cerita, guru-guru juga masih belum menyadari pentingnya pengajaran bahasa Inggris dengan media buku cerita, baik bagi kemampuan bahasa Inggris maupun pendidikan karakter siswa bersangkutan. Menurut Somadi (2012), karya sastra, dalam hal ini berupa cerita, merupakan sebuah alat dalam pendidikan karakter sebab karya sastra membentuk mental image pada otak anak yang akan mempengaruhi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut Johnsen & Johnsen (1998) memaparkan bahwa dengan cerita anak-anak dapat belajar hal yang benar dengan cara yang lebih santai. Dengan demikian, pengajaran cerita berbahasa Inggris tidak hanya akan bermanfaat bagi perkembangan akademis siswa, namun juga baik dalam menungjang perkembangan karakter mereka.
1.3.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian analisis situasi di atas, masalah-masalah yang dapat dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran Bahasa inggris masih menggunakan metode yang konvensional.
2. Pembelajaran Bahasa Inggris belum banyak menggunakan media ajar yang inovatif. 3. Kurang terlatihnya guru SD di Kecamatan seririt dalam membacakan cerita Bahasa
Inggris.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Masalah Pengabdian Masyarakat ini adalah: Apakah kemampuan membaca cerita Bahasa Inggris guru SD di Kecamatan
Seririt dapat ditingkatkan melalui Pelatihan dan Pendampingan membaca cerita Bahasa Inggris?
1.4.Tinjauan Pustaka
Seperti telah dipaparkan pada latar belakang sebelumnya, pengajaran anak-anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda jika dibandingkan pengajaran bagi kaum dewasa. Harmer (2001) menyatakan bahwa setidaknya ada tujuh sifat belajar anak-anak yang berbeda dengan orang tua, dan salahsatunya yakni anak akan merespon terhadap makna walaupun mereka tidak mengerti semua kata-kata secara keseluruhan. Anak-anak juga belajar tidak hanya dari apa yang di dengar dan dilihat tetapi juga dari apa yang mereka lakukan. Terlebih, anak-anak memiliki waktu konsentrasi yang terbatas. Dengan adanya perbedaan karakteristik tersebut, perlakuan terhadap anak-anak juga harus berbeda dengan perlakuan terhadap pembelajar dewasa.
Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara baik, seorang guru di tuntut untuk bisa menciptakan suasana dan kondisi belajar yang sesuai dengan sifat anak-anak seperti tersebut di atas. Selain itu ia juga diharapkan bisa menggunakan teknik pembelajaran yang menarik sesuai dengan dunia anak-anak tersebut. Salah satu teknik yang baik digunakan yakni dengan cerita.
Menurut Wright (1995:3), cerita yang di dalamnya termuat sejumlah banyak kata, menyajikan pengalaman bahasa yang kaya. Selain itu cerita juga mampu memotivasi, kaya unsur pengalaman bahasa dan tidak mahal. Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik menyampaikan cerita oleh seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara membacakannya (Gallets, 2005). Dalam implementasinya di sekolah, guru sangat berperan penting dalam mendorong antusiasme anak-anak untuk membaca pada teknik membaca cerita ini. Gerakan, efek suara, dan penggunaan alat peraga kurang menonjol dalam teknik ini. Teknik membaca cerita memfokuskan siswa pada tulisan-tulisan yang ada pada buku cerita dan suara dari guru. Matlin (2005) mengatakan bahwa seseorang akan mampu mengingat kata ketika hanya memperhatikan bentuk (physical appereance) dari kata tersebut (misalnya huruf kapital dalam kata tersebut) atau suara dari kata tersebut (misalnya rhyme atau suara dari kata tersebut).
1.5.Tujuan Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Seririt seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan dan Pendampingan membaca cerita Bahasa Inggris yang dapat:
1. Memperbaiki proses pembelajaran Bahasa inggris yang dulunya menggunakan strategi yang konvensional menjadi lebih inovatif dan bermakna
2. Meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris dengan pemanfaatan media berupa buku cerita
3. Melatih guru SD di Kecamatan seririt dalam membacakan cerita Bahasa Inggris
1.6.Manfaat Kegiatan
Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan guru-guru SD dalam membacakan cerita Bahasa Inggris sebagai strategi pengajaran Bahasa Inggris. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Guru SD di Kecamatan Seririt akan memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, guru-guru di kecamatan tersebut juga akan mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media yang mendukung kegiatan tersebut. Guru-guru tentunya akan menjadi terampil membacakan ceritan Bahasa Inggris dengan mengikuti kegiatan pelatihan serta dilanjutkan dengan pendampingan ke sekolah masing-masing.
b. Siswa SD di Kecamatan Seririt akan mendapat kesempatan diajar dengan menggunakan strategi membaca cerita Bahasa Inggris oleh guru mereka sebab guru-guru tersebut telah terlatih dan terampil. Kemampuan Bahasa Inggris siswapun akan meningkat seiring minat yang juga meningkat sebagai akibat pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dengan strategi membacakan cerita.
c. Dinas Pendidikan dan pemerintah kecamatan Seririt memperoleh peluang untuk memiliki SDM (Guru SD) yang berkualitas dan professional. Guru-guru tersebut juga dapat menjadi pelatih siswa yang akan mengikuti lomba Story Reading.
Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan hasil penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu darma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
BAB II
TARGET DAN LUARAN 2.1 Target
Target dari program P2M ini adalah:
a. Guru SD di Kecamatan Seririt memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
b. Guru SD di kecamatan tersebut mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media yang mendukung kegiatan tersebut.
c. Guru SD di kecamatan tersebut menjadi terampil membacakan ceritan Bahasa Inggris.
2.2 Luaran
Adapun luaran dari program P2M ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan guru SD di kecamatan seririt dalam membacakan cerita bahasa inggris
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Berangkat dari pemaparan analisis situasi serta permasalahan yang dihadapi mitra, maka kerangka pemecahan masalah dalam program pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut:
PERMASALAHAN
a. Proses pembelajaran Bahasa inggris masih menggunakan metode yang konvensional.
b. Pembelajaran Bahasa Inggris belum banyak menggunakan media ajar yang inovatif.
c. Kurang terlatihnya guru SD di Kecamatan seririt dalam membacakan cerita Bahasa Inggris.
PEMECAHAN MASALAH
a. Pelatihan dan pendampingan guru SD Kecamatan Seririt untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris yang menggunakan metode yang lebih inovatif (Story Reading)
b. Pelatihan dan pendampingan guru SD Kecamatan Seririt untuk menggunakan media ajar berupa buku cerita Bahasa Inggris.
c. Pelatihan dan pendampingan guru SD Kecamatan Seririt untuk membaca cerita Bahasa Inggris.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Memberikan Pelatihan dan pendampingan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang melibatkan kegiatan membaca cerita Bahasa Inggris.
METODE KEGIATAN
1.Pelatihan membuat RPP 2.Pelatihan membaca cerita
Bahasa Inggris 3.Pendampingan dalam
mengimplementasikan keterampilan membaca cerita
3.2. Khalayak Sasaran
Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini merupakan kegiatan yang bertujuan membantu Guru Bahasa Inggris SD meningkatkan profesionalisme dalam merancang pembelajaran dengan strategi inovatif, menggunakan media ajar, serta mengaplikasikannya dalam bentuk membacakan cerita Bahasa Inggris. Sehubungan dengan hal tersebut, khalayak sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh guru Bahasa Inggris SD di Kecamatan Seririt.
3.3. Keterkaitan
Kegiatan P2M ini akan melibatkan institusi Undiksha dan SD di Kecamatan Seririt. Kedua instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut: 1. SD di kecamatan Seririt akan memperoleh manfaat dari kegiatan P2M ini dalam hal peningkatan keterampilan Guru dalam membaca cerita Bahasa Inggris guna menarik perhatian siswa untuk belajar Bhasa Inggris.
2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat berperan menyeediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3.4 Metode Kegiatan
Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara, kesepakatan oleh guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Seririt (mitra) dan tim pengusul beberapa permasalahan prinsip yang menjadi prioritas untuk di atasi dalam program pengabdian masyarakat ini yaitu:
1. Menyepakati pelatihan sebagai upaya peningkatakan pengetahuan guru serta keterampilan mengajar guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif. Pelatihan akan diberikan oleh pakar yang merupakan pengajar TEFL (Teaching English as
Foreign Language) dan TEYL (Teaching English for Young Learners) di program studi
pendidikan bahasa Inggris. Model pelatihan akan dilakukan seperti proses seminar yang diisi dengan diskusi dan tanya jawab untuk lebih mempertajam pengetahuan dan pemahaman peserta. Dari proses diskusi dan tanya jawab ini diharapkan peserta secara terbuka menyampaikan berbagai hal yang belum dipahami. Setelanya, akan diadakan workshop pembuatan RPP menggunakan strategi inovatif (Story Reading) yang kemudian akan mendapat komentar dan masukkan dari peserta lain serta narasumber. 2. Menyepakati pelatihan sebagai upaya peningkatakan pengetahuan guru serta
strategi Story Reading. Pelatihan akan diberikan oleh pakar yang merupakan pengajar Material & Media Development for Teaching Young Learners di program studi pendidikan bahasa Inggris. Kegiatan ini akan sejalan dengan pelatihan pembuatan RPP. Peserta akan melengkapi RPP dengan pembuatan media yang diperlukan sesuai dengan RPP yang dibuat. Media tersebut kemudian akan mendapat komentar dan masukkan dari peserta lain serta narasumber.
3. Pelatihan dan pendampingan praktek pembelajaran dengan menggunakan strategi Story Reading berdasarkan RPP dan Media yang telah dibuat sebelumnya. Pada bagian ini, pakar TEFL (Teaching English as Foreign language), TEYL (Teaching English for Young learner), dan Children Literature dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha akan menjadi Narasumbernya. Praktek pendampingan ini akan menggunakan RPP serta media yang telah dilatihkan sebelumnya, sehingga benar-benar bersifat sistematis dan praktis bagi para peserta. Pada proses pelatihan dan pendampingan ini proses evaluasi dan refleksi selalu dilakukan oleh guru bersama dengan tim pendamping, sehingga dengan cepat dapat dipetakan kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki dan disesuaikan berdasarkan pengematan serta kesepakatan antara guru dengan tim pendamping. Demikian juga dengan siklus berikutnya setelah pembelajaran akan dilakukan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki tindakan sampai pada tim menganggap guru telah mampu melaksanakan praktek pembelajaran sesuai.
4. Menyepakati adanya praktek pembelajaran secara mandiri. Setelah dilakukan pendampingan, para guru akan diberikan kesempatan untuk melangsungkan praktek pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat tanpa didampingi oleh tIm pakar Undiksha Singaraja. Namun diakhir pembelajaran, para guru diberikan untuk menyampaikan berbagai hal yang telah dilakukan dan kendala-kendala yang dihadapi sehingga dapat diberikan masukan tim pakar Undiksha Singaraja.
Setelah melihat detail model pelaksanaan program sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka metode pelaksanaan program ini akan dilakukan dengan adaptasi dari siklus
Bagan 2. Siklus Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat
Dari bagan 2 di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan P2M ini akan dimululai dari: (1) Pelatihan dan pengembangan RPP yang mengimplementasikan Story Reading sebagai salah satu strategi inovatif dan Media yang dapat menunjang pengaplikasiannya, (2) Pelatihan tentang cara membacakan cerita Bahasa Inggris yang sesuai dengan RPP serta media yang dikembangkan sebelumnya, (3) pelatihan dan pendampingan praktek mengajar dengan menggunakan strategi Story Reading, dan (5) praktek mengajar mendiri/refleksi dan evaluasi. Demikian seterusnya sampai para guru memiliki keterampilan yang memadai dalam mengimplementasika strategi tersebut.
Pelatihan Pengembangan RPP dan Media dengan
implementasi Story
Reading
SIKLUS I
Pelatihan Story Reading berdasarkan RPP dan Media
yang telah dikembangkan
Praktek Mengajar Mendiri/Refleksi dan Evaluasi Pelatihan dan Pendampingan Praktek Mengajar SIKLUS II Dst Pelatihan Story Reading Pelatihan Pengembangan RPP dan Media dengan implementasi Story Reading
Pelatihan dan Pendampingan Praktek Mengajar Praktek Mengajar Mendiri/Refleksi dan Evaluasi
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Motivasi yang sangat kuat dimiliki oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui berbagai pusat layanan yang dimilikinya, antara lain Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat Layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat Layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Terdapat peningkatan jumlah kegiatan P2M dosen Undiksha dari tahun 2010 hingga 2015 yakni berturut-turut 16 kegiatan di tahun 2010, 133 kegiatan di tahun 2011, 140 kegiatan di tahun 2012, 108 kegiatan di tahun 2013, 159 kegiatan di tahun 2014, dan 205 kegiatan di tahun 2015. Disaming itu, jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas.
Selama 2015, LPM telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian dengan memberdayakan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar. Berdasarkan data base LPM tahun 2013, terdapat 108 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan total besaran dana sebesar Rp.1.901.500.000,-.
Data pelaksana P2M tahun 2014, kegiatan P2M terus terselenggara dalam upaya menjembatani kebutuhan masyarakat akan aspek pemberdayaan yang bisa diabdikan oleh tim pelaksana P2M lembaga. Terdapat 159 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan, dengan total penggunaan dana sebesar Rp. 2.681.250.000,-.
Peningkatan jumlah kegiatan pengabdian yang telah dilaksanan oleh tim pelaksana di bawah naungan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Undiksha bahwa dijumpai data di tahun 2015, peningkatan capaian dalam kegiatan P2M baik dari kegiatan pengabdian dengan sumber dana DIPA lembaga maupun DP2M Dikti, dengan jumlah capaian 205 kegiatan.
masyarakat. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun terakhir adalah : (a) mempasilitasi pengembangan teknologi tepat guna, (b) pengembangan model belajar pemberdayaan masyarakat, (c) melakukan publikasi ilmiah, dan (d) mengikuti pertemuan ilmiah yang bersifat lokal dan nasional.
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
5.1. Hasil Kegiatan
Pelatihan membaca buku cerita bagi guru-guru SD di Kecamatan Buleleng merupakan salah satu wujud implementasi hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait pengembangan Bigbook untuk pengajaran membaca di SD. Kegiatan ini dikemas sebagai pengabdian pada masyarakat, dimana tim peneliti terjun langsung memberikan pelatihan bagi para guru sehingga manfaat dari hasil penelitian tersebut dapat dirasakan secara langsung. Pelatihan dilaksanakan di sebuah Gedung Koperasi di kecamatan Seririt dengan pola 32 jam pada tanggal 15-16 Agustus dengan jumlah peserta sebanyak 35 orang. Adapun narasumber pada kegiatan tersebut merupakan pakar sastra inggris yang sudah memiliki pengalaman mumpuni dalam membacakan cerita berbahasa inggris.
Kegiatan pelatihan berlangsung sangat menyenangkan yang dibuktikan dengan atusiasme peserta baik dalam mendengarkan pemaparan narasumber, mencermati contoh yang diberikan narasumber dalam membacakan cerita, diskusi, serta praktek simulasi membacakan buku cerita. Selanjutnya, seusai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan membacakan cerita berbahasa inggris bagi siswa di sekolah masing-masing tempat bertugas, yang akan didampingi oleh tim pelaksana kegiatan ini. Pendampingan dilakukan oleh tim anggota pengabdian pada masyarakat ini yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru SD dalam membacakan cerita berbahasa inggris yang secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi siswa serta prestasi belajar bahasa inggris siswa.
Pada hari pertama, kegiatan diawali dengan pengisian kuesioner 1. Peserta juga diminta mengisi kuesioner (kuesioner lengkap dapat dilihat pada lampiran 6) yang berisikan pertanyaan mengenai pengalaman penggunaan media dalam mengajar secara umum dan pengalaman membacakan buku cerita secara khusus. Adapun hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.1
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan
2. Bila ya, bagaimanakah kegiatan mebacakan buku cerita tersebut berlangsung?
26,67% Membacakan dan meminta siswa menyimak 20% Membacakan dan meminta siswa menirukan ucapannya
66,67% Membacakan dan menerjemahkannya
6,67% Membacakan
meskipun siswa termangu karena tidak memahami artinya
3. Buku cerita apa yang biasa
dibacakan? Dimana memperoleh buku tersebut?
