• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGAWAS PEMILU DALAM MENINGKATKAN KINERJA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGAWAS PEMILU DALAM MENINGKATKAN KINERJA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGAWAS

PEMILU DALAM MENINGKATKAN KINERJA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh

MUH. DANIAL

105721122416

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

i

PENGUATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGAWAS

PEMILU DALAM MENINGKATKAN KINERJA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

MUH. DANIAL

105721122416

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

ii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Haris DG. Ngalle dan Ibu Salma

DG. Ngai, selaku malaikat tak bersayap dalam hidupku serta

saudara-saudaraku yang tak pernah berhenti mendoakan saya

serta memberi nasehat, semangat, dukungan moril maupun materi.

2. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kepada kedua dosen pembimbing

yang selama ini telah meluangkan banyak waktunya untuk

membimbing,

menuntun

dan

mengarahkan

saya

dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Sahabatku serta mereka yang menyayangiku dan seluruh teman

kelas manajemen F-16 yang selalu membantu dalam mengerjakan

skripsi ini sampai selesai.

MOTTO HIDUP

“Banggalah dengan siapa dirimu, dan jangan malu dengan orang lain

melihatmu”

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu „alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil alamiin, wabihii nastaiinu ala umuruddunya waddiini. Wassalatu wassalamu ala khatimul anbiyai wal mursalin, wa ala alihi wa sahbihi ajmain. Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat yang terhingga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skrip-si ini sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studinya. Shalawat dan salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang benderang.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada Ayahanda Haris Dg. Ngalle dan Ibunda Salma Dg. Ngai, orang tua yang telah memberikan kasih sayangnya berupa bimbingan, semangat serta doa yang tak terhenti mengiringi langkah penulis. Terimakasih atas pendidikan hidup dan pengorbanan yang telah mereka dedikasikan dengan ikhlas. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmat-Nya.

Teruntuk adik-adikku tersayang Andini & Dina Andriani yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang serta motivasi yang dicurahkan kepada penulis selama ini. Juga kepada keluarga besar atas segala doa dan perhatiannya untuk keberhasilan penulis.

Tak lupa pula, terselesaikannya skripsi ini ini juga berkat dukungan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada :

(8)

vii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh Nur Rasyid, SE.,MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muhammad Rusydi.,M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Ibu Sitti Marhumi SE.,MM, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Kepada pimpinan dan pegawai kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Untuk saudara-saudariku seperjuanganku di Manajemen F.16 terima kasih telah menjadi bagian dari cerita-cerita indah dikampus langit biru.

10. Terima Kasih untuk Zulfitri dan sahabatku Irayani,Fitra Mustika yang selalu setia menemani dikala sedih dan bahagia, sahabat yang lebih berharga dari apapun.

(9)

viii

11. Terimakasih untuk semua rekan, sahabat dan saudara yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas doa dan bantuannya untuk semua pihak tidak sempat disebutkan, Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan nikmat yang jauh lebih besar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan sikap terbuka menerima kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi proses pembelajaran dan pengembangan diri bagi penulis dalam membuat karya tulis di masa depan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembacanya, Sekecil apapun pelajaran yang dapat mereka petik dalam skripsi ini, Amin ya rabbal alamin..

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar , 31 Januari 2021

(10)

ix

ABSTRAK

MUH. DANIAL, 2020. Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Muhammad Rusydi, Pembimbing II Sitti Marhumi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang diperoleh adalah hasil observasi dan wawancara dari kepala sub bagian SDM dan umum,staf bagian hukum,hubungan masyarakat,data dan informasi pegawai staf keuangan pada kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan Terkait pelaksanaan kapasitas pengawasan pada penyelenggaraan pemilu dilakukan dengan mengadakan dengan menyusun bimtek pengawas Ad Hoc karena mencakup semua materi pengawasan pemilu, seperti pengawasan, penindakan, penyelesaian sengketa, dan hukum.

(11)

x

ABSTRACT

MUH. DANIAL, 2020. Strengthening the Human Resources Capacity of Election Supervisors in Improving the Performance of the Supervisors for the General Election of South Sulawesi Province. Thesis Management Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Muhammad Rusydi, Supervisor II Sitti Marhumi.

This study aims to determine how the strengthening of the human resource capacity of election supervisors in improving the performance of the General Election Supervisory Board of South Sulawesi Province. This type of research used in this research is qualitative research. The data obtained are the results of observations and interviews from the head of the HR and general subdivision, legal staff, public relations, data and information on financial staff employees at the South Sulawesi Provincial Election Supervisory Agency office.

Based on the results of the research, it is known that the Strengthening of the Human Resources Capacity of Election Supervisors in Improving the Performance of the Supervisors of the General Election of South Sulawesi Province Regarding the implementation of the supervisory capacity in the election administration, it is carried out by arranging the AdHoc supervisory guidance because it includes all election supervision materials, such as supervision, prosecution, dispute resolution. , and law.

Keywords: Strengthening Human Resources Capacity, Election Supervisory Performance

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv HALAMAN PERNYATAAN ... v KATA PENGANTAR ... vi ABSTRAK ... ix ABSTRACT ... x DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teoritis ... 9

1.Sumber Daya Manusia ... 9

2.Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

3.Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 11

4.Pengertian Kinerja ... 15

5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 16

6.Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) ... 16

B. Tinjauan Empiris ... 18

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Fokus Penelitian ... 25

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Definisi Operasional ... 27

G. Instrumen Penelitian ... 30

H. Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 33

B. Hasil Penelitian ... 37

C. Pembahasan ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67 Lampiran

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Tinjauan Empiris………. 18

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2. Kerangka Konsep……… 22

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi

Lampiran 2. Transkrip Wawancara

Lampiran 3. DOKUMENTASI

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat seperti tercantum dalam undang-undang dasar 1945. Untuk melaksana kan asas-asas pancasila terutama dasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan rakyat yang harus membawakan suara hati nurani rakyat. Oleh karena itu maka cara pengisian lembaga-lembaga tersebut yang sesuai dengan asas-asas demokrasi pancasila ialah dengan pemilihan umum, Marsono (1997:1).

Dalam sebuah institusi, sumber daya manusia adalah bagian yang sangat penting, oleh karena itu sumber daya manusia penting bagi suatu institusi. Sebuah lembaga memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu membutuhkan manajemen yang baik dan benar. Keberhasilan dan kinerja keberuntungan disebuah institusi selesai pada jenis sumber daya manusia. Sebuah institusi untuk mencapai kesuksesan dan kesuksesan atas sungguh-sungguh memiliki kinerja yang baik untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, Sudarmanto (2009).

Pemilihan umum menurut Undang-undang adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

(18)

Indonesia. Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu), Anugerah (2018).

