• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DAN KARAKTERISTIK RUMAH PANGGUNG TRADISIONAL SUKU BUGIS DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU SKRIPSI WAHYUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DAN KARAKTERISTIK RUMAH PANGGUNG TRADISIONAL SUKU BUGIS DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU SKRIPSI WAHYUNI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DAN KARAKTERISTIK

RUMAH PANGGUNG TRADISIONAL SUKU BUGIS

DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

WAHYUNI 105 950 061 515

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

(2)

ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DAN KARAKTERISTIK

RUMAH PANGGUNG TRADISIONAL SUKU BUGIS

DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Program Studi Kehutanan

WAHYUNI 105 950 061 515

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS KEBUTUHAN KAYU DAN KARAKTERISTIK RUMAH PANGGUNG TRADISIONAL SUKU BUGIS KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, September 2020

WAHYUNI 105950061515

(5)

@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2020 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis/skripsi ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar Unismuh Makassar.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis/skripsi dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar

(6)

ABSTRAK

“WAHYUNI (105950061515)” Analisis Kebutuhan Kayu dan Karakteristik

Rumah Panggung Tradisional Suku Bugis Di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Dibawah bimbingan Hikmah dan Muhammad Daud.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 Bulan mulai November sampai Bulan Januari 2019-2020, lokasi penelitian Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer yang meliputi data yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dengan mengukur panjang, lebar, tinggi dan hasil wawancara responden sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik rumah panggung dan untuk mengetahui jenis dan kebutuhan kayu untuk bahan baku rumah panggung tradisional suku bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Hasil penelitian ini dari Sepuluh responden Lima rumah dengan beratap satu dan lima rumah beratap dua. Ada dua jenis karakteristik rumah yaitu Bola

Macoppo Seddi (Rumah Beratap Satu) dan Bola Macoppo Dua (Rumah

Beratap Dua) Karakteristik rumah Bola Maccoppo Seddi (rumah yang beratap satu). Rumah beratap satu ini bahan bangunannya sangat sederhana, bentuknya yang memanjang kebelakang dengan tambahan ruang disamping bangunan utama dan bagian depan yang disebut lego-lego(teras) karakteristik rumah Bola

Maccoppo Dua (rumah beratap dua) pada umumnya sama namun yang

dibedakan terletak diatapnya, Rumah karakteristik ini memiliki dua atap dengan bahan bangunan seperti rumah pada umumnya.. Dari hasil pengukuran yang didapatkan dilapangan, kebutuhan kayu karakteristik rumah tradisional adat suku Bugis yaitu volume rata-rata meter kubik 11,11 dari 5 pemilik rumah

bola maccoppo seddi (rumah tidak beratap satu). Sedangkan bola maccoppo dua (rumah beratap dua) dengan volume rata-rata meter kubik 10,85 dari 5

pemilik rumah. Rumah panggung tradisional suku bugis ini, tiang dan balok dari kayu ulin ( Eusideroxylon Zwegeri), Bitti ( Vitex Cofassus ) bayam

(Amaranthus spp) dinding papan dan lantai dari kayu meranti ( Shorea), Jati

(7)

ABSTRACT

"WAHYUNI (105950061515)" Analysis of Wood Needs and Characteristics of Traditional Bugis Stilt Houses in Balusu District, Barru Regency. Under the guidance of Hikmah and Muhammad Daud.

This research was conducted for 2 months from November to January 2019-2020, the research location was Balusu District, Barru Regency. Data collection in this study was using primary data which included data obtained from direct observation in the field by measuring length, width, height and the results of interviews. Respondents while secondary data was obtained from various related agencies. This study aims to determine the characteristics of the house on stilts and to determine the type and requirement of wood for the raw material for the traditional stilt houses of the Bugis tribe in Balusu District, Barru Regency. The results of this study were from ten respondents of five houses with one roof and five houses with two roofs. There are two types of house characteristics, namely Bola Macoppo Seddi (One-roofed house) and Bola Macoppo Dua (Two-roofed house). Characteristics of Bola Maccoppo Seddi's house (one-(Two-roofed house). The building material of this one-roofed house is very simple, the shape extends backwards with additional space next to the main building and the front is called lego-lego (terrace). This characteristic has two roofs with building materials like houses in general. From the measurement results obtained in the field, the characteristic wood needs of traditional Bugis traditional houses are the average volume of 11.11 cubic meters of 5 home owners Bola Maccoppo Seddi (a house with no roof. one). Meanwhile, Bola Maccoppo Dua (two-roofed house) with an average volume of 10.85 cubic meters of 5 home owners. This traditional house on stilts of the Bugis tribe, poles and beams made of ironwood (Eusideroxylon Zwegeri), Bitti (Vitex Cofassus), spinach (Amaranthus spp), planks and floors of meranti wood (Shorea), Teak (Tectona Grandis), Sandalwood (Santalum Album) Coconut (Cocos Nucifera)

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan KaruniaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan berjudul “Analisis Kebutuhan Kayu dan

Karakteristik Rumah Panggung Tradisional Suku Bugis Kecamatan Balusu Kabupaten Barru ”. Sebagai salah satu syarat mendapat Gelar Sarjana

Kehutanan. Salam dan salawat semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan sangat penulis hargai

Penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis hanturkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala-galanya kepada saya

2. Kedua orang tua saya, ayah saya Abd Wahab dan Ibu saya Jusni yang telah membesarkan dengan cinta dan kasih sayang dan tak henti-hentinya mendoakan, membiayai serta selalu memberikan semangat dalam hidup saya. 3. Saudara-saudara saya Wahyu, Waldi, Wijaya dan Winda yang selalu

(9)

4. Bapak prof. Dr. H. Ambo Asse M.Ag. selaku Rektor universitas Muhammadyah Makassar

5. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ibunda Dr. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan penguji I.

7. Dr. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM. Selaku Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Pembimbing I

8. . Bapak Ir. M. Daud, S.Hut., M.Si., IPM Selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sistem penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi. 9. Bapak Ir. Muhammad Tahnur S.Hut., M.Hut IPM selaku penguji II yang tak

hentinya memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.

11. Terima Kasih Kepada teman-teman saya,Indah Purnamasari S, Rahmayanti, Riskawati Marsam, Ainun Fajar Amir, Muhlis, Alamsyah, Misbahuddin, Syaiqulla Wahana serta keluarga besar Angkatan 2015 atas semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(10)

Akhirnya penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Maret 2020

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ... iv

HAK CIPTA ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Hasil Hutan ... 5

2.2. Kayu Sebagai Bahan Bangunan ... 6

2.3. Rumah Tradisional ... 8

2.4. Karakteristik Rumah Tradisional ... 9

2.5. Rumah Panggung ... 11

2.6. Kerangka Pikir ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 15

(12)

3.2. Objek, dan Alat Penelitian... 15

3.3. Jenis Data ... 15

3.4. Pengumpuln Data ... 16

3.5. Analisis Data ... 18

3.6. Definisi Operasional ... 18

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Fisik Wilayah ... 20

4.1.2. Penggunaan Lahan ... 21

4.2. Klimatologi ... 22

4.2.1. Kondisi Demografi ... 23

4.3. Sarana dan Prasarana ... 21

4.3.1. Kesehatan ... 24

4.3.2. Peribadatan ... 25

4.3.3. Pendidikan... 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rumah Tradisional Suku Bugis ... 27

5.1.1. Karakteristik Rumah Tradisional Suku Bugis ... 28

a. Karakteristik Bola Maccoppo Seddi (Rumah Beratap Satu) 29 b. Karakteristik Bola Maccoppo Dua (Rumah Beratap Dua) 32

5.2. Jenis Kayu dan Kebutuhan Kayu Pada Rumah Tradisional Suku Bugis ... 34 5.2.1.Jenis Kayu ... 34 5.2.2. Kebutuhan Kayu ... 36 VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 42 6.2. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Tallysheet Tabulasi Kebutuhan Kayu Elemen Rumah Tradisional ... 17