33,33% Internet 33,33% Buku Paket 20% Perpustakaan 13,33% Toko buku 4. Apakah anda mengetahui manfaat
membacakan buku cerita bagi kemampuan berbahasa anak?
51,42% Menambah Kosakata 25,71% Melatih pelafalan 17,14% Meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris
5. Apakah anda mengetahui manfaat membacakan cerita bagi pengembangan karakter anak?
100% menyatakan bahwa cerita sangat baik untuk membantu mengembangkan karakter anak
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru belum pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernah membacakan, sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupa teks. Cerita tidak dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itu kegiatan dalam membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan dan meminta siswa menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimat dengan maksud membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malah menjadi bosan dan kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
Setelah pengisian kuesioner, kegiatan berlanjut dengan Pelaksanaan Pelatihan membaca buku cerita. Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari ini diawali dengan Registrasi peserta yang ditangani oleh panitia (Daftar hadir lengkap dapat dilihat pada lampiran 1). Saat dilakukan registrasi tersebut, masing-masing peserta mendapat map berisikan seluruh dokumen terkait dengan pelatihan yang dilaksanakan, kuesioner 1, kuesioner 2, serta alat tulis. Selanjutnya, acara pembukaan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, laporan ketua panitia, sambutan ketua UPP Kecamatan Seririt, dan Sambutan dari Ketua LPPM, yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Dr. I Nyoman Sila, M.Hum. yang sekaligus membuka acara secara resmi. Kegiatan pelatihan pada hari pertama dibagi menjadi 3 sesi, yakni pertama penyampaian materi dari narasumber, kedua diskusi, dan contoh membacakan cerita oleh narasumber. Sesuai dengan rancangan awal, metode pelatihan mengikuti metode ceramah & diskusi, dimana setelah pemaparan materi oleh pembicara, dibukalah kesempatan berdiskusi mengenai hal-hal yang belum jelas, masalah-masalah nyata yang dihadapi, serta komentar atau saran terkait dengan materi bahasan. Beberapa gambar di bawah ini merupakan foto-foto yang diambil saat pembukaan, sesi ceramah, dan diskusi.
Gambar 5.1 Pemaparan Materi oleh Narasumber
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dilakukan pula observasi guna mengamati ketekunan, kesriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta. Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi rinci dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Hasil Observasi saat Pelatihan
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS
1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang disampaikan
75% 25%
2 Keseriusan dalam melakukan diskusi kelompok yang diminta
50% 50%
3 Keingintahuan lebih lanjut mengenai materi yang disampaikan
85% 15%
4 Keantusiasan dalam melakukan praktek membaca buku cerita
100% 5 Keseriusan dalam mengomentari praktek
rekan lain dalam membaca cerita
80% 20%
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa selama proses pelatihan, 75% peserta terlihat sangat tekun dan 25% lainnya terlihat tekun. Ketekunan tersebut juga terlihat dari keseriusan mereka dalam melakukan diskusi kelompok. Berdasarkan hasil observasi, 50% terlihat serius, bahkan 50% lainnya terlihat sangat serius. Setelah pemaparan materi oleh narasumber, 15%
sedangkan 85% sisanya terlihat sangat antusias. Saat giliran peserta mendapat kesempatan mempraktekan kemampuannya membacakan cerita, seluruh peserta terlihat sangat antusias, meskipun tidak mendapatkan giliran praktek, mereka tetap aktif dan ceria berperan sebagai siswa yang dibacakan cerita. Setelahnya, 80% peserta terlihat sangat serius dalam memberikan komentar praktek rekan lain dalam membacakan cerita, dan 20% sisanya terlihat serius. Berikut Beberapa gambar yang menunjukkan keseriusan peserta saat memperhatikan contoh membaca buku cerita oleh narasumber.
Pada hari kedua, peserta kembali datang dengan kesiapan membacakan cerita berbahasa inggris dalam bentuk simulasi. Peserta yang membacakan cerita hanya perwakilan dari beberapa gugus. Masing-masing orang diberikan waktu 30 menit untuk membacakan cerita di depan kelas. Pada kesempatan itu, peserta lainnya berperan menjadi siswa yang sangat menghidupkan suasana. Kegiatan praktek berjalan sangat menyenangkan dan mengundang gelak tawa peserta. Praktek tersebut kemudian dinilai dan diberikan komentar oleh narasumber dan tim penilai guna memberikan masukkan untuk peningkatan kualitas peserta dalam membacakan cerita.
Adapun hasil penilaian praktek membaca cerita peserta dilihat pada tabel di 5.3.
Tabel 5.3 Nilai Perwakilan Kelompok dalam Membacakan Cerita
Kelompok Pembahas 1 Pembahas 2 Rata-Rata
1 75 78 76,5 2 87 89 88 3 80 78 79 4 77 82 79,5 5 88 84 86 6 70 72 71 7 74 74 74 8 85 83 84
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5 dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4 dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempat kelompok dengan nilai tertinggi tersebut akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasa inggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untuk itu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan.
Sama halnya pada saat awal kegiatan, di akhir kegiatan juga terdapat kuesioner terkait dengan kesan dan pesan peserta mengenai kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Secara lebih rinci, hasil kuesioner di akhir kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Hasil Kuesioner di Akhir Kegiatan
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Ket.
1. Apakah pelatihan membaca cerita berbahasa inggris yang telah anda ikuti menarik?
68,57% Mengatakan sangat menarik
28,57% mengatakan menarik 2,85% mengatakan cukup menarik 2. Bila Ya, Apa materi dari
pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam pembelajaran?
65,71% mengatakan sesuai
34,28% mengatakan sangat sesuai
3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membacakan cerita dalam pembelajaran di kelas?
54,28% mengatakan termotivasi 45,71% mengatakan sangat termotivasi
4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait penggunaan cerita sebagai media belajar anak?
80% menyatakan perlu 20% menyatakan sangat perlu
5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik!
- Membaca cerita dengan mimik dan intonasi yang benar
- Menggunakan cerita dalam bentuk audio visual
- Membuat cerita sendiri
- Mengaktifkan program literasi di sekolah
- Menggunakan strategi inovatif dalam mengajar bahasa inggris - Penggunaan lagu dan permainan
dalam mengajar
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini kemudian dilanjutkan dengan pendampingan pada tiap kelompok untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membacakan cerita berbahasa inggris. Pendampingan akan berlangsung di 4 sekolah. Tim pengabdian pada
memilih buku bacaan yang sesuai dan tersedia di sekolah mereka. Untuk hal tersebut, tim pengambdian membantu para guru dengan memberikan beberapa link halaman di internet yang bisa mereka akses untuk mendapatkan buku bacaan yang sesuai digunakan. Selanjutnya salah satu guru menyatakan siap dengan buku cerita yang akan digunakan, hanya saja masih tidak yakin dengan kegiatan yang tepat diberikan kepada siswa setelah membaca cerita. Tim pengabdian memberikan masukan beberapa jenis kegiatan menarik yang dapat diberikan setelah membaca cerita, seperti mendiskusikan isi icerita, memberikan beberapa pertanyaan, matching games yang berkaitan dengan cerita yang dibaca, atau lagu-lagu yang masih ada kaitannya dengan tema cerita yang diberikan.
Dalam kunjungan kedua kepada masing-masing guru, tim pengabdian berkesempatan untuk ikut dalam pengimplementasian kegiatan membaca cerita. Secara keseluruhan, ke-empat guru sudah mampu mengimplementasikan hasil pelatihan membaca cerita yang diberikan sebelumnya. Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan misalnya terkait pelibatan siswa dalam proses membaca cerita yang masih minim, sehingga siswa terkesan pasif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, tim pengabdian bersama-sama mendiskusikan hal tersebut dengan guru yang dikunjungi. Masukan dan saran yang diberikan kepada guru disesuaikan dengan karakteristik siswa di masing-masing sekolah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kuesioner awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru belum pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernah membacakan, sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupa teks. Cerita tidak dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itu kegiatan dalam membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan dan meminta siswa menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimat dengan maksud membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malah menjadi bosan dan kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta dalam membacakan cerita bahasa inggris dengan menarik.
Selanjutnya, saat peberian materi oleh narasumber, peserta berpartisipasi aktif yang kemudian peserta dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan gugus untuk berlatih mempraktekan cara membacakan cerita. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait praktek yang dilakukan masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian, dapat disimpulkan bahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5 dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4 dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempat kelompok dengan nilai tertinggi tersebut akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasa inggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untuk itu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan. Hasil dari pendampingan yang dilakukan sebanyak dua kali ke masing-masing 4 sekolah di
7.2 Saran
1. Perlu diadakan pelatihan yang lebih mendalam dan intensif terkait dengan membacakan cerita berbahasa inggris
2. Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa jenis pelatihan yang diperlukan selanjutnya adalah Membaca cerita dengan mimik dan intonasi yang benar, Menggunakan cerita dalam bentuk audio visual, Membuat cerita sendiri, Mengaktifkan program literasi di sekolah, Menggunakan strategi inovatif dalam mengajar bahasa inggris, serta Penggunaan lagu dan permainan dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D.,(2002). The primary English teacher’s guide. England: Pearson plc.
Ellis, G. & Brewster, J., (1991), The Storytelling Handbook for Primary Teachers, Penguin Gallets, M.P. (2005). Storytelling and Story Reading: A Comparison of Effects on Children 's
Memory and Story Comprehension. Electronic Theses and Dissertations
Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching with DVD (4th Edition) London: Longman Handbooks for Language Teachers.
Johnsen, S. & Johnsen, E. (1998). Literature as A Character Building Tool. Character Education Through Literature. In Association with Amazon,com.
Samantaray, P. (2014). Use of Story Telling Method to Develop Spoken English Skill. International Journal of Language and Linguistics. Vol. 1. No. 1. Pp. 40-44
Somadi, M.M.F.A. (2012). The Effect of A Story-Based Programme on Developing Moral Values at the Kindergarten Stage. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research Business. Vol. 4 No.7 Pp. 534-559
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lembar Observasi
Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS
1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang disampaikan
2 Keseriusan dalam melakukan diskusi kelompok yang diminta untuk
3 Keingintahuan lebih lanjut mengenai materi yang disampaikan
4 Keantusiasan dalam melakukan praktek membaca buku cerita
5 Keseriusan dalam mengomentari praktek rekan lain dalam membaca cerita
Singaraja, Agustus 2017 Penilai,
Lampiran 5.
Evaluasi Menbaca Buku Cerita
Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
No. Aspek yang dinilai Nilai
1 Pemahaman Isi Cerita
2 Kerunutan pengungkapan isi cerita
3 Kelancaran dan Kewajaran Pengungkapan
4 Ketepatan intonasi
5 Ketepatan ekspresi saat membaca
Singaraja, Agustus 2017 Penilai,
Lampiran 6. Kuesioner 1 Nama Peserta : Asal Sekolah : NIP : Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata yang pernah dialami. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah anda pernah membacakan buku cerita berbahasa inggris di sekolah?
……… ……… 2. Bila Ya, bagaimana kegiatan membacakan buku cerita tersebut berlangsung?
……… ……… 3. Buku cerita apa yang biasa dibacakan? Dimana memperoleh buku tersebut?
……… ……… 4. Apakah anda mengetahui manfaat membacakan buku cerita bagi kemampuan berbahasa
anak?
……… ……… 5. Apakah anda mengetahu manfaat membacakan cerita bagi pengembangan karakter anak?
……… ………
Lampiran 7. Kuesioner 2 Nama Peserta : Asal Sekolah : NIP : Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata setelah mengikuti pelatihan tindakan kelas yang diadakan. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah pelatihan membaca cerita berbahasa inggris yang telah anda ikuti menarik? ……… ……… 2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam
pembelajaran?
……… ……… 3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membacakan cerita
dalam pembelajaran di kelas?
……… ……… 4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan penggunaan
cerita sebagai media belajar anak?
……… ……… 5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik!