• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Dalam mendukung terlaksananya pemilihan umum serentak di tahun 2019, Bawaslu sebagai badan pengawas pemilihan umum tentu saja senantiasa melakukan persiapan-persiapan dalam penyelenggaraan pemilu agar berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, termasuk juga pada pembekalan pada sumber daya manusianya sebagai pelaksana pengawas, sehingga dilapangan benar-benar bekerja dan memahami fungsinya secara maksimal.

Adapun upaya yang dilakukan dalam pembekalan sumber daya manusia atau petugas yang selanjutnya terpilih dilakukan melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam pemilu yang melibatkan Bawaslu sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu; 2. Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;

3. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan.

4. Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Pemilu 2019 yang dimulai pada Oktober 2017 dilaksanakan berdasarkan UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2017, dimana UU ini merupakan penyatuan penataan penyelenggara pemilu untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta untuk memilih anggota DPRD, serta pengaturan tentang penyelenggara pemilu yang menyelenggarakan pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum, Dewan Pengawas Pemilu, dan Dewan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu memberikan Penguatan kepada Bawaslu dalam melakukan pencegahan dan penindakan dengan kewenangan memutuskan terhadap sengketa proses Pemilu dan pelanggaran administrasi, serta secara kelembagaan untuk melaksanakan kewenangan tersebut diperkuat dengan panen pengawas Pemilu di tingkat kabupaten/kota kepada Bawaslu Kabupaten/Kota, serta penambahan jumlah anggota Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang, dan Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang, penguatan Bawaslu dalam kewenangan dan penguatan kelembagaan yang diamanatkan undang-undang harus dapat dilaksanakan dalam kerja pengawasan pemilu demi terwujudnya pemilu

Bawaslu sebagai penanggung jawab pelaksanaan pengawasan pelaksanaan pemilu dan penyelenggaraan pemilu dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya, membagi fungsi koordinasi di beberapa divisi, yaitu: Divisi Hukum, Divisi Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga, Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran Pemilu , dan Pembagian Penyelesaian Sengketa Pemilu, yang dalam pelaksanaan Pengawasan tahun 2017 dilaksanakan dalam program dan kegiatan masing-masing divisi , dengan penyusunan tata cara Pengawasan Pemilu dan Pilkada, organisasi pengawas pemilu, penganggaran, pencegahan, penindakan dan penyelesaian sengketa proses Pemilu.

Selanjutnya seperti yang dijelaskan oleh beberapa informan yang merupakan penanggung jawab langsung dalam Lembaga independen yang ditempatkan sebagai pengawas menjelaskan upaya penguatan sumber daya

39

manusia yang dilakukan sebelum penyelenggaraan pemilu 2019 dilaksanakan diuraikan sebagai berikut:

1. Performance capacity (Kapasitas kinerja)

Kapasitas kinerja dilakukan oleh Bawaslu terhadap petugas yang tergabung didalamnya menjadi pengawas pemilihan umum dilakukan dengan mengadakan pelatihan Bimtek. Pelatihan bimtek ini meliputi pada pembagian beberapa kelas penyusunan Modul yang terbagi menjadi kelas penyusunan Modul SDM, PHL dan HPP.

Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang informan AY yang merupakan anggota Divisi sumber daya manusia dan organisasi menjelaskan:

“BIMTEK dilakukan dengan tujuan agar petugas-petugas yang berwenang tau dong tugasnya secara teknis”

Penguatan sumber daya manusia melalui kegiatan BIMTEK ini bertujuan untuk menguatkan kapasitas kinerja petugas secara teknis Ketika berada di lapangan. Secara kasat mata kerja bawaslu memang terlihat enteng, hanya pada pengawasan saja, namun secara teknis tidak sesederhana yang terlihat.