2. Luas Desa, Jarak (KM) dan Ketinggian dari Permukaan air Laut ... 20

3. Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah ... 21

4. Keadaan Curah Hujan Kecamatan Balusu 2017 ... 22

5. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamian di Kecamatan Balusu Tahun 2017 ... 23

6. Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Balusu ... 24

7. Jumlah Tempat Ibadah di Kecematan Balusu ... 25

8. Sekolah yang Ada di Kecamatan Balusu ... 26

9. Jenis Kayu dan Nama Latin Pada Karakteristik Bola Maccoppo Seddi (Rumah Beratap Satu ) ... 34 10. Jenis Kayu dan Nama Latin pada Karakteristik Bola Maccoppo Dua (Rumah Beratap Dua) ... 35

11. Volume Kebutuhan Kayu Pada Rumah Tradisional Suku Bugis ... 36

12. Perbandingan Bola Macoppo seddi ( Rumah Beratap satu ) dengan Bola Macoppo Dua (Rumah Beratap Dua) ... 40

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Rumah Tradisional Bugis ... 11 2. Kerangka Pikir ... 15 3. Sketsa Rumah Tradisional Suku Bugis ... 27 4. Sketsa Gambar Bola Maccoppo Seddi (Rumah Beratap Satu) Suku

Bugis ... 29 5. Sketsa Gambar Bola Maccoppo Seddi (Rumah Beratap Satu) Suku

Bugis Tampak Dari Samping ... 30 6. Bola Maccoppo Seddi (Rumah Beratap Satu) ... 31 7. Sketsa Gambar Bola Maccoppo Dua ( Rumah Beratap Dua) Suku

Bugis ... 32 8. Sketsa Gambar Bola Maccoppo Dua (Rumah Beratap Dua) Suku

Bugis Tampak Dari Samping ... 33 9. Bola Maccoppo Dua ... 33

(15)

DAFTAR LAMPIRAN No Teks Hal 1. Kusioner Penelitian ... 43 2. Tallysheet Penelitian ... 44 3. Dokumentasi Penelitian ... 46 4. Data Rumah ... 52

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kayu sebagai hasil hutan sekaligus dan sumber kekayaan alam yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang istimewa, karena tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu dapat didefenisikan sebagai sesuatu bahan-bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon. Dalam hal pengelolaannya lebih lanjut, perlu diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang dapat lebih banyak dimanfaatkan secara untuk tujuan tertentu. Dilihat dari tujuan penggunaannya, kayu dapat dibedakan atas kayu pertukangan, kayu industri dan kayu bakar (Dumanauw,1999).

Bahan bangunan adalah barang yang merupakan bakal untuk membangun rumah atau gedung dan sebagainya, material bahan bangunan dapat di defenisikan sebagai salah satu elemen pokok yang menentukan kualitas rumah, murah atau mahal, sederhana atau mewah. Bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi, banyak menggunakan bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, selain itu ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan.

Rumah tradisional merupakan salah satu peninggalan arsitektur tradisional yang mencerminkan gagasan dan perilaku masyarakat pendukungnya dan berkenaan dengan penataan pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang masyarakat. Tuntutan manusia terhadap rumah yaitu untuk pemenuhan kebutuhan fisik yang statis dan menjadi wadah pengembangan diri. Namun, rumah di

(17)

2 Sulawesi Selatan lebih dari sekedar tempat berteduh bagi penghuninya, atau objek materil yang indah dan menyenangkan. Rumah adalah ruang sakral di mana orang lahir, kawin dan meninggal dan di tempat ini pula kegiatan-kegiatan sosial dan ritual tersebut diadakan. Hal ini dikarenakan masyarakat Bugis menggambarkan makna kehidupan melalui nilai tradisi. Nilai tradisi setiap daerah sebagian besar berbeda, dikarenakan sudut pandang dan penafsiran pesan alam oleh masyarakat juga berbeda. Sejalan dengan teori Lang (1994) yakni setiap desain dalam setiap lingkungan binaan adalah sumber potensi untuk mengirimkan pesan.

Dalam masyarakat Bugis, adat istiadat menjadi pedoman dalam berpikir dan bertindak sesuai pola kehidupan masyarakat. Adat istiadat bersifat mengatur dan mengarahkan baik tingkah laku, cara berinteraksi, dan penentuan tata cara membangun rumah dan membagi ruang berdasarkan kebutuhan ruang penghuninya. Adat istiadat dan kepercayaan adalah warisan nenek moyang yang mengisi inti kebudayaan. Transformasi adat istiadat dan kepercayaan dapat dikemukakan dalam bentuk fisik rumah tradisional. Setiap rumah tradisional memiliki bentuk, tata ruang spasial, ornamen, dan sebagainya yang berbeda.

Meskipun suku Bugis memiliki adat istiadat yang sama, akan tetapi sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sebagian besar tidaklah sama. Hal ini dibuktikan dengan filosofi penataan ruang spasial yang dianut oleh masyarakat Bugis di Kabupaten Barru. Rumah tradisional Bugis, memiliki makna simbolis sekaligus memiliki sisi fungsional didalamnya identik dengan pembagian ruang rumah tradisional Bugis lainnya, berbeda dengan pembagian ruang spasial secara vertikal, yang didasarkan pada kosmologi mikrokosmos yaitu pembagian rumah

(18)

3 Bugis dibagi pula atas tiga tingkatan, yaitu diantaranya adalah Rakkeang (loteng, kepala), Alle Bola (badan rumah), dan Awa Bola (kolong rumah, kaki). (Wasilah dan Hildayanti, 2016)

Rumah tradisional orang Bugis tersusun dari tiga tingkatan yang berbentuk “Segi Empat”, dibentuk dan dibangun mengikuti model kosmos menurut pandangan hidup mereka bahwa alam raya (makrokosmos) ini tersusun dari tiga tingkatan, yaitu alam atas atau “Banua Atas”, alam tengah “Banua Tengah” dan alam bawah “Banua Bawah” . Banua atas adalah tempat dewa-dewa yang dipimpin oleh seorang dewa tertinggi yang disebut “Dewata Seuwae”, yang bersemayam di “Botting-Langiq”. Banua tengah adalah bumi ini dihuni pula oleh wakil-wakil dewa tertinggi yang mengatur hubungan manusia dengan dewa tertinggi serta menggawasi jalannya tata tertib kosmos. Banua bawah disebut “Uriliyu” (tempat yang paling dalam) dianggap berada di bawah air. Semua pranata-pranata yang berkaitan dengan pembuatan atau pembangunan rumah harus berdasarkan kosmologis yang diungkap dalam bentuk makna simbolis-filosofis, yang diketahuinya secara turun temurun dari generasi kegenerasi (Hamid, 2007).

Rumah panggung tradisional suku bugis secara filosofis memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki jenis bahan bangunan dan kebutuhan yang berbeda tergantung kelas sosial dan potensi lokal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kebutuhan kayu dan karakteristik rumah panggung tradisional Suku Bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. (Hamid, 2007).

(19)

4

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu :

1. Bagaimanakah karakteristik rumah panggung tradisional suku Bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru?

2. Jenis kayu apa yang digunakan dan berapa kebutuhan rumah panggung tradisional suku Bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik rumah panggung suku Bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.

2. Untuk mengetahui jenis dan kebutuhan kayu untuk bahan baku rumah panggung tradisional suku Bugis kecamatan Balusu Kabupaten Barru.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah ;

1. Bagi peneliti, dapat memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan dalam pembangunan rumah panggung tradisional di Kabupaten Barru.

2. Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya dalam pembangunan rumah panggung tradisional di Kabupaten Barru.