Pada saat sekarang, yaitu era reformasi, tuntutan untuk pemilu yang jujur dan adil semakin tinggi, dibuktikan dengan semakin kuatnya legal formal pembentukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di tingkat Pusat, ditingkat Provinsi sampai Pembentukan Panitia Pengawasan Pemilu ditingkat Kabupaten/Kota yang awalnya adhoc saja maka diusulkan agar menjadi permanen, Sholihah,dkk (Jurnal Wacana Politik.Vol 3, No 1, Maret 2018). Dalam pembentukan ini Bawaslu, Siagian (2001) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Secara umum, sebuah institusi dan organisasi dapat diwujudkan jika organisasi menanganinya dengan serius, karena manajemen atau perbaikan bersedia mendapatkan hasil yang baik. Peningkatan sumber daya manusia (pegawai) merupakan metode untuk mengembangkan kinerja pegawai dan kemampuan pegawai untuk mengembangkan kualitas kinerja dalam rangka mencapai tujuan bagi institusi dan organisasi, karena faktor-faktor berikut yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia itu sendiri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pegawai yang berpengalaman, pengalaman yang kuat dan luas untuk sebuah bidang. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, kewenangan dalam pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan KPU. Namun, menyusul putusan Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review yang dilakukan Bawaslu terhadap

(19)

Undang-3

Undang Nomor 22 Tahun 2007, perekrutan pengawas pemilu sepenuhnya merupakan kewenangan Bawaslu. Kewenangan utama Pengawas Pemilu menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 adalah mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, dan menangani kasus pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana pemilu, dan kode etik.

Untuk mencapai keteraturan jarak objek dan kebutuhan organisasi dengan objek keinginan pegawai, manajemen sumber daya manusia memfokuskan perhatian pada tiga hal utama pertama, merencanakan sumber daya manusia yang bergabung dan melihat berbagai tantangan peluang di masa depan sehingga dapat digunakan sebagai sumber daya manusia yang kompetitif. Yang kedua adalah mampu mengimplementasikan manfaat pengelolaan sumber daya manusia yang dicapai tanpa melepaskan berbagai anggaran laba yang berfungsi untuk mencapai kreativitas sumber daya manusia menjadi lebih baik, guna memenuhi objek dan kebutuhan lembaga, dan individu pegawai. Ketiga adalah dapat mengevaluasi manfaat pengelolaan sumber daya manusia untuk menyelesaikan penghargaan pengelolaan sumber daya manusia akan menyelesaikan berbagai kebijakan sumber daya manusia yang benar-benar berhasil, Sutrisno (2009).

Disiplin tinggi dan rendah dalam kinerja pegawai, dapat memengaruhi kompensasi yang mereka dapatkan. Sehingga pegawai yang tidak menghadiri pekerjaan, maka kerugian dipotong semakin besar, maka semakin sedikit pembayaran yang didapatkan. oleh karena itu, pegawai yang biasanya terlambat tiba dapat mengakibatkan waktu yang tidak berhasil yang dihabiskan untuk dapat mengatasi pekerjaan. Kemudian sumber daya manusia dibutuhkan sebagai wadah yang baik dalam meningkatkan kinerja.

(20)

Padahal makna demokrasi dalam penyusunan anggota pemerintah daerah setelah perubahan kedua uuD (UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta amanat Pasal 18 ayat (4) untuk mewujudkan melalui penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pengangkatan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada) yang langsung , menjadikan raison d'etre yang menjadi esensi dasar demokratisasi pengelolaan pemerintah daerah. Evaluasi kemajuan pilkada langsung periode 2005-2014, melahirkan pendapat bahwa pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota secara langsung selama ini, diliputi oleh maraknya berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi.

Hal itu menjadi dasar perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 a quo, dengan kerangka dasar pemisahan peraturan undangan tentang pemerintahan daerah terhadap peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan pilkada, dengan tujuan mewujudkan pelaksanaan pemilu secara demokratis berdasarkan prinsip-prinsip pemilu, yaitu langsung, publik, bebas, rahasia, jujur dan adil , yang dalam pelaksanaannya membutuhkan kemandirian dan kredibilitas penyelenggara pemilu untuk mewujudkan integritas proses dan hasil pemilu.

Perbaikan sistem perundang-basi pemilu untuk mewujudkan institusi penyelenggara pemilu yang independen, kredibel dan berintegritas, penting untuk pembentukan prinsip-prinsip pemilu dan terwujudnya integritas pilkada seperti di atas, sebagai bagian dari upaya memperkuat pranata demokrasi dan pengembangan sistem hukum. Hal ini terutama penanganan berbagai persoalan pemilu, baik dalam lingkup norma maupun pelaksanaan norma dalam aturan, antara lain manipulasi persyaratan pencalonan, validitas data

(21)

5

pemilih, politik uang dalam kampanye, penyalahgunaan wewenang dan intervensi struktur kekuasaan, serta penggelembungan hasil pemungutan suara sebagai fenomena umum di hampir setiap pelaksanaan pemilu, yang melibatkan penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan/atau masyarakat

Hal ini ditunjukkan dalam kinerja Bawaslu yang kesulitan mempraktikkan bentuk perekrutan anggota Panitia Pemilihan Kepala Daerah sebagaimana diatur dalam UU No 22/2007. Memang, pada tahap awal kesulitan itu terjadi karena Bawaslu harus mengandalkan kesediaan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam menyerahkan calon anggota Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Namun setelah MK memutuskan ketergantungan Bawaslu menghadapi masalah yang tidak kalah serius jika soal rekrutmen Panwas Pemilu saja, Bawaslu mengalami banyak kesulitan, bisa dibayangkan sulitnya lembaga ini dalam memimpin panwas pemilu, khususnya Panwas Pilkada Kabupaten/Kota. Jajaran organisasi dari nasional langsung ke kabupaten/kota (tanpa melewati provinsi), jelas menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan pengawasan. Arahan, koordinasi, pengendalian, dan pengendalian organisasi tidak berjalan efektif sehingga fungsi pengawasan pemilu tidak dapat dimaksimalkan fakta ini yang disampaikan Bawaslu kepada Komite Perubahan atas UU No 22/2007, sehingga mereka berhasil meyakinkan anggota parlemen untuk memanen Panwaslu Provinsi menjadi Provinsi Bawaslu. Menurut Bawaslu, keberadaan Bawaslu Provinsi, tidak hanya menjamin keberlangsungan kerja pengawasan, tetapi juga mempermudah pengendalian organisasi pengawas pemilu, terutama dalam mengelola pemilu yang jadwalnya tersebar. Bawaslu menjamin Bawaslu Provinsi akan meningkatkan efektivitas kerja pengawasan

(22)

pemilu. Itulah sebabnya UU No 15/2011 menaikkan status Provinsi Panwaslu menjadi Bawaslu Provinsi.

Masalahnya, apakah penguatan organisasi ini mampu meningkatkan efektivitas pengawasan, jika organisasi dapat diperkuat, maka tugas dan tanggung jawab tidak akan meningkat, jika penguatan dapat menjamin penguatan kinerja lembaga. Berikut ini akan membahas tugas dan tanggung jawab pengawas pemilu. Kemudian solusi lain dalam penelitian ini menawarkan manajemen sumber daya manusia untuk ditawarkan. Sarwono mengatakan, setidaknya ada 5 usaha yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, yaitu manajemen, pendidikan, program pembinaan, rekrutmen, dan perubahan sistem.

Upaya mengatasi permasalahan di atas menjadi landasan pijak penguatan kedudukan kewenangan kelembagaan pengawas Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana amanat Pasal 22E ayat (5) UUD Tahun 1945. Keberadaan pengawas Pemilu dalam tinjauan politik dan hukum administrasi, bersifat penting untuk menghindari delegitimasi proses dan hasil Pemilu, serta antisipasi perkembangan berbagai tindak pelanggaran berdasarkan tata hukum secara, guna perkuatan kepercayaan masyarakat atas berbagai permasalahan sistem kepemiluan. Keberadaan pengawas Pemilu yang kuat tidak terlepas dari pentingnya mekanisme pengawasan demi terwujudnya Pemilu yang berkualitas.

Berdasarkan uraian masalah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan“

(23)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut. maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana penguatan kapasitas sumber daya manusia pengawas pemilu dalam meningkatkan kinerja badan pengawas pemilihan umum provinsi Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penguatan kapasitas sumber daya manusia pengawas pemilu dalam meningkatkan kinerja badan pengawas pemilihan umum provinsi Sulawesi selatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diinginkan untuk meneruskan pendapat gagasan penjelasan dan anggapan pelajaran tentang penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja badan pengawas pemilihan umum provinsi Sulawesi selatan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis

hasil penelitian ini sebagai sebagai sarana pengaplikasian berbagai teori yang diperoleh selama bangku perkuliahan dengan prakteknya di lapangan.

b. Bagi akademis

penelitian ini diharapkan memberi sumbangan karya ilmiah untuk mendukung wacana keilmuan bagi perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(24)

Unismuh Makassar serta bisa dijadikan rujukan penelitian berikutnya tentang manajemen sumber daya manusia.

c. Bagi pihak instansi

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam menciptakan yang berprestasi atau peningkatan kinerja sumber daya manusia lainnya.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia sering disebut sebagai Sumber Daya Manusia, tentang atau kekuatan manusia. Sumber daya yang juga disebut sumber energi, kemampuan, kekuatan, keterampilan yang dimiliki oleh manusia, dimiliki juga oleh organisme lain, misalnya: pada hewan, tanaman. Manusia sebagai perencanaan, pelaksanaan kontrol, dan evaluasi suatu pembangunan dan menikmati hasil evaluasi sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan, karena manusia memiliki peran yang sangat menentukan, Fathoni ( 2006).

Menurut Sutrisno (2009) bahwa sumber daya manusia adalah sumber daya manusia'' tetapi ada juga ahli untuk menyamakan sumber daya manusia dengan tenaga kerja (tenaga kerja). Bahkan sebagai pribadi termasuk pemahaman sumber daya manusia dengan pribadi, (personil, kepegawaian, dan sebagainya).

Menurut H. Hadari Nawawi mengatakan bahwa setiap jenis sumber daya manusia dapat dilihat sebagai berikut:

a) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (juga disebut personel, tenaga kerja, pekerja, atau karyawan).

b) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang manusiawi sebagai gerakan organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

(26)

c) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan aset dan berperan sebagai modal (non material/non-finansial) dalam suatu organisasi usaha, yang dapat diwujudkan menjadi potensi riil (nyata) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengelolaan sumber daya manusia menurut Gouzali, dikutip kadarisman, pengembangan sumber daya manusia merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh organisasi, sehingga pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka. Dengan kegiatan pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan oleh organisasi.

Menurut Henry (2004) manajemen sumber daya manusia adalah prosedur berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok organisasi atau perusahaan dengan orang yang tepat untuk ditempatkan di posisi dan posisi yang tepat pada saat organisasi membutuhkannya. Manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui pihak lain, Stoner mendefinisikan bahwa istilah manajemen dibagi menjadi empat fungsi spesifik manajer, yaitu perencanaan, pengorganisasian, terdepan dan pengendalian. Dengan kata lain, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan berbagai bisnis dan semua sumber daya termasuk sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan dan tujuan organisasi.

(27)

11

Berikut adalah beberapa pemahaman Tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut para ahli:

a) Menurut Hasibuan (2004) MSDM merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

b) Menurut Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008) MSDM merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada penetapan peran sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi. Berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa pengaturan yang dimaksud lebih menekankan pada aspek sistem, sementara sumber daya manusia menekankan aspek manusia sebagai pendorong sistem yang memiliki kemampuan tertentu.

Berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa pengelolaan sumber daya manusia dapat produktif jika memiliki konsep yang efektif, sedangkan menurut Malayu S.P.Hasibuan fungsi pengelolaan sumber daya manusia meliputi perencanaan, penyelenggaraan, pemeliharaan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, disiplin, dan pemecatan.

3. Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kapasitas dan kemampuan seseorang adalah kekuatan dan kebijakan yang berarti bahwa seseorang yang memiliki kebijakan atau kekuasaan dapat melakukan segala sesuatu yang diwujudkan oleh tindakan, dapat meningkatkan kapasitas kerja. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas merupakan upaya untuk meningkatkan

(28)

keterampilan seseorang sehingga pegawai memiliki keterampilan yang lebih produktif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, Nasution (2011:1).

Pengertian mengenai capacity building atau penguatan kapasitas yang dijabarkan oleh para ahli. Menurut beberapa para ahli capacity

building suatu pembangunan kapasitas, penguatan kapasitas, dan

peningkatan kapasitas. Akan tetapi ditemui perbedaan dalam arti kata

building,dan secara garis besar yang menjadi inti pembahasan yaitu

pembahasan tentang kapasitas itu sendiri. Secara spesifik kapasitas diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melaksanakan sesuatu dalam rangka mencapai orientasi yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dipaparkan oleh Grindle dalam Haryono (2012:39) “capacity building is

intended to encompass a variety of strategies that have to do with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government performance” (penguatan kapasitas yaitu suatu upaya untuk

mengembangkan berbagai macam strategi yang dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja pemerintah).

Dalam suatu proses dan tahapan dari penguatan kapasitas atau pengembangan kapasitas, ada komponen yang dapat diperhatikan agar pengembangan kapasitas dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan. Potter & Brough (2004:341) menggambarkan sembilan komponen dalam pengembangan kapasitas sebagai berikut:

a. Performance capacity (kapasitas kinerja): Apakah alat, uang, peralatan, bahan habis pakai, dan lain-lain tersedia untuk melakukan pekerjaan itu.

(29)

13

b. Personal capacity (kapasitas pribadi): Apakah individu cukup berpengetahuan, terampil dan percaya diri untuk melakukan sesuatu dengan benar? Apakah mereka membutuhkan pelatihan, pengalaman, atau motivasi? Apakah mereka kurang baik dalam keterampilan teknis, keterampilan manajerial, kemampuan interpersonal, kemampuan sensitivitas gender, atau keterampilan spesifik lain terkait peran.

c. Workload capacity (kapasitas beban kerja): Apakah ada staf dengan keterampilan yang cukup luas untuk mengatasi beban kerja, apakah deskripsi pekerjaan yang diberikan dapat dilakukan.

d. Supervisory capacity (kapasitas pengawas): Apakah ada pelaporan dan pemantauan sistem di tempat, Apakah ada akuntabilitas yang jelas dapat pengawas fisik memantau staf di bawah mereka, Apakah ada insentif yang efektif dan sanksi yang tersedia.

e. Facility capacity (kapasitas fasilitas): Apakah tempat pusat pelatihan cukup besar dengan staf yang tepat dalam jumlah yang cukup.

f. Support service capacity (kapasitas layanan pendukung): Apakah ada laboratorium, lembaga pelatihan, staf administrasi, binatu, fasilitas penelitian, layanan kontrol kualitas, mereka mungkin disediakan oleh sektor swasta, tetapi mereka diwajibkan

g. Systems capacity (kapasitas sistem): Apakah arus informasi, uang, dan manajemen pengambilan keputusan berfungsi secara tepat dan efektif, apakah staf ditransfer tanpa mengacu pada keinginan manajer lokal, mungkinkah pelayanan sektor swasta dikontrak jika diperlukan, apakah ada komunikasi yang baik dengan masyarakat.

(30)

h. Structural capacity (kapasitas struktural): Apakah ada forum di mana diskusi lintas sektor dapat terjadi dan keputusan perusahaan dibuat. i. Role capacity (kapasitas peran): ini berlaku untuk individu, untuk tim

dan untuk struktur seperti komite. Apakah mereka telah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk membuat keputusan penting untuk kinerja yang efektif seperti mengenai jadwal, uang, staf, dan lain-lain.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa Penguatan kapasitas adalah proses atau kegiatan memperbaiki kemampuan seseorang, kelompok, organisasi atau sistem agar tercipta kinerja yang lebih baik dan tanggap terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat mencapai tujuan. Ada tiga hal yang dapat dipahami dari capacity building atau penguatan kapasitas yaitu: peningkatan sumber daya manusia, penguatan organisasi dan sistem yaitu reformasi kelembagaan.

Menurut Grindle dalam Haryono (2009:39) mengemukakan bahwa suatu pengembangan kapasitas sumber daya manusia adalah “initiatives to develop human resources generally seek the capacity of

individuals to carry out their professional and technical responsibilities”.

Pergerakan untuk mengembangkan SDM secara umum berusaha untuk peningkatan kapasitas individu dalam menjalankan tanggung jawabnya secara profesional dan meningkatkan kemampuan teknisnya, Haryono, (2012).

Dalam, berbagai pengertian kapasitas dan penguatan kapasitas sumber daya manusia dapat diketahui bahwa penguatan atau pengembangan kapasitas dilihat melalui siklus tahapan pengembangan

(31)

15

kapasitas yang terdiri dari lima tahap yaitu pelibatan stakeholders, penilaian kapasitas, menentukan respon pengembangan kapasitas, implementasi respon pengembangan kapasitas, dan evaluasi pengembangan kapasitas.

4. Pengertian Kinerja

Menurut Nawawi (2013) kinerja (performance) merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan tersebut dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu,kinerja karyawan dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

a) Keputusan atas segala aturan yang telah ditetapkan organisasi

b) Dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan tanpa kesalahan atau dengan tingkat kesalahan yang paling rendah

c) Ketetapan dalam menjalankan tugas

Menurut Gibson ( 1996 ) kinerja karyawan adalah hasil yang diinginkan dari pelaku. Kinerja karyawan adalah tingkat terhadapnya para karyawan mencapai persyaratan pekerjaan ( Simamora: 2004 ). Penilaian kinerja pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif dari kinerja pelaksanaan pekerjaan. Menurut Mathis ( 2006 : 113 ) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu kemampuan karyawan untuk pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang diterimanya. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun, aktivitas manajemen sumber daya manusia harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah apabila perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di tempat kerja.Faktor – faktor yang mempengaruhi karyawan

(32)

dalam bekerja, yaitu kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi.

Kinerja karyawan yaitu bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan organisasi. Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Sutrisno (2015).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2005) mengatakan, kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Individu yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi

b. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran, dan motivasi

c. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan desain pekerjaan

5. Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)

Menurut Marsono (1996:2) pemilihan umum adalah suatu alat yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal yang menceritakan rakyat, tetapi harus menjamin suksesnya perjuangan orde baru. 32 Yaitu tetap tegaknya Pancasila dan dipertahankannya Undang-Undang Dasar 1945.

(33)

17

Pengawasan pemilu merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan untuk mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Pada bagian berikutnya, pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan, Yosa (2010).

Dalam konteks manajemen publik, pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pengawasan bermakna penting dengan penerapan tata kelola manajemen pemerintahan yang baik, Sadjijono (2008). Sedangkan, menurut pendekatan hukum administrasi, pengawasan dimaknakan sebagai proses kegiatan membandingkan terhadap apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan. Hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai dimana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan, untuk selanjutnya menemukan penyebab permasalahan yang mengemuka.

Dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 1 ayat 16 dinyatakan bahwa Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bawaslu memiliki perangkat organisasi antara lain Bawaslu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) –berada di

(34)

wilayah desa/kelurahan atau sebutan lainnya serta Pengawas Pemilu Luar Negeri (PPLN) yang bertugas di negara lain.

Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2011 dinyatakan bahwa Bawaslu beserta jajarannya bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis. Sesuai dengan slogan yang kerap disampaikan dalam berbagai forum Bawaslu yakni “pencegahan berorientasi pada hasil dan penindakan berorientasi pada proses”. Lebih lanjut dalam Pengawasan Pemilu menurut Pasal 1 Angka 25 Peraturan Bawaslu Nomor 11 tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum adalah kegiatan mengamati, mengkaji, memeriksa dan menilai proses penyelenggaraan Pemilu sesuai peraturan perundang-undangan.

B. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris adalah tinjauan yang diperoleh dari observasi atau percobaan.Tinjauan empiris ini merupakan informasi yang membenarkan suatu kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris. Berikut ini sebagian contoh tinjauan empiris tentang penguatan kapasitas sumber daya manusia pengawas pemilu dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor bawaslu provinsi Sulawesi selatan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

(35)

19

Tabel 2. 1. Tinjauan Empiris

No Nama Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Dedeh Haryati (2012) Penguatan Peran Panwaslu Dalam Pemilukada (Studi Kasus: Pemilukada Kabupaten Jembrana) Metode Penelitian Deskriptif Panwaslu dalam pelaksanaan Pemilukada belum optimal karena belum diberi peran yang luas, masih merupakan lembaga ad hoc, dan pola

rekrutmen yang belum baik. Disarankan, agar memperluas kewenangan Panwaslu, pembentukannya bukan sebagai lembaga ad hoc; dan pola rekrutmennya diperketat dengan persyaratan yang memadai. 2 Andi Samsu Alam dan Ashar Prawitno. 2015 Pengembangan Kapasitas Organisasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone Metode Penelitian Deskriptif

Hasil temuan dari penelitian diketahui: (1) pengembangan

Kapasitas sumber daya fisik secara umum cukup baik, indikatornya yaitu sumber daya fisik, struktur

organisasi, keuangan, perangkat hukum (aturan), dan sarana dan prasarana, hanya satu indikator yang mendapat penilaian kurang baik, yaitu kapasitas perangkat hukum; (2) pengembangan kapasitas proses operasional (ketatalaksanaan) secara umum baik dengan indikatornya

(36)

yaitu prosedur kerja, budaya kerja, dan kepemimpinan; (3) pengembangan

kapasitas sumber daya manusia, indikatornya yaitu pengetahuan pegawai, keterampilan pegawai, serta

perilaku dan etika kerja 3 Erwin Prima Rinaldo. 2016 Penguatan Kelembagaan Pengawas Pemilu Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Teknik Analisis Kualitatif

kerja dan penata usaha keuangan, serta lemahnya kualitas Peraturan-Peraturan Bawaslu yang menghambat efektivitas fungsi kelembagaan. 4 Choiriyah Basnawi. 2017. Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Melalui

Clinic center oleh Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Pengelolaan Keuangan Daerah (Upt-Lpkd) Jawa Timur Teknik Analisis Kualitatif Pengembangan

kapasitas sumber daya manusia melalui Clinic Center oleh UPT-LPKD Jawa Timur secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik. Kekurangan hanya terdapat pada tahap evaluasi pengembangan kapasitas. Temuan data hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa bentuk evaluasi dalam kegiatan

pengembangan

kapasitas masih sangat minim. Evaluasi

dilakukan dalam bentuk follow up melalui

telepon dengan menanyakan apakah solusi hasil dari

kegiatan diskusi sudah dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. 5 Nofi Hasanudi Pengembangan Kapasitas Sumber Teknik Analisis Berdasarkan hasil temuan peneliti, maka

(37)

21

n. 2015. Daya Manusia Aparatur Pemerintah Daerah (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jember)

Kualitatif saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan kapasitas SDM Aparatur harus menjadi prioritas pada Pemerintah Kabupaten Jember, karena SDM yang berkualitas akan mampu mendorong

terbentuknya kinerja organisasi yang optimal; 2) Dalam melaksanakan tugasnya seharusnya para aparatur ditempatkan sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga profesional dalam menyelesaikan tugasnya dan profesional dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat; 3) pengelolaan anggaran yang ada seharusnya dilakukan dengan cara yang benar dan tepat sasaran, agar tidak terjadi penyimpangan atau pemborosan. 6 LAN (2015) Strategi penguatan kapasitas Pusat pembinaan analis kebijakan (Pusaka) LAN RI Teknik Analisis Kualitatif

Program ini berupaya memperkuat peran PUSAKA dan Analis Kebijakan melalui pengembangan jejaring kerja PUSAKA dengan stakeholder seperti Kementerian/ Lembaga/Pemda/donor yang terkait dengan pembinaan JFAK, baik terkait secara langsung maupun tidak langsung. 7 Ricky

Febriansy ah, Ana Husnayati (2019)

Analisis Beban Kerja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam Penguatan Kapasitas Aparat Teknik Analisis Kualitatif

Dari hasil penghitungan FTE, beban kerja KPPS masuk dalam kategori overload, rata-rata di atas 2. Dengan adanya data FTE ini maka sebagai rekomendasi

(38)

Menggunakan Metode Fte (Full Time EquivalenT) Pada pemilihan umum serentak tahun 2019 Di kabupaten bangka tengah bagi penyelenggaraan pemilu agar tidak memberikan beban kerja yang berat bagi KPPS.Menyederhanaka n sistem pemilu dan memperhatikan dengan menyiapkan tenaga medis agar dapat memberikan pertolongan jika ada anggota KPPS yang mengalami kecelakaan kerja.

(39)

23

C. Kerangka Konsep

Menurut Ridwan (2009) Kerangka konsep dalam penelitian ini akan menuntun para penulis untuk mencari data dan informasi dalam penelitian ini untuk menyelesaikan permasalahan. Berikut ini adalah gambaran kerangka konsep Penguatan Kapasitas SDM Pengawas Pemilu dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan:

(40)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, judul dalam penelitian ini adalah Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilu Provinsi Sulawesi Selatan. Konsep penelitian kualitatif sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses dan sarana yang tidak diteliti dengan cara yang terukur, menurut Agus Salim (2001:1). "dijelaskan lebih lanjut bahwa, dilihat dari kualitas, jumlah intensitas, atau frekuensi dan menekankan sifat realitas yang dibangun secara sosial". Dengan demikian diperlukan penelitian kualitatif turun ke lapangan untuk mendapatkan data.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007 : 5) adalah "pengumpulan data dalam pengaturan alami, menggunakan metode alami, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alami". Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan peristiwa atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi selama penelitian dengan menyajikan apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Nazir (2005 : 54) Metode deskriptif adalah metode untuk meneliti status kelompok manusia, objek, serangkaian kondisi, sistem pemikiran, atau kelas peristiwa hari ini.

(41)

25

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada pembatasan studi kualitatif sambil membatasi penelitian untuk memilih data mana yang relevan dan mana yang tidak relevan, Moleong (2010). Keterbatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat minat masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana Memperkuat Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilu Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana objek utamanya adalah ketua BAWASLU Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada tahap awal yang dilakukan oleh para peneliti dalam memulai penelitian ini mampu menentukan lokasi untuk melakukan penelitian. Lokasi penelitian ini berada di kantor BAWASLU Provinsi Sulawesi Selatan Jalan A. P. Pettarani No.98, Buakana, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada Oktober - November 2020.

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, sebagai berikut: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran berbagai referensi yang terkait dengan Penguatan Kapasitas Sumber

(42)

Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut data sekunder terdiri yaitu buku- buku, undang-undang, artikel, majalah, kamus, dan bahan acuan lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian ini secara umum terdiri dari data yang bersumber dari penelitian lapangan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Dalam sebuah observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan. Observasi dalam penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi subjektif di sekitar lokasi penelitian. Beberapa informasi yang akan diperoleh dari hasil pengamatan adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, benda, perbuatan, peristiwa atau kejadian waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan pengamatan adalah untuk menyajikan gambaran perilaku atau peristiwa yang realistis, dan untuk evaluasi yaitu, untuk mengambil pengukuran aspek-aspek tertentu melakukan umpan balik tentang pengukuran tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi lisan melalui tanya jawab dan tatap muka dengan orang-orang yang memberikan informasi untuk objek masalah yang dilakukan oleh peneliti. Fitur utama dalam wawancara adalah hubungan tatap muka

(43)

27

antara pencari informasi (wawancara atau informan) dan sumber informasi (wawancara).

Sugiyono (2008: 233) mengatakan bahwa jenis wawancara ini mencakup "wawancara gratis, wawancara berjudul baik, dan wawancara gratis". Wawancara gratis adalah pewawancara gratis untuk bertanya apa pun, tetapi juga ingat data apa yang dikumpulkan. Wawancara utama adalah wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan serangkaian pertanyaan dan detail. Wawancara gratis dan wawancara yang diinstruksikan.

3. Dokumentasi

Dalam pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan kepada subjek penelitian. Dalam penelitian ini, dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari pengamatan dan wawancara. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama beberapa arsip, dan juga buku tentang opini, teori, bukti atau undang-undang terkait masalah penyelidikan, Nawawi (2001:133). Pertimbangan penelitian menggunakan teknik dokumentasi karena dokumentasi adalah sumber data yang stabil, menunjukkan fakta yang telah berlangsung dan mudah diperoleh.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk menghindari terjadinya penafsiran. Adapun definisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

(44)

1. Penguatan kapasitas sumber daya manusia merupakan suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

Adapun indikator dari penguatan kapasitas sumber daya manusia meliputi pada

a. Performance capacity (Kapasitas kinerja)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja baik dari aspek kuantitas maupun kualitas pegawai bawaslu dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

b. Personal capacity (Kapasitas Pribadi)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek manajemen diri dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

c. Workload capacity (Kapasitas Beban Kerja)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek memenuhi tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum. d. Supervisory capacity (Kapasitas Pengawas)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek melakukan pengawasan yang sesuai dengan prosedur pelaksanaan dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

(45)

29

e. Facility capacity (Kapasitas Fasilitas)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek kemampuan menggunakan dan mengoperasikan sarana dan prasarana dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

f. Structural capacity (Kapasitas Struktural)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek kemampuan pegawai dalam berkoordinasi dengan rekan kerja dalam melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

g. Role capacity (Kapasitas Peran)

Suatu proses peningkatan kemampuan kerja pegawai bawaslu pada aspek menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaksana pengawasan dalam penyelenggaran pemilihan umum.

2. Kinerja pegawai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Adapun indikator dari variabel kinerja meliputi pada a. Tahap Perencanaan

Suatu proses pegawai bawaslu dalam merencanakan, menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan yakni terselenggaranya pemilu yang jujur dan berjalan sesuai tujuan.

(46)

b. Tahap Pelaksanaan

Suatu proses pegawai bawaslu dalam Menyusun, menerima, menetapkan, menetapkan aturan, sampai pada tahap pemungutan suara.

c. Tahap Pelaporan

Suatu proses pegawai bawaslu menganalisis dan menyajikan hasil pengawasan pelaksanaan pemilu.

G. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Observasi

Instrumen dalam sebuah Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala, fenomena atau objek yang diteliti. Dalam hal ini objek yang diteliti Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu Dalam Meningkatkan Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan. Secara psikologis, pengamatan juga disebut pengamatan yang mencakup konsentrasi perhatian terhadap suatu objek menggunakan alat sensorik. Penelitian ini menggunakan pengamatan sistematis dengan menggunakan pedoman. Ini dilakukan oleh penulis berdasarkan pertimbangan tentang kemampuan penulis dengan objek yang dipelajari.

2. Instrumen Wawancara

Dalam wawancara atau wawancara adalah teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi lisan melalui tanya jawab dan tatap muka dengan orang yang dapat memberikan informasi.

(47)

31

H. Metode Analisis Data

Dalam sebuah penggunaan Metode analisis data menurut, Moleong (2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengatur data, memilahnya menjadi unit yang dapat dikelola, konsistensi, menemukan dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diberitahukan dengan orang lain.

Dalam melakukan pendataan di lapangan peneliti juga melakukan analisis data. Semua data yang telah kemudian dapat diolah menjadi tiga baris analisis data kualitatif, yaitu pengurangan data, presentasi data, dan gambar kesimpulan. Tahap analisis data primer dan sekunder yang dilakukan para peneliti digambarkan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Pengurangan data adalah proses pemulihan, memfokuskan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang muncul dari beberapa catatan tertulis di lapangan. Catatan tertulis yang disebut buku harian diperoleh dari wawancara dan pengamatan partisipasi terbatas yang dipilih berdasarkan kategori data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Berdasarkan konsep tersebut, data sesuai dengan pertanyaan penelitian digunakan sebagai bahan referensi secara tertulis.

2. Penyajian Data

Data yang berkurang kemudian disajikan dengan penyusunan seperangkat informasi sehingga memungkinkan kesimpulan dan

(48)

pengambilan tindakan. Selanjutnya, mempresentasikan hasil penelitian, paparan dilakukan dengan tetap berdasarkan sudut pandang peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam hal ini juga termasuk verifikasi kesimpulan tersebut. Ini berarti bahwa selama penelitian, sebelum merumuskan kesimpulan akhir, para peneliti melakukan proses lain yang berupaya meninjau berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, baik dalam bentuk tinjauan pada catatan lapangan maupun konfirmasi berbagai temuan yang telah disusun oleh para peneliti.

(49)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan bahwa keterbukaan informasi tidak hanya terkait dengan mandat peraturan atau peraturan. Keterbukaan informasi merupakan bagian dari kewajiban yang harus dipatuhi. Sebab, masyarakat memiliki hak atas informasi.

Untuk itu, Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). PPID dibentuk untuk menjawab kebutuhan hak informasi publik. PPID Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk sejak 2018. Pembentukan ini menyusul terbitnya Peraturan Bawaslu Nomor 10 Tahun 2019 tentang Keterbukaan Informasi.

Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan hingga kini terus menyesuaikan formasi ppid. Sehingga pada April 2019, Bawaslu Sulawesi Selatan memperbarui SK tentang pembentukan PPID. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Ketua Bawaslu Sulawesi Selatan Nomor: 023/SN/HM.00/X/2019 tentang pembentukan Tim Pelaksana PPID Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan.

Struktur organisasi Pejabat Informasi dan Dokumentasi di Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut:

1. Pengarah

(50)

2. PPID/Penanggung Jawab PPID

Divisi Humas dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan

3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi;

Kepala Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan

4. Bidang Pengolahan Data dan Informasi Penindakan Pelanggaran terdiri dari:

a) Kepala Sub Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga;

b) Staf Pendukung Sub Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga.

5. Bidang Pengolahan Data dan Informasi Administrasi terdiri dari:

Kepala Sub Bagian Administrasi; dan Staf Sub Bagian Administrasi;

6. Bidang Pelayanan Data dan Informasi Pengawasan Pemilu, terdiri dari: a) Staf Sub Bagian Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu; b) Staf Pendukung Sub Bagian Teknis Penyelenggaraan Pengawasan

Pemilu; 7. Desk Informasi

(51)

35

8. Visi dan Misi a. Visi

Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga pengawal terpercaya dalam penyelenggaraan pemilu demokrasi, bermartabat dan berkualitas. b. Misi

1) Membangun aparatur dalam kelembagaan pengawas pemilu yang kuat, mandiri dan solid;

2) Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;

3) Memperkuat system control nasional dalam satu manajemen pengawasan yang terstruktur, sistematis, dan integrative berbasis tekhnologi;

4) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif;

5) Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan; 6) Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan

(52)

Gambar 4. 1. Struktur PPID ALAMAT

Jl. A. P. Pettarani No.98, Buah Kana, Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222

Telp: 0411-444014 / Fax: 0411-444006

Email: set.sulsel@bawaslu.go.id / sdmbawaslu.sulsel@yahoo.co.id

(53)

37

B. Hasil Penelitian

Dalam mendukung terlaksananya pemilihan umum serentak di tahun 2019, Bawaslu sebagai badan pengawas pemilihan umum tentu saja senantiasa melakukan persiapan-persiapan dalam penyelenggaraan pemilu agar berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, termasuk juga pada pembekalan pada sumber daya manusianya sebagai pelaksana pengawas, sehingga dilapangan benar-benar bekerja dan memahami fungsinya secara maksimal.

Adapun upaya yang dilakukan dalam pembekalan sumber daya manusia atau petugas yang selanjutnya terpilih dilakukan melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam pemilu yang melibatkan Bawaslu sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu; 2. Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;

3. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan.

4. Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Pemilu 2019 yang dimulai pada Oktober 2017 dilaksanakan berdasarkan UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2017, dimana UU ini merupakan penyatuan penataan penyelenggara pemilu untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta untuk memilih anggota DPRD, serta pengaturan tentang penyelenggara pemilu yang menyelenggarakan pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum, Dewan Pengawas Pemilu, dan Dewan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan

(54)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu memberikan Penguatan kepada Bawaslu dalam melakukan pencegahan dan penindakan dengan kewenangan memutuskan terhadap sengketa proses Pemilu dan pelanggaran administrasi, serta secara kelembagaan untuk melaksanakan kewenangan tersebut diperkuat dengan panen pengawas Pemilu di tingkat kabupaten/kota kepada Bawaslu Kabupaten/Kota, serta penambahan jumlah anggota Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang, dan Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang, penguatan Bawaslu dalam kewenangan dan penguatan kelembagaan yang diamanatkan undang-undang harus dapat dilaksanakan dalam kerja pengawasan pemilu demi terwujudnya pemilu

Bawaslu sebagai penanggung jawab pelaksanaan pengawasan pelaksanaan pemilu dan penyelenggaraan pemilu dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya, membagi fungsi koordinasi di beberapa divisi, yaitu: Divisi Hukum, Divisi Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga, Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran Pemilu , dan Pembagian Penyelesaian Sengketa Pemilu, yang dalam pelaksanaan Pengawasan tahun 2017 dilaksanakan dalam program dan kegiatan masing-masing divisi , dengan penyusunan tata cara Pengawasan Pemilu dan Pilkada, organisasi pengawas pemilu, penganggaran, pencegahan, penindakan dan penyelesaian sengketa proses Pemilu.

Selanjutnya seperti yang dijelaskan oleh beberapa informan yang merupakan penanggung jawab langsung dalam Lembaga independen yang ditempatkan sebagai pengawas menjelaskan upaya penguatan sumber daya

(55)

39

manusia yang dilakukan sebelum penyelenggaraan pemilu 2019 dilaksanakan diuraikan sebagai berikut:

1. Performance capacity (Kapasitas kinerja)

Kapasitas kinerja dilakukan oleh Bawaslu terhadap petugas yang tergabung didalamnya menjadi pengawas pemilihan umum dilakukan dengan mengadakan pelatihan Bimtek. Pelatihan bimtek ini meliputi pada pembagian beberapa kelas penyusunan Modul yang terbagi menjadi kelas penyusunan Modul SDM, PHL dan HPP.

Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang informan AY yang merupakan anggota Divisi sumber daya manusia dan organisasi menjelaskan:

“BIMTEK dilakukan dengan tujuan agar petugas-petugas yang berwenang tau dong tugasnya secara teknis”

Penguatan sumber daya manusia melalui kegiatan BIMTEK ini bertujuan untuk menguatkan kapasitas kinerja petugas secara teknis Ketika berada di lapangan. Secara kasat mata kerja bawaslu memang terlihat enteng, hanya pada pengawasan saja, namun secara teknis tidak sesederhana yang terlihat.

Penjelasan lebih lanjut diberikan salah seorang anggota bagian Humas dan hubungan antar Lembaga AY menambahkan bahwa:

“BIMTEK yang dilakukan itu ada banyak bidang, namun umumnya memang secara teknis, seperti yang lalu, bimtek yang dilakukan itu berkenaan dengan Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan”

Pengelolaan bimtek dalam hal keuangan dan perbendaharaan merupakan bidang yang sangat penting karena sedikit melenceng dapat berakibat hukum. Tujuan dari Bimtek pengelolaan keuangan dan perbendaharaan adalah untuk terciptanya ketertiban pengelolaan keuangan

(56)

di lingkungan Bawaslu dengan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Apalagi, Panwaslu tingkat Provinsi Sulsel saat ini masih bersifat ad

hoc sehingga diperlukan adanya pelatihan dan pemahaman dalam

mengelola dana hibah. Hal ini dalam rangka mendukung terselenggaranya Pilkada serentak dengan tetap menjaga good governance pengelolaan dana hibah langsung sesuai aturannya.

Bawaslu tingkat Provinsi Sulsel berupaya memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan operator aplikasi Sistem Akuntansi Satuan Kerja (SAS) di jajaran Panwas tingkat Provinsi Sulsel sehingga dapat menghasilkan bendahara dan operator SAS yang memiliki motivasi, handal, dan berkualitas.

Seperti yang dijelaskan oleh informan sebelumnya, informan FH yang merupakan divisi sumber daya manusia Kembali menjelaskan bahwa:

"Pengelola keuangan harus menunjukkan kinerjanya yang terbaik. Selain harus menyukseskan Pilkada atau Pemilu, jajaran pengawas juga harus menyukseskan pengelolaan keuangan”

Bimtek ini diikuti BPP Bawaslu Provinsi, BPP dan operator SAS Panwas Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Selatan.

Selanjutnya informan yang berbeda dari divisi lain yang berasal dari Divisi pengawasan Kembali Z mengungkapkan terkait pelaksanaan BIMTEK bahwa:

“Bimtek yang dilakukan selain pada aspek pengelolaan keuangan juga dilakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk Pengawas Kelurahan/Desa (PKD) jelang pemungutan suara. Nah setelah mengikuti bimtek, tugas bapak ibu yang merupakan panwas selanjutnya akan memberikan pemahaman kepada Pengawas TPS terkait tugas, wewenang dan kewajiban dengan tetap berkoordinasi dengan Panwas Kecamatan.”

(57)

41

Bimtek yang diselenggarakan menjelang pemilihan suara bertujuan untuk menyampaikan pemahaman kepada PKD terkait mekanisme persiapan pemungutan dan penghitungan suara dengan protokol pemilihan suara sebagaimana mestinya yang selanjutnya nanti akan diteruskan kepada Pengawas Pengawas TPS dimasing-masing Kelurahan dan Kecamatan.

Selanjutnya hasil wawancara dengan salah seorang informan Z Kembali menjelaskan tentang penguatan kapasitas kinerja bahwa:

“selain penyelenggaraan bimtek, Bawaslu tingkat provinsi sulsel, kami juga melengkapi dengan berbagai fasilitas seperti laptop, ATK dan yang paling penting adalah Salinan aturan tentang tupoksi dan dasar hukum pelaksanaan tugas Bawaslu.”

Kelengkapan fasilitas yang diberikan Bawaslu kepada pejabat yang berwenang merupakan salah satu penguatan kinerja SDM dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat berjalan sebanyak-banyaknya. Demikian pula salinan aturan dan dasar hukum Bawaslu diharapkan dapat menciptakan kondisi di mana terdapat budaya pengawasan seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya kemungkinan penyimpangan dini dan meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara. Apalagi terkait pengelolaan keuangan yang merupakan penyedia fasilitas kerja di bawaslu.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), bahwa penyusunan Rencana APBN didasarkan pada Rencana Kerja Pemerintah dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran. Selain itu, mengacu pada kerangka optimalisasi pelaksanaan perencanaan, berdasarkan Peraturan

(58)

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional, proses perencanaan perlu sejalan dengan proses penganggaran.

Dalam rangka sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran, dimulai dengan penyusunan rencana strategis (Rencana Strategis) yang menjadi acuan atau pedoman pelaksanaan kegiatan sejalan dengan tujuan lembaga, isi Rencana Strategis meliputi penjabaran visi, misi, tujuan dan tujuan, serta bagaimana mencapai tujuan dan tujuan yang mencakup kebijakan , program dan kegiatan, dari mana rencana strategis akan diukur kinerjanya adalah kebijakan, program dan kegiatan , untuk mengukur kinerja ketiga indikator kinerja terukur yang diperlukan, indikator kinerja tersebut termasuk input, hasil dan output.

Indikator kinerja yang ideal adalah indikator yang dapat diukur dengan baik oleh kualitas dan kuantitasnya. Untuk mendukung dasar penilaian kinerja yang benar-benar dapat diandalkan dalam Rencana Strategis, aturan yang lebih rinci diperlukan mengenai kriteria standar untuk merumuskan indikator kinerja, sehingga hasil dan output yang dihasilkan benar-benar dapat diukur dengan kinerjanya melalui indikator yang ditentukan. Indikator ini akan menjadi tujuannya adalah sebagai alat ukur untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan atau tujuan Badan dan juga dapat digunakan sebagai tolok ukur evaluasi kinerja aparatur serta dasar imbalan dan sanksi. Selanjutnya, Rencana Strategis tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) yang disusun setiap tahunnya.

Gambar

Tabel 2. 1. Tinjauan Empiris………………………………………………………….  18
Gambar 2.2. Kerangka Konsep………………………………………………………  22
Tabel 2. 1. Tinjauan Empiris
Gambar 2. 2. Kerangka Konsep
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan lumatan daging ikan layang (Decapterus sp.) terhadap karakteristik mutu organoleptik dan kimia stik ikan layang

konsep lingkaran (jari-jari lingkaran) dengan besar sudut persegi panjang = 90 0 , besar sudut segitiga sama sisi = 60 0 , besar sudut garis singgung/garis tegak lurus/sudut

Pada gambar di bawah diperlihatkan (a) struktur kubus β-SiC, dan (b) struktur heksagonal α-SiC (Surdia, T.. Sifat-sifat SiC yang paling istimewa, antara lain: daya hantar

Perjalanan Dinas adalah segala biaya yang timbul sebagai akibat dari perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai

mendukung pemetaan penutup/penggunaan lahan berbasis citra penginderaan jauh (Cahyono, 2015) − Menerapkan self organizing map untuk mendukung pemetaan penutup/penggunaan

Yang dimaksud sasaran di sini adalah sumber keterangan seperti yang telah dijabarkan pada langkah analisa tugas. Bagaimana caranya mendapatkan informasi perumusan cara bertindak

Media Roswell Park Memorial Institute medium 1640 (RPMI 1640) merupakan media yang banyak digunakan untuk kultur vertebrata, media RPMI 1640 memiliki variasi jumlah asam amino