Penjelasan lebih lanjut diberikan salah seorang anggota bagian Humas dan hubungan antar Lembaga AY menambahkan bahwa:

“BIMTEK yang dilakukan itu ada banyak bidang, namun umumnya memang secara teknis, seperti yang lalu, bimtek yang dilakukan itu berkenaan dengan Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan”

Pengelolaan bimtek dalam hal keuangan dan perbendaharaan merupakan bidang yang sangat penting karena sedikit melenceng dapat berakibat hukum. Tujuan dari Bimtek pengelolaan keuangan dan perbendaharaan adalah untuk terciptanya ketertiban pengelolaan keuangan

di lingkungan Bawaslu dengan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Apalagi, Panwaslu tingkat Provinsi Sulsel saat ini masih bersifat ad

hoc sehingga diperlukan adanya pelatihan dan pemahaman dalam

mengelola dana hibah. Hal ini dalam rangka mendukung terselenggaranya Pilkada serentak dengan tetap menjaga good governance pengelolaan dana hibah langsung sesuai aturannya.

Bawaslu tingkat Provinsi Sulsel berupaya memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan operator aplikasi Sistem Akuntansi Satuan Kerja (SAS) di jajaran Panwas tingkat Provinsi Sulsel sehingga dapat menghasilkan bendahara dan operator SAS yang memiliki motivasi, handal, dan berkualitas.

Seperti yang dijelaskan oleh informan sebelumnya, informan FH yang merupakan divisi sumber daya manusia Kembali menjelaskan bahwa:

"Pengelola keuangan harus menunjukkan kinerjanya yang terbaik. Selain harus menyukseskan Pilkada atau Pemilu, jajaran pengawas juga harus menyukseskan pengelolaan keuangan”

Bimtek ini diikuti BPP Bawaslu Provinsi, BPP dan operator SAS Panwas Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Selatan.

Selanjutnya informan yang berbeda dari divisi lain yang berasal dari Divisi pengawasan Kembali Z mengungkapkan terkait pelaksanaan BIMTEK bahwa:

“Bimtek yang dilakukan selain pada aspek pengelolaan keuangan juga dilakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk Pengawas Kelurahan/Desa (PKD) jelang pemungutan suara. Nah setelah mengikuti bimtek, tugas bapak ibu yang merupakan panwas selanjutnya akan memberikan pemahaman kepada Pengawas TPS terkait tugas, wewenang dan kewajiban dengan tetap berkoordinasi dengan Panwas Kecamatan.”

41

Bimtek yang diselenggarakan menjelang pemilihan suara bertujuan untuk menyampaikan pemahaman kepada PKD terkait mekanisme persiapan pemungutan dan penghitungan suara dengan protokol pemilihan suara sebagaimana mestinya yang selanjutnya nanti akan diteruskan kepada Pengawas Pengawas TPS dimasing-masing Kelurahan dan Kecamatan.

Selanjutnya hasil wawancara dengan salah seorang informan Z Kembali menjelaskan tentang penguatan kapasitas kinerja bahwa:

“selain penyelenggaraan bimtek, Bawaslu tingkat provinsi sulsel, kami juga melengkapi dengan berbagai fasilitas seperti laptop, ATK dan yang paling penting adalah Salinan aturan tentang tupoksi dan dasar hukum pelaksanaan tugas Bawaslu.”

Kelengkapan fasilitas yang diberikan Bawaslu kepada pejabat yang berwenang merupakan salah satu penguatan kinerja SDM dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat berjalan sebanyak-banyaknya. Demikian pula salinan aturan dan dasar hukum Bawaslu diharapkan dapat menciptakan kondisi di mana terdapat budaya pengawasan seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya kemungkinan penyimpangan dini dan meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara. Apalagi terkait pengelolaan keuangan yang merupakan penyedia fasilitas kerja di bawaslu.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), bahwa penyusunan Rencana APBN didasarkan pada Rencana Kerja Pemerintah dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran. Selain itu, mengacu pada kerangka optimalisasi pelaksanaan perencanaan, berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional, proses perencanaan perlu sejalan dengan proses penganggaran.

Dalam rangka sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran, dimulai dengan penyusunan rencana strategis (Rencana Strategis) yang menjadi acuan atau pedoman pelaksanaan kegiatan sejalan dengan tujuan lembaga, isi Rencana Strategis meliputi penjabaran visi, misi, tujuan dan tujuan, serta bagaimana mencapai tujuan dan tujuan yang mencakup kebijakan , program dan kegiatan, dari mana rencana strategis akan diukur kinerjanya adalah kebijakan, program dan kegiatan , untuk mengukur kinerja ketiga indikator kinerja terukur yang diperlukan, indikator kinerja tersebut termasuk input, hasil dan output.

