• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Layanan Perpustakaan Keberadaan perpustakaan pada saat ini bukan hanya sebagai tempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Layanan Perpustakaan Keberadaan perpustakaan pada saat ini bukan hanya sebagai tempat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Layanan Perpustakaan

Keberadaan perpustakaan pada saat ini bukan hanya sebagai tempat mengumpulkan informasi, tetapi juga sebagai tempat mengolah, melayankan dan melestarikan informasi yang dimilikinya. Perpustakaan mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan pemustakanya, lalu diolah seperti pemberian nomor klasifikasi dan kelengkapan bahan pustaka agar dapat dilayankan kepada pemusta. Koleksi dilayankan kepada pemustaka agar dapat dimanfaatkan dengan melalui sistem terbuka maupun tertutup. Jika ada koleksi yang rusak, maka akan diperbaiki agar koleksi tersebut dapat digunakan kembali. Layanan ini diberikan oleh perpustakaan agar tujuan dan fungsi perpustakaan dapat tercapai.

1. Pengertian Layanan Perpustakaan

Layanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti membantu menyiapkan atau menyediakan apa yang dibutuhkan seseorang. Jadi, layanan perpustakaan merupakan suatu usaha yang diberikan oleh pustakawan kepada pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Layanan perpustakaan berbeda dengan layanan lainnya meskipun memiliki kesamaan prinsip. Perbedaan tersebut terletak pada fungsi dan tugas dari masing-masing bidang tersebut (Manajemen Perpustakaan, 2006, hal. 190).

Untuk memberikan layanan prima kepada pemustaka, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pustakawan yaitu siapa yang melayani dan dilayani, apa yang dilayankan, kapan layanan tersebut dilaksanakan, mengapa layanan tersebut

(2)

perlu dilaksanakan dan bagaimana cara melaksanakan layanan tersebut. Semua itu harus disesuaikan dengan jenis perpustakaan yang diterapkan sehingga tujuan dan fungsi perpustakaan dapat tercapai.

1. Sistem Layanan Perpustakaan a. Layanan Terbuka (Open Access)

Layanan terbuka merupakan layanan dimana pemustaka boleh memilih sendiri bahan pustaka yang dibutuhkannya. Umumnya sistem layanan terbuka diterapkan untuk koleksi umum. Menurut Hafiah (Pengantar Layanan perpustakaan, 2009, hal. 21) kelebihan dari sistem layanan ini yaitu:

1) Pemustaka bebas memilih koleksi sesuai kebutuhan 2) Menghemat tenaga pustakawan

3) Dapat membandingkan isi koleksi dengan judul materi 4) Koleksi lebih bermanfaat

Sedangkan kekurangan dari sistem ini yaitu: 1) Koleksi berantakan

2) Kemungkinan kehilangan koleksi lebih besar 3) Koleksi cepat rusak

4) Tidak semua pemustaka paham bagaimana menelusuri koleksi b. Layanan Tertutup (Close Access)

Layanan tertutup yaitu layanan dimana koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka diambilkan oleh pustakawan. Kelebihan dan kekurangan dari sistem ini menurut Hafiah (2009, hal. 20-21) yaitu:

1) Koleksi tersusun rapi

2) Kemungkinan kehilangan koleksi lebih kecil 3) Bahan pustaka tidak cepat rusak

4) Pengawasan lebih longgar

(3)

14 5) Pemustaka tidak bebas menemukan koleksi

6) Bahan pustaka kadang tidak sesuai dengan keinginan pemustaka 7) Tidak semua koleksi dimanfaatkan

c. Layanan Campuran

Sistem layanan campuran yaitu menerapkan layanan tertutup dan layanan terbuka di perpustakaan. Biasanya layanan tertututup untuk koleksi khusus seperti karya ilmiah atau referensi sedangkan layanan terbuka untuk koleksi umum.

d. Jenis Layanan Perpustakaan

Menurut Hafiah (2009, hal. 27-50) terdapat 18 jenis layanan yang ada di perpustakaan. Layanan tersebut diantaranya yaitu layanan display dan promosi, layanan sirkulasi, layanan multimedia, layanan fotokopi koleksi, layanan baca di tempat dan layanan pendidikan pemustaka. Sedangkan menurut Sutarno NS (2006, hal. 92-98) jenis layanan yang dapat dikembangkan di perpustakaan yaitu layanan sirkulasi, layanan informasi, layanan penelitian, bimbingan pemustaka, layanan rekreasi, penelusuran literatur dan analisis kepustakaan.

B. Pendidikan Pemustaka

Pendidikan pemustaka merupakan salah satu layanan yang disediakaan oleh perpustakaan agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemustaka. Nancy Fjallbrant dan Ian Malley dalam bukunya User Education in Libraries mengungkapkan bahwa pendidikan pemustaka yaitu suatu pembelajaran yang mengarahkan pemustaka untuk menggunakan perpustakaan sebaik mungkin. Pendidikan pemustaka tidak hanya semata-mata mendorong pemustaka untuk menggunakan perpustakaan tetapi juga sebagai salah satu bagian dari sumber informasi. Pendidikan pemustaka berkaitan dengan keseluruhan proses informasi dan komunikasi dan satu bagian dari keterlibatan interaksi antara pengguna

(4)

15 dengan perpustakaan (1984, hal. 11). Sedangkan menurut Hafiah, pendidikan pemustaka merupakan layanan yang diberikan kepada pengunjung baru baik perseorangan maupun kelompok dalam mengetahui penggunaan yang tepat terhadap fasilitas yang ada di perpustakaan. Sutarno NS dalam bukunya Manajemen Perpustakaan menuliskan bahwa pendidikan pemustaka merupakan suatu kegiatan yang memberikan panduan dan penjelasan tentang penggunaan perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru (2006, hal. 95). Menurut Sutarno NS dalam Tanggung Jawab Perpustakaan (2005, hal. 116) pendidikan pemustaka adalah suatu pengetahuan dan keterampilan mengenai sistem layanan, susunan koleksi, penggunaan kartu katalog, kegunaan klasifikasi dan nomor kode, dan berbagai kelengkapan koleksi yang selesai diolah dan disusun pada tempat rak serta berbagai petunjuk yang berkaitan dengan sumber informasi.

Jadi dapat disimpulkan bahawa pendidikan pemustaka merupakan suatu layanan perpustakaan yang diberikan kepada pengguna baru baik individu maupun kelompok yang mengajarkan bagaimana penggunan fasilitas yang telah disediakan oleh perpustakaan. Saat ini keberadaan dan peran perpustakaan sangat penting dalam menunjang proses pendidikan, belajar dan mengajar serta penelitian. Untuk itu, pengguna perpustakaan harus mengetahui pengetahuan dasar dan menguasai keterampilan seputar penggunaan dan pemanfaatan fasilitas dan layanan yang telah disediakan oleh perpustakaan. Menurut Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak (2005, hal. 102) bahwa informasi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pembelajar dan seharusnya sebuah lembaga pendidikan harus memperkuat koleksi perpustakaannya dan melakukan pendidikan pemustaka

(5)

16 karena terampil dalam memanfaatkan perpustakaan merupakan suatu hal yang harus dipelajari.

1. Tingkatan Pendidikan Pemustaka

Terdapat tingkatan dalam pendidikan pemustaka sebagaimana yang ditulis oleh Ade Abdul Hak (2005, hal. 103-104).

a. Orientasi Perpustakaan

Materi yang diajarkan berupa pengenalan perpustakaan secara umum diantaranya kebijakan, gedung dan ruangan, layanan serta alat penelusuran informasi.

b. Pengajaran Perpustakaan

Materi yang diberikan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik misalnya teknik penggunaan indeks dan katalog, serta menemukan koleksi visual dan menggunakannya.

c. Pengajaran Bibliografi

Materi yang diajarkan lebih mengarah kepada persiapan pengadaan sebuah penelitian diantaranya yaitu macam-macam sumber untuk penelitian, teknik-teknik membuat catatan dalam karya ilmiah dan gaya, catatan kaki, tujukan serta sumber bahan bacaan.

2. Tujuan Pendidikan Pemustaka

Menurut Rahayuningsih (Pengelolaan Perpustakaan, 2007, hal. 126) tujuan yang hendak dicapai dengan diadakannya pendidikan pemustaka yaitu sebagai berikut.

a. Memberi pengertian kepada pemustaka perpustakaan akan tersedianya informasi di perpustakaan dalam bentuk tercetak maupun non-cetak

(6)

17 b. Memperkenalkan kepada pemustaka perpustakaan jenis-jenis koleksi

dengan ciri-ciri khususnya

c. Agar pemustaka menggunakan perpustakaan dan informasi secara efektif dan efisien

d. Agar pemustaka menggunakan sumber-sumber literatur dan dapat menemukan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi e. Memberikan latihan atau petunjuk dalam menggunakan perpustakaan

dan sumber-sumber informasi agar pemustaka mampu meneliti suatu masalah, menemukan materi yang relevan, mempelajari dan memecahkan masalah

f. Mengembangkan minat baca pemustaka perpustakaan

g. Memperpendek jarak antara pustakawan dengan penggunanya

h. Mendidik pemustaka menjadi pemustaka perpustakaan yang tertib dan bertanggung jawab.

Dengan diadakannya pendidikan pemustaka, pemustaka dapat memanfaatkan perpustakaan dalam mencari informasi secara mandiri yang akan digunakan dalam pendidikannya. Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk belajar dan menuntut ilmu. Perintah ini tidak hanya untuk satu ilmu tertentu saja tapi segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia dan memberikan manfaat untuk kehidupan umat manusia. Sebagaimana diungkapkan dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

                        

“Bacalah dengan (menyebut) Nama Rabb-mu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah (2), bacalah dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”

Selain itu, di dalam QS. Al-Mujadillah ayat 11 juga disebutkan keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.

(7)

18





                          









“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Di dalam ayat ini terkadung makna bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan merupakan orang yang derajatnya lebih tinggi dibandingkan orang yang beriman tapi tidak berilmu pengetahuan. Hal ini dikarekan orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola sesuatu. Sedangkan orang yang yang beriman tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Lebih baik lagi ilmu yang dimiliki diajarkan kepada orang lain dengan memberitahukan faedah dari ilmu tersebut. Pengajaran dilakukan dengan cara yang baik dan menyenangkan sehingga meninggalkan kesan yang baik, sebagaimana yang tertulis di dalam QS. An-Nahl ayat 125 :

(8)

19                          

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

Ayat ini menjelaskan bagaimana menyampaikan dakwah atau memberikan pengajaran (pendidikan pemakai) terhadap sasaran yang berbeda. Terhadap cendekiawan yang memiliki intektual tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah yaitu berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian-kecerdasan mereka (sesuai antara perbuatan dan perkataan). Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah yakni memberikat nasihat dan perumpamaan (pelajaran yang baik) yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedangkan terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama diperintahkan menggunakan jidal ahsan atau perdebatan (diskusi-musyawarah) dengan cara yang baik yaitu dengan logika dan retorika yang halus serta tidak ada kekerasan dan hinaan.

Dari ketiga surat di atas, dapat dipahami bahwa untuk pendidikan pemakai dalam dan untuk memahami suatu masalah perlu dengan membacanya secara hati-hati dan dengan membaca itu akan meningkatkan harkat dan martabat manusia dalam artian berilmu pengetahuan. Kemudian dengan ilmu tersebut akan dapat menjadikan pola pikirnya secara hikmah dan dengan pelajaran yang baik akan meningkatkan ilmu pengetahuannya baik dengan membaca sendiri ataupun

(9)

20 berguru kepada yang lain. Disinilah kaitannya antara pendidikan pemakai dengan ketiga surat tersebut.

Ilmu pengetahuan tidak hanya didapatkan dari seorang pengajar melalui pendidikan formal. Alam dan lingkungan sekitar juga bisa memberikan seseorang pengetahuan dan wawasan tentang suatu hal. Sebagaimana pepatah Minangkabau yaitu alam takambang jadi guru. Alam memiliki makna yang mendalam dengan segala bentuk, sifat dan segala yang terjadi di dalamnya. Semua itu dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran dan guru. Alam sebagai ajaran dan pandangan hidup kata-kata yang menjadi pedoman hidup bagi manusia dalam berbuat, bertindak, dan berprilaku.

1. Metode Pendidikan Pemustaka

Ada berbagai macam media dan metode yang dapat digunakan dalam memberikan layanan pendidikan pemustaka. Pemilihan media dan metode tergantung kepada kebutuhan dan kondisi lembaga tersebut. Di dalam User Education in Libraries (Fjallbrant & Malley, 1984) disebutkan metode pendidikan pemustaka antara lain yaitu:

a. Kuliah/ceramah di kelas

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan sekelompok orang di kelas lali diberikan materi pengenalan dan pelayanan pemustaka secara umum (Hak, 2005, hal. 106).

b. Seminar, tutorial dan demonstrasi

Metode ini diberikan kepada kelompok yang lebih kecil dari metode kuliah. Hal ini memungkinkan untuk memberikan motivasi dan untuk melihat keaktifan dan keterlibatan dalam sebuah praktik.

(10)

21 c. Wisata Perpustakaan

Wisata perpustakaan merupakan pendekatan tradisional dalam pengenalan perpustakaan. Pada metode ini pengguna/mahasiswa akan diberi tur singkat selama satu minggu pertama sebagai mahasiswa baru. Teknik yang dapat digunakan dalam wisata perpustakaan menurut Ade Abdul Hak diantaranya menciptakan suasana yang bersahabat dan informal, waktu yang digunakan tidak terlalu lama dan berusaha agar peserta tur ikut aktif dalam mencoba fasilitas perpustakaan.

d. Penggunaan Audio Visual

Metode ini biasanya digunakan untuk pendidikan pemustaka bagi perorangan. Media yang digunakan dapat seperti kaset, televisi, slide, video dan lain sebagainya. Keuntungan dari metode ini yaitu fleksibel dalam penggunaan, penyampaian materi tidak menyulitkan, kecepatan dalam presentasi dapat dikontrol dan mudah untuk di-update (Fjallbrant & Malley, 1984, hal. 50).

e. Papan Petunjuk dan Informasi

Perpustakaan mulai menerapkan sebuah sistem dimana penggunaan tanda yang berbeda untuk mengilustrasikan perbedaan fungsi seperti arah, identifikasi, perintah, larangan atau peraturan. Ketersediaan tanda ini akan memotivasi pengguna yang aktif mencari berbagai bentuk informasi. Tanda ini juga bisa digunakan untuk pemustaka yang malu bertanya kepada pustakawan (Fjallbrant & Malley, 1984, hal. 61).

C. Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti media atau perantara. Gagne yang dikutip Arif S. Sadirman (Media Pendidikan, 2012, hal. 6)

(11)

22 menyatakan bahwa media adalah berbagai macam komponen yang terdapat di lingkungan sekitar seseorang yang dapat meransangnya untuk belajar. Arif S. Sadirman juga mengutip dari Asosiasi Pendidikan Nasional yang mengungkapkan bahwa media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual dan peralatan yang digunakannya. Menurut Sanjaya (Media Komunikasi Pembelajaran, 2014, hal. 57), media yang dapat digunakan dalam penyaluran informasi yaitu televisi, video, komputer, gambar dan lain sebagainya.

Media pendidikan atau media pembelajaran menurut Rossi dan Breidle yang dikutip Wina Sanjaya (Media Komunikasi Pembelajaran, 2014, hal. 58) adalah alat-alat dan bahan yang dapat digunakan sebagai media dalam menyampaikan materi pembelajaran atau untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat-alat tersebut seperti radio, televisi dan lain sebagainya dapat dikatakan media pendidikan jika mengandung unsur pendidikan. Menurut Azhar Arsyad (Media Pembelajaran, 2007, hal. 6-7) media pendidikan memiliki pengertian fisik dan nonfisik. Pengertian fisik atau hardware yaitu media pendidikan tersebut dapat dilihat dan diraba sedangkan pengertian nonfisik atau software ialah pesan yang terkandung atau yang disampaikan oleh media pendidikan tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pendidikan merupakan alat-alat yang terdapat dilingkungan seseorang/siswa yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pada proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Media pendidikan dapat digunakan dalam rangka berkomunikasi dan berinteraksi antara pengajar dan pelajar. Sebuah media dapat

(12)

23 dikatakan sebagai media pendidikan jika terdapat unsur pendidikan. Media yang dapat digunakan seperti televisi, radio, gambar, film, slide dan lain sebagainya.

1. Ciri Media Pendidikan

Gerlach dan Ely megemukakan tiga ciri media yang dikutip oleh Azhar Arsyad (Media Pembelajaran, 2007, hal. 12-14).

a. Ciri Fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media dalam merekonstruksi, menyimpan dan melestarikan sebuah kejadian atau objek.

b. Ciri Manipulatif

Media mampu mentransformasi suatu objek atau peristiwa contohnya kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan dalam waktu dua tiga menit.

c. Ciri Distributif

Sebuah media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruangan dan disaksikan oleh orang banyak secara bersamaan.

Sebuah media yang akan digunakan dalam penyampaian materi pelajaran harus memiliki tiga ciri utama sehingga dapat disebut sebagai media pendidikan. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, sebuah media pendidikan harus bisa menggambarkan kembali sebuah peristiwa atau objek sehingga dapat dilihat kembali suatu saat nanti atau dengan kata lain melestarikan peristiwa atau objek tersebut. Selain itu, sebuah media pendidikan harus bisa menyajikan suatu peristiwa dalam durasi yang lebih singkat dari sebenarnya. Media pendidikan

(13)

24 mampu menyajikan sebuah peristiwa atau objek melalui ruangan dan diperlihatkan kepada orang banyak.

2. Fungsi Media Pendidikan

Ada empat fungsi media pembelajaran yang dikutip Azhar Arsyad dari Levie dan Lenz (2007, hal. 17).

a. Fungsi Atensi

Media berfungsi untuk menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang disajikan.

b. Fungsi Afektif

Fungsi ini dapat dilihat dari tingkat ketertarikan siswa ketika belajar teks bergambar yang akan memancing sikap dan emosi siswa tentang berbagai masalah yang disajikan.

c. Fungsi Kognitif

Fungsi ini terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual dapat memperlancar dalam memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar tersebut.

d. Fungsi Kompensatoris

Media dapat menyediakan sarana bagi siswa yang lemah dalam memahami pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks ataupun verbal.

3. Manfaat Media Pendidikan

Wina Sanjaya (Media Komunikasi Pembelajaran, 2014, hal. 70-72) menuliskan manfaat dari media pendidikan diantaranya yaitu:

a. Menangkap objek atau peristiwa tertentu b. Memanipulasi keadaan atau objek

(14)

25 Sedangkan menurut Arif S. Sadiman (Media Pendidikan, 2012, hal. 17-18) kegunaan dari media pendidikan yaitu:

a. Memperjelas penyajian pesan

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

c. Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan d. Menyamakan pengalaman

e. Menimbulkan persepsi yang sama f. Menimbulkan semangat belajar

g. Memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya

4. Jenis Media Pendidikan

Berikut jenis-jenis media yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar di Indonesia menurut Arif S. Sadiman (Media Pendidikan, 2012, hal. 28):

a. Media Grafis

Media grafis merupakan media visual sehingga menggunakan indera penglihatan untuk menangkap pesan yang disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual. Media ini relatif mudah dibuat dan irit dari segi biaya. Macam-macam media grafis diantaranya yaitu:

1) Gambar/Foto 2) Sketsa 3) Diagram 4) Bagan/Chart 5) Grafik 6) Kartun 7) Poster

8) Peta dan Globe 9) Papan Flanel 10) Papan Buletin

(15)

26 b. Media Audio

Media audio berkaitan dengan indera pendengaran dimana pesan disampaikan dalam lambang-lambang auditif baik verbal maupun nonverbal. Jenis media audio yaitu:

1) Radio

2) Alat Perekam Pita Magnetik 3) Laboratorium Bahasa c. Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam memiliki kesamaan dengan media grafis yaitu sama-sama menggunakan indera penglihatan, namun ada juga media proyeksi diam menggunakan rekaman audio. Sedangkan perbedaannya yaitu media proyeksi diam harus diproyeksikan dulu agar dapat dilihat. Berikut jenis dari media proyeksi diam.

1) Film Bingkai 2) Film Rangkai 3) Media Transparansi

4) Proyektor Tak Tembus Pandang 5) Mikrofis

6) Film

7) Film Gelang 8) Televisi

9) Permainan dan Simulasi 10) Video

D. Video sebagai Media Pembelajaran

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, video merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pendidikan. Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu video-vidi-visum yang artinya melihat. Video merupakan salah satu media audio visual yang mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran. Menurut Lasa (Kamus Istilah Perpustakaan, 1998, hal. 126) video atau rekaman

(16)

27 video merupakan suatu rekaman yang berisi gambar-gambar visual atau yang dapat dilihat untuk diproyeksikan dan diperagakan kembali dengan pesawat televisi. Pengertian video menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1980) yaitu rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan melalui pesawat televisi atau bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi. Video sering dipahami oleh banyak orang dengan dua pengertian. Pertama, video sebagai sebuah rekaman gambar yang bergerak lalu ditayangkan. Hal ini membuat masyarakat menyamakan video dengan film. Kedua, video sebagai teknologi dimana gambar-gambar yang bergerak tersebut dihasilkan melalui teknologi pemrosesan sinyal elektronik (Video sebagai Media Pembelajaran, 2013).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa video berkaitan dengan apa yang dapat dilihat yaitunya rekaman gambar-gambar yang bergerak dimana pada proses perekaman, pengeditan dan penayangannya menggunakan teknologi. Video merupakan media yang tepat dalam penyampaian pesan dalam bentuk audio visual. Video pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengikuti, mencontoh dan memahami apa-apa saja yang harus dikuasai di suatu pelajaran terutama dalam pelajaran praktek.

1. Karakteristik Video Pembelajaran

Menurut Cheppy Riyana (2007, hal. 8-11) untuk menghasilkan video pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya.

a. Kejelasan pesan dari media video sehingga pengguna dapat memahami pesan atau materi yang disampaikan secara utuh.

(17)

28 b. Materi yang disampaikan dalam media video tidak bergantung pada bahan ajar yang lain atau tidak harus digunakan secara bersama-sama dengan bahan ajar lain. Dengan kata lain media video harus bisa berdiri sendiri

c. Video harus user friendly. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan kemudahan dalam mengaksesnya.

d. Video harus memiliki kualitas resolusi yang tinggi namun support untuk setiap komputer.

e. Media video dapat digunakan secara individu 2. Tujuan dan Fungsi

Menurut Cheppy Riyana (2007, hal. 6) tujuan dan fungsi dari penggunaan video sebagai media pembelajran yaitu

a. Memperjelas dan mempermudah penyampaian materi

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan kemampuan peserta didik c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi

d. Dapat menarik perhatian

e. Membantu pemahaman materi bagi peserta didik yang lemah dalam membaca

3. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan media video diantaranya yaitu:

a. Melatih peserta didik untuk meningkatkan daya imajinasi yang abstrak b. Dapat meransang partisipasi pada peserta didik

c. Menyajikan pesan dan informasi yang serempak kepada semua peserta d. Mengontrol arah dan kecepatan belajar peserta didik

Adapun kelemahan dari media video yaitu:

a. Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya

b. Guru kurang kreatif dalam penyampaian materi pelajaran kerena sudah dibantu oleh media video

c. Hanya mampu melayani dengan baik untuk mereka yang sudah mampu berpikir abstrak.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR SK TUNJANGAN PROFESI GURU NON PNSD DIKMEN YG SUDAH TERBIT - ADK 20150701.. NO NAMA NUPTK

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

Dalam keseimbangan pada film Slepping Beauty, lebih memperlihatkan bagaimana kehidupan raja dan ratu, ketika mereka telah mempunyai seorang anak yang telah lama mereka

DDUPB PP Evaluasi  Penyerapan  BLM 12 SULAWESI TENGGARA 3 Kota Bau‐Bau 3

Secara yuridis penodaan agama merupakan bagian dari delik agama yang memang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia. Pengaturan

PLTM (Pembangkit Mini Hidro) termasuk ke dalam jenis pembangkit run off river karena memanfaatkan aliran Sungai Damar untuk membangkitkan tenaga listrik dan

Pada penelitian ini terlihat bahwa PUFA n-3 pada ikan tuna loin segar dan tuna loin pemberian FS selama penyimpanan 4 minggu didominasi oleh DHA dan EPA yang berada pada

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon