• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. sekarang ini. Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. sekarang ini. Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

Sejarah perkembangan Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan sekarang ini. Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau diseluruh daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang berkembang.

Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.

Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.

(2)

Tanggal 25 April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding Middelen Fonds (VMF).

Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi. Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

1) Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.

2) Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

3) Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939. sedang

4) Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.

5) Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

6) Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka

(3)

pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.

7) Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.

8) Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri. 9) Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan

Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

10) Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.

Tugas BULOG semakin bertambah. Komoditi yang dikelola bertambah menjadi gula pasir (1971), terigu (1971), daging (1974), jagung (1978), kedelai

(4)

(1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.

Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG masih tetap menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock bahkan ditunjang dengan dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di wilayah Indonesia. Struktur organisasi BULOG diubah sesuai Keppres No. 39/1978 tanggal 6 Nopember 1978 dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.

Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No. 50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja.

Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama

(5)

karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akhirnya, Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.

Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional, timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan tersebut terutama mucul dari negara-negara maju pemberi pinjaman khususnya AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.

Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20 Januari 2003 LPND Bulog secara resmi berubah menjadi Perum Bulog berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61 Tahun 2003. Peluncuran Perum Bulog ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.

Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI, disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi Bulog adalah Perum. Dengan bentuk Perum, Bulog tetap dapat melaksanakan tugas publik yang

(6)

dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga.

Disamping itu, Bulog dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini gerak lembaga Bulog akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut diharapkan perubahan status Bulog menjadi Perum dapat lebih menambah manfaat kepada masyarakat luas.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perum Bulog adalah “Menjadi Perusahaan yang handal dalam mewujudkan pangan yang cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat”, yang dituangkan dalam Misi Perusahaan “Memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat”.

2.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan hukum pendirian Perum Bulog PP No. 7 Tahun 2003 disebutkan bahwa Tupoksi Perum Bulog dibagi atas 2 kategori, sebagai berikut :

(7)

Adapun tugas pokok dan fungsi dalam bidang pelayanan publik, antara lain :

1. Melakukan pengadaan Dalam Negeri sesuai ketentuan Harga pembelian Pemerintah (HPP) yang berlaku.

2. Menyalurkan atau mendistribusikan beras untuk rumah tangga miskin (RASKIN).

3. Mengelola cadangan beras pemerintah (CBP) dalam hal penanganan bencana alam, kerawanan pangan dan sekaligus menjaga stabilitas harga beras ditingkat konsumen (pasar).

B. Tugas Komersial (Trading)

Sementara Tugas pokok dan fungsi Perum Bulog dalam bidang komersial antara lain :

1. Pengembangan industri beras dan turunnya (tepung, menir, katul dan sekam) 2. Pengembangan jasa logistic, jasa survey, jasa perawatan kualitas maupun

optimalisasi asset untuk mendukung kegiatan pelayanan publik. 3. Ikut serta dalam sinergi BUMN di bidang pangan.

4. Perdagangan komoditi pangan dengan fokus pada beras, gula, jagung dan kedelai.

5. Pengembangan anak perusahaan di bidang industri, perdagangan dan jasa. Untuk proses pelaksanaan kegiatan perusahaan, Perum Bulog membagi tanggungjawab kerja berdasarkan wilayah cakupannya. Dimana untuk seluruh Indonesia di koordinir oleh Kantor Pusat sedangkan untuk masing-masing provinsi diberikan tanggungjawab kepada Divisi Regional.

(8)

2.4. Perum Bulog Divre Sumut

2.4.1. Sejarah Pendirian Perum Bulog Divre Sumut

Melihat kondisi geografis Negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang cukup besar maka untuk memaksimalkan kinerja perusahaan khususnya penumpukan stok beras nasional yang hampir 70% sumber pengadaannya dari Pulau Jawa, maka dipandang perlu untuk disebar di seluruh wilayah startegis Indonesia.

Tepatnya pada tanggal 23 Juni 1980 diresmikanlah Kantor Depot Logistik di Sumatera Utara yang terletak di Jalan Jenderal gatot Subroto No. 180 Medan. Sebelumnya kantor Depot Logistik di Sumatera Utara sempat berganti-ganti tempat pada zaman orde baru sesuai penunjukan dari Pemerintah Pusat.

Setelah Negara Indonesia mengalami reformasi pada tahun 1998, barulah disusun kembali mengenai tugas pokok dan fungsi Bulog dan ditetapkan pada tahun 2003 bahwasannya status bulog dari Lembaga Pemerintah Non Departemen menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan bentuk Perusahaan Umum.

Untuk itu Depot Logistik yang berada di Seluruh Ibukota Provinsi berubah nama menjadi Divisi Regional. Maka dengan sendirinya Depot Logistik Sumatera Utara berubah nama menjadi Divisi Regional Sumatera Utara atau yang lebih

(9)

popular disebut Perum Bulog Divre Sumut.Perum Bulog Divre Sumut merupakan perpanjangan tangan dari Perum Bulog Pusat di Jakarta sebagai pelaksanan tugas khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Utara. Dimana tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pelayan publik dan kegiatan perencanaan & pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan.

Dimana untuk kegiatan di Sumatera Utara Kantor Divre Sumut terdiri dari empat Kantor Subdivre, empat kantor seksi logistik dan 11 komplek pergudangan yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Adapun wilayah kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Subdivre Medan ; wilayah kerjanya Kab. Deli Serdang, Kab. Serdang bedagai, Kab. Langkat, Kab. Tanah Karo, Kab. Dairi, Kab. Pak-pak Bharat, Kota Medan, Kota Binjai dan Kota tebing Tinggi.

2. Subdivre P. Siantar ; wilayah kerjanya Kab. Simalungun, Kab. Tapanuli Utara, Kota Pematang Siantar, Kab. Toba Samosir, Kab. Samosir dan Kab. Humbang Hasundutan.

3. Subdivre Kisaran ; wilayah kerjanya Kab. Asahan, Kab. Batu bara, Kota Tanjung Balai dan Kab. Labuhan Batu.

4. Subdivre P. Sidimpuan ; wilayah kerjanya Kab. Mandailing Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli tengah, Kab. Nias, Kab. Nias Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kota Sibolga, Kab. Padang Lawas dan Kab. Padang Lawas Utara.

(10)

Organisasi adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengaturan dari berbagai aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai serta penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga bisa diartikan sebagai sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya.struktur organisasi menunjukkan pola hubungan diantara bagian atau posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, dan wewenang serta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal.

Perum Bulog Divre Sumut mempunyai struktur organisasi yang berbentuk campuran, fungsional dan lini dimana setiap personil diberikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Jadi setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait didalamnya. Struktur organisasi Perum Bulog Divre Sumut dapat dilihat pada gambar 2.1.

(11)
(12)

KEPALA DIVISI REGIONAL

KEPALA BIDANG

ADM & KEUANGAN

KASI P & A KASI LUR KASI ADA

KASI WAT & TAS KASI GASAR

KASI WAS MINKU

KASI WAS PPU

KASI JASA KASI DAG KASI IT

KEPALA BIDANG PENGAWASAN KEPALA BIDANG PEL. PUBLIK

KASI WAS PEL. PUBLIK

KEPALA BIDANG

PERC. & PENG. USAHA

KASI TU & UMUM

KASI SDM & HUKUM KASI KEUANGAN KASI AKUNTANSI

KASI HUMAS

KEPALA SUBDIVISI

REGIONAL KEPALA KANSILOG

Keterangan :

: Hubungan Lini : Hubungan Fungsional

(13)

2.4.3. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di perum Bulog Divre Sumut secara garis besar:

1. Kadivre ; bertanggungjawab menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak dan dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diamanatkan Kantor Pusat dalam pengamanan harga pangan pokok beras, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka ketahanan pangan di wilayah regional kerjanya.

2. Kabid Pelayanan Publik ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang perencanaan pelayanan publik, pengadaan, persediaan dan perawatan serta penyaluran komoditi pangan

a. Kasi Persediaan & Angkutan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan persediaan dan penyimpanan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyebaran stok dan angkutan.

(14)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyaluran kepada kelembagaan pemerintah dan non pemerintah;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyaluran kepada pasar khusus dan pasar umum.

c. Kasi Pengadaan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan luar negeri bilamana ada. d. Kasi Perawatan & Kualitas

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pemeriksaan stok di gudang;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan perawatan kualitas dan pengolahan.

e. Kasi Analisa Harga & Pasar

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengolahan dan penyajian data dalam rangka penyusunan rencana dan program pelayanan publik;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengamatan dan analisis harga serta statistik.

3. Kabid Administrasi & Keuangan ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan

(15)

dan strategi di bidang sumber daya manusia, organisasi dan tata laksana, hukum dan umum; merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan strategi di bidang anggaran, keuangan dan akuntansi.

a. Kasi Tata Usaha & Umum

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan urusan pelayanan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan urusan kerumahtanggaan;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan urusan sarana subdivisi regional.

b. Kasi SDM & Hukum

1) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan sumber daya manusia;

2) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan organisasi & tata laksana;

3) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan hukum;

4) Merencanakan, melaksanakan mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan bantuan hukum dan pembinaan kelompok jabatan fungsional legal officer.

(16)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran publik; 2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran kegiatan bisnis dan lainnya serta memverifikasi atas semua transaksi kegiatan; 3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan administrasi perpajakan pelayanan publik, usaha bisnis dan lainnya serta penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan perusahaan; 4) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan urusan klaim. d. Kasi Akuntansi

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembukuan subdivisi regional dan pengadministrasian buku tambahan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadministrasian transaksi hubungan rekening antar subdivisi regional;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyusunan dan analisis laporan ke-uangan konsolidasi serta pembinaan sistem informasi akuntansi bulog.

(17)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan hubungan kelembagaan dan corporate governance;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan citra dan media massa;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan Kadivre;

4. Kabid Perencanaan & Pengembangan Usaha ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang Industri, perdagangan, dan jasa serta teknologi informasi.

a. Kasi Jasa

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan jasa pelayanan pergudangan dan jasa lainnya;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan jasa pelayanan angkutan, survai dan perawatan komoditi. b. Kasi Perdagangan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan perdagangan pangan dan non pangan dalam negeri;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan perdagangan pangan dan non pangan luar negeri.

(18)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengembangan dan pemeliharan sistem aplikasi;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi data base dan jaringan, sarana dan pelayanan pengguna.

5. Kabid Pengawasan ; bertanggungjawab melaksanakan audit internal perusahaan serta menilai dan memberikan saran-saran perbaikan.

a. Kasi Pengawasan Pelayanan Publik

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan kegiatan audit internal dalam bidang pelayanan publik;

2) Melaksanakan koordinasi dengan Komite Audit maupun Auditor Eksternal sebagai mitra kerja;

3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

b. Kasi Pengawasan Administrasi & Keuangan

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan kegiatan audit internal dalam bidang Keuangan;

2) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan kegiatan audit internal dalam bidang SDM dan Umum;

3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan administrasi dan keuangan di lingkungan unit kerja Satuan Pengawasan Intern;

(19)

4) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

c. Kasi Pengawasan Perencanaan & Pengembangan Usaha

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan kegiatan audit internal dalam bidang Pengembangan dan IT;

2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

2.4.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja A. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di Perum Bulog Divre Sumut diklasifikasikan berdasarkan per Subdivre diperlihatkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut

Sumber : Kantor Perum Bulog Divre Sumut

B. Jam Kerja

LK PR

1 Kantor Divre Sumut 43 15 58

2 Subdivre Medan 48 5 53 3 Subdivre P.Siantar 20 3 23 4 Subdivre Kisaran 19 1 20 5 Subdivre P.Sidimpuan 26 0 26 156 24 180 t o t a l PERSONIL NO LOKASI JUMLAH

(20)

Sesuai Surat Edaran Kadivre Perum Bulog Divre Sumut tentang ketentuan jam kerja di lingkungan kantor Divre Sumut adalah sebagai berikut :

1. Senin s/d Kamis : 08.00 Wib s/d 16.30 Wib Istirahat : 12.00 Wib s/d 13.00 Wib 2. Jum’at : 08.00 Wib s/d 17.00 Wib Istirahat : 12.00 Wib s/d 14.00 Wib

3. Untuk Subdivre, Kansilog dan Gudang diatur dengan memperhatikan kegiatan pelayanan operasional perusahaan.

2.4.5. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan Perum Bulog Divre Sumut ditentukan menurut tingkat golongannya. Pekerja merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dalam hubungan kerja dengan mendapat gaji pokok.

Gaji pokok merupakan imbalan beberapa uang yang diterima setiap bulan oleh karywan dari perusahaan atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan, tidak termasuk tunjangan, santunan sosial, dan penerimaan lain yang tidak tetap.

2.4.6. Insentif dan Fasilitas Pendukung

Insentif dan fasilitas pendukung ini hanya diberikan pada karyawan tetap. Untuk membuat karyawan lebih berprestasi dalam berkerja maka diberikan beberapa insentif yang dapat memotifasi kerja diantaranya:

(21)

Perum Bulog Divre Sumut memberikan asuransi kesehatan yang telah bekerjasama dengan perusahaan jasa kesehatan serta jaminan sosial tenaga kerja pada saat masa purna bhakti.

2. Pemberian Cuti

Perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama dan cuti sakit kepada karyawan.

3. Tunjangan Hari Raya (THR)

Perusahaan memberikan tunjangan haribesar agama kepada karyawan. 4. Fasilitas Kerja

Fasilitas yang disediakan perusahaan diantaranya : Komputer, Kendaraan Dinas Pejabat maupun untuk kegiatan lapangan, Rumah Disan Jabatan.

2.5. RASKIN

2.5.1. Latar Belakang RASKIN

Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu melibatkan berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya tersebut telah dicantumkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 pada prioritas I yaitu Peningkatan Pelayanan Dasar dan Pembangunan Pedesaan, program RASKIN merupakan salah satu program pada prioritas I fokus 1 tentang Pembangunan dan Penyempurnaan Sistem Perlindungan Sosial khususnya Bagi Masyarakat Miskin.

(22)

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.

Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin. Di samping itu, program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat. Hal ini merupakan salah satu program pemerintah baik pusat maupun daerah yang penting dalam peningkatan ketahanan pangan nasional.

Program RASKIN masuk dalam kluster I program penanggulangan kemiskinan tentang Bantuan dan Perlindungan Sosial, yang bersinergi dengan program pembangunan lainnya, seperti program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan dan pendidikan. Sinergi antar berbagai program ini penting dalam meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian tujuan.

Efektifitas Program RASKIN 2009 dapat ditingkatkan melalui koordinasi antar instansi/lembaga terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, dengan mengedepankan peran penting partisipasi masyarakat.

(23)

Pedoman Umum RASKIN 2009 ini merupakan acuan koordinasi bagi para pelaksana program di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta seluruh pemangku kepentingan lainnya.

2.5.2. Dasar Hukum Pelaksanaan RASKIN

Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program RASKIN adalah:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, tentang Pangan.

2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara. 3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang No. 41 Tahun 2008, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.

6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.

7. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

8. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 - 2009.

9. Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

10. Peraturan Presiden RI No. 38 Tahun 2008, tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009.

(24)

11. Inpres Nomor 1 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan Nasional.

12. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang “Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah”.

13. Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi RASKIN Pusat.

2.5.3. Tujuan dan Sasaran RASKIN a. Tujuan RASKIN

Tujuan Program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

b. Sasaran RASKIN

Sasaran Program RASKIN Tahun 2009 adalah berkurangnya beban pengeluaran 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 15 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di tempat penyerahan yang disepakati (Titik Distribusi atau Warung Desa).

2.5.4. Prinsif Pengelolaan dan Pengorganisasian RASKIN 2.5.4.1. Prinsip Pengelolaan RASKIN

Prinsip pengelolaan RASKIN adalah nilai-nilai dasar yang menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan program RASKIN. Adapun

(25)

prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) RASKIN, bermakna mengusahakan RTS-PM dapat memperoleh beras kualitas baik, cukup sesuai alokasi dan terjangkau.

b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada pemangku kepentingan RASKIN terutama RTS-PM, yang harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan RASKIN serta dapat melakukan pengawasan secara mandiri.

c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS-PM berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program RASKIN, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian.

d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan RASKIN harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

2.5.4.2. Pengorganisasian RASKIN

Untuk mengefektifkan Program RASKIN Tahun 2009, dibentuk Tim Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan sebagai pelaksana program RASKIN. Penanggungjawab pelaksanaan Program RASKIN di Pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; di Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan di Kecamatan adalah Camat.

(26)

A. Tim Koordinasi RASKIN Pusat

Tim Koordinasi RASKIN Pusat beranggotakan unsur dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN, Badan Pusat Statistik, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Perum BULOG.

1. Kedudukan

Tim Koordinasi RASKIN Pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

2. Tugas

Melaksanakan koordinasi kebijakan perencanaan dan anggaran, pelaksanaan dan distribusi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program RASKIN

3. Fungsi

Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan RASKIN sebagai bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan.

4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat

Tim Koordinasi RASKIN Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan Sekretariat. Pengarah terdiri dari Ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian

(27)

Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Sosial, BPS, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPKP dan Perum BULOG.

Pelaksana terdiri dari Ketua, Wakil Ketua/Ketua Bidang dan Anggota. Ketua Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Wakil Ketua I/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas; Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah Direktur Anggaran III, Ditjen Anggaran Departemen Keuangan; Wakil Ketua III/Bidang Pelaksanaan dan Distribusi adalah Direktur Pelayanan Publik Perum BULOG; Wakil Ketua IV/Bidang Fasilitasi, Monev dan Pengaduan adalah Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Departemen Dalam Negeri.

Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN, Badan Pusat Statistik, BPKP, dan Perusahaan Umum BULOG.

Adapun Struktur dan keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat ditunjukkan pada gambar 2.2.

TIM KOORDINASI RASKIN PUSAT

PELAKSANA

SEKRETARIAT

Anggota :

1. Deputi Bidang Koord Pertanian dan Kelautan, Kementerian Koord Bidang Perekonomian; 2. Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa, Departemen Dalam Negeri;

3. Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan; 4. Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial,

Departemen Sosial;

5. Deputi Bidang Statistik Sosial, BPS;

6. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas;

7. Deputi Kepala BPKP Bidang Polsoskam; 8. Direktur Utama, Perum BULOG.

Ketua : Sekretaris Kementerian Koord Bidang Kesra RI

PENGARAH

Ketua : Deputi Bidang Koord Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementrian Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat

(28)

Gambar 2.2. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat

B. Tim Koordinasi RASKIN Provinsi 1. Kedudukan

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi adalah pelaksana Program RASKIN di Provinsi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.

(29)

2. Tugas

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, evaluasi dan melaporkan pelaksanaan Program RASKIN di wilayah Provinsi.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi RASKIN Provinsi mempunyai fungsi :

a. Koordinasi perencanaan Program RASKIN di provinsi.

b. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi Program RASKIN.

c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi RASKIN Kabupaten/Kota.

d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten/Kota.

4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Provinsi

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi terdiri dari Penanggungjawab, Ketua, Sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan Distribusi, Monev dan Pengaduan Masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di tingkat Provinsi antara lain Setda, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, Badan Pusat Statistik, Badan/Dinas/Kantor yang berwenang dalam ketahanan pangan,

(30)

Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG dan lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

C. Pelaksana Distribusi RASKIN 1. Kedudukan

Pelaksana Distribusi RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat/Kepala Desa/Lurah.

2. Tugas

Pelaksana Distribusi RASKIN mempunyai tugas :

a. Menerima beras dan menyerahkan kepada RTS-PM di Titik Distribusi. b. Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM dan menyerahkan

kepada Satker RASKIN atau menyetor ke Rekening HPB Bulog bank yang ditetapkan.

c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (BAST dan DPM-2).

D. Satker RASKIN 1. Kedudukan

Satker RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.

2. Tugas

Satker RASKIN mempunyai tugas:

(31)

Distribusi/Warung Desa dan menyerahkan kepada Pelaksana Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung Desa di Titik Distribusi/ Warung Desa.

b. Menerima uang HPB dari Pelaksana Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung Desa dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog di bank yang di tetapkan. c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (DO, GD1K, BAST,

MBA-0 dan mengumpulkan DPM-2 dari Titik Distribusi dan pembayaran HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank).

d. Melaporkan pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya kepada Kadivre/ Kasubdivre/ Kakansilog secara periodik setiap bulan.

2.5.4.3. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan RASKIN

Kegiatan perencanaan meliputi penetapan pagu RASKIN nasional sampai dengan tingkat Desa/Kelurahan berdasarkan data Rumah Tangga Sasaran (RTS) BPS, penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

berdasarkan kesepakatan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan rencana pendistribusian RASKIN.

2.5.4.4. Pengendalian dan Pelaporan RASKIN A. Pengendalian RASKIN

(32)

pelaksananya adalah Tim Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan atau pihak lain yang ditunjuk secara periodik dan/atau disesuaikan dengan kebutuhan untuk menilai pencapaian target dan efektifitas pelaksanaan Program RASKIN berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan.

Indikator kinerja Program RASKIN ditunjukkan dengan tercapainya target 6T, yaitu Tepat Sasaran Penerima Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat Kualitas. Disamping itu Tim Koordinasi RASKIN Provinsi dan Kabupaten/Kota membentuk sekretariat Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) di bawah koordinasi Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat secara berjenjang. Pengaduan masyarakat berupa keluhan, kritik dan saran perbaikan terhadap pelaksanaan Program RASKIN dapat disampaikan secara langsung kepada Sekretariat UPM Provinsi, Kabupaten/

B. Pelaporan RASKIN

Tim Koordinasi RASKIN Kecamatan melaporkan pelaksanaan program RASKIN secara periodik kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan untuk ditindaklanjuti sampai Tim Koordinasi RASKIN Pusat untuk membuat Laporan Akhir Pelaksanaan Program RASKIN ke Pemerintah.

(33)

Sosialisasi Program RASKIN adalah kegiatan penunjang program untuk memberikan informasi yang lengkap sekaligus pemahaman yang sama dan benar kepada seluruh pemangku kepentingan terutama kepada pelaksana, Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dan masyarakat umum. Informasi dan pemahaman yang sama dan benar dimaksud meliputi latar belakang, kebijakan pemerintah, tujuan, sasaran, pengelolaan, pengorganisasian, pengawasan dan pelaporan serta hak dan kewajiban masing-masing.

Sosialisasi Program RASKIN dapat dilakukan melalui berbagai cara yang efektif antara lain melalui Rapat Tim Koordinasi RASKIN, Talkshow di media massa dan cetak maupun media lainnya. Melalui sosialisasi program RASKIN diharapkan pelaksanaan di lapangan sejak awal dapat berjalan secara lancar, tertib, tepat waktu dan terencana sesuai ketentuan yang ditetapkan. Demikian pula, apabila dalam pelaksanaan program masih ditemukan adanya indikasi penyimpangan pelaksanaan, seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat umum perlu mengetahui cara melaporkan atau mengadukan sekaligus penyelesaian masalahnya melalui jalur UPM yang tersedia.

Gambar

Tabel 2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut

Referensi

Dokumen terkait

Yang membedakan dari penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin meneliti mengenai salah satu punguan marga suku batak yang ada di Kota Palembang yaitu punguan

Adapun hubungan Java pada penelitian ini karena aplikasi yang dibuat menggunakan tools Android studio dengan bahasa pemrograman yang digunakan yaitu bahasa pemrograman

Dengan banyaknya orang yang mengalami kejahatan Cyber mengalami kesulitan untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib karena ketidaktahuan yang menangani

Hasil dalam jurnal penelitian menunjukan bahwa Five-forces Model Porter, analisis SWOT, matriks IFE, matriks EFE, matriks GSM, dan QSPM dapat digunakan untuk

Bulan yang lalu saya, bersama empat siswa Bahasa Indonesia dari sekolah saya, mengunjungi Pusat Kebudayaan di Kedutaan Besar Indonesia di Canberra?. Pengalaman itu sangat

Mulailah menjalankan bisnis kecil‐kecilan dengan jadi penyuplai atau agen sah dari Surga Bisnis Group ﴾Surga Pewangi Laundry﴿.. BERIKUT INI TARGET MARKET 

1) Dokumen laporan dalam bentuk softcopy seperti laporan per-bab, daftar isi, abstrak, sampul, dan sebagainya dikonversikan menjadi format PDF menggunakan software Acrobat PDF. 2)

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan atas segala kasih sayang dan penyertaan-Nya sehingga penulis dimampukan untuk membuat skripsi yang berjudul “Gambaran