(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Hutan

Menurut UU 41 tahun 1999, hasil hutan adalah benda-benda hayati,non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa hasil hutan hayati dapat berupa (a) hasil hutan nabati beserta turunannya seperti kayu,bambu,rotan,rumput-rumputan,jamur,tanamanobat,getah-getahan dan lain-lain, serta bagian dari tumbuh-tumbuhan atau yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan di dalam hutan dan (b) hasil hutan hewani beserta turunannya seperti satwa liar dan hasil penangkarannya, satwa buru, satwa elok, dan lain-lain hewan serta bagian-bagiannya atau yang dihasilkannya.

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain dan sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon-pohon tersebut, baik berupa berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar ( Budiarto. dkk).

Kayu merupakan material bangunan yang berasal dari bilah-bilah pohon. Kayu banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena memiliki sifat yang mudah dibentuk namun tetap kuat dan mudah didapatkan. Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan arsitektur pada rumah tinggal seperti pintu kayu, jendela dan lainnya. Kendati mudah ditemukan, namun tidak semua kayu tentu baik digunakan sebagai material bangunan. Kayu

(21)

6 harus memenuhi kriteria tertentu agar tidak berbahaya ketika bangunan digunakan.(Budiarto, dkk 2006)

2.2. Kayu sebagai Bahan Bangunan

Kayu adalah bahan bangunan yang banyak digunakan sejak dahulu, penggunaan kayu sebagai bahan bangunan berkembang positif seiring dengan maraknya para arsitek yang memilih kayu sebagai bahan bangunan utama. Kayu dapat digunakan sebagai bahan untuk membangun gedung secara keseluruhan mulai dari konstruksi bangunan, dinding, atap, lantai, interior dan juga furniture. Kayu dipilih karena mudah untuk dikerjakan, mudah didesain, mempunyai energi efisiensi yang tinggi, mempunyai energi terikat yang rendah, tahan terhadap api dan yang paling penting adalah kayu merupakan sumber daya alam terbarukan dan dapat didaur ulang. Setiap negara mempunyai peraturan yang berbeda dalam mengatur penggunaan kayu dalam bangunan terutama bangunan tinggi. Oleh sebab itu, para ahli berusaha untuk membuktikan bahwa kayu mampu menjadi bahan bangunan bertingkat tinggi dan tetap memenuhi peraturan tentang keamanan sebuah bangunan.(Lestari.2016)

Kayu dikenal sebagai bahan bangunan yang paling lama di dunia. Kayu telah banyak digunakan sejak pertama kali manusia menebang pohon dan membangun tempat berteduh dengannya. Di masa kini, masyarakat memenuhi kebutuhan akan kayu dengan membangun hutan produksi lestari. Industri kayu juga semakin berkembang dengan menciptakan berbagai macam produk olahan kayu dengan karakteristik yang semakin baik. Kecenderungan penggunaan kayu sebagai bahan material bangunan terus meningkat dengan adanya kecenderungan

(22)

7 untuk menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan dengan emisi karbon rendah (Kuzman dan Groselj, 2012).

Kayu dapat digunakan pada berbagai macam bagian bangunan mulai dari konstruksi, dinding, lantai dan furniture. Kayu untuk bahan bangunan juga dapat dengan mudah menyesuaikan dengan desain bangunan berdasarkan gaya hidup, lokasi maupun anggaran dana. Sifat dan keperluan dalam konstruksi bangunan karena kayu mudah untuk dibentuk dan fleksibel, bahan konstruksi yang kuat secara struktural dan cocok untuk berbagai macam aplikasi seperti rangka, atap, lantai dan finishing (Joseph dan Tretsiakova, 2010).

Kayu mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bahan yang lain seperti baja, aluminium, dan beton. Bangunan kayu juga dipercayai mempunyai berbagai macam kelebihan di antaranya adalah nyaman, menarik, serba guna, murah, mudah dibangun, biaya rendah, tahan lama dan aman untuk lingkungan (Kozak dan Cohen, 1999).

Meskipun berbagai jenis bahan bangunan telah dikembangkan dipasaran, kayu masih memegang peranan penting dalam pembangunan perumahan dan pemukiman. Bagian-bagian tertentu dari struktur bangunan sebagian besar masih menggunakan material kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah dikerjakan, memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan dalam pembangunan perumahan termasuk untuk rumah-rumah tradisional (Saefudin, 2007).

(23)

8

2.3.Rumah Tradisional

Rumah tradisional merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan (Yudhosono, 2007).

Penilaian kategori rumah tradisional dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat ketika rumah tersebut didirikan, misalnya seperti upacara adat. Ragam hias arsitektur pada rumah tradisional merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Rum ah tradisional ialah sebagai hasil karya seni para arsitektur tradisional (Sunarni dkk. 2010).

Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah satu unsur kebudayaan dalam masyarakat. Rumah tradisional merupakan komponen penting dari unsur fisik cerminan budaya dan kecenderungan sifat budaya yang terbentuk dari tradisi dalam masyarakat (Sari.2010). Rumah tradisional masyarakat dapat melambangkan hidup, ekonomi dan lain-lain. Di Indonesia setiap daerah mempunyai rumah tradisional yang beragam karena beragamnya budaya dalam setiap daerah yang ada di Indonesia (Soeroto.2009).

Rumah Bugis tradisional merupakan contoh model rumah Asia Tenggara, yaitu rumah panggung dari kayu, yang atapnya berlereng dua, dan kerangkanya berbentuk huruf “H” terdiri dari tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku, tiangnyalah yang menopang lantai dan atap sedangkan dinding hanya diikat

(24)

9 pada tiang luar. Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemukiman orang Bugis sering kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen (Pelras, 2006:265).

2.4. Karakteristik Rumah Tradisional

Rumah Bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lainnya. Bentuknya yang memanjang ke belakang dengan tambahan ruang disamping bangunan utama dan bagian depan yang disebut dengan lego-lego. Berdasarkan pembagian ruang, rumah tradisional Bugis dibagi menjadi ruang, yaitu:

1. “Rakkeang” (loteng rumah), adalah bagian diatas langit-langit (eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen dan Pada rumah tradisional Suku Bugis, umumnya rakkeang digunakan sebagai ruang penyimpanan hasil bumi dan cadangan makanan lainnya. 2. “Ale bola” (badan rumah), adalah badan rumah yang terdiri dari lantai dan

dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: Loteng risaliweng yang terdapat di bagian depan badan rumah berfungsi sebagai ruang menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman.

(25)

10 3. “Awa bola” (kolong rumah), adalah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.

4. “Lontang risaliweng” (ruang depan)

Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini menjadi tempat berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diizinkan untuk masuk. Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping).

5. “Lontang retengngah” (latte retengngah) atau ruang tengah.

Sifat ruang private, berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan, dan melahirkan. Suasana kekeluargaan dengan rangkaian kegiatan informal keluarga pada ruang ini sangat kental.

6. “Lontang rilaleng” (latte rilaleng), sifat sangat private.

Fungsi ruang ini untuk tempat tidur anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga dianggap sebagai orang yang perlu perlindungan dari seluruh keluarga.

7)“Lego-lego”

(26)

11 8)“Dapureng”

Biasanya diletakan di belakang atau samping, fungsinya untuk memasak dan menyimpan peralatan masak (Wasilah dan Hildayanti, 2016).

Gambar 1. Rumah Tradisonal Bugis

2.5. Rumah Panggung

Rumah panggung merupakan rumah tradisional Indonesia yang berbentuk panggung atau dasar rumah tidak menempel pada tanah. Ketinggian rumah panggung bervariasi, tergantung dari lokasinya, berkisaran 50 cm bahkan ada sampai dua meter. Pola ruang pada rumah panggung tradisional yang hampir sama, mereka memiliki teras di bagian depan atau samping, beberapa tempat tidur, ruang keluarga, dapur di bagian belakangnya. Rumah panggung merupakan salah satu fitur arsitektur utama di Indonesia. Walau begitu, perspektif umum

(27)

12 yang ada saat ini adalah bahwa rumah panggung sebagai rumah yang perlu dikonservasi karena keterbatasan sumber daya kayu, proses konstruksi yang sulit, dan masalah privasi (Angkasa, 2017).

Rumah yang dibangun dalam bentuk panggung memungkinkan penempatan pada topografi berlereng dan landasan yang tidak stabil (seperti bantaran sungai, pesisir pantai, atau tanah rawa). Pembangunan di tanah datar pada masyarakat tradisional memberikan fungsi keamanan dari hewan liar maupun fungsi peternakan dengan membangun kandang ternak di bagian bawah lantai (Sato, 2014). Rumah panggung merupakan sistem konstruksi yang mempunyai bidang lantai yang terangkat dari permukaan tanah (atau air), dengan tiang-tiang penopangnya (Pribadi et al, 2011)

(28)

13 2.6. Kerangka Pikir Hutan Hasil Hutan Kayu Rumah Panggung Tradisional Suku Bugis

Kebutuhan Kayu pada Elemen Rumah

Tradisional

Karakteristik Rumah Tradisional

Kebutuhan Kayu dan Karakteristik Rumah Panggung Tradisional Suku

Bugis Kecamatan Balusu Kabupaten Barru

Rumah Panggung Tradisional

(29)

14 Kayu merupakan hasil dari sumber kekayaan alam, kayu dapat digunakan pada berbagai macam bagian bangunan mulai konstruksi, dinding lantai dan

furniture.

Rumah panggung tradisional merupakan rumah tradisional Indonesia

yang berbentuk panggung atau dasar rumah tidak menempel pada tanah yang memiliki tinggi yang bervariasi.

Rumah Bugis tradisional merupakan contoh model rumah Asia Tenggara, yaitu rumah panggung dari kayu, yang atapnya berlereng dua, dan kerangkanya berbentuk huruf “H” terdiri dari tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku, tiangnyalah yang menopang lantai dan atap sedangkan dinding hanya diikat pada tiang luar. Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan.

(30)

15

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2019 sampai Maret 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.

3.2. Objek dan Alat Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah rumah tradisional Suku Bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Daftar Pertanyaan (Kuisioner)

b. Alat tulis untuk mencatat setiap informasi responden c. Kamera untuk dokumentasi

3.3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung melalui pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan, pengamatan dan pengukuran meliputi panjang kayu,lebar kayu, tinggi kayu dan wawancara langsung dengan responden pada objek yang diteliti.

2. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari Kantor Desa berupa dokumen-dokumen seperti data statistik kecamatan Balusu pada tahun 2019.

(31)

16

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode observasi yaitu meninjau dan mengamati langsung di lapangan. Selain itu digunakan juga metode kuisioner dan metode survey. Metode kuisioner dilakukan dengan menggunakan teknik sampling sebanyak 10 rumah tangga pemilik rumah panggung tradisional Suku Bugis.

Observasi dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan pengamatan secara langsung rumah tradisional Suku Bugis

1. Kuisioner dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada setiap responden masyarakat Suku Bugis untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga penelitian dapat lebih terstruktur.

2. Survey dilakukan dengan pencatatan ciri utama, elemen rumah, dan pengukuran dimensi kayu elemen-elemen rumah secara langsung pada rumah tradisional Suku Bugis.

(32)

17 Tabel 1. Tallysheet Tabulasi Kebutuhan Kayu Elemen Rumah Tradisional

NO

Bagian-Bagian Rumah Jumlah P x L x

T

Jenis

Kayu Volume 1 Tiang Utama Teras (Aliri Lego-Lego)

2 Tiang Utama Badan Rumah (Aliri Ale

Bola)

3 Tiang Utama Dapur ( Aliri Dapureng) 4 Penyangga Tiang Teras (Pattolo

lego-lego)

5 Penyangga Tiang Badan Rumah

(Pattolo ale bola)

6 Arateng lego-lego

7 Arateng ale bola

8 Arateng dapureng

9 Penyangga Lantai(Tunebba Dapureng) 10 Lantai Teras ( Dapara Lego-Lego) 11 Lantai Badan Rumah (Dapara ( ale

Bola)

12 Lantai Dapur ( Dapara Dapureng)

13 Penyangga Atas ( Pattolo yase )

14 Penyangga atas (Padongko)

15 Kuda-Kuda Atap Teras ( passolla

Lego-Lego)

16 Kuda-Kuda Atap Badan Rumah (

Passolla Ale Bola)

17 Kuda-kuda Dapur ( Passolla Dapureng) 18 Penyangga Atap Teras ( Gordeng

lego-lego)

19 Penyangga Atap Badan Rumah (

Gordeng Ale Bola)

20 Penyangga Atap Dapur ( Penyangga

Dapureng

21 Penyangga Zeng ( Timpa Laja )

22

23

24 Anak Tangga Depan ( Ana anddengeng

yolo)

25 Ibu Tangga Depan ( Indo anddengeng

yolo )

26 Anak Tangga Belakang ( Ana

anddengeng monri)

27 Ibu Tangga Belakang ( Ana anddengeng

monri)

28 Dinding Teras Depan (renring yolo

lego-lego)

(33)

18

kiri)

30 Dinding Teras Samping Kanan (

Renring kanan)

31 Dinding Badan Rumah depan( renring

ale bola yolo)

32 Dinding Badan Rumah samping (

renring ale bola kiri)

33 Dinding Badan Rumah Kanan ( renring

ale bola kanan)

34 Dinding Dapur Belakang ( Renreing

dapureng monri)

35 Dinding Dapur kiri ( Renreing dapureng

kiri)

36 Dinding Dapur Kanan ( Renring

Dapureng Kanan) 37 Kosen Jendela 38 Jendela 38 Pintu Depan 40 Pintu Belakang 3.5. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif statistik. Analisis Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.

3.6. Definisi Operasional

1. Hasil hutan kayu adalah hasil hutan yang diperoleh dari tegakan hutan atau pohon berupa bahan – bahan berkayu / selulosa yang dapat langsung dimanfaatkan atau diolah kembali untuk menhasilkan bahan jadi atau siap pakai.

2. Rumah tradisional merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang

(34)

19 dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan.

3. Rumah panggung merupakan rumah tradisional Indonesia yang berbentuk panggung atau dasar rumah tidak menempel pada tanah. Ketinngian rumah panggung bervariasi, tergantung dari lokasinya, berkisaran 50 cm bahkan ada sampai dua meter.

4. Suku Bugis, dikenal sebagai suku yang sangat mempertahankan harga diri akan kebudayaannya.

(35)

20

VI. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Kondisi Fisik Wilayah

Kecamatan Balusu ialah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan yang memiliki luas 11,220 Ha. Kecamatan Balusu memliki satu kelurahan yakni kelurahan Takkalasi, serta lima desa (Binuang, Madello, Kamiri Lampoko dan Balusu). Luas wilayah per desa/kelurahan di Kecamatan Balusu tersaji pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Luas Desa, Jarak, (Km) dan Ketinggian Dari Permukaan Air Laut

Kode Desa Desa/Kelurahan Luas (Km2 ) Jarak Dari Ibukota Kecamatan (Km) Jarak Dari IbuKota Kabupaten (Km) Ketinggian Dari Permukaan Air Laut (m) 001 Binuang 8,36 4,0 7 4,0 002 Madello 11,69 1,0 10 2,0 003 Takkalasi 13,80 0,4 11 3,1 004 Kamiri 47,35 5,0 16 58,2 005 Lampoko 8,25 4,0 15 3,2 006 Madello 5,0 16 5,3

(36)

21

4.2 Penggunaan Lahan

Wilayah Kecamatan Balusu memiliki luas 11.220 Ha dan dimana luas tersebut sudah ada didalamnya yang terdapat lahan pertanian, pemukiman, sarana prasarana dan hutan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah

No Jenis Lahan Luas (Ha)

1 Lahan sawah 1.784

2 Kebun 827

3 Ladang/Huma 352

4 Perkebunan 1.244

5 Ditanami Pohon/Hutan rakyat 998

6 Padang Pengembalaan 15

7 Sementara Tidak Diusahakan 189

8 Lainnya (Tambak, Kolam, Empang, Hutan Negara) 3.939 9 Jalan, Pemukiman, Perkantoran, Sungai, dan lain lain 1.872

Total 11.220

Sumber : Kantor Kecamatan Balusu, 2017

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa peruntukan lahan terbesar di Kecamatan Balusu adalah untuk tambak, Kolam, Empang Dan Hutan Negara dengan luas 3.939 Ha sedangkan penggunaan lahan terkecil adalah untuk ladang pengembalaan yaitu 15 Ha.

(37)

22

4.3 Klimatologi

Curah hujan di Kecamatan Balusu hampir terjadi setiap bulannya . Berikut

Tabel keadaan curah hujan di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru pada tahun 2017:

Tabel 4. Keadaan Curah Hujan Kecamatan Balusu Pada Tahun 2017

Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 17 21 20 17 14 14 8 2 10 15 15 20 357 436 198 190 151 80 76 7 210 381 114 305 Sumber: Data Statistik Kecamatan Balusu 2019

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan curah hujan 381 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan 7 mm.

(38)

23

4.4 Kondisi Demografi

Pada tahun 2017 jumlah penduduk di Kecamatan Balusu sebanyak 18.629 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 8.822 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 9.807 jiwa yang tersebar di satu keluarahan dan lima desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Balusu 2017 No Desa/Kelurahan Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) 1 Binuang 918 1.058 1.976 2 Madello 2.125 2.283 4.408 3 Takkalasi 2.342 2.464 4.989 4 Kamiri 1.000 1.065 2.065 5 Lampoko 1.342 1.476 2.818 6 Balusu 1.095 1.278 1.373 Jumlah 8.822 9.807 18.629

Sumber: Data Statistik Kecamatan Balusu 2019

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Takkalasi baik jumlah penduduk secara keseluruhan dan penduduk per jenis kelamin yakni sebesar 4.989 jiwa. Untuk jumlah penduduk laki-laki sebesar 2.342 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 4.989 jiwa.

(39)

24 Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Balusu sudah memadai sudah banyak sekolah-sekolah fasilitas kesehatan dan tempat ibadah.

4.5.1 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Balusu yaitu Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit Bersalin, dan Poskesdes. Berikut Tabel Fasilitas kesehatan di Kecamatan Balusu :

Tabel 6. Tabel jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Balusu No Desa/Kelurahan Puskesmas Posyandu RS

Bersalin Poskesdes 1 Binuang - 3 1 - 2 Madello 1 4 - - 3 Takkalasi - 5 - - 4 Kamiri 1 5 1 - 5 Lampoko 1 4 - 1 6 Balusu 1 3 - -

Sumber: Data Statistik Kecamatan Balusu 2019

4.5.2 Peribadatan

Kecamatan Balusu sudah terdapat beberapa Mesjid dan Mushallah yang tersebar di desa-desa . Berikut tabel jumlah fasilitas tempat ibadah di Kecamatan Balusu :

(40)

25 No Desa/Kelurahan Mesjid Mushallah Gereja

1 2 3 4 5 6 Binung Madello Takkalasi Kamiri Lampoko Balusu 4 5 6 4 5 5 - 2 1 3 - - - - - - - - Jumlah 29 7 -

Sumber: Data Statistik Kecamatan Balusu 2019

Di Kecamatan Balusu sudah terdapat fasilitas ibadah yaitu Mesjid dengan jumlah 29 dan mushollah 7 namun belum terdapat fasilitas Gereja

4.5.3 Pendidikan

Sarana pendidikan Di Kecamatan Balusu Balusu sudah sangat memadai dari TK, SD, SMP maupun tingkat SMA.

Tabel 8. Sekolah yang ada di Kecamatan Balusu.

Desa/Kelurahan SD SMP SMA/SMK

Takkalasi 10 2 1

Kamiri 4 1 -

Binuang 3 - -

(41)

26

Balusu 4 2 -

Lampoko 4 - 1

Jumlah 27 6 2

Sumber: Data Statistik Kecamatan Balusu 2019

Di Kecamatan Balusu sudah difasilitasi sekolah – sekolah yang terdapat SD 27, SMP 6 dan SMA 2 totalnya 36 sekolah dibeberapa desa mulai dari sekolah tingkat SD, SMP, maupun SMK jadi anak-anak di desa bisa mendapatkan ilmu dengan baik.

(42)

27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Rumah Adat Tradional Suku Bugis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tradisional adat suku Bugis berbentuk rumah panggung tradisional yang sederhana. Bangunan rumah tradisional adat suku Bugis tampak pada Gambar berikut:

Rakkeang Bola (Atap)

Ale Bola (Badan Rumah)

Awa Bola (Kolong Rumah)

Gambar 3. Sketsa Rumah Tradisonal Suku Bugis

Berdasarkan Gambar Rumah Tradional Bugis terdiri atas 3 bagian yaitu : 1. “Rakkeang Bola” (loteng rumah), adalah bagian diatas langit-langit (eternit).

Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen dan Pada rumah tradisional Suku Bugis, umumnya rakkeang digunakan sebagai ruang penyimpanan hasil bumi dan cadangan makanan lainnya.

2. “Ale bola” (badan rumah), adalah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti

(43)

28 menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: Lotang risaliweng yang terdapat dibagian depan badan rumah berfungsi sebagai ruang menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman.

3. “Awa bola” (kolong rumah), adalah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.

5.1.1 Karakteristik Rumah Tradisonal Suku Bugis

Rumah tradisional merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan. Responden pada Karakteristik rumah beratap satu terdapat 5 responden dan beratap dua terdapat 5 responden Jadi dalam penelitian ini terdapat 10 responden.

(44)

29 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan ada 2 karakteristik rumah adat tradisional suku Bugis, sebagai berikut:

a. Karakteristik Bola Macoppo Seddi ( rumah beratap satu )

Karakteristik rumah ini sama dengan rumah-rumah pada umumnya yang bahan bangunannya masih sangat sederhana, Rumah beratap satu ini biasa dinamakan model rumah Makitamping. . Bentuknya yang memanjang ke belakang dengan tambahan ruang disamping bangunan utama dan bagian depan yang disebut dengan lego-lego.

Berikut adalah Gambar Bola Macoppo Seddi ( Rumah Beratap Satu) Suku Bugis

Patongko Bola (Atap Rumah)

Tellongeng (Jendela) Tange (Pintu) Anddengeng (Tangga)

(45)

30 Berdasarkan Gambar 4 tampak rumah beratap satu dari depan terdapat 4 tiang utama yang menderet untuk menopang badan rumah, dibagian depan rumah atas yang berbentuk segitiga dinamakan Patongko Bola ( atap rumah) hanya terdapat 1 tangga untuk naik atau masuk kedalam rumah, satu pintu utama dan saatu jendela.

Depan Belakang

Gambar 5. Sketsa Bola Macoppo Seddi Tampak Dari Samping

1. Lego-lego” (Teras)

Bagian depan, Biasanya difungsikan sebagai tempat duduk tamu sebelum masuk.

2. “Lontang risaliweng” (ruang depan)

Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini menjadi tempat berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diizinkan untuk masuk. Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping). Lego-lego Lontang risaliwen g Lontang retengngah/ka mara Dapureng

(46)

31 3. “Lontang retengngah” (latte retengngah) atau ruang tengah.

Sifat ruang private, berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan, dan melahirkan. Suasana kekeluargaan dengan rangkaian kegiatan informal keluarga pada ruang ini sangat kental tidak sembarang orang bisa masuk.

4. “Dapureng”

Biasanya diletakan di belakang atau samping, fungsinya untuk memasak dan menyimpan peralatan masak

(47)

32

b. Karakteristik Bola Macoppo Dua (rumah beratap dua)

Rumah dengan karakteristik ini yaitu hampir sama dengan rumah pada umumnya namun yang membedakan terletak di atapnya. Rumah dengan karakteristik ini memiliki dua atap dengan bahan bangunan seperti rumah pada umumnya. Berikut Sketsa Bola Macoppo Dua ( Rumah beratap dua)

Patongko

Tellongeng

Anddengeng

Gambar 7. Sketsa Bola Macoppo Dua ( Rumah Beratap Dua ) Suku Bugis

Berdasarkan Gambar 7, karakteristik rumah beratap dua ini dapat dilihat dari depan tidak jauh beda dengan karakteristik rumah beratap satu yang hanya memiliki 1 buah tangga (addengeng), 1 buah jendela (tellongeng), dan satu buah pintu (Tange) yang berbeda hanya tertetak pada atapnya karena rumah tipe ini memiliki dua atap (patongko)

(48)

33

Depan Belakang

Gambar 8. Sketsa Gambar Bola Macoppo Dua (Rumah Beratap Dua) Suku Bugis Tampak Dari Samping

Berdasarkan Gambar 8, rumah dilihat dari samping antara rumah beratap satu dengan rumah beratap dua hampir mirip yang membedakan hanya terletak pada atap rumahnya.

Gambar 8. Bola Macoppo Dua ( Rumah Beratap Dua Suku Bugis)

5.2 Jenis Kayu dan Kebutuhan Kayu Pada Rumah Tradisional Suku Bugis 5.2.1 Jenis Kayu

Rumah tradisional adat suku bugis yang terdapat dua karakteristik ini yaitu Bola Maccoppo seddi (Rumah Beratap Satu ) dan Bola Maccoppo Dua (

Lego-lego Lontang risaliwen g Lontang retengngah/ kamara Dapureng

(49)

34 Rumah Beratap Dua) pada umumnya menggunakan atap seng, tiang dari kayu ulin dan bitti (Vitex cofassus), dinding papan kayu Cendana dan lantai kebanyakan dari kayu Meranti (Shorea sp) . Penggunaan kayu umumnya yang lebih banyak jenis kayu Ulin dan Meranti. Lebih jelas lihat pada Tabel 9 dan 10

.

Tabel 9. Jenis kayu pada Bola Macoppo Seddi (rumah beratap satu) No

Responden Jenis Kayu Bagian Rumah

1

Meranti (Shorea) Papan Lantai Ulin ( Eusideroxylon

Zwegeri)

Atap, Tiang, Tangga, Balok, Penyangga Tiang

Cendana ( Santalum

Album) Dinding, Pintu

2

Meranti (Shorea) Lantai, Balok Cendana ( Santalum

Album) Tiang, Penyangga Tiang, Balok, Pintu

Bitti (Vitex cofassus) Tangga

3

Ulin ( Eusideroxylon

Zwegeri)

Tiang, Penyangga Tiang, Balok, Atap Meranti (Shorea) Lantai, Balok, Jendela, Pintu

Bitti (Vitex cofassus) Tangga 4

Meranti (Shorea) Balok, Lantai, Dinding, Bitti (Vitex cofassus) Tiang, Penyangga Tiang, Atap Jati ( Tectona Grandis) Tangga, Pintu, Jendela

5

Jati ( Tectona Grandis) Tiang, Penyangga Tiang, Balok,Atap Ulin ( Eusideroxylon

Zwegeri) Tangga

Meranti (Shorea) Lantai, Jendela Kelapa ( Cocos

Nucifera) Dinding, Pintu

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 9, menjelaskan tentang berapa jenis kayu yang digunakan pada pembangunan rumah tradisional adat suku Bugis pada

(50)

35 Karakteristik Bola Macoppo Seddi (Rumah Beratap Satu). Kayu yang banyak digunakan dalam karakteristik rumah beratap satu (Bola Macoppo Seddi) adalah meranti ada 5 responden hampir semua menggunakan meranti dalam elemen pembuatan rumah kayu.

Tabel 10. Jenis kayu yang di gunakan pada Bola Macoppo Dua (rumah beratap dua)

No

Responden Jenis Kayu Bagian Rumah

1

Meranti (Shorea) Papan Lantai Ulin ( Eusideroxylon

Zwegeri) Atap, Tiang, Balok, Penyangga Tiang

Cendana ( Santalum

Album) Dinding, Pintu,Tangga, Jendela

2

Meranti (Shorea) Lantai, Balok Cendana ( Santalum

Album) Dinding,Pintu,Jendela

Bitti (Vitex cofassus) Tiang,Penyangga Tiang,Atap, Balok

3

Ulin ( Eusideroxylon

Zwegeri)

Atap, Tiang, Balok, Penyangga Tiang Meranti (Shorea) Papan Lantai

Cendana ( Santalum

Album) Dinding, Pintu,Tangga, Jendela

4

Meranti (Shorea) Lantai,Tang/ga Bayam ( Amaranthus

Spp) Tiang, Penyangga Tiang, Atap

Kelapa ( Cocos

Nucifera) Dinding

Jati ( Tectona Grandis) Pintu

5 Jati ( Tectona Grandis) Balok, Atap,Jendela

(51)

36

Spp)

Meranti (Shorea) Lantai, Dinding,

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 10, menjelaskan tentang berapa jenis kayu yang digunakan pada pembangunan rumah tradisional adat suku Bugis pada Karakteristik Bola Macoppo Dua (Rumah Beratap Dua). Kayu yang banyak digunakan dalam karakteristik rumah beratap satu (Bola Macoppo Dua) adalah meranti ada 4 responden yang menggunakan meranti dalam elemen pembuatan rumah kayu.

5.2.2 Kebutuhan Kayu

Kebutuhan kayu pada rumah tradisional adat suku Bugis, terdapat dua jenis karakteristik yaitu rumah beratap satu dan rumah beratap dua, dalam karakteristik tersebut memiliki kebutuhan kayu. Lebih jelas lihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Volume Kebutuhan Kayu Pada Rumah Tradisional Suku Bugis No Karakteristik Responden Volume Total (m3)

1 BOLA MACCOPPO SEDDI 1 16,91 2 11,11 3 13,61 4 7,84 5 6,06 Rata-rata 11.11 2 BOLA MACCOPPO DUA 1 12,76 2 14,48 3 9,29 4 6,35 5 11,36 Rata-rata 10,85

(52)

37

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Pada Tabel 11, terdapat 5 pemilik rumah yang memiliki rumah karakteristik Bola Maccoppo Seddi (rumah yang beratap satu ), pemilik rumah pertama menggunakan jenis kayu meranti, ulin, dan cendana yang dipakai sebagai bahan bangunan jumlah volume kubik 16,91 m3. Pemilik rumah kedua menggunakan jenis kayu cendana, meranti, dan bitti yang dipakai sebagai bahan bagunan jumlah volume kubik 11,11 m3. Pemilik rumah ketiga menggunakan jenis kayu ulin, meranti dan cendana yang dipakai sebagai bahan bagunan jumlah kubik volume 16,41 m3. Pemilik rumah keempat menggunakan jenis kayu bitti, meranti dan jati yang dipakai sebagai bahan bangunan dengan jumlah volume kubik 7,84 m3. Pemilik rumah kelima menggunakan jenis kayu jati, ulin, meranti dan kelapa yang dipakai sebagai bahan bagunan dengan jumlah volume kubik 6,06 m3 dan dapat juga diketahui bahwa rata-rata pada karakteristik bola

maccoppo seddi yang terdapat 5 pemilik rumah dengan rata-rata 11,11 volume

m3. Adapun perbedaan volume antara beberapa rumah di sebabkan perbedaan panjang rumah lebar dan besarnya tiang.

Pada Tabel 11 terdapat 5 pemilik rumah yang memiliki rumah karakteristik Bola Maccoppo Dua (rumah beratap dua), Pemilik rumah pertama menggunakan jenis kayu ulin, meranti dan cendana yang dipakai sebagai bahan bagunan dengan jumlah volume kubik 12,76 m3. Pemilik rumah kedua menggunakan jenis kayu bitti jati dan cendana yang dipakai sebagai bahan bagunan dengan jumlah volume kubik 14,48 m3. Pemilik rumah ketiga

(53)

38 menggunakan jenis kayu ulin, meranti dan cendana yang dipakai sebagai bahan bangunan dengan jumlah volume kubik 9,29 m3. Pemilik rumah keempat menggunakan jenis kayu bayam, meranti, kelapa dan jati yang dipakai sebagai bahan bangunan dengan jumlah volume kubik 6,35 m3 . Pemilik rumah kelima menggunakan jenis kayu jati, bayam, dan meranti yang dipakai sebagai bahan bagunanengan jumlah volume kubik 11,38 m3. dan juga dapat diketahui bahwa rata-rata pada karakteristik rumah bola maccoppo dua yang terdapat 5 pemilik rumah dengan rata-rata 10,85 volume m3.

Tabel 12. perbandingan Bola Macoppo seddi ( Rumah Beratap satu ) dengan Bola

Macoppo Dua (Rumah Beratap Dua)

Bola Macoppo Seddi Bola Macoppo Dua Tampak

(54)

39 tiang

tangga

pintu

(55)

40 teras

Ruang tengah

dapur

Pada table 12 memperlihatkan bagaimana perbedaan rumah beratap satu (Bola

Macoppo Seddi) dengan Rumah beratap Dua ( Bola Macoppo Dua ) dan dari segi

(56)

41 semua bentuknya sama cuma yang membedakan hanya dari segi atapnya dimana Rumah beratap Satu (Bola Macoppo seddi) hanya memiliki satu atap sedangkan Rumah Beratap Dua (Bola Macoppo Dua) memiliki dua atap.

(57)

42

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 karakteristik pada bangunan rumah adat bugis Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yaitu: 1. Karakteristik rumah Bola Maccoppo Seddi (rumah yang beratap satu). Rumah

beratap satu ini bahan bangunannya sangat sederhana, bentuknya yang memanjang kebelakang dengan tambahan ruang disamping bangunan utama dan bagian depan yang disebut agama karakteristik rumah Bola Maccoppo Dua (rumah beratap dua) pada umumnya namun yang dibedakan terletak diatapnya, Rumah karakteristik ini memiliki dua atap dengan bahan bangunan seperti rumah pada umumnya.

2. Rumah panggung tradisional suku bugis ini, tiang dan balok dari kayu ulin (Eusideroxylon zwegeri), Bitti (Vitex cofassus ) bayam (Amaranthus spp)

dinding papan dan lantai dari kayu meranti ( Shorea), Jati (Tectona grandis), Cendana ( Santalum album ) Kelapa (Cocos nucifera). Kebutuhan kayu rumah

bola maccoppo seddi (rumah tidak beratap satu) adalah 11,11 m3 sedangkan

(58)

43

6.2. Saran

Perlu penelitian lanjutan tentang umur pakai kayu pada masing-masing bagian dari Rumah beratap satu dan Rumah beratap 2, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak lagi tentang karakteristik rumah bugis di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru dan memahami bahan bangunan yang digunakaN.

(59)

44

DAFTAR PUSTAKA

Angkasa Zuber, 2017. Penerapan Konsep Arsitektur Rumah Panggung Di

Lingkungan Perkotaan

As.Zulkarnain, Bola Pakka: Rumah Tradisional Suku ToBalo di Kabupaten Barru, Makassar.

Budiarto Chairil. Dkk., 2006. Penerapan Material Kayu Pada Konstruksi

Bangunan Kampung Lumbung Di Kota Batu. Universitas Brawijaya.

Departemen Kehutanan. 1999,Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan. Jakarta.

Hamid, abu. 2007, Sejarah Bone. Makassar: Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bone.

J.F. Dumanauw.1999, Mengenal Kayu, Gramedia, Jakarta.

Joseph, P., & Tretsiakova-McNally, S. (2010). Sustainable non-metallic building materials. Sustainability, 2(2), 400–427.

Kozak, R. A., & Cohen, D. H. (1999). Architects and Structural Engineers: An Examination of wood Design and Use in Nonresidential Construction.

International Journal of Language & Communication Disorders / Royal College of Speech & Language Therapists, 49(4), 37–46.

Kuzman, M. K., & Groselj, P. (2012). Wood as a construction material : comparison of different construction types for residential building using the analytic hierarchy process. Wood Research, 57(4), 591–600.

Lang, Jon. (1994). Urban Design The American Experience;Van Nostrand Reinhold: New York.

Lestari,Y.R. 2016. Kayu Sebagai Bahan Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi

Yang Ramah Lingkungan.Banjarbaru.

Pelras,Christian. 2006.Manusia Bugis. Jakarta: Forum Jakarta-Paris

Pribadi, S. B., Indriastjario, I., Wulandari, A. R., Wibowo, Y. T., Janatin, B., & Muzamil, M. (2011). Sistem Konstruksi Bangunan Sederhana Pada

(60)

45

Perbaikan Rumah Warga Di Daerah Rob (Studi Kasus: Kelurahan Kemijen, Semarang Timur). MODUL, 11(2).

Saefudin Arif. 2007. Pemanfaatan Kayu Sebagai Bahan Struktur Bangunan. Universitas Negeri Jakarta.

Sari, R. S. 2010. Arsitektur Tropis Bangunan Tradisional Indonesia. Badan Penerbit Universitas Diponogoro.34

Sato, K. 2014. Menghuni Lumbung: Beberapa Pertimbangan Mengenai Asal-Usul Konstruksi Rumah Panggung di Kepulauan Pasifik. Antropologi Indonesia. Soeroto Myrtha. 2009. Toraja. Balai Pustaka.83

Sunarwi dkk. 2010. Arsitektur dan Interior Nusantara. Kerja Sama Istitut Seni Indonesia(ISI), Surakarta dan UNS Press.236.

Tang, Mahmud. 1996, Aneka Ragam Pengaturan Sekuritas Sosial di Bekas Kerajaan Berru, Sulawesi Selatan, ISBN 90-5485-594-0, Grafisch Service Centrum Van Gils B.V, Wageningen.

Wasilah dan A. Hildayanti. 2016, Filosofi Penataan Ruang Spasial Vertikal Pada Rumah Tradisional Saoraja Lapinceng Kabupaten Barru, Makassar.

Yudohusodo Siswono. 2007. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. INKOPPOL, Unit Percetakan Bharakerta.32

(61)

46 KUESIONER PENELITIAN Identitas Responden Nama pewawancara: Tanggal wawancara: Lokasi wawancara: 1. Identitas responden Nama: Usia : Jenis kelamin: Pendidikan:

Jumlah anggota keluarga:.

2. Umur rumah atau tahun pembangunan 3. Jenis Kayu yang digunakan

(62)

47

Tallysheet penelitian

Bagian-Bagian Rumah Jumla

h P x L x T (m) Jenis Kayu Volume (m3) Tiang Utama Teras (Aliri Lego-Lego) Tiang Utama Badan Rumah (Aliri Ale Bola) Tiang Utama Dapur ( Aliri Dapureng) Penyangga Tiang Teras (Pattolo lego-lego) Penyangga Tiang Badan Rumah (Pattolo ale

bola)

Arateng lego-lego

arateng ale bola

arateng dapureng

Penyangga Lantai(Tunebba Dapureng)

Lantai Teras ( Dapara Lego-Lego)

Lantai Badan Rumah (Dapara ( ale Bola)

Lantai Dapur ( Dapara Dapureng)

Penyangga Atas ( Pattolo yase )

Penyangga atas (Padongko)

Kuda-Kuda Atap Teras ( passolla

Lego-Lego)

Kuda-Kuda Atap Badan Rumah ( Passolla

Ale Bola)

Kuda-kuda Dapur ( Passolla Dapureng) Penyangga Atap Teras ( Gordeng lego-lego) Penyangga Atap Badan Rumah ( Gordeng

Ale Bola)

Penyangga Atap Dapur ( Penyangga

Dapureng

(63)

48

Anak Tangga Depan ( Ana anddengeng yolo) Ibu Tangga Depan ( Indo anddengeng yolo ) Anak Tangga Belakang ( Ana anddengeng

monri)

Ibu Tangga Belakang ( Ana anddengeng

monri)

Dinding Teras Depan (renring yolo

lego-lego)

Dinding Teras Samping Kiri ( Renring kiri) Dinding Teras Samping Kanan ( Renring

kanan)

Dinding Badan Rumah depan( renring ale

bola yolo)

Dinding Badan Rumah samping ( renring ale

bola kiri)

Dinding Badan Rumah Kanan ( renring ale

bola kanan)

Dinding Dapur Belakang ( Renreing

dapureng monri)

Dinding Dapur kiri ( Renreing dapureng kiri) Dinding Dapur Kanan ( Renring Dapureng

Kanan) Kosen Jendela Jendela Pintu Depan Pintu Belakang

(64)

49

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan responden

(65)

50 Pengukuran Tangga

(66)

51 Pengukuran lantai

(67)

52

Data mentah Rumah Beratap Satu (Bola Macoppo Seddi)

Bagian Rumah 1 Jumlah P(cm) L(Cm) T (Cm) Jenis Kayu V (m³) Hasil Tiang Utama Teras (Aliri Lego-Lego) 5 470 15 15 ulin 0.11 0.52875 Tiang Utama Badan Rumah (Aliri Ale Bola) 20 500 15 15 ulin 0.11 2.25 Tiang Utama Dapur ( Aliri Dapureng) 4 470 15 15 ulin 0.11 0.423 Penyangga Tiang Teras (Pattolo lego-lego) 4 800 17 4 ulin 0.05 0.2176 Penyangga Tiang Badan Rumah (Pattolo ale bola) 4 800 17 4 ulin 0.05 0.2176 Penyangga Tiang Dapur (Pattolo Dapureng) 3 250 17 4 ulin 0.02 0.051 Penyangga Tiang (Arateng lego-lego) 3 400 17 4 ulin 0.03 0.0816 Penyangga Tiang (arateng ale bola) 5 1000 17 4 ulin 0.07 0.34 Penyangga Tiang (arateng dapureng) 3 400 17 4 ulin 0.03 0.0816 Penyangga Lantai Teras ( Tunebba Dapara Lego-lego) 7 700 6 6 ulin 0.03 0.1764 Penyangga Lantai Badan Rumah( Tunebba Alebola) 27 700 6 6 ulin 0.03 0.6804 Penyangga Lantai (Tunebba Dapureng) 9 250 6 6 ulin 0.01 0.081 Lantai Teras ( Dapara Lego-Lego) 40 700 20 2 meranti 0.03 1.12 Lantai Badan Rumah (Dapara ale Bola) 120 400 20 2 meranti 0.02 1.92 Lantai Dapur ( Dapara Dapureng) 20 300 20 2 ulin 0.01 0.24 Penyangga Atas ( Pattolo yase ) 6 800 17 4 ulin 0.05 0.3264

Penyangga Atas (Padongko) 6 800 17 4 ulin 0.05 0.3264

Kuda-Kuda Atap Teras ( passolla Lego-Lego) 4 250 6 6 ulin 0.01 0.036 Kuda-Kuda Atap Badan Rumah ( Passolla Ale Bola) 20 500 15 15 ulin 0.11 2.25 Kuda-kuda Dapur ( Passolla Dapureng) 6 300 6 6 ulin 0.01 0.0648 Penyangga Atap Teras ( Gordeng lego-lego) 4 800 6 4 ulin 0.02 0.0768 Penyangga Atap Badan Rumah ( Gordeng Ale Bola) 27 400 10 5 ulin 0.02 0.54 Penyangga Atap Dapur ( Penyangga Dapureng) 6 300 6 4 meranti 0.01 0.0432 Penyangga Zeng depan ( Timpa Laja yolo ) 0 0 0 0 meranti 0 0 Penyangga Zeng Tengah ( Timpa Laja tenggah ) 6 400 6 4 meranti 0.01 0.0576 Penyangga Zeng Belakang ( Timpa Laja Monri) 6 300 6 4 meranti 0.01 0.0432 Anak Tangga Depan ( Ana anddengeng yolo) 13 45 18 2 ulin 0 0.02106 Ibu Tangga Depan ( Indo anddengeng yolo ) 2 230 20 5 ulin 0.02 0.046 Anak Tangga Belakang ( Ana anddengeng monri) 13 45 18 2 ulin 0 0.02106 Ibu Tangga Belakang ( Ana anddengeng monri) 2 230 20 5 ulin 0.02 0.046 Dinding Teras Depan (renring yolo lego-lego) 2 500 20 2 cendana 0.02 0.04 Dinding Teras Samping Kiri ( Renring kiri) 2 250 20 2 cendana 0.01 0.02 Dinding Teras Samping Kanan ( Renring kanan) 2 250 20 2 cendana 0.01 0.02 Dinding Badan Rumah depan( renring ale bola yolo) 40 800 20 2 cendana 0.03 1.28 Dinding Badan Rumah samping ( renring ale bola kiri) 30 300 20 2 meranti 0.01 0.36 Dinding Badan Rumah Kanan ( renring ale bola kanan) 30 300 20 2 meranti 0.01 0.36 Dinding Dapur Belakang ( Renreing dapureng monri) 12 300 20 2 meranti 0.01 0.144 Dinding Dapur kiri ( Renreing dapureng kiri) 12 300 20 2 meranti 0.01 0.144 Dinding Dapur Kanan ( Renring Dapureng Kanan) 12 300 20 2 meranti 0.01 0.144

Kosen Jendela 54 120 50 6 ulin 0.04 1.944

Jendela 18 120 20 2 ulin 0 0.0864

Pintu Depan (tange yolo) 6 95 25 2 meranti 0 0.0285

Pintu Belakang (tange monri) 6 95 25 2 meranti 0 0.0285 16.9069

Gambar

Gambar 1. Rumah Tradisonal Bugis   2.5. Rumah Panggung
Tabel 2. Luas Desa, Jarak, (Km) dan Ketinggian Dari Permukaan Air Laut  Kode  Desa  Desa/Kelurahan  Luas (Km2  )  Jarak Dari Ibukota  Kecamatan  (Km)  Jarak Dari IbuKota Kabupaten(Km)  Ketinggian Dari  Permukaan Air Laut (m)  001  Binuang  8,36  4,0  7  4,
Tabel 3. Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah
Tabel 4. Keadaan Curah Hujan Kecamatan Balusu Pada Tahun 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasional, kepuasan kerja terhadap

• Sarana Meditama Metropolitan (SAME) membukukan laba bersih pada Q1 2021 yaitu Rp 39,2 miliar, dibandingkan rugi (Rp 17,7 miliar) pada Q1 2020.. Sebagian besar kenaikan ini

Kerja Praktek (KP) merupakan salah suatu kegiatan akademik yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1 di Fakultas Informatika, kegiatan KP dilaksanakan dengan

Analisis Pengarush Harmonisa Terhadap Rugi-rugi Daya (Losses) Pada Transformator di Penyulang Sedap Malam I Gede Ariana, I G Dyana Arjana, I Wayan Rinas.. Analisis Pengaruh

Menurut Kusnandar (2010), produk yang cocok untuk pati yang dimodifikasi secara HMT adalah mie dan bihun dikarenakan metode ini menghasilkan pati dengan viskositas yang stabil pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara dalam bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Madrasah Ibtidaiyah Babussalam

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis: pengaruh faktor makro ekonomi melalui volume perdagangan saham, nilai tukar, dan suku bunga Indonesia terhadap