Indikator kinerja yang ideal adalah indikator yang dapat diukur dengan baik oleh kualitas dan kuantitasnya. Untuk mendukung dasar penilaian kinerja yang benar-benar dapat diandalkan dalam Rencana Strategis, aturan yang lebih rinci diperlukan mengenai kriteria standar untuk merumuskan indikator kinerja, sehingga hasil dan output yang dihasilkan benar-benar dapat diukur dengan kinerjanya melalui indikator yang ditentukan. Indikator ini akan menjadi tujuannya adalah sebagai alat ukur untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan atau tujuan Badan dan juga dapat digunakan sebagai tolok ukur evaluasi kinerja aparatur serta dasar imbalan dan sanksi. Selanjutnya, Rencana Strategis tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) yang disusun setiap tahunnya.

43

Rencana kerja tersebut dituangkan ke dalam RKA-K/L disertai dengan dokumen pendukung seperti SPTJM, TOR, RAB, dan data pendukung lainnya. Proses penyusunan RKA perlu diawasi dan diteliti untuk memastikan kesesuaian antara RKA disusun dengan dokumen pendukungnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap kegiatan yang terkandung dalam TOR sama dengan yang terkandung dalam RKA juga.

Dalam penyusunan RKA-K/L setiap tahunnya, penyusunan RKA-K/L terus dievaluasi dalam rangka melakukan perbaikan dalam segala aspek yang perlu dilakukan sehingga menghasilkan RKA-K/L yang berkualitas dan berinovasi dalam pelaksanaan kegiatannya. Dalam penyusunan RKA-K/L Bawaslu RI melakukan pengawasan terhadap penyusunan RKA-K/L Bawaslu Provinsi dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan RKA-K/L yang disusun berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Pedoman Penyusunan dan Kajian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Selama pelaksanaannya, mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan penyusunan dan pelaksanaan RKA-K/L (kepemimpinan kepada staf) ditingkatkan kapasitasnya dalam menyusun dan mewujudkan RKA-nya.

Anggaran yang dibutuhkan untuk mengawasi penyelenggaraan pilkada serentak tahun 2019 perlu memperhatikan prinsip penganggaran, efisiensi, dan tepat sasaran yang efektif. Sehingga pengawasan pilkada 2019 dapat berjalan lancar, terutama dengan dukungan anggaran yang cukup dan telah dihitung dengan cermat dan sesuai dengan peraturan yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara disertai paparan kinerja Bawaslu di tingkat provinsi Sulawesi Selatan, disimpulkan bahwa kapasitas kinerjanya baik, dibuktikan dengan ketersediaan alat yang digunakan seperti fokus, laptop, dan buku yang berisi peraturan dan perundang-undangan. Fasilitas yang ada telah mampu menunjang kinerja fasilitator dan mempermudah pemaparan bahan yang disediakan sehingga peserta dapat dengan mudah menyerap bahan-bahan terkait permasalahan yang dihadapi.

2. Personal capacity (Kapasitas Pribadi)

Penguatan pada kapasitas pribadi lebih berfokus pada penguatan kemampuan petugas yang berwenang pada pengelolaan keuangan. Selain diklat-diklat di atas Bagian Pengawasan Internal dan Tata Laksana melakukan in house training kepada pegawai atas pajak, Icofr Laporan Keuangan, Reviu Laporan Keuangan dan sebagainya. Selain in house

training, Bagian Pengawasan Internal dan Tata Laksana juga mengikutsertakan pegawainya untuk mengikuti diklat Reviu Laporan Keuangan, RKBMN, LHKPN dan sebagainya.

Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang informan WA yang merupakan bagian pengelolaan keuangan menjelaskan bahwa:

“menjelang pemilihan umum semua aparat yang terkait dengan pengelolaan keuangan atau lebih tepatnya pada petugas yang bertugas di bidang keuangan pasti diberikan bimtek, biasalah berbicara tentang penyaluran dana tidak mudah juga, salah sedikit kami harus mengganti.”

Pentingnya kegiatan bimtek tentang pengelolaan keuangan ini bermaksud untuk memberikan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban keuangan, untuk Panitia Pengawas Kecamatan. Baik dari pembuatan surat perintah kerja, manajemen pengelolaan keuangan serta tata cara penyusunan laporan pertanggung jawaban.

45

Adapun keterangan lebih lanjut diberikan salah seorang informan WA bahwa:

“tidak bisa tidak dilakukan bimtek pengelolaan keuangan, karena hal ini sangat krusial Ketika nanti di akhir setelah pemilu selesai, pertanggungjawaban mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota, akan disampaikan oleh bawaslu tingkat provinsi, jangan sampai petugasnya tersandung.”

Pendapat yang lain juga diberikan salah seorang informan R bahwa:

"Secara teknis teman teman sekretariat dan pengelola keuangan di panwaslu kecamatan telah memahami tugas kerjanya, namun dalam rangka penyamaan persepsi dan update ketentuan pengelolaan keuangan, maka kegiatan ini tetap digelar. Semoga kegiatan ini bermanfaat kepada semua peserta"

Lebih lanjut informan R mengungkapkan bahwa:

"Kegiatan ini dimaksudkan agar kita semua bisa tereduksi dalam hal pengelolaan keuangan, pertanggungjawaban keuangan bawaslu" Perlu dimaklumi juga fleksibilitas waktu terkait penyesuaian jadwal kegiatan lanjutnya.

Penguatan kapasitas pribadi yang diselenggarakan terfokus pada pengelolaan keuangan dianggap penting untuk dilakukan. Adapun laporan akhir dari penggunaan anggaran seperti yang dikemukakan bahwa Bawaslu tingkat Provinsi pada tahun anggaran 2019 mendapatkan anggaran awal dengan rincian dana dari Pusat dan Provinsi. Selanjutnya pada pertengahan tahun anggaran, Bawaslu mendapatkan tambahan anggaran sesuai dengan Surat Bawaslu No. 0232/K.Bawaslu/PR.00/V/2018 tentang usulan pemberian anggaran untuk pengawasan tahapan pileg pemilihan presiden 2019 dan sesuai dengan surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-584/MK.02/2018 tentang perubahan Plafon Belanja K/L tahun 2018.

Penambahan anggaran tersebut diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tahapan pengawasan DPR, DPD dan DPRD Pemilu serta

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 serta dialokasikan untuk kegiatan operasional dan pengawasan hingga tingkat kecamatan.

Kapasitas pribadi yang dimiliki fasilitator dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan anggaran pemilu sudah sangat baik, hal ini didasari oleh kemampuan staf kepegawaian sendiri yang merupakan orang-orang yang telah lama dan paham betul di bidang pengelolaan keuangan. Selain itu, tutor yang terlibat dalam proses konsultasi berasal dari pihak-pihak yang sangat akrab dan terlibat langsung dalam hal-hal yang berkaitan dengan pokok perkara yang dibawa oleh peserta konsultasi.

3. Workload capacity (Kapasitas Beban Kerja)

Beban kerja (Puteri, 2017: 2) adalah upaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi "permintaan" pekerjaan. Sementara kapasitas adalah kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dengan kondisi fisik atau mental seseorang. Beban kerja diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertentu.

Dalam hal pelaksanaan pemilu, Bawaslu memiliki banyak tantangan, antara lain tantangan waktu pengawasan pemilu yang mengikuti tahapan Komisi Pemilihan Umum, kemudian tantangan terkait terbatasnya jumlah anggaran, harapan publik dan peserta pemilu terhadap lembaga ini sangat tinggi, serta sempitnya penyelenggaraan pemilu yang harus diawasi seluruhnya yang akan menjadi pengalaman pertama dalam sejarah pemilu di Indonesia April , 2019.

Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017 mengatur beberapa perubahan penting dalam lembaga penyelenggara pemilu, termasuk Bawaslu. Perubahan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi;

47

a) Meningkatkan jumlah keanggotaan lembaga pengawas pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

b) Perubahan status Pengawas Pemilu di tingkat Kabupaten/Kota dari ad hoc menjadi permanen.

c) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 semakin menegaskan sifat organisasi lembaga pengawas pemilu yang hierarkis, dengan menekankan fungsi pengawasan dan pembinaan.

d) Adanya Peraturan Presiden tentang organisasi sekretariat lembaga pengawas pemilu.

Dengan perubahan ini, terdapat perubahan beberapa peraturan Bawaslu yang telah berlaku, salah satunya Perbawaslu nomor 7 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kab/Kota, Kecamatan Panwaslu, Kelurahan Panwaslu, Panwaslu LN, PPS dan PTPS LN. Perubahan ini diperlukan untuk menyesuaikan dan memperbarui beberapa norma regulasi agar selaras dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Selain mempertimbangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, perlunya penyusunan Perbawaslu ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa peraturan perundang-undangan lain yang mencakup sistem kerja.

Adapun tanggapan dari salah seorang informan R menjelaskan bahwa: "Kapasitas dan integritas harus ditingkatkan. Untuk mengawasi Pilkada Serentak 2019 di Provinsi Sulsel, oleh karenanya kami mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak terkait dalam mengawasi berjalannya pemilu, ya saling membantu mensukseskan pemilu serentak ini, apalagi baru kan pemilu serentak secara otomatis beban kerjanya juga semakin besar”

Kerja sama yang dilakukan Bawaslu tingkat provinsi pada pemilu 2019 yakni dengan mengkait beberapa pihak-pihak kampus, mahasiswa,

maupun tokoh masyarakat, serta yang berstatus PNS pun jika memungkinkan dan dianggap mampu akan dijadikan bagian dari pelaksanaan pengawas pemilu.

Salah seorang informan R kembali menambahkan,

"Sekretariat Bawaslu dan jajarannya berfungsi untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang Bawaslu melalui pemberian dukungan administrasi dan teknis operasional kepada Bawaslu, sehingga dapat mempertimbangkan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang tentunya tidak berakibat mencederai pemilu".

Kerja sama yang dilakukan oleh berbagai pihak selama tidak mencederai pemilu, maka dianggap sah-sah saja, termasuk pula kerjasama dengan masyarakat yang berstatus PNS, dimana hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Pengembangan kompetensi dilakukan sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karier dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian kompetensi PNS yang bersangkutan.

Sambung informan lainnya menjelaskan bahwa:

“Bawaslu saat ini memiliki aparatur pengawal demokrasi yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan sebaran dari Bawaslu Provinsi, kabupaten/kota, bahkan, jajaran ad hoc ada di kecamatan dan kelurahan.

Kehadiran para PNS ini membuat kehadiran Bawaslu memiliki nilai lebih dalam demokrasi. Tidak hanya sekedar demokrasi prosedural, tetapi juga mengawal demokrasi yang substansial yang dapat membawa kemajuan, kesejahteraan, keadilan bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa Bawaslu telah mampu memberikan hubungan terbaik dengan kapasitas beban kerja, meskipun sudah ada pembagian beban kerja tertentu yang

49

harus mereka selesaikan, tetapi dalam kondisi tertentu mereka juga dapat menyelesaikan tuntutan beban kerja mereka untuk memberikan layanan terbaik bagi peserta konsultasi yang hadir.

4. Supervisory capacity (Kapasitas Pengawas)

Terkait pelaksanaan kapasitas pengawasan pada penyelenggaraan pemilu dilakukan dengan mengadakan dengan menyusun bimtek pengawas AdHoc. Pembuatan bimtek materi modul dalam pengawasan AdHoc dilakukan bisa lintas divisi, tidak hanya pembagian SDM saja, karena mencakup semua materi pengawasan pemilu, seperti pengawasan, penindakan, penyelesaian sengketa, dan hukum.

Seperti dijelaskan salah seorang informan AY bahwa:

“pembuatan modul dimulai dari draft yang tersedia, selanjutnya ketua dan anggota Bawaslu provinsi harus bisa meramu dan melakukan finalisasi sekaligus menerima masukan divisi-divisi lain. Soal pengawasan, penindakan maupun sengketa,”

Selanjutnya informan yang berasal dari pimpinan Bawaslu provinsi yang menjabat koordinator divisi SDM dan Organisasi FN menjelaskan bahwa:

“proses pembuatan modul bimtek dari kecamatan sampai tingkat provinsi sangat diperlukan. Ketika KPU tidak bisa menghadirkan dokumen C1-Plano. Harapan kami, pengembangan Bawaslu bisa ke C1 hologram dan C7 (daftar hadir pemilih)".

Persoalan dalam pemungutan hingga tahap penghitungan suara tidak lepas dengan tiga hal, yakni C1-Plano, C7, dan C1 hologram. Sehingga penting untuk membekali petugas pengawas sebelum penyelenggaraan pemilu apalagi terkait kapasitas pengawas.

Salah seorang informan ZU kembali menambahkan bahwa:

“Salah satu contoh materi yang ada dalam modul, misalnya aplikasi Siwas (Sistem Pengawasan Pemilu) yang harus diperluas. Tidak saja terkait

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas pengawas Bawaslu juga dilengkapi dengan kemampuan tentang form pemilihan tetapi juga pada aplikasi siwas yang memuat petunjuk sistem pengawasan pemilu.

Perkembangan selanjutnya, KPU akan menerapkan e-rekap dengan hologram formulir C1 dalam foto tersebut. Hologram C1 akan didigitalisasi. Maka itu akan menjadi metode rekap berjenjang. Jika KPU melakukan e-rekap berdasarkan hologram C1, Bawaslu juga harus berada di depannya. C1 hologram berasal dari C1 Plano, maka kita harus memiliki C1 plano ditambah alat kontrol C7 yang ada daftar pemilih. Karena sering ada masalah. Jadi kuncinya, secara teknis bagaimana Bawaslu bisa melengkapi jajaran Ad hoc untuk sinkronisasi hologram C1 Plano, C7 dan C1 dengan menggunakan modul ini.

Selain itu, dewan pengawas Ad hoc adalah tulang punggung pekerjaan pengawasan pemilu. Oleh karena itu, ia berharap berbagai bahan pengawasan dan metode simulasi harus dimasukkan dalam modul bimtek ini.

Salah seorang informan AY kembali menambahkan bahwa:

"Kami berharap, jajaran Ad hoc punya kapasitas dan performa bagus. Paham yang dikerjakan, sehingga tidak banyak meninggalkan residu masalah. Sebaliknya, jika mereka tidak paham, tidak punya kapasitas dan tidak punya kemampuan, maka tentu residu masalah akan ada dan naik ke atas,”

Pada awalnya ada upaya pelaporan yang dilakukan dalam bentuk catatan notulensi dengan isi pokok-pokok permasalahan yang dihadapi oleh peserta konsultasi dan juga kesimpulan solusi yang diberikan.

51

Sistem penguatan kapasitas pengawasan pada panwaslu telah ditingkatkan melalui berbagai kegiatan yang menunjang kemampuan petugas dalam melakukan pengawasan. Ditambah lagi dengan adanya aplikasi siswaslu yang memberikan kemudahan petugas dalam memahami sistem pengawasan pemilu.

5. Facility capacity (Kapasitas Fasilitas)

Kapasitas fasilitas yang dimaksud dalam bidang ini adalah pencegahan penggunaan fasilitas diluar dari yang disediakan oleh bawaslu terhadap semua jajaran yang berada dalam lingkup bawaslu. Seperti yang tertera dalam tugas bawaslu yaitu dalam pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya dilakukan dengan fasilitas yang disediakan oleh bawaslu. Demikian pula dalam pelaksanaan pengawasan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS, petugas yang berwenang mengawasi pemilu tidak diperkenankan menggunakan fasilitas diluar dari yang disediakan.

Fasilitas yang diberikan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan sangat memadai. Seperti menyediakan dua ruangan khusus untuk menunjang kegiatan pendistribusikan kertas surat suara dan istirahat. Ruangan tersebut memiliki kapasitas ±12 orang yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti infokus untuk memudahkan proses kegiatan. Selain menyediakan ruang diskusi khusus, pihaknya juga menyediakan fasilitas berupa lobi yang dirancang khusus untuk memudahkan petugas beristirahat dan beraktivitas konsumsi.

6. Structural capacity (Kapasitas Struktural)

Untuk kapasitas struktural, bawaslu melakukan penguatan organisasi melalui reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan reformasi mendasar dan perubahan sistem pemerintahan, khususnya menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), proses bisnis dan sumber daya manusia aparatur. Pemerintah melalui

Dokumen terkait